UU PERPAJAKAN
• UNDANG – UNDANG PAJAK PENGHASILAN , MENGENAI :
• 1.” MENTERI KEUANGAN BERWENANG MENGELUARKAN KEPUTUSAN MENGENAI BESARNYA
PERBANDINGAN ANTARA UTANG DAN MODAL PERUSAHA UNTUK KEPERLUAN PERHITUNGAN
PAJAK BEDASARKAN UU INI.”
– ARTINYA MENTERI KEUANGAN BERWENANG MEMBERI KEPUTUSAN TENTANG BESARNYA
PERBANDINGAN ANTARA UTANG DAN MODAL PERUSAHAAN UNTUK PENGHITUNGAN PAJAK. DEBT
TO EQUITY YANG MELEBIHI BATAS KEWAJARAN AKAN MENUNJUKAN KONDISI PERUSAHAAN YANG
BURUK, DALAM HAL DEMIKIAN AKAN DITETAPKAN ADANYA MODAL TERSELUBUNG DALAM
PERHITUNGAN PKPNYA.
• 3a.Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan WP dan bekerja sama
dengan otoritas pajak negara lain untuk menentukkan harga transaksi antar pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.
• APA /Advance Pricing Agreement adalah kesepakatan unilateral/ bilateral antara WP
dengan Direktur Jendral Pajak atau dengan negara lain mengenai harga jual wajar produk
yang dihasilkannya kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa /related parties.
• Tujuan APA, adalah untuk mengurangi terjadinya praktik penyalahgunaan transfer
pricing oleh perusahaan multinasional,Mengurangi biaya dan waktu pada saat diaudit,
kerana selama periode APA berlaku harga transaksi yang telah disepakati oleh WP dan
otoritas pajak.
• Persetujuan dapat meliputi harga jual produk yang dihasilkan, jumlah royalti dll.
• Keuntungan APA adalah memberikan kepastian hukum dan kemudahan penghitungan
pajak, sehingga fiskus tidak perlu lagi melakukan koreksi fiskal atas harga jual dan
keuntungan produk yang dijual.
• Negara-negara yang tergabung dalam OECD/ Organization for Economic Corporation
and Developmnet seperti Amerika, Inggris,Australia, New Zealand dan Jepang memulai
menerapkan APA untuk menyelesaikan masalah transfer pricing karena APA dinilai
lebih efektif dalam pelaksanaannya
ARM’S – LENGHT STANDARD
• Arm’s – lenght standard / harga pasar wajar adalah tingkat harga antara pembeli dan penjual independen,
bebas melakukan transaksi.
• Berdasarkan Arm’s – lenght standard harga trnasfer harusnya ditetapkan supaya dapat mencerminkan
harga yang disusun oleh pihak-pihak yang tidak terkait dengan dengan aktivitas transaksi atau pihak yang
dapat bertindak secara bebas.
• Cara penetapan Arm’s –length standard adalah :
1. Comparable uncontrolled pricing method, metode ini mengevaluasi kewajaran transfer pricing dengan
mengacu kepada tingkat harga yang terjadi antara unit-unit yang independen atau antar perusahaan
multinasional dengan unit yang independen.
2. Resale pricing methode, metode ini diterapkan untuk produk yang ditransfer ke anggota grup lainnya
untuk dijual kembali. Kewajaran transfer pricing didekati dengan pengurangan harga penjualan kepada
pihak independen dengan suatu markup yang wajar / sebanyak keuntungan dan biaya di penjual.
Kesulitan terjadi dalam menetukan markup.
3. Cost plus pricing method, metode ini mendekati kewajaran transfer pricing dengan menambahkan
markup yang wajar pada harga pkok/cost pihak yang mentransfer. Pendekatan ini umumnya digunakan
untuk produk setengah jadi/semi finish good.
4. Other method, Dalam keadaan tertentu digunakan kombinasi ketiga metode atau metode lain, misalnya
alokasi laba yang diperoleh grup perusahaan dalam transaksi tertentu.
Contoh kasus transfer pricing
antara Amerika dan Jepang
• Amerika Serikat Versus Jepang
• Dengan menetapkan suatu harga transfer yang tinggi dari pabrik-pabrik mereka di Jepang
kepada cabang pemasaran mereka di Amerika, produsen mobil Jepang mampu mengurangi
keuntungan yang ditunjukkan oleh cabang-cabang Amerika sehingga mengurangi pajak di
Amerika. Staf pejabat presiden memperkirakan kerugian dari transfer pricing seperti hal ini
mengkin sama dengan $ 15 miliar pertahun.
• Head Office di LN memliki BUT di Indonesia, sering mengalokasikan over head cost kepada BUT tersebut, terdiri
dari :
• Biaya training pegawai yang dilaksanakan di kantor pusat.
• Biaya perjalanan dinas direksi kantor pusat ke masing-masing BUT.
• Biaya administrasi lainnya dari KP yang merupakan biaya penyelenggaraan perushaan.
• Biaya riset dan pengembangan yang dikeluarkan KP.
• Perlakuan Perpajakan :
• Biaya-biaya tersebut pada prinsipnya diperbolehkan untuk diperhitungkan di BUT, sepanjang sebanding dengan
manfaat yang diperoleh masing-masing BUTdan bukan merupakan duplikasi biaya.
• Biaya KP yang tidak boleh dialokasikan ke BUT adalah bunga atau penggunaan harta/dana KP, kecuali usaha
perbankan, dan royalty/sewa atas harta kantor pusat.
• Dalam hal berlaku perjanjian penghindaran pajak berganda maka pengalokasian biaya KP, berdasarkan
perjanjian tersebut.
• Kewajaran biaya tersebut diatas dapat diuji dengan membandingkan junlah biaya training/biaya lainnya yang
diselenggarakan oleh lembaga lain yang tidak memiliki hubungan istimewa.
Kekurangwajaran Pembebanan Bunga
atas Pinjaman oleh Pemegang Saham
• PT. Rayfa di Malaysia, memiliki saham 80% PT.Kusumah dengan modal yang
belum disetor sebesar Rp. 1.500.000.000,--. PT.Rayfa juga memberikan pinjaman
kepada PT.Kusumah sebesar Rp. 2.000.000.000,--dengan bunga 18% pertahun,
sedangkan bunga pinjaman setempat sebesar 12% pertahun.
• Perlakuan Perpajakan, jumlah utang PT.Kusumah sebesar
• Rp. 1.500.000.000,--dianggap sebagai setoran modal terselubung, sehingga
besarnya utang PT.Kusumah yang diakui adalah Rp.500.000.000,--yaitu Rp.
2.000.000.000,- - Rp. 1.500.000.000,--. Penghitungan PPh bagi PT.Kusumah,
pengurangan biaya bunga yang dapat dikurangkan adalah sebesar Rp.
60.000.000,--yaitu 12% x Rp. 500.000.000,--, yang berarti laporan keuangan
PT.Kusumah terkena koreksi positif PKP. Sedangkan selisih pembayaran sebesar
Rp.300.000.000,--yaitu (18% x Rp. 2.000.000.000,-)- Rp.60.000.000,--,
merupakan pembayaran deviden ke luar negeri yang dikenakan PPh pasal 26
sebesar 20% atau tarif sesuai Penghindaran Pajak Berganda.
Kekurangwajaran Pembayaran Komisi, Lisensi, Franchise,
Sewa, Royalty, Imbalan atas Jasa Manajemen, Imbalan atas
Jasa Teknik dan Jasa lainnya.
• PT. XX di Indonesia, memiliki hubungan istimewa dengan PT.YY di London, dua-duanya adalah
anak perusahaan PT.KK di Korea. Dalam usahanya PT.XX mengekspor barang yang langsung
dikirim X di USA atas pemintaan PT.YY. Harga pokok barang tersebut adalah Rp.
100.000,--.PT.XX selalu menagih PT.YY dengan jumlah Rp. 110.000,--sedang PT.YY menagih
X di USA . Informasi yang didapat dari USA menunjukkan bahwa X membeli barang dengan
harga Rp. 175.000,--.Keterangan lebih lanjut menunjukkan bahwa PT.YY hanya berupa Letter
Box Company/Reinvoicing Center, tanpa subtansi bisnis.
• Perlakuan Perpajakannya, Oleh karena diketahui tarif pajak di London lebih rendah (misal ),
maka terdapat indikasi adanya usaha untuk mengalihkan laba usaha dari Indonesia ke London
agar diperoleh penghematan pajak. Dengan memperhatikan fungsi/substansi bisnis dari PT.YY,
maka perantaraan transakasi bisnis demikian untuk perhitungan pajak dianggap tidak ada,
sehingga harga jual oleh PT.XX dikoreksi sebesar Rp. 65.000,--, kalau fungsi PT.YY adalah
sebagai agen yang pada umumnya mendapatkan laba kotor/komisi penjualan 10%, maka untuk
perhitungan PPh atas laba Rp. 75.000,--adalah :
• Untuk PT.YY adalah Rp. 17.500 (10% x Rp. 175.000 )
• Untuk PT.XX adalah Rp. 57.500 ( Rp. 75.000-Rp.17.500,--
• Harga jual oleh PT.XX y yang wajar adalah Rp.157.500,-- (Rp. 175.000,- - Rp. 17.500.--)