Anda di halaman 1dari 25

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua sehingga tugas matakuliah Industri dan Kelautan

ini dapat

diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.


Makalah yang berjudul ini Penyakit akibat Kerja merupakan salah satu tugas yang harus
kami kerjakan dalam mengikuti kuliah. Selain itu makalah ini juga merupakan salah satu bahan
acuan bagi kami dalam mempelajari berbagai hal tentang penyakit-penyakit yang timbul akibat
pekerjaan.
Ucapan terima kasih, kami sampaikan kepada dosen pengajar kami Pak Takdir Tahir karena
telah memberikan kesempatan kepada kami untuk membuat dan menyelesaikan makalah ini
sehingga kami pun tahu banyak tentang penyakit-penyakit yang timbul akibat pekerjaan.
Kami juga menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik
dari semua pihak sangat kami harapkan.
Akhir kata semoga kehadiran makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh mahasiswa
Makassar, 28 Februari 2008

PENYUSUN

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

.. 1
.. 2

BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang

.. 3

I.2 Tujuan percobaan

.............................................................. 4

BAB II ISI

.. 5

BAB III.PENUTUP
III.1 Kesimpulan

.. 27

III.2 Saran

.. 27

DAFTAR PUSTAKA

.................................................................28

PENYAKIT-PENYAKIT AKIBAT KERJA


I.1 Latar Belakang
Kemajuan dalam bidang industri sampai sekarang telah menghasilkan sekitar 70.000 jenis
bahan berupa logam, kimia, pelarut, plastik, karet, pestisida, gas, dan sebagainya yang di-gunakan
secara umum dalam kehidupan sehari-hari dan mem-berikan kenyaman dan kemudahan bagi
penduduk di seluruh dunia. Namun di lain pihak, bahan-bahan tersebut menimbulkan berbagai
dampak seperti cedera dan penyakit. Cedera akibat kerja dapat bersifat ergonomik, ortopedik, fisik,
mengenai mata, telinga dan lainnya. Penyakit-penyakit akibat pajanan di lingkungan kerja dapat
berupa toksik, infeksi, kanker, gangguan hati, saraf, alat reproduksi, kardiovaskular, kulit dan
saluran napas.
Pejabat organisasi buruh dunia, ILO, Annemarie Reerink, mengungkapkan rata-rata 6.000
orang tewas akibat kecelakaan dan penyakit di tempat kerja. Dalam setahun, rata-rata terjadi 2,2
juta kematian pekerja terkait dengan pekerjaannya.
Di negara-negara industri, 25-40 persen kematian terkait pekerjaan terjadi di sektor konstruksi,
meski sektor tersebut hanya memanfaatkan 6-10 persen tenaga kerja. Sedangkan kematian
pekerja akibat material berbahaya di tempat kerja, angkanya mencapai 138 ribu orang per tahun.
Pada 2003, 12 ribu anak-anak yang jadi pekerja juga menjadi korban akibat kecelakaan dan
penyakit yang terkait dengan pekerjaannya.
Sameera Maziadi Al Tuwaijri, direktur Program Safework ILO, mengemukakan kebanyakan
kecelakaan kerja dan penyakit yang terkait dengan dunia kerja itu sebenarnya bisa diantisipasi.
''Karena itu, penting disosialisasikan kepada pemerintah dan para pekerja, tentang pentingnya
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja,''.
Di Indonesia sendiri, berdasar hasil penelitian tentang pengetahuan keselamatan kerja siswa
SMK di enam provinsi yang termuat dalam situs Depdiknas menunjukkan pengetahuan murid SMK
soal keselamatan kerja masih terbilang rendah. Hanya 46 persen dari sekitar 4.000 responden
yang memahami tentang keselamatan kerja. Padahal, murid-murid SMK adalah kalangan yang
disiapkan untuk langsung memasuki pasar tenaga kerja.
Menteri

Tenaga

Kerja

dan

Transmigrasi

(Mennakertrans),

Erman

Suparno,

pernah

mengungkapkan bahwa angka kasus kecelakaan kerja belum menggembirakan. Selanjutnya dia
pun mengingatkan agar para pekerja dan manajemen perusahaan terus meningkatkan kedisplinan
dalam memenuhi standar keselamatan kerja.
Sebagai mahasiswa keperawatan yang nantinya akan terjun ke masyarakat dan akan
mendapati berbagai kondisi yang terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja, maka perlu
dibekali dengan berbagai pengetahuan diantaranya tentang penayakit akibat pekerjaan.

I. 2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah adalah untuk mengkaji lebih jauh tentang:
1. Jenis-jenis penyakit akibat pekerjaan terutama di daerah industri
2. Faktor-faktor predisposisi penyakit akibat pekerjaan.
3. Penanganan beberapa penyakit akibat pekerjaan.
4. Usaha-usaha pencegahan beberapa penyakit akibat pekerjaan.
TINJAUAN PUSTAKA
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya
dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan
pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara menyeluruh, merusak
lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Kemajuan dalam bidang industri sampai sekarang telah menghasilkan sekitar 70.000 jenis
bahan berupa logam, kimia, pelarut, plastik, karet, pestisida, gas, dan sebagainya yang di-gunakan
secara umum dalam kehidupan sehari-hari dan mem-berikan kenyaman dan kemudahan bagi
penduduk di seluruh dunia. Namun di lain pihak, bahan-bahan tersebut menimbulkan berbagai
dampak seperti cedera dan penyakit. Cedera akibat kerja dapat bersifat ergonomik, ortopedik, fisik,
mengenai mata, telinga dan lainnya. Penyakit-penyakit akibat pajanan di lingkungan kerja dapat
berupa toksik, infeksi, kanker, gangguan hati, saraf, alat reproduksi, kardiovaskular, kulit dan
saluran napas.
1. GANGGUAN PENGLIHATAN
Banyak hal yang menyebabkan mata terganggu. Hal ini bisa disebabkan oleh faktor pekerjaan,
kondisi lingkungan maupun kebiasaan. Dengan demikian, keluhan dan gangguan mata yang
dialami oleh polisi lalu lintas, tentulah akan sangat berbeda dengan teknisi komputer. Sebab kondisi
lingkungan dan jenis pekerjaannya berbeda. Yang sama adalah mata mereka mengalami
gangguan.
Perokok
Mata orang perokok juga bisa mengalami gangguan tersendiri. Penyebabnya bisa ditebak
dengan pasti yaitu karena asap rokok yang dikeluarkannya. Mata pada dasarnya memiliki sistem
perlindungan tersendiri.Mata yang normal akan mampu secara otomatis melakukan pelumasan

dengan mengeluarkan air mata. Jika ada debu atau benda asing yang secara sengaja maupun
tidak sengaja masuk ke mata, maka air matalah yang berfungsi untuk membersihkannya.
Pada perokok, kelenjar pada air mata mengalami gangguan akibat pencemaran yang
dimunculkannya sendiri dengan asap rokok. Asap rokok ini mempengaruhi kondisi luar dan dalam
tubuh.Untuk kondisi luar, asap rokok ini bisa dengan cepat memunculkan kerutan di sudut-sudut
kelopak mata (crow's feet), iritasi mata serta membuat kelenjar air mata mengering.
Keringnya kelenjar air mata inilah yang menyebabkan mata para perokok menjadi lebih kusam,
tidak bercahaya serta berwarna merah karena menurunnya kualitas air mata selaku pelumas.
Nikotin yang terdapat pada rokok bisa menyebabkan penyempitan pembuluh darah halus, baik di
jantung, otak maupun mata.Akibatnya daya ketajaman mata khusus untuk melihat benda-benda
yang jaraknya dekat sehingga memaksanya untuk menggunakan kaca mata baca.
Pengguna Komputer
Para pengguna komputer juga rentan mengalami gangguan mata. Ini disebabkan karena
pancaran radiasi layar komputer yang diterima mata dalam waktu yang cukup lama. Bagi para
pengguna komputer, keluhan yang sering muncul adalah mata terasa pedih, berair, mata lebih
lelah, mual-mual, pusing bahkan muntah.Gejala yang seperti ini sering disebut Computer Vision
Syndrom (CVS).. Tampilan layar monitor yang terlalu terang dengan warna yang panas seperti
warna merah, kuning, ungu, oranye akan lebih mempercepat kelelahan pada mata. Selain dari itu,
pantulan cahaya (silau) pada layar monitor yang berasal dari sumber lain seperti jendela, lampu
penerangan dan lain sebagainya, akan menambah beban mata. Pencahayaan ruangan kerja juga
berpengaruh pada beban mata. Pemakaian layar monitor yang tidak ergonomis dapat
menyebabkan keluhan pada mata. Berdasarkan hasil penelitian, 77 % para pemakai layar monitor
akan mengalami keluhan pada mata, mulai dari rasa pegal dan nyeri pada mata, mata merah, mata
berair, sampai pada iritasi mata bahkan kemungkinan katarak mata. Bila operator komputer
menggunakan soft lens (lensa mata), kelelahan mata akan lebih cepat terasa, karena mata yang
dalam keadaan memfokuskan ke layar monitor akan jarang berkedip sehingga bola mata cepat
menjadi kering dan ini menyebabkan timbulnya gesekan antara lensa dan kelopak mata
2. PENYAKIT KULIT
Penyakit kulit akibat kerja atau yang didapat sewaktu melakukan pekerjaan, banyak
penyebabnya. Agen sebagai penyebab penyakit kulit tersebut antara lain berupa agen-agen fisik,
kimia maupun biologis. Kebanyakan agen terdapat dalam pekerjaan industri. Paparan terhadap
kondisi cuaca lazim pada pekerja pertanian dan nelayan. Beberapa kelompok pekerja yang berisiko
tinggi antara lain

(a) pekerja pertanian, akibat kondisi cuaca, agen-agen zoonotik, pestisida, pupuk dan sebagainya,
(b) pekerja bangunan, akibat kontak dengan semen, cat, serat-serat mineral dan sebagainya,
(c) pekerja industri rekayasa, akibat kontak dengan minyak atau pelumas pemotong,
(d) penyepuh elektrik, akibat pembersih pelumas, asam-asam, garam-garam logam,
(e) petugas kesehatan, akibat kontak dengan antibiotika, anestesi lokal, desinfektan.
Agen-agen fisik menyebabkan trauma mekanik, termal atau radiasi langsung pada kulit.
Kebanyakan iritan langsung merusak kulit dengan cara :
(a) mengubah pH nya,
(b) bereaksi dengan protein-proteinnya (denaturasi),
(c) mengekstraksi lemak dari lapisan luarnya, atau
(d) merendahkan daya tahan kulit. Sedangkan reaksi yang menimbulkan alergi kulit umumnya
adalah hipersensitivitas tipe lambat.
Agen-agen sensitisasi bereaksi dengan protein dalam epidermis membentuk kompleks haptenprotein, yang merangsang pembentukan antibodi. Sementara itu, agen-agen aknegenik
menyumbat

kelenjar

dan

saluran-saluran

minyak,

mengakibatkan

peradangan

lokal.

Photosensitizer meningkatkan sensitivitas kulit terhadap radiasi ultraviolet .


Efek Klinis
Efek klinis yang ditimbulkan oleh agen-agen tersebut, bermanifestasi sebagai penyakit kulit
antara lain sebagai berikut:
Dermatitis kontak iritan primer, adalah dermatosis akibat kerja yang paling sering ditemukan.
Bentuk akut ditandai dengan eritema, edema, papula, vesikel atau bula, yang biasanya terdapat
pada tangan, lengan bawah dan wajah. Bentuk kronik tidak khas, mirip dengan kebanyakan
dermatosis yang lain dan penyebabnya tidak mudah dikenali.
Dermatitis (ekzema) kontak alergi, baik akut maupun kronis, mempunyai ciri-ciri klinis yang sama
dengan ekzema bukan akibat kerja.
Akne (jerawat) akibat kerja. Mirip dengan jerawat pada umumnya, tetapi terutama menyerang
bagian yang kontak dengan agen.
Dermatosis solaris akut. Penyakit kulit ini dianggap sebagai penyakit kulit akibat kerja, jika sangat
dipermudah oleh zat-zat fotodinamik yang digunakan dalam pekerjaan tersebut.
Kanker kulit akibat kerja. Biasanya berupa kanker sel skuamosa atau sel basal. Kanker akibat
kerja cenderung terjadi pada permukaan kulit yang paling banyak terpapar terhadap karsinogen.
Penyakit kulit menular akibat kerja. Paling sering adalah penyakit zoonotik, kandidiasis,
tuberkulosis verukosa.

Pemeriksaan
Pemeriksaan kesehatan dilakukan sebelum penempatan dan berkala, juga perhatian khusus pada
kulit di seluruh tubuh serta alergi. Pemeriksaan kesehatan berkala dianjurkan dilakukan dengan
selang waktu 6 bulan sampai 2 tahun, tergantung pada tingkat paparan di tempat kerja.
Alergen yang kuat, sensitizer dan karsinogen, sebaiknya diganti dengan bahan-bahan yang
kurang berbahaya. Kontak agen penyebab dengan kulit hendaknya dibatasi dengan upaya
pengendalian teknis. Pakaian pelindung, sarung tangan, maupun krem pelindung, sepatu boot dan
topeng wajah, sangat diperlukan
3. PENYAKIT PARU
Penyakit Paru Akibat Pekerjaan terjadi akibat terhirupnya partikel, kabut, uap atau gas yang
berbahaya pada saat seseorang sedang bekerja. Lokasi tersangkutnya zat tersebut pada saluran
pernafasan atau paru-paru dan jenis penyakit paru yang terjadi, tergantung kepada ukuran dan
jenis partikel yang terhirup. Partikel yang lebih besar mungkin akan terperangkap di dalam hidung
atau saluran pernafasan yang besar, tetapi partikel yang sangat kecil bisa sampai ke paru-paru.
Di dalam paru-paru, beberapa partikel dicerna dan bisa diserap ke dalam aliran darah.
Partikel yang lebih padat yang tidak dapat dicerna akan dikeluarkan oleh sistem pertahanan tubuh.
Tubuh memiliki beberapa cara untuk membersihkan partikel yang terhirup:
1. Di dalam saluran pernafasan, lendir akan membungkus partikel, sehingga bisa lebih mudah
dikeluarkan melalui batuk
2. Di dalam paru-paru, sel-sel pembersih tertentu, akan menelan partikel tersebut dan
melenyapkannya.
Partikel yang berbeda akan menghasilkan reaksi yang berbeda pula di dalam tubuh. Beberapa
partikel (misalnya serbuk tanaman) dapat menyebabkan reaksi alergi seperti rhinitis alergika atau
asma. Serbuk batubara, karbon dan oksida perak tidak menimbulkan reaksi yang berarti dalam
paru-paru. Serbuk silika dan asbes bisa menimbulkan jaringan parut yang menetap pada jaringan
paru-paru (fibrosis paru). Dalam jumlah yang cukup besar, asbes bisa menyebabkan kanker pada
perokok.
1. Silikosis
Silikosis adalah suatu penyakit saluran pernafasan akibat menghirup debu silika, yang
menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada paru-paru.

terdapat 3 jenis

silikosis:
1. silikosis kronis simplek, terjadi akibat pemaparan sejumlah kecil debu silika dalam jangka
panjang (lebih dari 20 tahun). Nodul-nodul peradangan kronis dan jaringan parut akibat
silika terbentuk di paru-paru dan kelenjar getah bening dada.

2. silikosis akselerata, terjadi setelah terpapar oleh sejumlah silika yang lebih banyak selama
waktu yang lebih pendek (4-8 tahun), peradangan, pembentukan jaringan parut dan gejalagejalanya terjadi lebih cepat.
3. silikosis akut, terjadi akibat pemaparan silikosis dalam jumlah yang sangat besar, dalam
waktu yang lebih pendek, paru-paru sangat meradang dan terisi oleh cairan, sehingga
timbul sesak nafas yang hebat dan kadar oksigen darah yang rendah.
.

Penyakit silicosis ditandai dengan sesak nafas yang disertai batuk-batuk. Batuk ii seringkali

tidak disertai dengan dahak. Pada silicosis tingkah sedang, gejala sesak nafas yang disertai terlihat
dan pada pemeriksaan fototoraks kelainan paru-parunya mudah sekali diamati. Bila penyakit
silicosis sudah berat maka sesak nafas akan semakin parah dan kemudian diikuti dengan hipertropi
jantung sebelah kanan yang akan mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
Pada

silikosis

simplek

dan

akselerata

bisa

terjadi

fibrosif

masif

progresif.

fibrosis ini terjadi akibat pembentukan jaringan parut dan menyebabkan kerusakan pada struktur
paru yang normal.
2. Paru-Paru Hitam (Pneumokoniosis)
Paru-paru Hitam (Pneumokoniosis penambang batubara) adalah suatu penyakit pernafasan
yang

terjadi

karena

menghirup

debu

batubara

dalam

jangka

panjang.

Pneumokoniosis pekerja batubara terjadi dalam 2 bentuk, yaitu simplek dan komplikata (fibrosis
masif progresif). Tipe simplek biasanya bersifat ringan, sedangkan tipe komplikata bisa berakibat
fatal. Pada paru-paru hitam simplek, serbuk batubara berkumpul di sekeliling saluran nafas kecil
(bronkiolus). Walupun relaitif lembam dan tidak menimbulkan banyak reaksi, serbuk batubara akan
menyebar ke seluruh paru-paru dan terlihat sebagai bercak-bercak kecil pada foto dada.
Serbuk batubara tidak menyumbat saluran nafas. Tetapi setiap tahunnya, 1-2% penderita paru-paru
hitam simplek, akan berkembang menjadi bentuk penyakit yang lebih serius yang disebut sebagai
fibrosis masif progresif, yang ditandai dengan terbentuknya jaringan parut yang luas di paru-paru
(minimal dengan diameter 1 cm). Meskipun sudah tidak lagi terjadi pemaparan debu batubara,
tetapi fibrosis masif progresif akan semakin memburuk. Jaringan parut bisa menimbulkan
kerusakan

pada

jaringan

dan

pembuluh

darah

paru-paru.

Penyebab
Paru-paru hitam merupakan akibat dari terhirupnya serbuk batubara dalam jangka waktu yang
lama. Merokok tidak menyebabkan meningkatnya angka kejadian paru-paru hitam, tetapi bisa
memberikan efek tambahan yang berbahaya bagi paru-paru. Resiko menderita paru-paru hitam
berhubungan dengan lamanya dan luasnya pemaparan terhadap debu batubara. Kebanyakan

pekerja yang terkena berusia lebih dari 50 tahun. Penyakit ini ditemukan pada 6 dari 100.000
orang.
Gejala
Paru-paru hitam simplek biasanya tidak menimbulkan gejala. Tetapi banyak penderita yang
mengalami batuk menahun dan mudah sesak nafas karena mereka juga menderita emfisema
(karena merokok) atau bronkitis (karena merokok atau terpapar polutan industri toksik lainnya).
Fibrosis

masif

progresif

yang

berat

juga

menyebabkan

batuk

dan

sesak

nafas.

Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan rontgen dada dan tes fungsi paru-paru.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, selain untuk mengobati komplikasinya (gagal
jantung kanan atau tuberkulosis paru). Jika terjadi gangguan pernafasan, maka diberikan
bronkodilator dan ekspektoran. Dianjurkan untuk menghindari pemaparan lebih lanjut.
Pencegahan
Paru-paru hitam dapat dicegah dengan menghindari debu batubara pada lingkungan kerja.
Pekerja tambang batubara harus menjalani pemeriksaan foto dada tiap 4-5 tahun sehingga
penyakit ini dapat ditemukan pada stadium awal. Jika ditemukan penyakit, maka pekerja tersebut
harus dipindahkan ke daerah dimana kadar debu batubaranya rendah, untuk menghindari
terjadinya fibrosis masif progresif.
3.

Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh debu atau serat asbes

yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari berbagai macam silikat, namun yang paling
utama adalah Magnesium silikat. Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang
menggunakan asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.
Gejala
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan gejala sesak napas
dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung jari penderitanya akan tampak
membesar / melebar. Apabila dilakukan pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu
asbes dalam dahak tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu
diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar jangan sampai
mengakibatkan asbestosis ini
Diagnosa
Pada pemeriksaan fisik dengan menggunakan stetoskop, akan terdengar suara ronki
Untuk memperkuat diagnosis, biasanya dilakukan pemeriksaan berikut:

Rontgen dada
Tes fungsi paru-paru
CT scan paru.
Pengobatan
Pengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang lendir/dahak dari
paru-paru melalui prosedur postural drainase, perkusi dada dan vibrasi. Diberikan obat semprot
untuk mengencerkan lendir. Mungkin perlu diberikan oksigen, baik melalui sungkup muka (masker)
maupun melalui selang plastik yang dipasang di lubang hidung. Kadang dilakukan pencangkokan
paru-paru. Mesotelioma berakibat fatal, kemoterapi tidak banyak bermanfaat dan pengangkatan
tumor tidak menyembuhkan kanker.
4. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam murni, oksida, sulfat,
maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan penyakit saluran pernapasan yang disebut
Beriliosis. Debu logam tersebut dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis
yang ditandai dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit Beriliosis
dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan logam campuran berilium, tembaga,
pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan
bahan penunjang industri nuklir.
Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam bentuk silikat) dan
juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit Beriliosis yang tertunda atau delayed berryliosis
yang disebut juga dengan Beriliosis kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah
berhenti menghirup udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja
tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam tersebut, penyakit
Beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan gejala mudah lelah, berat badan yang
menurun dan sesak napas. Oleh karena itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerjapekerja yang terlibat dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut perlu dilaksanakan terus
menerus.
5. Asma
Asma Karena Pekerjaan adalah suatu penyakit saluran pernafasan yang ditandai dengan
serangan sesak nafas, bengek dan batuk, yang disebabkan oleh berbagai bahan yang ditemui
ditempat kerja. Gejala-gejala tersebut biasanya timbul akibat kejang pada otot-otot yang melapisi
saluran udara, sehingga

saluran

udara

menjadi

sangat

sempit.

10

Penyebab
Banyak bahan (alergen, penyebab terjadinya gejala) di tempat kerja yang bisa menyebabkan
asma karena pekerjaan. Yang paling sering adalah molekul protein (debu kayu, debu gandum, bulu
binatang, partikel jamur) atau bahan kimia lainnya (terutama diisosianat). Angka yang pasti dari
kejadian asma karena pekerjaan tidak diketahui, tetapi diduga sekitar 2-20% asma di negara
industri

merupakan

asma

karena

pekerjaan.

Para pekerja yang memiliki resiko tinggi untuk menderita asma karena pekerjaan adalah;
Pekerja plastic, logam, pembakaran, penggilingan, pengangkut, gandum, laboratorium, kayu, di
pabrik obat, dan di pabrik deterjen..
Gejala
Gejala biasanya timbul sesaat setelah terpapar oleh alergen dan seringkali berkurang atau
menghilang jika penderita meninggalkan tempat kerjanya. Gejala seringkali semakin memburuk
selama

hari

kerja

dan

membaik

pada

akhir

minggu

atau

hari

libur.

Beberapa penderita baru mengalami gejalanya dalam waktu 12 jam setelah terpapar oleh alergen.
Gejalanyaberupa:

Sesak nafas

Bengek

Batuk

Merasakan sesak di dada

Diagnosa
Dalam riwayat perjalanan penyakit, biasanya penderita merasakan gejala yang semakin memburuk
jika

terpapar

oleh

alergen

tertentu

di

lingkungan

tempatnya

bekerja.

Pada pemeriksaan dengan stetoskop akan terdengar bunyi wheezing (bengek, mengi).
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan :

-Tes fungsi paru

-Pengukuran puncak laju aliran ekspirasi sebelum dan sesudah bekerja

-Rontgen dada

-Hitungjenisdarah
-Tes provokasi bronkial (untuk mengukur reaksi terhadap alergen yang dicurigai)
-Tes darah untuk menemukan antibodi khusus.

Pengobatan
Pengobatan sama seperti jenis asma lainnya, yaitu diberikan bronkodilator (obat yang
membuka saluran pernafasan), baik dalam bentuk obat hirup (contohnya albuterol) atau dalam

11

bentuk tablet (contohnya theophylline). Untuk serangan yang hebat, dapat diberikan corticosteroid
(misalnya

prednisone)

per-oral

(melalui

mulut)

dalam

jangka

pendek.

Untuk penanganan jangka panjang, lebih baik diberikan corticosteroid dalam bentuk hirup.
Pencegahan
Industri yang menggunakan zat-zat yang dapat menyebabkan asma, harus mengkontrol
debu

dan

udara,

karena

untuk

menghilangkannya

adalah

suatu

hal

yang

mustahil.

Pekerja dengan asma yang berat, jika memungkinkan, harus mengganti pekerjaannya karena
pemaparan yang terus menerus akan menjadikan asma bertambah berat dan bersifat menetap.
Jika alergen/penyebabnya telah diketahui, untuk mencegah terjadinya gejala, sebaiknya penderita
menghindari alergen tersebut.
6. Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh pencemaran
debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke dalam paru-paru. Debu kapas
atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan
pergudangan kapas serta pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti
tempat pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.
Bakteri yang sering ditemukan adalah golongan Enterobacter aglomerans. Pernah pula
ditemukan bakteri Pseudomonas syringae, Pseudomonas stuszeril, dan lain-lain. Masa inkubasi
penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-tanda awal penyakit bisinosis ini berupa
sesak napas, terasa berat pada dada, terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap
minggu). Secara psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan
beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas yang masuk ke
dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut
atau berat, penyakit tersebut biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin
juga disertai dengan emphysema.
Gejala khas dari bisinosis adalah timbulnya "Sindrom hari Senin", terutama saat tingkat
penyakit masih ringan. Ditandai dengan rasa berat atau sesak di dada dan keluhan sesak napas
pada hari pertama masuk kerja, mirip orang-orang yang enggan betul ke kantor pada hari Senin
setelah menikmati akhir pecan
Berat ringannya gejala tergantung pada derajat penyakit. Schilling membuat urutan derajat
beratnya penyakit sebagai berikut

Derajat setengah: Kadang-kadang ada keluhan rasa berat di dada pada hari pertama
masuk kerja.

12

Derajat satu: Ada keluhan rasa berat di dada atau sesak napas pada hari pertama masuk
kerja.

Derajat dua: Keluhan rasa berat di dada dan sesak napas tidak hanya terjadi pada hari
pertama masuk kerja, tetapi berlanjut pada hari-hari lain.

Derajat tiga: kecuali gejala-gejala pada derajat dua, ditambah adanya kelainan paru
menetap.

Pencegahan
Mengingat industri tekstil termasuk strategis dan sangat penting bagi Indonesia, karena
menyangkut penyedia lapangan kerja yang cukup besar, maka pencegahan penyakit paru akibat
pencemaran debu kapas perlu perhatian saksama. Upaya pencegahan dapat dilakukan baik
terhadap bahan dan lingkungan kerja maupun tenaga kerjanya sendiri. Terhadap lingkungan kerja,
dapat dibuat ventilasi umum dengan mengisap udara keluar. Meniup atau membersihkan lantai
dengan sapu sebaiknya tidak dilakukan, karena akan memperberat pencemaran. Pembersihan
mesin sebaiknya menggunakan pompa hampa udara, jadi bukan secara mekanis.
Terhadap bahan kapasnya, sebaiknya dilakukan pemasakan (steaming) kapas, untuk
mengurangi efek biologis dari debu kapas. Pencucian kapas sebelum proses pembuatan tekstil
akan mengurangi pencemaran debu kapas di lingkungan kerja. Pengolahan ulang kapas
menggunakan autoclave juga dianggap berperan mencegah penyakit ini. Untuk para pekerjanya,
sebaiknya dilakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala. Bagi mereka yang mulai
mengeluhkan gejala bisinosis, sebaiknya dipertimbangkan untuk dipindahkan ke bagian lain yang
bebas pencemaran debu kapas.
7. PENYAKIT SILO FILLER
Nitrogen dioksida terbentuk dari proses pembakaran berbagai industri dan rumah tangga,
melalui proses oksidasi oksigen dan nitrogen di udara bebas akibat panas tinggi. Rumah memakai
kompor gas memiliki kadar NOlebih tinggi dibandingkan dengan rumah yang memakai kompor
listrik, dan kadar puncaknya dapat mencapai 2,0 ppm. Nitrogen dioksida juga didapat pada
bangunan kedap udara penyimpan makanan yang disebut silo. Dalam silo NO terbentuk dari pembusukan rumput dan tanaman lainnya, juga tanah yang mengandung nitrogen mengalami oksidasi
membentuk NOdi dasarnya. Ketika silo dibuka NOakan keluar sehingga langsung dapat terhirup
dalam konsentrasi tinggi dan menyebabkan efek toksik berat yang dikenal dengan istilah silo fillers'
disease.

13

Gejala
Petani dapat terpajan NO bila masuk ke dalam silo setelah 1 minggu pengisian, bahkan kadang
terjadi meskipun hanya mendekati silo tanpa membukanya. Gambaran klinis fase awal tergantung
kepada konsentrasi. Bila inhalasi NO2tidak lama dan konsentrasi rendah hanya menimbulkan
gejala respiratorik ringan. Pada fase ke dua muncul batuk dengan sputum berbusa dan sesak
napas, dalam 1-2 jam kemu-dian dapat terjadi edema paru dan sianosis disertai takipnea, takikardi,
ronki dan mengi di seluruh paru. Sesak dan batuk-batuk selama beberapa jam dapat bertahan 2-3
minggu meskipun gejala lain membaik. Pada fase ini pasien terkadang menggigil dan demam.
Gambaran radiologis Pada tingkat awal bervariasi, mulai dari gambaran normal sampai tandatanda edema paru. Sebagian besar kasus menunjukkan gambaran nodul berukuran buah ceri
tersebar di seluruh lapangan paru pada fase awal. Gambaran nodul kemudian hilang, Pada fase
kedua hanya terlihat gambaran infiltrat milier seperti penyebaran hematogen tuberkulosis.
Pemeriksan fungsi paru pada fase awal menun-jukkan pengurangan volume paru dan kapasitas
difusi. Saturasi oksigen juga menurun pada fase kedua. Beberapa kasus menunjukkan kapasitas
difusi yang rendah, dengan perbaikan yang lambat hingga 2 sampai 6 bulan.Gambaran patologis
lesi akut menunjukkan edema mukosa luas dan eksudasi sel inflamasi. Kapiler alveoli melebar,
terisi cairan dan sel darah. Lesi lanjut menunjukkan gambaran bronkiolitis. Bronkus dan bronkiolus
terbungkus oleh sel-sel inflamasi dengan fibrin mengisi seluruh lumen. Biopsi paru serial pada satu
pasien menunjukkan bahwa lesi tersebut akan menghilang dalam 6 bulan dengan meninggalkan
kolagen interstisial dan dilatasi alveoli.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan silo fillers' disease sesuai dengan gejala, diikuti dengan pemberian
kortikosteroid. Hal yang penting adalah pencegahan dengan memberikan informasi terutama
kepada pekerja resiko tinggi seperti petani atau peternak di-sertai peringatan bahaya di silo dan
menjauhkan anak-anak dari silo. Kematian dapat terjadi baik pada awal maupun fase kedua peyakit
ini. Bila pasien mampu bertahan pada tahap ini, dalam 2-3 minggu pasien dapat sembuh.
Saat ini belum ada terapi antidot spesifik terhadap intoksikasi akibat inhalasi gas beracun.
Penatalaksanaan pertama akibat pajanan akut inhalasi gas toksik adalah memindahkan pasien dari
daerah pajanan, resusitasi pengamatan tanda vital dengan observasi ketat. Jika terjadi efek pada
saluran napas bawah perlu kewaspadaan meskipun penderita tidak menunjuk-kan gejala apapun
karena mungkin masih berada pada kondisiedema paru laten. Pemeriksaan meliputi uji fungsi paru,

14

saturasi oksigen (oksimetri) atau tekanan parsial oksigen berdasar analisis gas darah. Pemeriksaan
foto toraks sebaiknya dilakukan dalam 8 jam setelah pajanan.
Pencegahan Penyakit Paru
1 Menambah Alat Bantu
Untuk melengkapi cara penaggulangan pencemaran lingkungan secara teknis dilakukan dengan
menambahkan alat bantu yang dapat mengurangi pencemaran. Alat bantu yang digunakan
tergantung pada keadaan dan macam kegiatan.
2 Filter Udara
Filter udara dimaksudkan untuk yang ikut keluar pada cerobong atau stack, agar tidak ikut
terlepas ke lingkungan sehingga hanya udara bersih yang saja yang keluar dari cerobong. Filter
udara yang dipasang ini harus secara tetap diamati (dikontrol), kalau sudah jenuh (sudah penuh
dengan abu/ debu) harus segera diganti dengan yang baru. Jenis filter udara yang digunakan
tergantung pada sifat gas buangan yang keluar dari proses industri, apakah berdebu banyak,
apakah bersifat asam, atau bersifat alkalis dan lain sebagainya. Beberapa contoh filter udara yang
banyak digunakan dalam industri dapat dilihat pada Tabel 23.
No. Jenis Filter

Bahan

Ketahanan
I

II

III

IV

1.

Catton

Cellulose

2.

Nylon

Polymide

3.

Orlon

Polyacrylonitrile

4.

Dacron

Polyester

5.

Fiberglass

Glass

C-D

6.

Polypropylene

Olefin

7.

Wool

Protein

8.

Nomex

Polyamide

9.

Teflon

Polyfluoreothylen

Catatan :
Ketahanan

I = tahan terhadap abrasi


II = tahan terhadap asam anorganik
III = tahan terhadap asam organik

15

IV = tahan terhadap aklai


A = sangat baik
B = Baik
C = Sedang
D = Buruk
3 Pengendap Siklon
Pengendap Siklon atau Cyclone Separators adalah pengedap debu / abu yang ikut dalam gas
buangan atau udara dalam ruang pabrik yang berdebu. Prinsip kerja pengendap siklon adalah
pemanfaatan gaya sentrifugal dari udara / gas buangan yang sengaja dihembuskan melalui tepi
dinding tabung siklon sehingga partikel yang relatif berat akan jatuh ke bawah. Ukuran partikel /
debu / abu yang bisa diendapkan oleh siklon adalah antara 5 u 40 u. Makin besar ukuran debu
makin cepat partikel tersebut diendapkan.
4 Filter Basah
Nama lain dari filter basah adalah Scrubbers atau Wet Collectors. Prinsip kerja filter basah
adalah membersihkan udara yang kotor dengan cara menyemprotkan air dari bagian atas alt,
sedangkan udara yang kotor dari bagian bawah alat. Pada saat udara yang berdebu kontak dengan
air, maka debu akan ikut semprotkan air turun ke bawah. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
dapat juga prinsip kerja pengendap siklon dan filter basah digabungkan menjadi satu.
Penggabungan kedua macam prinsip kerja tersebut menghasilkan suatu alat penangkap debu yang
dinamakan. Pengendap Siklon Filter Basah seperti tampak pada gambar di bawah ini:
5 Pegendap Sistem Gravitasi
Alat pengendap ini hanya digunakan untuk membersihkan udara kotor yang ukuran partikelnya
relatif cukup besar, sekitar 50 u atau lebih. Cara kerja alat ini sederhana sekali, yaitu dengan
mengalirkan udara yang kotor ke dalam alat yang dibuat sedemikian rupa sehingga pada waktu
terjadi perubahan kecepatan secara tiba-tiba (speed drop), zarah akan jatuh terkumpul di bawah
akibat gaya beratnya sendiri (gravitasi). Kecepatan pengendapan tergantung pada dimensi alatnya.

16

6 Pengendap Elektrostatik
Alat pengendap elektrostatik digunakan untuk membersihkan udara yang kotor dalam jumlah
(volume) yang relatif besar dan pengotor udaranya adalah aerosol atau uap air. Alat ini dapat
membersihkan udara secara cepat dan udara yang keluar dari alat ini sudah relatif bersih.
Alat pengendap elektrostatik ini menggunakan arus searah (DC) yang mempunyai tegangan
antara 25 100 kv. Alat pengendap ini berupa tabung silinder di mana dindingnya diberi muatan
positif, sedangkan di tengah ada sebuah kawat yang merupakan pusat silinder, sejajar dinding
tabung, diberi muatan negatif. Adanya perbedaan tegangan yang cukup besar akan menimbulkan
corona discharga di daerah sekitar pusat silinder. Hal ini menyebabkan udara kotor seolah olah
mengalami ionisasi. Kotoran udara menjadi ion negatif sedangkan udara bersih menjadi ion positif
dan masing-masing akan menuju ke elektroda yang sesuai. Kotoran yang menjadi ion negatif akan
ditarik oleh dinding tabung sedangkan udara bersih akan berada di tengah-tengah silinder dan
kemudian terhembus keluar.
4. KETULIAN
Bising adalah suara atau bunyi yang mengganggu atau tidak dikehendaki. Dari definisi ini
menunjukkan bahwa sebenarnya bising itu sangat subyektif,tergantung dari masing-masing
individu, waktu dan tempat terjadinya bising.6Sedangkan secara audiologi, bising adalah campuran
bunyi nada murni denganberbagai frekwensi.Cacat pendengaran akibat kerja ( occupational
deafness / noise induced hearing loss ) adalah hilangnya sebahagian atau seluruh pendengaran
seseorangyang bersifat permanen, mengenai satu atau kedua telinga yang disebabkan olehbising
terus menerus dilingkungan tempat kerja. Dalam lingkungan industri, semakintinggi intensitas
kebisingan dan semakin lama waktu pemaparan kebisingan yangdialami oleh para pekerja,
semakin berat gangguan pendengaran yang ditimbulkan pada para pekerja tersebut.
Tuli akibat bising merupakan tuli sensorineural yang paling sering dijumpaisetelah presbikusis.
Lebih dari 28 juta orang Amerika mengalami ketulian denganberbagai macam derajat, dimana 10
juta orang diantaranya mengalami ketulianakibat terpapar bunyi yang keras pada tempat kerjanya.
ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemaparan kebisingan :
1. Intensitas kebisingan
2. Frekwensi kebisingan
3. Lamanya waktu pemaparan bising
4. Kerentanan individu
5. Jenis kelamin
6. Usia

17

. 7 Kelainan di telinga tengah


Pengaruh kebisingan pada pendengaran
Perubahan ambang dengar akibat paparan bising tergantung pada frekwensi
bunyi, intensitas dan lama waktu paparan, dapat berupa :2,13
1. Adaptasi
Bila telinga terpapar oleh kebisingan mula-mula telinga akan merasa terganggu oleh kebisingan
tersebut, tetapi lama-kelamaan telinga tidak merasa nterganggu lagi karena suara terasa tidak
begitu keras seperti pada awal pemaparan.
2. Peningkatan ambang dengar sementara
Terjadi kenaikan ambang pendengaran sementara yang secara perlahanlahan akan kembali
seperti semula. Keadaan ini berlangsung beberapa menit sampaibeberapa jam bahkan sampai
beberapa minggu setelah pemaparan. Kenaikan ambang pendengaran sementara ini mula-mula
terjadi pada frekwensi 4000 Hz,tetapi bila pemeparan berlangsung lama maka kenaikan nilai
ambang pendengaransementara akan menyebar pada frekwensi sekitarnya. Makin tinggi intensitas
danlama waktu pemaparan makin besar perubahan nilai ambang pendengarannya.Respon tiap
individu terhadap kebisingan tidak sama tergantung dari sensitivitasmasing-masing individu.
3. Peningkatan ambang dengar menetap
Kenaikan terjadi setelah seseorang cukup lama terpapar kebisingan, terutama terjadi pada
frekwensi 4000 Hz. Gangguan ini paling banyak ditemukan dan bersifatpermanen, tidak dapat
disembuhkan . Kenaikan ambang pendengaran yang menetapdapat terjadi setelah 3,5 sampai 20
tahun terjadi pemaparan, ada yang mengatakanbaru setelah 10-15 tahun setelah terjadi
pemaparan. Penderita mungkin tidakmenyadari bahwa pendengarannya telah berkurang dan baru
diketahui setelahdilakukan pemeriksaan audiogram.
Hilangnya pendengaran sementara akibat pemaparan bising biasanya sembuh setelah istirahat
beberapa jam ( 1 2 jam ). Bising dengan intensitas tinggi dalamwaktu yang cukup lama ( 10 15
tahun ) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti sampai terjadi destruksi total organ
Corti. Proses ini belum jelasterjadinya, tetapi mungkin karena rangsangan bunyi yang berlebihan
dalam waktulama dapat mengakibatkan perubahan metabolisme dan vaskuler sehingga
terjadikerusakan degeneratif pada struktur sel-sel rambut organ Corti. Akibatnya terjadikehilangan
pendengaran yang permanen. Umumnya frekwensi pendengaran yangmengalami penurunan
intensitas adalah antara 3000 6000 Hz dan kerusakan alatCorti untuk reseptor bunyi yang
terberat terjadi pada frekwensi 4000 Hz (4 Knotch). Ini merupakan proses yang lambat dan
tersembunyi, sehingga padatahap awal tidak disadari oleh para pekerja. Hal ini hanya dapat
dibuktikan denganpemeriksaan audiometri. Apabila bising dengan intensitas tinggi tersebut terus
berlangsung dalam waktu yang cukup lama, akhirnya pengaruh penurunanpendengaran akan

18

menyebar ke frekwensi percakapan ( 500 2000 Hz ). Padasaat itu pekerja mulai merasakan
ketulian karena tidak dapat mendengar pembicaraan sekitarnya.
Pembagian
Secara umum efek kebisingan terhadap pendengaran dapat dibagi atas 2
kategori yaitu :
1. Noise Induced Temporary Threshold Shift ( TTS )
2. Noise Induced Permanent Threshold Shift ( NIPTS )
NOISE INDUCED TEMPORARY THRESHOLD SHIFT ( NITTS/TTS )
Seseorang yang pertama sekali terpapar suara bising akan mengalamiberbagaiperubahan,
yang mula-mula tampak adalah ambang pendengaranbertambah tinggi pada frekwensi tinggi. Pada
gambaran audiometri tampak sebagai notch yang curam pada frekwensi 4000 Hz, yang disebut
juga acoustic notch.15Pada tingkat awal terjadi pergeseran ambang pendengaran yang
bersifatsementara, yang disebut juga NITTS. Apabila beristirahat diluar lingkungan bisingbiasanya
pendengaran dapatkembali normal.
NOISE INDUCED PERMANENT THRESHOLD SHIFT ( NIPTS /PTS)
Didalam praktek sehari-hari sering ditemukan kasus kehilangan pendengaranakibat suara
bising, dan hal ini disebut dengan occupational hearing loss ataukehilangan pendengaran
karena pekerjaan atau nama lainnya ketulian akibat bisingindustri.15
Dikatakan bahwa untuk merubah NITTS menjadi NIPTS diperlukan waktubekerja dilingkungan
bising selama 10 15 tahun, tetapi hal ini bergantung juga
kepada :
1. tingkat suara bising
2. kepekaan seseorang terhadap suara bising
NIPTS biasanya terjadi disekitar frekwensi 4000 Hz dan perlahan-lahanmeningkat dan
menyebar ke frekwensi sekitarnya. NIPTS mula-mula tanpa keluhan,tetapi apabila sudah menyebar
sampai ke frekwensi yang lebih rendah ( 2000 dan3000 Hz ) keluhan akan timbul. Pada mulanya
seseorang akan mengalami kesulitanuntuk mengadakan pembicaraan di tempat yang ramai, tetapi
bila sudah menyebarke frekwensi yang lebih rendah maka akan timbul kesulitan untuk mendengar
suarayang sangat lemah. Notch bermula pada frekwensi 3000 6000 Hz, dan setelahbeberapa
waktu gambaran audiogram menjadi datar pada frekwensi yang lebihtinggi. Kehilangan
pendengaran pada frekwensi 4000 Hz akan terus bertambah danmenetap setelah 10 tahun dan
kemudian perkembangannya menjadi lebih lambat.

19

TULI KARENA TRAUMA AKUSTIK


Perubahan pendengaran terjadi secara tiba-tiba, karena suara impulsif dengan intensitastinggi,
seperti letusan, ledakan dan lainnya. Diagnosis mudah dibuat karena penderita dapat mengatakan
dengan tepat terjadinya ketulian. Tuli ini biasanya bersifat akut, tinitus, cepat sembuh secara parsial
atau komplit.
Patogenesis
Tuli akibat bising mempengaruhi organ Corti di koklea terutama sel-selrambut. Daerah yang
pertama terkena adalah sel-sel rambut luar yang menunjukkanadanya degenerasi yang meningkat
sesuai dengan intensitas dan lama paparan.Stereosilia pada sel-sel rambut luar menjadi kurang
kaku sehingga mengurangirespon terhadap stimulasi. Dengan bertambahnya intensitas dan durasi
paparanakan dijumpai lebih banyak kerusakan seperti hilangnya stereosilia. Daerah yangpertama
kali terkena adalah daerah basal. Dengan hilangnya stereosilia, sel-selrambut mati dan digantikan
oleh jaringan parut. Semakin tinggi intensitas paparan bunyi, sel-sel rambut dalam dan sel-sel
penunjang juga rusak. Dengan semakinluasnya kerusakan pada sel-sel rambut, dapat timbul
degenerasi pada saraf yangjuga dapat dijumpai di nukleus pendengaran pada batang otak.
Perubahan anatomi yang berhubungan dengan paparan bising
Dari sudut makromekanikal ketika gelombang suara lewat, membranabasilaris meregang
sepanjang sisi ligamentum spiralis, dimana bagian tengahnyatidak disokong. Pada daerah ini
terjadi penyimpangan yang maksimal. Sel-selpenunjang disekitar sel rambut dalam juga sering
mengalami kerusakan akibatpaparan bising yang sangat kuat dan hal ini kemungkinan merupakan
penyebabmengapa baris pertama sel rambut luar yang bagian atasnya bersinggungan
denganprocess dari sel pilar luar dan dalam merupakan daerah yang palingsering rusak.
Bagaimana energi mekanis ditransduksikan kedalam peristiwa intraseluleryang memacu
pelepasan neurotransmitter ? Saluran transduksi berada padamembran plasma pada masingmasing silia, baik didaerah tip atau sepanjangtangkai ( shaft ), yang dikontrol oleh tip links, yaitu
jembatan kecil diantara siliabagian atas yang berhubungan satu sama lain. Gerakan mekanis pada
barisan yangpaling atas membuka ke saluran menyebabkan influks K+ dan Ca++ danmenghasilkan
depolarisasi membran plasma. Pergerakan daerah yang berlawananakan menutup saluran serta
menurunkan jumlah depolarisasi membran. Apabiladepolarisasi mencapai titik kritis dapat memacu
peristiwa intraseluler.Telah diketahui bahwa sel rambut luar memiliki sedikit afferen dan
banyakefferen.
Gerakan mekanis membrana basilaris merangsang sel rambut luar berkontraksi sehingga
meningkatkan gerakan pada daerah stimulasi danmeningkatkan gerakan mekanis yang akan
diteruskan ke sel rambut dalam dimananeurotransmisi terjadi. Kerusakan sel rambut luar
mengurangi sensitifitas dari bagiankoklea yang rusak.Kekakuan silia berhubungan dengan tip links
yang dapat meluas ke daerah basal melalui lapisan kutikuler sel rambut. Liberman dan Dodds

20

(1987)memperlihatkan keadaan akut dan kronis pada awal kejadian dan kemudian padastimulasi
yang lebih tinggi, fraktur daerah basal dan hubungan dengan hilangnyasensitifitas saraf akibat
bising.
Fraktur daerah basal menyebabkan kematian sel.Paparan bising dengan intensitas rendah
menyebabkan kerusakan minimal silia,tanpa fraktur daerah basal atau kerusakan tip links yang
luas. Tetapi suara denganintensitas tinggi dapat menyebabkan kerusakan tip links sehingga
menyebabkankerusakan yang berat, fraktur daerah basal dan perubahan-perubahan sel
yangirreversibel.
PERUBAHAN HISTOPATOLOGI TELINGA AKIBAT KEBISINGAN
Lokasi dan perubahan histopatologi yang terjadi pada telinga akibat kebisingan adalah sebagai
berikut :13
1. Kerusakan pada sel sensoris
a. degenerasi pada daerah basal dari duktus koklearis
b. pembengkakan dan robekan dari sel-sel sensoris
c. anoksia
2. Kerusakan pada stria vaskularis
Suara dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan kerusakan stria vaskularis oleh karena
penurunan bahkan penghentian aliran darah pada stria vaskularis dan ligamen spiralis sesudah
terjadi rangsangan suara dengan intensitas tinggi.
3. Kerusakan pada serabut saraf dan nerve ending
Keadaan ini masih banyak dipertentangkan, tetapi pada umumnya kerusakan ini merupakan
akibat sekunder dari kerusakan-kerusakan sel-sel sensoris.
4. Hidrops endolimfa
Gambaran klinis
Tuli akibat bising dapat mempengaruhi diskriminasi dalam berbicara( speech discrimination )
dan fungsi sosial. Gangguan pada frekwensi tinggi dapatmenyebabkan kesulitan dalam menerima
dan membedakan bunyi konsonan. Bunyidengan nada tinggi, seperti suara bayi menangis atau
deringan telepon dapat tidakdidengar sama sekali. Ketulian biasanya bilateral. Selain itu tinnitus
merupakan gejala yang sering dikeluhkan dan akhirnya dapat mengganggu ketajaman
pendengaran dan konsentrasi.Secara umum gambaran ketulian pada tuli akibat bising ( noise
induced hearing loss ) adalah :
1. Bersifat sensorineural
2. Hampir selalu bilateral
3. Jarang menyebabkan tuli derajat sangat berat ( profound hearing loss )
Derajat ketulian berkisar antara 40 s/d 75 dB.
4. Apabila paparan bising dihentikan, tidak dijumpai lagi penurunan

21

pendengaran yang signifikan.


5. Kerusakan telinga dalam mula-mula terjadi pada frekwensi 3000, 4000 dan6000

Hz, dimana

kerusakan yang paling berat terjadi pada frekwensi 4000Hz.


6. Dengan paparan bising yang konstan, ketulian pada frekwensi 3000, 4000 dan 6000 Hz akan
mencapai tingkat yang maksimal dalam 10 15 tahun.Selain pengaruh terhadap pendengaran (
auditory ), bising yang berlebihanjuga mempunyai pengaruh non auditory seperti pengaruh
terhadap komunikasiwicara, gangguan konsentrasi, gangguan tidur sampai memicu stress
akibatgangguan pendengaran yang terjadi.
Diagnosis
Di dalam menegakkan diagnosis NIHL, ahli THT harus melakukan anamnesisyang teliti,
pemeriksaan fisik serta pemeriksaan audiologik. Dari anamnesis didapati riwayat penah bekerja
atau sedang bekerja di lingkungan bising dalamjangka waktu yang cukup lama, biasanya lebih dari
5 tahun. Sedangkan padapemeriksaan otoskopik tidak ditemukan kelainan. Pada pemeriksaan tes
penala didapatkan hasil Rinne positip, Weberlateralisasi ke telinga yang pendengarannya lebih baik
dan Schwabach memendek.Kesan jenis ketuliannya adalah tuli sensorineural yang biasanya
mengenai keduatelinga.
Ketulian timbul secara bertahap dalam jangka waktu bertahun-tahun, yang biasanya terjadi
dalam 8 10 tahun pertama paparan.5 Pemeriksaan audiometrinada murni didapatkan tuli
sensorineural pada frekwensi tinggi( umumnya 3000 6000 Hz ) dan pada frekwensi 4000 Hz
sering terdapat takik( notch ) yang patognomonik untuk jenis ketulian ini.Sedangkan pemeriksaan
audiologi khusus seperti SISI ( Short IncrementSensitivity Index ), ABLB ( Alternate Binaural
Loudness

Balance

dan

SpeechAudiometry

menunjukkan

adanya

fenomena

rekrutmen( recruitment ) yang khas untuk tuli saraf koklea.Untuk menegakkan diagnosis klinik dari
ketulian yang disebabkan oleh bisingdan hubungannya dengan pekerja, maka seorang dokter
harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut :
1. Riwayat timbulnya ketulian dan progresifitasnya.
2. Riwayat pekerjaan, jenis pekerjaan dan lamanya bekerja.
3. Riwayat penggunaan proteksi pendengaran.
4. Meneliti bising di tempat kerja, untuk menentukan intensitas dan durasi bisingyang menyebabkan
ketulian.
5. Hasil pemeriksaan audiometri sebelum kerja dan berkala selama kerja.
Pentingnya

mengetahui

tingkat pendengaran

awal

para pekerja dengan

melakukan

pemeriksaan audiometri sebelum bekerja adalah bila audiogram menunjukkan ketulian, maka
dapat diperkirakan berkurangnya pendengaran
tersebut akibat kebisingan di tempat kerja.
6. Identifikasi penyebab untuk menyingkirkan penyebab ketulian non industrial

22

seperti riwayat penggunaan obat-obat ototoksik atau riwayat penyakit


sebelumnya.
Penatalaksanaan
Sesuai dengan penyebab ketulian, penderita sebaiknya dipindahkan kerjanya
dari lingkungan bising. Bila tidak mungkin dipindahkan dapat dipergunakan alat pelindung telinga
yaitu berupa sumbat telinga ( ear plugs ), tutup telinga ( ear muffs) dan pelindung kepala ( helmet ).
1Oleh karena tuli akibat bising adalah tuli saraf koklea yang bersifat menetap (irreversible ), bila
gangguan

pendengaran

sudah

mengakibatkan

kesulitan

berkomunikasi

dengan

volume

percakapan biasa, dapat dicoba pemasangan alat bantu dengar ( ABD ). Apabila pendengarannya
telah sedemikian buruk, sehingga dengan memakai ABD pun tidak dapat berkomunikasi dengan
adekuat, perlu dilakukan psikoterapi supaya pasien dapat menerima keadaannya. Latihan
pendengaran (auditory training ) juga dapat dilakukan agar pasien dapat menggunakan sisa
pendengaran dengan ABD secara efisien dibantu dengan membaca ucapan bibir ( lip reading ),
mimik dan gerakan anggota badan serta bahasa isyarat untuk dapat berkomunikasi.
Prognosis
Oleh karena jenis ketulian akibat terpapar bising adalah tuli saraf koklea yang sifatnya menetap,
dan tidak dapat diobati secara medikamentosa maupunpembedahan, maka prognosisnya kurang
baik. Oleh sebab itu yang terpentingadalah pencegahan terjadinya ketulian.
Pencegahan
Tujuan utama perlindungan terhadap pendengaran adalah untuk mencegah terjadinya NIHL
yang disebabkan oleh kebisingan di lingkungan kerja.
Program ini terdiri dari 3 bagian yaitu :
1. Pengukuran pendengaran
Test pendengaran yang harus dilakukan ada 2 macam, yaitu :
a. Pengukuran pendengaran sebelum diterima bekerja.
b. Pengukuran pendengaran secara periodik.
2. Pengendalian suara bising
Dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
a. Melindungi telinga para pekerja secara langsung dengan memakai earmuff ( tutup telinga ),
ear plugs ( sumbat telinga ) dan helmet (pelindung kepala ).
b. Mengendalikan suara bising dari sumbernya, dapat dilakukandengan cara :
- memasang peredam suara
- menempatkan suara bising ( mesin ) didalam suatu ruanganyang terpisah dari

pekerja

23

3. Analisa bising
Analisa bising ini dikerjakan dengan jalan menilai intensitas bising, frekwensi bising, lama dan
distribusi pemaparan serta waktu total pemaparan bising. Alat utama dalam pengukuran kebisingan
adalah sound level meter .
SOUND LEVEL METER ( SLM )

SLM adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkat kebisingan,yang terdiri dari
mikrofon, amplifier, sirkuit attenuator dan beberapa alat lainnya.Alat ini mengukur kebisingan
antara 30 130 dB dan dari frekwensi 20 20.000Hz. SLM dibuat berdasarkan standar
ANSI( American National Standard Institute ) tahun 1977 dan dilengkapi dengan alatpengukur 3
macam

frekwensi

yaituA,

dan

yang

menentukan

secara

kasarfrekwensi

bising

tersebut.15Jaringan frekwensi A mendekati frekwensi karakteristik respon telinga untuksuara rendah


yang kira-kira dibawah 55 dB . Jaringan frekwensi B dimaksudkan mendekati reaksi telinga untuk
batas antara 55 85 dB. Sedangkan jaringan frekwensi C berhubungan dengan reaksi telinga untuk
batas diatas 85 dB.

KESIMPULAN DAN SARAN


III.1 Kesimpulan

Jenis-jenis penyakit akibat kerja terdiri dari


1. gangguan penglihatan
2. penyakit-penyakit kulit
3. keracunan bahan kimia
4. penyakit-penyakit paru
5. ketulian.

Faktor-faktor predisposisi penyakit akibat pekerjaan tergantung tempat kerja seperti Silikosis
akibat menggunakan silika.

Penanganan dan pencegahan beberapa penyakit akibat pekerjaan dengan mengurangi


atau menghindari faktor predisposisi seperti memakai alat pelindung.

24

III.2 Saran
Dalam proses diskusi diharapkan semua mahasiswa aktif dalam memberikan tanggapan
dan saling mengeksplorasi pemikiran untuk pengembangan wawasan yang Insya Allah berguna
sebagai bekal dalam bidang kesehatan

25

Anda mungkin juga menyukai