Anda di halaman 1dari 14

HEMATOLOGI II

Oleh :
Nama
NIM
Kelompok
Asisten

: Rafta Firmana Adhiem


: B0A014014
:1
: Liya Maratussalikhah

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI DASAR II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII PENGELOLAAN SUMBERDAYA
PERIKANAN DAN KELAUTAN
PURWOKERTO
2015

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Darah merupakan cairan tubuh. Darah terdiri atas 2 komponen
yaitu plasma darah dan sel-sel darah. Plasma darah adalah darah dalam
bentuk cairan sedangkan sel sel darah adalah darah dalam bentuk padat
seperti trombositeritrosit dan leukosit. Darah adalah sejenis jaringan ikat
khusus dengan matriks cair yang disebut plasma. Darah merupakan cairan
tubuh yangterdapat dalam jantung dan pembuluh darah. Di dalam arteri
darah mengalir dengan cepat. Darah mempunyai peranan sebagai alat
pengangkut

bermacam-macam

substansi

seperti

respirasi,

nutrisi,

ekskresi dan hormon, mengatur keseimbangan cairan antara darah


dengan

cairan

jaringan,

mengatur

keseimbangan

asam-basa

(pH),

mencegah pendarahan, merupakan alat pertahanan tubuh dan mengatur suhu


tubuh. Eritrosit mengandung protein yang sangat penting bagi fungsinya yaitu
globin yang dikonjugasikan dengan pigmen hem membentuk hemoglobin
untuk mengikat oksigen (Isnaeni, 2006).
Jumlah darah kira-kira 7% dari berat badan, dengan massa jenis 1060
kg/m3. Orang dewasa memiliki volume darah kira-kira 5 liter. Darah tersusun
atas korpuskuli (45%) dan cairan kekuningan bernama plasma darah (55%).
Korpuskuli terdiri atas eritrosit atau sel darah (99%), lekosit atau sel darah
putih (0,2%) dan trombosit atau platelet atau keping-keping darah (0,6-1,0%).
Sedangkan plasma darah tersusun atas solven (pelarut) berupa H 2O atau air
(91,5%) dan solut (zat terlarut) yang terdiri atas protein (7%) dan bahan lain
(1,5%) (Latief, 2002).
Terdapat berbagai respon darah ketika berada pada lingkungan eksternal
yang berbeda. Ketika darah berada pada konsentrasi lingkungan yang lebih
tinggi

konsentrasinya

maka

darah

akan

mengalami

pembengkakan

(hipertonik). Hal ini disebabkan terdapat aliran materi dari luar kedalam
sehingga sel akan menggembung dan pecah atau lisis. Saat darah berada pada
lingkungan yang lebih rendah konsentrasinya maka sel darah akan mengalami
pengkerutan (hipotonik), dikarenakan aliran materi dari dalam ke luar sel.
Saat lingkungan eksternal konsentrasinya sama dengan lingkungan internal

maka darah akan mengalami kondisi isotonik sehingga tidak terjadi


perubahan struktur sel (Isnaeni. 2006).
Koagulasi darah atau pembekuan darah adalah transformasi darah dari
cairanmenjadi gel padat. Pembentukan suatu bekuan di atas sumbat trombosit
memperkuatdan menunjang sumbat, memperkuat tambahan yang menutupi
lubang di pembuluh. Selain itu seiring dengan memadatnya darah di sekitar
defek pembuluh, darah tidak lagi dapat mengalir. Koagulasi adalah
mekanisme hemostatik tubuh yang paling kuat, dan hal ini diperlukan untuk
menghentikan perdarahan dari semua defek kecuali defek kecil. Langkah
terakhir dalam pembentukan pembekuan adalah perubahan fibrinogen, suatu
protein plasma besar larut dan dihasilkan oleh hati serta dalam keadaan
normal selalu terdapat di plasma, menjadi fibrin, suatu molekul
menjadi benang yang tidak larut. Perubahan menjadi fibrin ini dikatalisasi
oleh enzim thrombin di tempat pembuluh yang mengalami cedera
(Sherwood, 2001).
1.2 Tujuan
Percobaan ini dilakukan dengan tujuan untuk memahami respon sel darah
merah terhadap berbagai macam media yang mempunyai konsentrasi osmotis
berbeda dan mengetahui konsentrasi internal sel darah merah, memahami
bentuk dan struktur sel dan membandingkan bentuk dan struktur sel darah
katak dan manusia serta untuk memahami proses pembekuan darah dan
menentukan lamanya waktu pembekuan darah manusia.

II.
MATERI DAN CARA KERJA
2.1 Materi
Bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah darah segar
manusia, darah katak, larutan NaCl (0,2% ; 0,4% ; 0.6% ; 0,9% ; 1%),
kloroform atau eter, alkohol 70%, antikoagulan: Na-sitrat dan EDTA.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah objek gelas dan kaca
penutup, mikroskop, gunting, lancet, kapas, syring dan pembuluh kaca
kapiler, cawan petri, dan mikrometer.
2.2 Cara Kerja
Cara kerja yang digunakan dalam praktikum pengukuran ini adalah
sebagai berikut:
2.2.1 Pengukuran konsentrasi darah
1. Biuslah seekor katak dengan cara menusuk bagian otaknya
sampai katak tidak sadarkan diri. Bila katak sudah tidak lagi
menunjukan reaksi berarti pembiusan sudah cukup. Jangan
biarkan terlalu lama karena katak akan segera mati.
2. Lakukan disersi pada katak agar jantungnya bisa diisolasi.
3. Darah katak disediakan dengan cara diambil dengan jalan
menghisap langsung dari jantung katak. Selanjutnya darah
ditampung

pada bak preparat

yang

sudah

berisi

larutan

antikoagulan EDTA secukupnya.


4. Darah yang sudah tertampung pada bak preparat diaduk dengan
batang pengaduk supaya darah dan larutan koagulan dapat
tercampur.
5. Darah diambil secukupnya 1-2 tetes dengan pipet tetes dan
diteteskan kedalam objekglass, selanjutnya darah ditetesi dengan
larutan NaCl 0,2%.
6. Darah yang sudah tercampur dengan NaCl ditutup dengan cover
glass.
7. Untuk mengukur diameter sel, maka mikrometer okuler dan
mikrometer objektif dikalibrasi.
8. Objek glass yang berisi campuran darah dan NaCl diamati
dibawah mikroskop untuk mengetahui bentuk sel darah.
9. Cara kerja di atas dilakukan untuk tetesan darah berikutnya
dengan menggunakan NaCl0,2%;0,4%; 0,6%; 0,9% dan 1,0%.
10. Darah diamati dibawah mikroskop.
.2.2 Struktur Sel Darah Merah

1. Pada percobaan ini akan dibandingkan antara struktur sel darah


katak dan manusia. Sediaan darah katak diperoleh dengan cara
yang sama dengan sebelumnya diisap langsung dari jantung.
Isaplah darah sebanyak yang diperlukan dengan jalan menarik
pompa syring secara perlahan.
2. Pada objek glas yang bersih dan kering teteskan darah katak
kemudian tambahkan beberapa tetes larutan NaCl 0,6%.
3. Setelah keduanya dicampurkan kemudian ditutup dengan cover
glass.
4. Untuk sediaan darah manusia dengan cara ditusuk ujung jari
dengan menggunakan lancet steril. Darah yang keluar dapat
langsung digunakan untuk percobaan akan tetapi menggunakan
NaCl 0,9%.
5. Perhatikan perbedaan antara kedua sel darah yang diamati dan
buat gambar masing-masing.
.2.3 Waktu Beku Darah
1. Jari yang akan ditusuk dibersihkan dengan alkohol 70%, setelah
alkohol mengering jari ditusuk dengan menggunakan lencet steril.
2. Pipa kapiler ditempelkan pada tetesan darah yang keluar dari jari.
3. Interval waktu 1 menit pipa kapiler dipotong sedikit demi sedikit
sampai dapat terlihat darah yang sudah membeku sehingga tidak
menetes dari pipa kapiler.
4. Waktu yang diperlukan darah untuk membeku dicatat, yaitu sejak
darah masuk kedalam pipa kapiler.
III.
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil
Tabel 3.1.1 Pengamatan Konsentrasi Darah
Hewan Uji

Konsentrasi Darah

Katak

NaCl 0,2 %
0,0156

NaCl 0,4 %
0,015

NaCl 0,6 %
0,058

NaCl 0,9 %
5

NaCl 1,0 %
0,0124583

Ikan

3,4

0,019

0,024

3,85

0,01116

Tabel 3.1.2 Hasil Pengamatan Struktur Sel Darah Merah


Kelompok
1
2

Hewan Uji
Katak
Oval, berinti
Oval, berinti

Ikan
Oval, berinti
Oval, berinti

3
4
5

Oval, berinti
Oval, berinti
Oval, berinti

Oval, berinti
Oval, berinti
Oval, berinti

Tabel 3.1.3 Hasil Pengamatan Waktu Beku Darah


Kelompok

Waktu beku darah

3 menit

5 menit

8 menit

2 menit

8 menit

Gambar 3.1.4. Pengamatan Sel Darah Katak Konsentrasi NaCl

Gambar 1. NaCl 0,2%

Gambar 3. NaCl 0,6%

Gambar 2. NaCl 0,4%

Gambar 3. NaCl 0,9%

Gambar 5. NaCl 1,0%

Gambar 3.1.5 Pengamatan Sel Darah Ikan Konsentrasi NaCl

Gambar 1. NaCl 0,2%

Gambar 2. NaCl 0,4%

Gambar 3. NaCl 0,6%

Gambar 4. NaCl 0,9%

Gambar 5. NaCl 1,0 %


Gambar 3.1.6. Pengamatan Struktur Sel Darah Katak dan Ikan Nila

(Katak)

(Ikan)

3.2 Pembahasan
Berdasarkan teori, konsentrasi protoplasma sel darah merah manusia
adalah 0,89%, sedangkan konsentrasi sel darah merah katak adalah sekitar
0,69%. Keadaan seperti itu akan mempengaruhi pengaturan metabolisme
air dan mineral pada organisme tersebut. Berkaitandengan tekanan osmotik
sel, terdapat peristiwa yang disebut dengan hemolisa osmotik yang
terjadi karena adanya perbedaan yang besar antara tekanan osmotik cairan di
dalam sel darah merah dengan cairan yang berada di sekeliling sel
darah merah. Tekanan osmotik sel darah merah adalah sama dengan osmotik
larutan NaCl 0,9% (Wulangi, 1993).
Larutan di
kecil daripada

luar sel

tekanan

yang
osmotik

mempunyai
didalam

tekanan
sel

darah

osmotik

lebih

merah disebut

hipotonis, akibatnya sel menjadimengembang atau plasmolisis dan membran


sel dapat pecah atau terjadi hemolisa sempurna. Bila larutan di luar sel yang
mempunyai tekanan osmotik lebih besar daripada tekanan osmotik didalam
sel darah merah disebut hipertonis, akibatnya sel darah merah menjadi
mengkerut dan mengalami krenasi.sedangkan isotonis yaitu kondisi dimana
larutan di dalam sel tekanan osmotiknya sama dengan tekanan osmotik di luar
sel Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran
semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah
menuju larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh
membran sel dan kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik
cairan tubuh seluruh kompartemen sama. Membran semipermeabel ialah
membran yang dapat dilalui air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat
terlarut misalnya protein (Latief, 2002).
Praktikum kali ini menggunakan darah manusia sebagai darah yang di
uji dan menggunakan hewan uji yaitu katak (Fejervarya cancrivora) untuk
diuji darahnya. Pengambilan darah untuk katak diambil langsung melalui
jantungnya. Sedangkan pada manusia diambil dengan cara ditusuk ujung
jarinya lalu diambil darah yang keluar sesuai dengan yang diperlukan. Bentuk
sel darah pada konsentrasi NaCl 0,2% menunjukan bahwa sel darah merah
mengalami kondisi hipotonis yakni bentuk sel darah merah menjadi

mengembang

atau

plasmolisis. Pada

konsentrasi NaCl

0,6%,

darah

cenderung melakukan reaksi berupa krenasi, akibat cairan di dalam sel (NaCl
0,6%) berdifusi ke luar sel akibat adanya perbedaan potensial air (PA) dimana
PA larutan NaCl lebih tinggi dari pada PA sel darah merah. Hal ini
menyebabkan volume cairan dalam sel terus keluar. Akibatnya, sel darah
merah ukuranya lebih kecil dibandingkan pada konsentrasi NaCl 0,2%.
Sedangkan pada konsentrasi NaCl 1% sel darah merah juga mengalami
pengkerutan atau plasmolisis akibat tekanan osmotik di dalam sel lebih kecil
daripada tekanan osmotik diluar sel (Shier, 2010).
Praktikum

kali

ini

juga membandingkan

struktur sel

darah merah manusia dengan struktur sel darah merah katak. Eritrosit katak
berbentuk oval dan memiliki inti. Berbeda dengan eritrosit manusia
yang bentuknya bikonkaf, tidak berinti memiliki rentang hidup 120 hari.
Bentuk bikonkaf pada eritrosit manusia bertujuan untuk meningkatkan luas
permukaan untuk difusi gas. Ukuran eritrosit katak tiga kali lebih besar
daripada eritrosit manusia, namun ukurannya dengan leukosit sama besar dan
keduanya memiliki inti sehingga pada darah katak sulit dibedakan antara
eritrosit dan leukosit. Eritrosit pada hewan vertebrata berbeda dalam hal
bentuk,ukuran dan jumlahnya. Kebanyakan vertebrata memiliki eritrosit yang
berinti, tetapi eritrosit mamalia tidak berinti. Selain itu, umumnya,vertebrata
rendah cenderung memiliki sel darah merah lebih sedikit tetapi lebih besar
dari invertebrata yang lebih tinggi (M. Dao et al, 2003).
Selain itu pada praktikum kali ini juga mengamati lama waktu beku
darah. Diamati dan didapatkan hasil yaitu fibrin terbentuk pada menit ke
3. Lama waktu pembekuan darah ini termasuk dalam waktu beku darah
normal. Perbedaan

waktu

pembekuan

darah

pada

masing-masing

individu sampel dapat disebabkan oleh adanya perbedaan kadar glukosa


dalam darah serta perbedaan kekentalan darah. Selain itu, keberadaan faktorfaktor yang berperan dalam pembekuan darah seperti vitamin K juga sangat
berpengaruh. Fibrin terbentuk ketika pembuluh darah sobek ,prosesnya
kompleks dan melibatkan banyak reaksi kimia yang disebut clotting factors.
Peristiwa utama yang terjadi pada pembentukan bekuan darah adalah sebagai

berikut:

Perubahan protein plasma yang larut fibrinogen (factor I) menjadi


protein plasma yang tidak larut, fibrin. Protrombin (faktor II) adalah alfa
globulin yang terus menerus diproduksi oleh hati dan merupakan komponen
normal dari plasma. Dengan adanya ion kalsium, aktivator protrombin
mengubahprotrombin menjadi thrombin (faktor IIa). Thrombin mengkatalisis
reaksi yang memotong-motong fibrinogen (faktor I). Fragmen fibrinogen
bergabung dan membentuk benang-benang fibrin yangpanjang. Fibrinogen
adalah protein plasma yang larut, tetapi fibrin tidak. Thrombin juga
mengaktivasi faktor XIII yang memperkuat dan menstabilkan benang fibrin
(Shier, 2010).
Eritrosit normal berbentuk bulat atau agak oval dengan diameter 7 8
mikron (normosit). Dilihat dari samping, eritrosit nampak seperti cakram atau
bikonkaf dengan sentral akromia kira-kira - diameter sel. Dalam
mengevaluasi morfologi sel darah merah pada sediaan apus, ada 4 hal yang
harus

diperlihatkan

1.

bentuknya (shape),

2.

ukurannya (size), 3.

warnanya (staining), dan 4. struktur intraselluler (structure). Fungsi dari


larutan-

larutan yang

digunakan

pada

praktikum

kali

ini

yaitu

ada EDTA yang digunakan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah,

alkohol 70% sebagai sterilisasi, larutan NaCl 0,2%, 0,4%, 0,6%, 1%


digunakan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi larutan NaCl terhadap
bentuk sel darah merah, eter untuk membius katak. Fungsi alat-alat yang
digunakan pada praktikum kali ini, yaitu lancet untuk menusuk jari agar
diperoleh

darah

sediaan

pada

manusia,

batang

pengaduk

untuk

menghomogenkan EDTA dan darah, pembuluh kaca kapiler sebagai tempat


darah agar bisa diketahui lama waktu beku darah dengan cara memotongmotong kaca kapiler (Warni, 2009).

IV. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum ini yang di dapatkan dari
teori dan pengamatan adalah sebagai berikut :
1. Sel darah akan membesar ketika diberikan larutan hipotonis, keriput jika
diberikan larutan hipertonik, dan normal ketika diberikan larutan isotonis. Hal
ini dikarenakan sifat osmoritas pada sel dengan larutan.
2. Pada katak berukuran besar, berinti, dan lonjong, sedangkan pada ikan nila
berukuran kecil, bulat bikonkaf, dan berinti. Hal ini dikarenakan alam dan
aktifitas ikan dan katak yang berbeda, dimana ikan lebih efisien mengikat
oksigen di paparan oksigen yang tinggi dan aktifitas yang tinggi pula.
3. Waktu yang normal 3- 6 menit, dan kita mendapati catata waktu 5 menit dalam
pembekuan darah. Faktor yang mempengaruhi waktu pembekuan darah
tersebut salah satunya latihan fisik dapat mempercepat waktu pembekuan
darah. Kekurangan cairan, system hormonal, stress jaringan, ketahanan tubuh
dan jenis kelamin juga ikut berpengaruh dalam penurunan waktu pembekuan
darah.

DAFTAR REFERENSI

Armiyanti Lessy, Darus S. Paransa1 dan Grevo Gerung. 2013. Uji Aktivitas
Antikoagulan Pada Sel Darah Manusia Dari Ekstrak Alga Coklat Turbinaria
ornate. Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Isnaeni. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius. Jogjakarta.
Latief, AS, dkk. 2002. Petunjuk Praktis Anestesiologi: Terapi Cairan Pada
Pembedahan. Ed.Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif, FKUI
Mayer H, Follin SA. Fluid and Electrolyte Made Incredibly Easy. 2nd ed.
Pennsylvania:Springhouse:3-189.
M. Dao, C.T. Lim, S. Suresh. 2003. Mechanics of the human red blood cell
deformed by optical tweezers. Journal of Mechanic and physic of solids.
Sherwood,
Lauralee. 2001.
Fisiologi
k e d o k t e r a n E G C . Jakarta

Manusia. P e n e r b i t b u k u

Shier, David. 2010. Holes Human Anatomy and Physiology ,Ninth Edition. N e w
Yor k : McGraw-Hill Companies
Warni, Elly. 2009. Penentuan Morfologi Sel Darah Merah (Eritrosit) Berbasis
Pengolahan Citra dan Jaringan Syaraf Tiruan. Jurnal Ilmiah Elektrikal
Enjiniring UNHAS. Volume 07/ No.03/ Oktober-Desember/ 2009
Wulangi, Kartolo S. 1993. Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta : Depdikbud
DirektoratJenderal Pendidikan Tinggi.

Anda mungkin juga menyukai