Anda di halaman 1dari 12

HARGA TRANSFER DALAM

UU PERPAJAKAN
• UNDANG – UNDANG PAJAK PENGHASILAN , MENGENAI :
• 1.” MENTERI KEUANGAN BERWENANG MENGELUARKAN KEPUTUSAN MENGENAI BESARNYA
PERBANDINGAN ANTARA UTANG DAN MODAL PERUSAHA UNTUK KEPERLUAN PERHITUNGAN
PAJAK BEDASARKAN UU INI.”
– ARTINYA MENTERI KEUANGAN BERWENANG MEMBERI KEPUTUSAN TENTANG BESARNYA
PERBANDINGAN ANTARA UTANG DAN MODAL PERUSAHAAN UNTUK PENGHITUNGAN PAJAK. DEBT
TO EQUITY YANG MELEBIHI BATAS KEWAJARAN AKAN MENUNJUKAN KONDISI PERUSAHAAN YANG
BURUK, DALAM HAL DEMIKIAN AKAN DITETAPKAN ADANYA MODAL TERSELUBUNG DALAM
PERHITUNGAN PKPNYA.

2. MENTERI KEUANGAN BERWENANG MENETAPKAN SAAT DIPEROLEHNYA DEVIDEN OLEH WP DN


ATAS USAHA DI LN, SELAIN USAHA YANG MENJUAL SAHAMNYA DI BURSA EFEK, DENGAN
KETENTUAN :
- BESARNYA PENYERTAAN MODAL WP DN TERSEBUT PALING RENDAH 50% DARI JUMLAH SAHAM
YANG DISETOR.
- SECARA BERSAMA-SAMA WP DN LAINNYA MEMILIKI PENYERTAAN MODAL PALING RENDAH 50%
DARI JUMLAH SAHAM YANG DISETOR.
- MISAL PT SATRIA DAN PT PERDANA MEMILIKI SAHAM SEBESAR 40% DAN 20% PADA PT. X YANG
BERKEDUDUKAN DI NEGARA QQ, SAHAM PT X TIDAK DIPERDAGANGKAN DI BURSA EFEK. DALAM
TAHUN 2002 PT.X MEMPEROLEH LABA SEBESAR Rp.300.000.000,--
- DALAM HAL INI , MENTERI KEUANGAN BERWENANG MENETAPKAN SAAT PEROLEHAN DEVIDEN.
3. DIREKTUR JENDRAL PAJAK BERWENANG MENENTUKAN KEMBALI
BESARNYA PENGHASILAN DAN PENGURANGAN SERTA MENENTUKAN
UTANG SEBAGAI MODAL UNTUK MENGHITUNG BESARNYA PKP BAGI
WP YANG MEMILIKI HUBUNGAN ISTIMEWA DENGAN WP LAINNYA.

• 3a.Direktur Jendral Pajak berwenang melakukan perjanjian dengan WP dan bekerja sama
dengan otoritas pajak negara lain untuk menentukkan harga transaksi antar pihak-pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.
• APA /Advance Pricing Agreement adalah kesepakatan unilateral/ bilateral antara WP
dengan Direktur Jendral Pajak atau dengan negara lain mengenai harga jual wajar produk
yang dihasilkannya kepada pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa /related parties.
• Tujuan APA, adalah untuk mengurangi terjadinya praktik penyalahgunaan transfer
pricing oleh perusahaan multinasional,Mengurangi biaya dan waktu pada saat diaudit,
kerana selama periode APA berlaku harga transaksi yang telah disepakati oleh WP dan
otoritas pajak.
• Persetujuan dapat meliputi harga jual produk yang dihasilkan, jumlah royalti dll.
• Keuntungan APA adalah memberikan kepastian hukum dan kemudahan penghitungan
pajak, sehingga fiskus tidak perlu lagi melakukan koreksi fiskal atas harga jual dan
keuntungan produk yang dijual.
• Negara-negara yang tergabung dalam OECD/ Organization for Economic Corporation
and Developmnet seperti Amerika, Inggris,Australia, New Zealand dan Jepang memulai
menerapkan APA untuk menyelesaikan masalah transfer pricing karena APA dinilai
lebih efektif dalam pelaksanaannya
ARM’S – LENGHT STANDARD

• Arm’s – lenght standard / harga pasar wajar adalah tingkat harga antara pembeli dan penjual independen,
bebas melakukan transaksi.
• Berdasarkan Arm’s – lenght standard harga trnasfer harusnya ditetapkan supaya dapat mencerminkan
harga yang disusun oleh pihak-pihak yang tidak terkait dengan dengan aktivitas transaksi atau pihak yang
dapat bertindak secara bebas.
• Cara penetapan Arm’s –length standard adalah :
1. Comparable uncontrolled pricing method, metode ini mengevaluasi kewajaran transfer pricing dengan
mengacu kepada tingkat harga yang terjadi antara unit-unit yang independen atau antar perusahaan
multinasional dengan unit yang independen.
2. Resale pricing methode, metode ini diterapkan untuk produk yang ditransfer ke anggota grup lainnya
untuk dijual kembali. Kewajaran transfer pricing didekati dengan pengurangan harga penjualan kepada
pihak independen dengan suatu markup yang wajar / sebanyak keuntungan dan biaya di penjual.
Kesulitan terjadi dalam menetukan markup.
3. Cost plus pricing method, metode ini mendekati kewajaran transfer pricing dengan menambahkan
markup yang wajar pada harga pkok/cost pihak yang mentransfer. Pendekatan ini umumnya digunakan
untuk produk setengah jadi/semi finish good.
4. Other method, Dalam keadaan tertentu digunakan kombinasi ketiga metode atau metode lain, misalnya
alokasi laba yang diperoleh grup perusahaan dalam transaksi tertentu.
Contoh kasus transfer pricing
antara Amerika dan Jepang
• Amerika Serikat Versus Jepang
• Dengan menetapkan suatu harga transfer yang tinggi dari pabrik-pabrik mereka di Jepang
kepada cabang pemasaran mereka di Amerika, produsen mobil Jepang mampu mengurangi
keuntungan yang ditunjukkan oleh cabang-cabang Amerika sehingga mengurangi pajak di
Amerika. Staf pejabat presiden memperkirakan kerugian dari transfer pricing seperti hal ini
mengkin sama dengan $ 15 miliar pertahun.

• Jepang Versus Amerika Serikat


• Jepang sendiri melhat dirinya sebagai korban praktik-praktik transfer pricing yang tidak adil.
Japanese National Tax Administration Agency /NTAA membebankan coca cola Co. $ 145 juta
dalam pajak-pajak tambahan untuk tahun 1990-1992 karena penyelewengan transfer pricing
yang bersekutu dan membebani American International Grup,Inc., dengan $ 87 juta dalam
pajak tambahan untuk suatuketidaksepakatan transfer pricing.
Penanganan masalah transfer pricing dengan
menggunakan APA seperti yang dimaksud dalam
pasal 18 ayat 3a,keluar SE No.04/PJ.7/1993, berisi :

• Secara universal transaksi antar WP yang mempunyai hubungan istimewa dapat


mengakibatkan terjadinya pengalihan penghasilan atau dasar pengenaan pajak dan/atau
biaya dari suatu WP ke WP lainnya, yang dapat direkayasa untuk menekan seluruh jumlah
pajak yang terhutang.
• Kekurang wajaran tersebut dapat terjadi pada :
• Harga Penjualan, Harga Pembelian.
• Alokasi biaya administrasi dan umum
• Pembebanan bunga atas pemberian pinjaman oleh pemegang saham /share holder loan
• Pembayaran komisi, lisensi, francise, sewa, royalti, imbalan atas jasa menejemen, imbalan
atas jasa teknik dan imbalan jasa lainnya.
• Pembelian harta perusahaan oleh pemegang saham atau pihak lain yang mempunyai
hubungan istimewa yang lebih rendah dari harga pasar.
• Penjualan kepada pihak luar negeri melalui pihak ke tiga yang kurang/tidak memliki
substansi usaha.
Contoh Kasus

• Kekurangwajaraan Harga Penjualan


• PT.Satria memiliki saham pada PT.Perdana sebesar 25%. Atas penyerahan
barang PT.Satria ke PT.Perdana, PT Satria membebankan harga jual per unit Rp.
1.000.000,-- berbeda dengan harga yang diperhitungkan atas penyerahan barang
ke PT Rayfa yang tidak memiliki hubungan istimewa, yaitu Rp. 2.000.000,--
perunit.

• Penyelesaian perpajakan, berdasarkan masalah diatas harga wajar adalah


harga yang disepakati dengan PT.Rayfa sebesar Rp. 2.000.000,--, sehingga
harga ini menjadi dasar penghitungan penghasilan sebagai dasar penerapan
pajak. Maka PT.Satria harus menyetor kekurangan PPN dan PPn BM. Atas
kekurangan tersebut dapat diterbitkan SKP dan PT.Satria tidak dapat menerbitkan
faktur pajak atas kekurangan tesebut, sehingga tidak merupakan kredit pajak bagi
PT.Perdana.
Kekurangwajaran harga
pembelian
• PT.Hongkong di Singapore memiliki 25% saham PT.Kusumah, PT.Kusumah
mengimpor barang hasil produksi PT.Hongkong dengan harga Rp. 5.000.000,-- per
unit. Produk tersebut dijual kembali ke PT.Perdana yang tidak memiliki hubungan
istimewa dengan harga Rp. 5.500.000,-- perunit.
• Penyelesaian pajak, dalam kasus tersebut pertama-tama harus dicari harga pasar
sebanding untuk barang tersebut atas pembelian secara impor dari pihak-pihak
yang tidakmemiliki hubungan istimewa, apabila sulit didapatkan maka pendekatan
harga jual minus dapat diterapkan, yaitu dengan mengurangkan laba kotor/markup
yang wajar ditambah dengan biaya lainnya yang dikeluarkan WP dari harga jual
barang kepada pihak yang tidak memiliki hubungan istimewa.Jika diketahui laba
wajar sebesar Rp. 1.000.000,--maka harga wajar untuk perpajakan atas pembelian
barang tersebut adalah 4.500.000,--.Harga ini merupakan dasar perhitungan harga
pokok PT.Kusumah dan selisih Rp. 500.000,-- merupakan pembayaran hutang
dengan harga pokok yang seharusnyadiperhitungkan dianggap sebagai deviden
terselubung.
Kekurangwajaran alokasi biaya
adm.dan umum/over head cost

• Head Office di LN memliki BUT di Indonesia, sering mengalokasikan over head cost kepada BUT tersebut, terdiri
dari :
• Biaya training pegawai yang dilaksanakan di kantor pusat.
• Biaya perjalanan dinas direksi kantor pusat ke masing-masing BUT.
• Biaya administrasi lainnya dari KP yang merupakan biaya penyelenggaraan perushaan.
• Biaya riset dan pengembangan yang dikeluarkan KP.
• Perlakuan Perpajakan :
• Biaya-biaya tersebut pada prinsipnya diperbolehkan untuk diperhitungkan di BUT, sepanjang sebanding dengan
manfaat yang diperoleh masing-masing BUTdan bukan merupakan duplikasi biaya.
• Biaya KP yang tidak boleh dialokasikan ke BUT adalah bunga atau penggunaan harta/dana KP, kecuali usaha
perbankan, dan royalty/sewa atas harta kantor pusat.
• Dalam hal berlaku perjanjian penghindaran pajak berganda maka pengalokasian biaya KP, berdasarkan
perjanjian tersebut.
• Kewajaran biaya tersebut diatas dapat diuji dengan membandingkan junlah biaya training/biaya lainnya yang
diselenggarakan oleh lembaga lain yang tidak memiliki hubungan istimewa.
Kekurangwajaran Pembebanan Bunga
atas Pinjaman oleh Pemegang Saham

• PT. Rayfa di Malaysia, memiliki saham 80% PT.Kusumah dengan modal yang
belum disetor sebesar Rp. 1.500.000.000,--. PT.Rayfa juga memberikan pinjaman
kepada PT.Kusumah sebesar Rp. 2.000.000.000,--dengan bunga 18% pertahun,
sedangkan bunga pinjaman setempat sebesar 12% pertahun.
• Perlakuan Perpajakan, jumlah utang PT.Kusumah sebesar
• Rp. 1.500.000.000,--dianggap sebagai setoran modal terselubung, sehingga
besarnya utang PT.Kusumah yang diakui adalah Rp.500.000.000,--yaitu Rp.
2.000.000.000,- - Rp. 1.500.000.000,--. Penghitungan PPh bagi PT.Kusumah,
pengurangan biaya bunga yang dapat dikurangkan adalah sebesar Rp.
60.000.000,--yaitu 12% x Rp. 500.000.000,--, yang berarti laporan keuangan
PT.Kusumah terkena koreksi positif PKP. Sedangkan selisih pembayaran sebesar
Rp.300.000.000,--yaitu (18% x Rp. 2.000.000.000,-)- Rp.60.000.000,--,
merupakan pembayaran deviden ke luar negeri yang dikenakan PPh pasal 26
sebesar 20% atau tarif sesuai Penghindaran Pajak Berganda.
Kekurangwajaran Pembayaran Komisi, Lisensi, Franchise,
Sewa, Royalty, Imbalan atas Jasa Manajemen, Imbalan atas
Jasa Teknik dan Jasa lainnya.

• PT. Expo persh.Komputer, memberikan lisensi kepada PT.Abadi (tidak


ada hubungan istimewa) sebagai distributor tunggal di Indonesia untuk
memasarkan komputernya dengan membayar royalty sebesar 20% dari
penjualan bersih. Selain itu PT.Expo juga memasarkan program
komputernya melalui PT.Erhk di Malaysia (ada hubungan istimewa)
sebagai distributor tunggal dan membayar royalty 15% dari penjualan
bersih.
• Perlakuan Perpajakannya, Karena program komputer yang dipasarkan
PT.Erhk sama dengan yang dipasarkan oleh PT.Abadi , maka atas dasar
“matching transaction method” untuk tujuan perpajakan sehingga
royaty di PT. Erhk pun harus 20%. Kalau kondisi yang sama tidak
diperoleh, maka perlu diadakan penyesuaian. Pendekatan demikian
disebut Comparable adjustable method / metode sebanding yang
disesuaikan
Pembelian Harta Perusahaan oleh Pemegang Saham atau
oleh Pihak yang mempunyai hubungan istimewa dengan
Harga yang lebih rendah dari harga pasar

• Tuan A, seorang pemegang 50 % saham PT.B. Perusahaan


memliki harta berupa kendaraan, dibeli A dengan harga Rp.
100.000.000,--.Harga pasaran kendaraan sejenis dalam
keadaan yang sama adalah Rp. 300.000.000,--
• Perlakuan Perpajakannya, karena harga pasar sebanding
kendaraan tersebut adalah Rp. 300.000.000,--, maka
penghasilan kena pajak PT.B dikoreksi positif Rp.
200.000.000,--, sedangkan bagi A selisih sebesar Rp.
200.000.000,-- merupakan penghasilan berupa deviden yang
oleh PT.B harus dipotong PPh pasal 23 sebesar Rp. 15%.
Penjualan kepada Pihak Luar Negeri melalui pihak
ke 3 yang tidak mempunyai subtansi usaha/ letter
box company

• PT. XX di Indonesia, memiliki hubungan istimewa dengan PT.YY di London, dua-duanya adalah
anak perusahaan PT.KK di Korea. Dalam usahanya PT.XX mengekspor barang yang langsung
dikirim X di USA atas pemintaan PT.YY. Harga pokok barang tersebut adalah Rp.
100.000,--.PT.XX selalu menagih PT.YY dengan jumlah Rp. 110.000,--sedang PT.YY menagih
X di USA . Informasi yang didapat dari USA menunjukkan bahwa X membeli barang dengan
harga Rp. 175.000,--.Keterangan lebih lanjut menunjukkan bahwa PT.YY hanya berupa Letter
Box Company/Reinvoicing Center, tanpa subtansi bisnis.
• Perlakuan Perpajakannya, Oleh karena diketahui tarif pajak di London lebih rendah (misal ),
maka terdapat indikasi adanya usaha untuk mengalihkan laba usaha dari Indonesia ke London
agar diperoleh penghematan pajak. Dengan memperhatikan fungsi/substansi bisnis dari PT.YY,
maka perantaraan transakasi bisnis demikian untuk perhitungan pajak dianggap tidak ada,
sehingga harga jual oleh PT.XX dikoreksi sebesar Rp. 65.000,--, kalau fungsi PT.YY adalah
sebagai agen yang pada umumnya mendapatkan laba kotor/komisi penjualan 10%, maka untuk
perhitungan PPh atas laba Rp. 75.000,--adalah :
• Untuk PT.YY adalah Rp. 17.500 (10% x Rp. 175.000 )
• Untuk PT.XX adalah Rp. 57.500 ( Rp. 75.000-Rp.17.500,--
• Harga jual oleh PT.XX y yang wajar adalah Rp.157.500,-- (Rp. 175.000,- - Rp. 17.500.--)

Anda mungkin juga menyukai