Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
Nama
NIM
Kelompok
Asisten
I.
PENDAHULUAN
bermacam-macam
substansi
seperti
respirasi,
nutrisi,
cairan
jaringan,
mengatur
keseimbangan
asam-basa
(pH),
konsentrasinya
maka
darah
akan
mengalami
pembengkakan
(hipertonik). Hal ini disebabkan terdapat aliran materi dari luar kedalam
sehingga sel akan menggembung dan pecah atau lisis. Saat darah berada pada
lingkungan yang lebih rendah konsentrasinya maka sel darah akan mengalami
pengkerutan (hipotonik), dikarenakan aliran materi dari dalam ke luar sel.
Saat lingkungan eksternal konsentrasinya sama dengan lingkungan internal
II.
MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah darah segar
manusia, darah katak, larutan NaCl (0,2% ; 0,4% ; 0.6% ; 0,9% ; 1%),
kloroform atau eter, alkohol 70%, antikoagulan: Na-sitrat dan EDTA.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah objek gelas dan kaca
penutup, mikroskop, gunting, lancet, kapas, syring dan pembuluh kaca
kapiler, cawan petri, dan mikrometer.
2.2 Cara Kerja
Cara kerja yang digunakan dalam praktikum pengukuran ini adalah
sebagai berikut:
2.2.1 Pengukuran konsentrasi darah
1. Biuslah seekor katak dengan cara menusuk bagian otaknya
sampai katak tidak sadarkan diri. Bila katak sudah tidak lagi
menunjukan reaksi berarti pembiusan sudah cukup. Jangan
biarkan terlalu lama karena katak akan segera mati.
2. Lakukan disersi pada katak agar jantungnya bisa diisolasi.
3. Darah katak disediakan dengan cara diambil dengan jalan
menghisap langsung dari jantung katak. Selanjutnya darah
ditampung
yang
sudah
berisi
larutan
Konsentrasi Darah
Katak
NaCl 0,2 %
0,0156
NaCl 0,4 %
0,015
NaCl 0,6 %
0,058
NaCl 0,9 %
5
NaCl 1,0 %
0,0124583
Ikan
3,4
0,019
0,024
3,85
0,01116
Hewan Uji
Katak
Oval, berinti
Oval, berinti
Ikan
Oval, berinti
Oval, berinti
3
4
5
Oval, berinti
Oval, berinti
Oval, berinti
Oval, berinti
Oval, berinti
Oval, berinti
3 menit
5 menit
8 menit
2 menit
8 menit
(Katak)
(Ikan)
3.2 Pembahasan
Berdasarkan teori, konsentrasi protoplasma sel darah merah manusia
adalah 0,89%, sedangkan konsentrasi sel darah merah katak adalah sekitar
0,69%. Keadaan seperti itu akan mempengaruhi pengaturan metabolisme
air dan mineral pada organisme tersebut. Berkaitandengan tekanan osmotik
sel, terdapat peristiwa yang disebut dengan hemolisa osmotik yang
terjadi karena adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmotik cairan di
dalam sel darah merah dengan cairan yang berada di sekeliling sel
darah merah. Tekanan osmotik sel darah merah adalah sama dengan osmotik
larutan NaCl 0,9% (Wulangi, 1993).
Larutan di
kecil daripada
luar sel
tekanan
yang
osmotik
mempunyai
didalam
tekanan
sel
darah
osmotik
lebih
merah disebut
mengembang
atau
plasmolisis. Pada
konsentrasi NaCl
0,6%,
darah
cenderung melakukan reaksi berupa krenasi, akibat cairan di dalam sel (NaCl
0,6%) berdifusi ke luar sel akibat adanya perbedaan potensial air (PA) dimana
PA larutan NaCl lebih tinggi dari pada PA sel darah merah. Hal ini
menyebabkan volume cairan dalam sel terus keluar. Akibatnya, sel darah
merah ukuranya lebih kecil dibandingkan pada konsentrasi NaCl 0,2%.
Sedangkan pada konsentrasi NaCl 1% sel darah merah juga mengalami
pengkerutan atau plasmolisis akibat tekanan osmotik di dalam sel lebih kecil
daripada tekanan osmotik diluar sel (Shier, 2010).
Praktikum
kali
ini
juga membandingkan
struktur sel
darah merah manusia dengan struktur sel darah merah katak. Eritrosit katak
berbentuk oval dan memiliki inti. Berbeda dengan eritrosit manusia
yang bentuknya bikonkaf, tidak berinti memiliki rentang hidup 120 hari.
Bentuk bikonkaf pada eritrosit manusia bertujuan untuk meningkatkan luas
permukaan untuk difusi gas. Ukuran eritrosit katak tiga kali lebih besar
daripada eritrosit manusia, namun ukurannya dengan leukosit sama besar dan
keduanya memiliki inti sehingga pada darah katak sulit dibedakan antara
eritrosit dan leukosit. Eritrosit pada hewan vertebrata berbeda dalam hal
bentuk,ukuran dan jumlahnya. Kebanyakan vertebrata memiliki eritrosit yang
berinti, tetapi eritrosit mamalia tidak berinti. Selain itu, umumnya,vertebrata
rendah cenderung memiliki sel darah merah lebih sedikit tetapi lebih besar
dari invertebrata yang lebih tinggi (M. Dao et al, 2003).
Selain itu pada praktikum kali ini juga mengamati lama waktu beku
darah. Diamati dan didapatkan hasil yaitu fibrin terbentuk pada menit ke
3. Lama waktu pembekuan darah ini termasuk dalam waktu beku darah
normal. Perbedaan
waktu
pembekuan
darah
pada
masing-masing
berikut:
diperlihatkan
1.
bentuknya (shape),
2.
ukurannya (size), 3.
larutan yang
digunakan
pada
praktikum
kali
ini
yaitu
darah
sediaan
pada
manusia,
batang
pengaduk
untuk
IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum ini yang di dapatkan dari
teori dan pengamatan adalah sebagai berikut :
1. Sel darah akan membesar ketika diberikan larutan hipotonis, keriput jika
diberikan larutan hipertonik, dan normal ketika diberikan larutan isotonis. Hal
ini dikarenakan sifat osmoritas pada sel dengan larutan.
2. Pada katak berukuran besar, berinti, dan lonjong, sedangkan pada ikan nila
berukuran kecil, bulat bikonkaf, dan berinti. Hal ini dikarenakan alam dan
aktifitas ikan dan katak yang berbeda, dimana ikan lebih efisien mengikat
oksigen di paparan oksigen yang tinggi dan aktifitas yang tinggi pula.
3. Waktu yang normal 3- 6 menit, dan kita mendapati catata waktu 5 menit dalam
pembekuan darah. Faktor yang mempengaruhi waktu pembekuan darah
tersebut salah satunya latihan fisik dapat mempercepat waktu pembekuan
darah. Kekurangan cairan, system hormonal, stress jaringan, ketahanan tubuh
dan jenis kelamin juga ikut berpengaruh dalam penurunan waktu pembekuan
darah.
DAFTAR REFERENSI
Armiyanti Lessy, Darus S. Paransa1 dan Grevo Gerung. 2013. Uji Aktivitas
Antikoagulan Pada Sel Darah Manusia Dari Ekstrak Alga Coklat Turbinaria
ornate. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Isnaeni. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Jogjakarta.
Latief, AS, dkk. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi: Terapi Cairan Pada
Pembedahan. Ed.Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, FKUI
Mayer H, Follin SA. Fluid and Electrolyte Made Incredibly Easy. 2nd ed.
Pennsylvania:Springhouse:3-189.
M. Dao, C.T. Lim, S. Suresh. 2003. Mechanics of the human red blood cell
deformed by optical tweezers. Journal of Mechanic and physic of solids.
Sherwood,
Lauralee. 2001.
Fisiologi
k e d o k t e r a n E G C . Jakarta
Manusia. P e n e r b i t b u k u
Shier, David. 2010. Holes Human Anatomy and Physiology ,Ninth Edition. N e w
Yor k : McGraw-Hill Companies
Warni, Elly. 2009. Penentuan Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit) Berbasis
Pengolahan Citra dan Jaringan Syaraf Tiruan. Jurnal Ilmiah Elektrikal
Enjiniring UNHAS. Volume 07/ No.03/ Oktober-Desember/ 2009
Wulangi, Kartolo S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Depdikbud
DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi.