Anda di halaman 1dari 10

Laporan Praktikum

Kualitas Udara

Hari, tanggal : Jumat, 8 Mei 2015


Waktu
: 07.00-11.00
Dosen
: Dr.Ir. Sobri Effendy, MS
Dimas Ardi Prasetya, ST

PENGUKURAN KEBISINGAN DI SUATU TEMPAT MENGGUNAKAN


ALAT SOUND LEVEL METER

Disusun oleh :

Anisa Ayu Wardini


Wawan Ahmad Nawawi
Mayang Widyanti
Regi Riansyah
Annisa Nur Wardani

J3M113042
J3M113051
J3M113054
J3M113055
J3M113059

TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN


PROGRAM DIPLOMA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

PENDAHULUAN
Kualitas udara bukan hanya dilihat dari komposisi kimia saja. Udara juga
berfungsi untuk merambatkan bunyi. Apabila sumber bunyi bertambah atau
meningkat levelnya maka akan mengganggu pendengaran dan menurunkan
kualitas udara sehingga ukuran lain dari kualitas udara adalah tingkat kebisingan.
Kebisingan merupakan polusi suara yang timbul dari bunyi yang tidak diharapkan
sehingga mengganggu lingkungan. Polusi kebisingan memberi efek psikologi dan
kesehatan bagi orang-orang yang terpapar secara terus-menerus. Oleh karena itu,
pengukuran tingkat kebisingan di suatu tempat perlu dilakukan secara rutin.
Berdasarkan

SK

Menteri

Lingkungan

Hidup

No.Kep.Men-

48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu


usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak,
satwa, dan sistem alam. Terdapat dua hal yang mempengaruhi kualitas bunyi yaitu
frekuensi dan intensitas. Sifat dari kebisingan antara lain kadarnya berbeda,
apabila jumlah tingkat bising bertambah maka gangguan akan bertambah pula,
dan bising perlu dikendalikan karena sifatnya mengganggu (Goembira, Fadjar,
Vera S Bachtiar, 2003).
Terminal

Baranangsiang dioperasikan oleh Pemkot Bogor pada tahun

1970 yang berlokasi di Jalan Pajajaran. Masalah kebisingan akibat kegiatan


transportasi di Terminal Baranangsiang pada umumnya kurang diperhatikan
oleh masyarakat. Dampak dari kebisingan lingkungan yang terus-menerus
akan

mengakibatkan

gangguan pendengaran,

gangguan

fisiologi,

dan

gangguan pada pembicaraan. Praktikum kali ini dilakukan di kawasan sekitar


Terminal Baranangsiang yang memiliki intensitas kebisingan yang cukup tinggi.

TUJUAN
Mengetahui tingkat kebisingan pada lokasi Terminal Baranangsiang
Bogor dan dibandingkan dengan baku mutu yang berlaku.

ALAT DAN BAHAN


Alat yang digunakan pada praktikum kali adalah Sound Level Meter,
stopwatch, alat tulis, laptop, dan kalkulator. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah lokasi titik sampling (Terminal Baranangsiang Bogor) dan
data nilai kebisingan

Gambar 1. Alat Sound Level Meter

Gambar 2. Lokasi Titik Sampel

METODE KERJA
Alat yang akan digunakan disiapkan. Pengambilan data dilakukan
menggunakan alat Sound Level Meter. Ketinggian microphone Sound Level Meter
adalah 1,2 m dari permukaan tanah. Lokasi titik sampling ditentukan oleh dosen.
Kelompok 3 mendapat lokasi di Terminal Baranangsiang Bogor. Pengukuran

dilakukan dengan alat Sound Level Meter selama 10 menit dengan interval 5 detik
sehinga diperoleh 120 data. Kemudian pengolahan data dilakukan dan dihitung
menggunakan rumus :
LTM5 = 10 Log 1/n Tn x 100.1Ln
LTM5 = Leq dengan waktu sampling tiap 5 detik

HASIL PENGUKURAN
Tabel 1. Nilai Data Kebisingan Terminal Baranangsiang Bogor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

1
2
74
73
74
74
74
74
74
73
72
73
74
72
75
75
73
73
74
75
73
73
Nilai Max

3
4
5
73
74
73
75
73
74
73
74
73
73
75
75
72
73
73
74
74
74
74
74
74
74
74
73
73
72
73
72
72
75
: 75 dB (A)

6
74
73
75
74
72
73
75
75
73
74

7
73
74
75
73
73
74
75
73
72
74

Nilai Min

: 72 dB (A)

Range

: max min = 75 - 72 = 3

Kelas

: 1 + 3,3 log n

8
75
75
74
75
73
74
73
72
73
74

9
75
74
74
72
73
74
73
73
73
73

10
73
74
74
72
74
73
73
72
73
73

: 1 + 3,3 log 120 = 7,9


Interval kelas : r/k = 3/ 7,9 = 0.38

Tabel 2. Distribusi Frekuensi

LTM5

Interval Bising

Nilai Tengah

Frekuensi

72-79,9

75,95

120

= 10 Log (1/n) Tn x 100.1Ln


= 10 Log (1/120) (120x 100.1(75,95))
= 75,95 dB (A)

11
73
74
74
72
75
75
74
72
72
73

12
74
74
75
73
74
74
74
73
73
72

Tabel 3. Hasil Pengukuran Kebisingan di Berbagai Lokasi


No.
Lokasi Pengukuran
Hasil Pengukuran (dBA)
1
Kampus
61,98
2
Perumahan
58,54
3
Rumah Sakit
59,36
4
Perkantoran
45,12
5
Terminal Bus
75,95
6
Pasar Bogor
66,48
* = menurut KEPMENLH NO. 48 TAHUN 1996

Baku Mutu (dBA)


55
55
55*
65*
70
60**

** = menurut Permenkes RI Nomor 718/MENKES/PER/XI/1987

Tingkat Kebisingan dB(A)

80
70
60
50
40
30

Hasil Pengukuran (dB)

20

Baku Mutu (dB)

10
0

Lokasi Pengukuran

Gambar 3. Diagram Pengukuran Kebisingan di Berbagai Lokasi

PEMBAHASAN
Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan dengan cara sederhana dengan
sebuah sound level meter biasa. Tingkat tekanan bunyi dB (A) diukur selama 10
(sepuluh) menit dengan pembacaan dilakukan setiap 5 (lima) detik. Prinsip kerja
SLM didasarkan pada getaran yang terjadi. Apabila terdapat sebuah objek atau
benda yang bergetar, akan menyebabkan terjadinya perubahan tekanan udara yang
akan ditangkap oleh sistem peralatan, kemudian selanjutnya jarum analog akan
menunjukkan angka jumlah tingkat kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu
manusia. Tingkat kebisingan siang lebih besar dibandingkan tingkat kebisingan

malam. Kebisingan terminal berdasarkan sifat dan spektrum bunyi termasuk


bising yang kontinyu karena nilainya berfluktuasi dari intensitasnya tidak lebih
dari 6 dB dan tidak putus-putus. Berdasarkan intensitas yang diukur kebisingan
terminal termasuk dalam skala intensitas keras karena termasuk dalam range 6080 dB (A). Nilai skala intensitas dari berbagai sumber bunyi dapat dilihat pada
tabel.

Tabel 1. Tingkat dan Sumber Bunyi pada Skala Kebisingan tertentu


Tingkat
Bising dB

Sumber Bunyi

Skala intensitas

(A)
0 20

Gemerisik daun suara

20 40

Perpustakaan, percakapan

40 -60

Radio

pelan,

Sangat tenang

percakapan

Tenang
keras

Sedang

jalan,

Keras

rumah, kantor
60 - 80

Perusahaan,

radio

keras,

terminal
80 - 100

Peluit polisi, jalan raya, pabrik tekstil,

Sangat keras

pekerjaan mekanis
100 - 120

Ruang ketel, mesin turbin uap, mesin

Sangat amat keras

diesel besar, kereta bawah tanah


>120

Ledakan bom, mesin jet, mesin roket

Menulikan

Sumber : Suharsono (1991)


Baku tingkat kebisingan adalah batas maksimal tingkat kebisingan yang
diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak
menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Kebisingan di sekitar kawasan terminal dapat mengganggu kesehatan supir,
kenek, dan pedagang yang setiap harinya berada di sana.
Pada Terminal Baranangsiang tingkat kebisingan yang telah diukur
melebihi baku mutu tingkat kebisingan yaitu sebesar 75,95 dB(A) sedangkan baku
mutu menurut KEPMENLH NO. 48 TAHUN 1996 tingkat kebisingan pada

kawasan terminal (fasilitas umum) yaitu 60 dB(A). Baku mutu kebisingan


menurut KEPMENLH NO. 48 TAHUN 1996 dapat dilihat pada tabel.
Tabel 3. Baku Tingkat Kebisingan
Peruntukan Kawasan / Lingkungan Kesehatan

Tingkat kebisingan (dBA)

1. Peruntukan kawasan
a. Perumahan dan pemukiman

55

b. Perdagangan dan jasa

70

c. Perkantoran dan perdagangan

65

d. Ruang terbuka hijau

50

e. Industri

70

f. Pemerintahan dan fasilitas umum

60

g. Rekreasi

70

2. Lingkup kegiatan
a. Rumah sakit atau sejenisnya

55

b. Sekolah atau sejenisnya

55

c. Tempat ibadah atau sejenisnya

55

Nilai kebisingan yang dihitung pada Terminal Baranangsiang berdasarkan


Peraturan Menteri Kesehatan

RI Nomor 718/MENKES/PER/XI/1987 juga

melebihi baku mutu (dapat dilihat pada tabel) . Dalam peraturan tersubut terminal
termasuk zona D dengan nilai maksumum kebisingan 70 dB(A).
Tabel. Pembagian tingkat kebisingan menurut empat zona
No Zona
1
A
2
B
3
C
4
D
Keterangan:

Maksimum dianjurkan (dB)


35
45
50
60

Maksimum
45
diperbolehkan
55
(dB)
60
70

Zona A = tempat penelitian, rumah sakit, tempat perawatan kesehatan


Zona B = perumahan, tempat pendidikan, rekeasi, dan sejenisnya.
Zona C = perkantoran, pertokoan, perdagangan, pasar, dan sejenisnya.
Zona D = industri, pabrik, stasiun kereta api, terminal bis, dan sejenisnya.
Hal tersebut dapat terjadi karena banyak bus yang menyalakan mesinnya,
banyak kendaraan yang berlalu lalang di depan terminal serta banyak kenek bus

yangn menawarkan bus, banyaknya bus yang keluar masuk pada terminal,
padatnya jumlah pengunjung. Jumlah pengunjung yang berpergian biasanya
dijumpai pada hari libur cenderung lebih banyak daripada hari biasanya.
Kebisingan merupakan salah satu hal yang sangat menganggu bagi
masyarakat di sekitar terminal, pada intensitas yang cukup lama dan tingkat
tertentu dapat berbahaya bagi kesehatan. Tingkat kebisingan lingkungan pada
daerah di sekitar terminal selain kontinyu juga berfluktuasi dari waktu ke
waktu selama 24 jam.
Pada praktikum kali ini kami melakukan pengamatan tingkat kebisingan di
beberapa lokasi. Berdasarkan hasil pengamatan, tingkat kebisingan yang melebihi
baku mutu tingkat kebisingan berada pada lokasi Terminal Baranangsiang,
kampus IPB Cilibende, Rumah Sakit PMI, Pasar Bogor, Perumahan Bogor Baru
sedangkan yang masih di bawah baku mutu pada lokasi perkantoran.
Efek kebisingan pada pendengaran hanya sementara dan pemulihan
terjadi secara cepat sesudah pemaparan dihentikan. Tetapi pemaparan secara
terus-menerus

mengakibatkan

kerusakan

menetap

kepada

indera-

indera pendengaran. Dampak kebisingan tergantung kepada besar tingkat


kebisingan. Kebisingan dengan intensitas tinggi dapat berdampak buruk pada
kesehatan antara lain gangguan fisiologis, gangguan psikologis, gangguan
patologis organis, dan gangguan komunikasi. Gangguan tersebut dijelaskan
sebagai berikut :
a. Gangguan fisiologis
Gangguan fisiologis adalah gangguan yang pertama timbul akibat bising.
Pemaparan bunyi dapat menimbulkan reaksi fisiologis seperti denyut nadi
cepat, tekanan darah naik, metabolism terhambat, gangguan tidur dan
penyempitan pembuluh darah. Reaksi ini terutama terjadi pada awal pemaparan
terhadap bunyi.
b. Gangguaan psikologis
Gangguan fisiologis apabila terjadi terlalu lama dapat menimbulkan gangguan
psikologis. Kebisingan dapat mempengaruhi stabilitas mental dan reaksi
psikologis, seperti rasa khawatir, jengkel, takut dan lain-lain.

c. Gangguan patologis organis


Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap alat
pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat
sementara hingga permanen.
d. Komunikasi
Kebisingan dapat menganggu pembicaraan dan kebisingan mengganggu kita
dalam menangkap dan mengerti apa yang dibicarakan oleh orang lain sehingga
menghampat komunikasi.
Tindakan lain yang perlu diambil agar kebisingan tidak mengganggu
kesehatan atau membahayakan yaitu melakukan pengaturan tata letak ruang harus
sedemikian rupa agar tidak menimbulkan kebisingan, sumber bising dapat
dikendalikan dengan cara meredam, menyekat, pemindahan, pemeliharaan,
penanaman pohon, dan membuat bukit buatan.
Menurut penelitian, tanaman dapat mengurangi atau meredam kebisingan,
yaitu dengan mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang, dan ranting. Jenis
tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara adalah yang mempunyai tajuk
tebal dengan daun yang rindang. Dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan
sampai 95% (Grey dan Deneke, 1978). Penanaman pohon di sekitar terminal
dapat mengurangi kebisingan dan tanaman juga dapat menyerap gas-gas beracun
dari emisi bus.

KESIMPULAN
Berdasarkan pengukuran yang telah dilakukan didapatkan nilai kebisingan
di Terminal Baranang Siang melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh menteri
kesehatan dan menteri lingkungan hidup. Oleh sebab itu diperlukan penanganan
untuk mengurangi tingkat kebisingan di Terminal Baranang Siang misalnya
dengan menanam pohon di sekitar terminal dan pengecekan knalpot kendaraan
secara berkala.

DAFTAR PUSTAKA
Goembira, Fadjar, Vera S Bachtiar. 2003. Pengendalian Bising. Padang (ID) :
Universitas Andalas Press.
Grey GW, Deneke FI. 1978. Urban Forestry. New York (UD) : John Wiley and
Sons.
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 48/MENLH/11/1996
Tentang Baku Tingkat Kebisingan.
Peraturan Menteri Negara Kesehatan Nomor 718/Menkes RI/XI/1987 Tentang
Kebisingan yang Berhubungan dengan Kesehatan.
Suharsono, H. 1991. Dampak pada Udara dan Kebisingan. IPB Press : Bogor.

Anda mungkin juga menyukai