Anda di halaman 1dari 25

Demam Tifoid

Oleh :
Welin Wahyudi
10-2010-143

Anamnesis
Menanyakan identitas pasien secara lengkap,
serta keluhan pasien datang
Bagaimana dengan lama deman, jenis demam,
waktu demam?
Apakah ada keluhan lain (mual, muntah, nyeri
kepala, nyeri ulu hati)?
Apakah ada faktor pencetus/faktor yang
memperberat?
Apakah sudah minum obat? Efek obat?
Apakah ada keluarga yang menderita penyakit
serupa?
Riwayat sosial-ekonomi, sanitasi, kebersihan,
makan?

Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Kesadaran compos mentis
Palpasi
Nyeri tekan epigastrium
Perkusi
Umumnya tampak perbesaran hepar dan
limfe
Auskultasi
Mendengar adanya bising usus aktif
karena adanya gejala mual dan muntah

Pemeriksaan Fisik
Suhu badan meningkat, 38,60C
Sifat demam meningkat perlahan-lahan
terutama pada sore hingga malam hari
Nyeri kepala
Nyeri ulu hati
Mual
Muntah
Pasien belum BAB sejak 4 hari lalu
Nyeri tekan pada epigastrium.

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Darah Rutin
Leukopeni, leukosit normal atau leukositosis, anemia
ringan, trombositopenia, LED meningkat, SGOT dan
SGPT meningkat
Uji Widal
Deteksi antibodi terhadap kuman Salmonella typhi.
Aglutinasi antara antigen kuman Salmonella typhi
dengan antibodi yang disebut aglutinin.1 Antigen
yang digunakan pada uji widal adalah suspensi
Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboraturium. Aglutinin dalam serum penderita
demam tifoid, yaitu aglutinin O (dari tubuh kuman),
aglutinin H (flagel kuman), dan aglutinin Vi (simpai
kuman).

Pemeriksaan Penunjang
Uji TUBEX
Mendeteksi antibodi anti-Salmonella typhi O9
pada serum pasien. Hasil positif (infeksi
Salmonellae serogroup D).
Uji Typhidot
Mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang terdapat
pada protein membran luar Salmonella typhi.
Hasil positif 2-3 hari

Working Diagnosis
Skenario 3
Tn. C datang ke RS dengan keluhan demam
sejak 6 hari yang lalu. Demam berlangsung
sepanjang hari dan memburuk (lebih tinggi)
pada sore-malam hari. Demam tersebut
disertai nyeri kepala, nyeri ulu hati, mual dan
muntah. Pasien juga belum BAB sejak 4 hari
lalu. Riwayat perdarahan tidak ada. Batuk,
pilek tidak ada.
Demam Tifoid

Differential Diagnosis
Penyakit-penyakit dengan gejala
yang hampir
sama :
Leptospirosis
Malaria

Differential Diagnosis
Leptospirosis
Zoonosis oleh Leptospira interrogans
L. icterohaemorhagiae dengan reservoir tikus
L. canicola dengan reservoirnya anjing
L. pomoma dengan reservoirnya sapi dan babi
Ginjal atau air kemih binatang peliharaan (anjing, lembu,
babi, kerbau) dan binatang liar (tikus, musang, tupai)
Penularan kontak pada kulit atau selaput lendir yang
terkena luka/erosi dengan air, tanah, lumpur
Negara beriklim tropis
DOC : Penisilin G 1.5 juta unit setiap 6 jam selama 5-7
hari 4-6 jam reaksi Jarisch Hexheimmer (aktivitas
antileptospira)

Differential Diagnosis
Masa Tunas 2-26 hari (rata-rata 10 hari)
Fase Leptospirema
Leptospirema (leptospira dalam darah) demam mendadak, sakit kepala
(frontal, oksipital, atau bitemporal), gejala mialgia, nyeri tekan (otot
gastroknemius, paha dan pinggang), gejala menggigil dan demam tinggi,
mual, muntah, diare, batuk, sakit dada, hemoptisis, penurunan kesadaran,
dan injeksi konjungtiva, injeksi faringeal, kulit
(macular/makulopapular/urtikaria), splenomegali, dan hepatomegali.
Fase imun
Muncul antibodi IgM sementara konsentrasi C 3 tetap nor mal. Gejala
leptospirema muncul kembali, dan kadang disertai meningismus. Demam
tidak terlalu tinggi, hanya berkisar di bawah 39C dan berlangsung selama
1-3 hari. Gejala lain adalah iridosiklitis, neuritis optic, mielitis, ensefalitis,
serta neuropati perifer.
Fase penyembuhan
Mgg ke 2 mgg ke 4, demam, nyeri otot berangsur-angsur hilang. Hati
membesar dan nyeri tekan , SGOT meninggi, gangguan ginjal, peninggian
kadar protein.

Differential Diagnosis
Demam yang naik turun dan teratur disertai
mengigil
Splenomegali
Plasmodium yang menyerang eritrosit
Bentuk aseksual di dalam darah
Menyerang manusia, burung, kera dan primata
Afrika, Asia, Amerika (bagian selatan), daerah
Oceania, dan Kepulauan Karibia
Pernah pergi/tinggal daerah endemis
Keluhan utama : demam > 2 hari, mengigil,
dan berkeringat (trias malaria)

Differential Diagnosis
Jenis-jenis parasit penyebab malaria :
Plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana
(Benign Malaria)
Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria
tropika (Maligna Malaria)
Plasmodium malariae juga pernah dijumpai tetapi sangat
jarang
Plasmodium ovale pernah dilaporkan dijumpai di Irian
Jaya, pulau Timor, dan pulau Owi (utara Irian Jaya)
Plasmodium falciparum demam setiap hari, Plasmodium
vivax atau Plasmodium ovale demam berselang satu
hari, sedangkan Plasmodium malariae demam berselang
dua hari.

Differential Diagnosis
Faktor -faktor mempengaruhi infeksi
malaria :
Ras atau suku bangsa
Prevalensi Hemoglobin S (HbS) pada penduduk
Afrika cukup tinggi sehingga lebih tahan
terhadap infeksi P.falciparum karena HbS
menghambat perkembangbiakan P.falciparum.
Kurangnya enzim tertentu
Kurangnya enzim Glukosa 6 Phospat
Dehidrogenase (G6PD) memberikan
perlindungan terhadap infeksi P.falciparum yang
berat

Differential Diagnosis
Penatalaksanaan penderita malaria :
Artesunate, Artemeter, Artemotil, Kina HCL,
Kulnidin Gluconate
Pencegahan terhadap malaria :
Tidur dengan kelambu
Menggunakan obat pembunuh nyamuk
Nyamuk akan menggigit diantara jam 18.00
sampai jam 06.00 menggunakan pelindung
Menggunakan kawat anti nyamuk

Etiologi
Salmonella typhi
Gram negatif
tidak berkapsul
mempunyai flagella
tidak membentuk spora
Penularan : Fecal - Oral

Epidemiologi
Sanitasi buruk, prognosis buruk
Meningkat pada musim kemarau
dan awal musim hujan
Laki-laki > wanita

Patofisiologi
Epitel usus
fagositosis

Lamina propria
multiplikasi

Plaque Payeri
Duktus torasikus

bakteriemi primer

respons inflamasi
endotoxin (lokal,
sistemik)
Lokal: inflamasi
Sistemik: pengeluaran
Makrofag sitokin ->
Demam,depp SSTl

sirkulasi

Organ target RES (hati,limpa,ss.tl)


bakteriemi sekunder
Organ lain ( fenomena metastasis)

Gejala Klinis
Demam lebih dari seminggu, siang segar, malam
demam
Lidah kotor (bagian tengah berwarna putih dan
pinggirnya merah)
Mual sampai muntah, bakteri Salmonella typhi
berkembang biak di hati dan limpa, akibatnya terjadi
pembengkakan, sehingga mengakibatkan penekanan
pada lambung yang mengakibatkan mual
Diare atau konstipasi, sifat bakteri yang menyerang
saluran cerna menyebabkan gangguan penyerapan
cairan
Lemas, pusing, dan sakit perut, keadaan ini
diakibatkan dari adanya demam tinggi

Penatalaksanaan
Medika Mentosa
Kloramfenikol, tiamfenikol, ampisilin
dan amoksisilin, kotrimoksazol,
sefalosporin generasi ke-3,
golongan fluorokuinolon
DOC : Kloramfenikol (oral atau
intravena) dosis 4 x 500 mg sehari
selama 2 minggu dan bebas demam

Penatalaksanaan
Non Medika Mentosa
Istirahat dan perawatan
Tirah baring, jaga kebersihan tempat
tidur, pakaian, dan perlengkapan yang
dipakai
Diet dan terapi penunjang
Diet bubur saring bubur kasar nasi,
makanan yang cukup cairan, kalori,
vitamin dan protein, tidak mengandung
banyak serat, tidak merangsang dan tidak
menimbulkan banyak gas

Komplikasi
Komplikasi intestinal
Perdarahan usus
Perforasi usus
Ileus paralitik
Komplikasi ekstraintestinal
Komplikasi kardiovaskular
Komplikasi darah
Komplikasi paru
Komplikasi hepar dan kandung kemih
Komplikasi ginjal
Komplikasi tulang
Komplikasi neuropsikiatrik

Pencegahan
Tindakan sanitasi air
Unggas, daging, dan telur dimasak matang
Pembawa bakteri tidak boleh membuat atau
menyediakan makanan
Suntikan Salmonella typhi yang dimatikan
dengan aseton, diikuti oleh suntikan
booster beberapa bulan kemudian,
memberikan imunitas sebagian terhadap
sejumlah kecil bakteri tifoid yang termakan,
tetapi hal ini tidak terjadi pada bakteri
dalam jumlah besar

Prognosis
Prognosis Baik
Penangan medika mentosa
bersamaan dengan penanganan
non medika mentosa

Kesimpulan
Tn. C menderita demam tifoid,
penanganan dengan medika
mentosa dan non medika mentosa.
Prognosis perbaikan baik

Thank You

Anda mungkin juga menyukai