NPM: 160110120082
1. Abses Periodontal
Definisi
Abses
infeksi
yang
periodontal
periodontal
adalah
suatu
terletak
sekitar
poket
serta
di
dapat
mengakibatkan
sebagai
Pembengkakan terlokalisir
Poket periodontal
Mobilitas
2.
3. Abses kronis
nyeri tumpul
Lesi inflamasi terlokalisir
Gigi sedikit terangkat
Eksudasi intermiten
Saluran fistula
Umumnya tidak melibatkan kondisi
sistemik
a.
b. Diagnosis Banding
c. Abses periapikal, kista gingival pada dewasa, actinomycosis, kista papilla
palatine, kista nasolabial
d. Perawatan Khusus
e.
Perawatan abses periodontal terdiri dari dua fase, yaitu: menyembuhkan lesi
lokal agar pasien merasa nyaman. Dinding poket diretraksi perlahan menggunakan probe
periodontal atau kuret untuk membuat drainase melalui jalan masuk poket.
n.
o.
p.
digunakan
untuk
meretraksi
q.
Tekanan jari ringan dan irigasi dapat digunakan untuk mengeluarkan eksudat dan
membersihkan poket. Jika lesi berukuran kecil dan akses sulit diperoleh, dapat dilakukan
debridemen dalam bentuk skeling dan root planing..
r.
s.
t.
purulen.
u. D r a i n a s e
melalui
Eksternal.
v.
Abses
dikeringkan
Insisi
dan
diisolasi
b.
c.
d.
e.
Antibiotik Pilihan : Amoksilin 500 mg, 1 g dosis awal, kemudian 500 mg tiga
kali sehari untuk tiga hari. Evaluasi setelah 3 hari untuk menentukan kebutuhan lanjutan atau
penyesuaian terapi antibiotic. Jika alergi penisilin, berikan Klindamisin. Dosis awal 600 mg,
kemudian 300 mg 4 kali sehari untuk 3 hari. Atau Azritomisin, Dosis awal 1 g kemudian 500
mg 4 kali sehari untuk 3 hari.
5. Pencabutan gigi
ad.
Bila mobilitas gigi besar dan tidak bisa dipertahankan lagi, maka bisa dilakukan
ekstraksi.
ae.
2. Perikoronitis
af. Definisi
ag. Reaksi inflamasi yang berkembang di jaringan sekitar di gigi erupsi atau
impaksi biasanya pada m3 bawah.
ah. Etiologi
ai. Perikoronitis terjadi akibat penumpukan bakteri, plak, dan sisa makanan
kemerahan pada gingiva. Rasa sakit dapat menyebar ke leher, telinga, dan dasar
mulut. Pada pemeriksaan klinis pada daerah yang terinfeksi, dapat terlihat gingiva
yang kemerahan dan bengkak, disertai eksudat, dan terasa sakit bila ditekan. Gejala
meliputi limfadenitis pada kelenjar limfe submandibularis, dan kelenjar limfe yang
dalam, pembengkakan wajah, dan eritema, edema dan terasa keras selama palpasi
pada operkulum gigi molar, malaise, bau mulut, eksudat yang purulen selama palpasi.
Demam akan terjadi apabila tidak diobati. Umumnya serangan akut dapat
menyebabkan demam dibawah 38,5C, selulitis, dan ketidaknyamanan. Pada inspeksi
biasanya ditemukan akumulasi plak dan debris akibat pembersihan yang sulit
dilakukan pada pseudopoket sekitar gigi yang erupsi sebagian. Trismus dapat terjadi
pada perikoronitis akut
ao. Perikoronitis subakut
ap.
Perikoronitis subakut ditandai dengan timbulnya rasa nyeri terus
menerus pada operkulum tetapi tidak ada trismus ataupun gangguan sistemik
aq. Perikoronitis Kronis
ar.
Asimtomatik, ditandai dengan rasa tidak enak yang timbul secara
berkala. Rasa tidak nyaman dapat timbul apabila operkulum ditekan. Tidak
ada gejala klinis yang khas yang menyertai perikoronitis kronis. Pada
gambaran radiologi bisa didapatkan resorpsi tulang alveolar sehingga
ruang folikel melebar, tulang interdental di antara gigi molar kedua dan
molar ketiga menjadi atrisi dan menghasilkan poket periodontal pada distal
gigi molar kedua.
as. Treatment
at.
Oral hygiene
au. Systemic treatment
av.
Ketiksa berada fase akut: antiseptik lokal dan analgesik. Jika ada
demam maka antibiotik direkomendasikan. Surgical removal operculum atau ektraksi
dari gigi m3 (jika fase akut sudah berhenti). Operkulektomi atau pericoronal flap
Refernsi:
Laskaris, George. 2003. Color Atlas of Oral Disease. Thieme. hal: 176
Malik, Neelima Anil. 2012. Textbook Of Oral and Mazillofacial
bj.