Anda di halaman 1dari 7

1.

Latar Belakang Masalah


Isu mengenai pertahanan negara merupakan salah satu hal yang menjadi fokus studi Ilmu

Hubungan Internasional disebabkan kondisi dunia yang mengalami berbagai macam konflik
kepentingan. Pertahanan dan keamanan menjadi suatu usaha dalam menjaga eksistensi suatu
negara. Sistem pertahanan yang kuat, menjadi perangkat dalam menghalau berbagai ancaman
atau serangan yang berasal dari luar. Hal ini dapat terlihat dari beberapa negara yang memiliki
sistem pertahanan dan keamanan yang kuat. Negara dengan sistem pertahanan yang kuat
memiliki pengaruh yang besar dalam sistem perpolitikan global. Negara adidaya (superpower)
menempati posisi kuat yang memiliki kemampuan untuk memengaruhi kesepakatan dan
memasukan kepentingan nasional negaranya. Tiap negara berusaha untuk mencapai
kepentingannya masing-masing dengan melakukan upaya peningkatan kekuatan nasional.
Kekuatan Nasional mencakup berbagai macam unsur, salah satunya kekuatan militer.
Dalam menjalin hubungan internasional, negara merupakan aktor yang memiliki peran
penting. Negara dianggap memiliki kapabilitas dalam menjaga kedaulatan wilayah, serta
memelihara stabilitas keamanannya. Upaya dilakukan oleh negara dalam menjaga keutuhan
wilayah dilakukan melalui kebijakan dalam dan luar negeri. Kebijakan dalam negeri melingkupi
kebijakan pertahanan dan 7 kebijakan luar negeri di realisasikan dalam strategi pertahanan dan
keamanan dalam mencegah ancaman dari luar NATO (North Atlantic Treaty Organization) atau
Pakta Pertahanan Atlantik Utara dibentuk pada tanggal 4 April 1949. 1 Pada dasarnya, NATO
adalah sebuah aliansi militer regional yang mencari dukungan solidaritas diantara para
anggotanya jika seandainya terjadi serangan militer ke negara anggotanya tersebut.
Kebangkitan kekuatan militer Rusia, di mulai ketika Presiden Vladimir Putin menjabat
pada tahun 2000. Putin memprioritaskan pada sektor militer Dalam kurun waktu satu dekade
terakhir, hingga dewasa ini, Rusia mulai menempuh kebijakan strategis, guna memulihkan
kondisi dalam negeri. Rusia masih tetap berusaha untuk mengembalikan pengaruhnya pasca
Perang Dunia II, terutama dalam peningkatan kekuatan militernya, yang merupakan sektor vital
negara. Rusia juga masih memiliki persenjataan Nuklir, warisan Uni Soviet, dan sekarang
tengah dikembangkan. Rusia memiliki keinginan untuk menjadi kekuatan baru di negara-negara
pecahan Uni Soviet. Keinginan ini disertai dengan memberikan pengaruh, serta merangkul
1

The North Atlantic Treaty Organization NATO Facts and Figures, October 1971 Brussel di akses pada
tgl 9 agustus 2014 pada pukul 13.00 wib.

negara-negara di Kawasan Eropa Timur, yang dianggap sebagai backyard Rusia. Namun, upaya
Rusia merebut kembali hegemoni di Kawasan Eropa Timur ini, terkendala dengan adanya
campur tangan pihak NATO yang di dominasi oleh Amerika Serikat, dalam memengaruhi
negara-negara tersebut.
NATO memiliki prinsip Collective Deffense, yaitu bahwa setiap anggota negaranya
bersedia membantu anggota NATO yang lainnya, apabila diserang terlebih dahulu. Sehingga
negara-negara anggota NATO membentuk pertahanan bersama. NATO hingga saat ini memiliki
28 negara anggota, yakni dengan masuknya sejumlah negara bekas Blok Timur (Belgia,
Bulgaria, Canada, Republik Czecho, Denmark, Estonia, Perancis, Jerman, Yunani, Hongaria,
Islandia, Italia, Latvia, Lithuania, kroasia, Albania, Luxemburg, Belanda, Norwegia, Polandia,
Portugal, Romania, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Turki, Inggris, dan Amerika Serikat) 2 dan
(kroasia dan Albania menjadi anggota Terakhir yang bergabung pada tahun 2009). Adanya
ekspansi NATO ke negara yang dekat dengan wilayah Rusia (Polandia dan Republik Ceko),
membuat negara ini merasa terancam Hal ini membuat Rusia mengeluarkan kebijakan militer
dalam bentuk doktrin militer yang upaya peningkatan kekuatan militer.
Pangkalan militer inipun dibuat dengan dalih, mempertahankan keamanan, sebab
ancaman bagi salah satu anggota merupakan ancaman bagi seluruh negara anggota lainnya. Isu
senjata nuklir kembali mengemuka di antara kedua rival ini (Rusia-NATO), sehingga hubungan
di antara keduanya kembali menegang. Ketegangan tersebut dipicu oleh pembangunan sistem
pertahanan misil, atau missile defense system NATO yang dipelopori oleh Amerika Serikat
sebagai pemimpin NATO di beberapa negara di wilayah Eropa Timur, yang dulunya merupakan
wilayah pengaruh dan kepentingan Rusia. Rusia memandang hal tersebut sebagai ancaman bagi
wilayahnya. Akan tetapi, Amerika Serikat terus melanjutkan rencananya, bahkan telah
bernegosiasi dan mencapai kesepakatan dengan beberapa negara Eropa Timur, untuk
membangun sistem pertahanan misilnya, antara lain dengan: Polandia dan Republik Ceko. 3
Pada tahun 1955, untuk mengimbangi kekuatan NATO, muncul sebuah Pakta pertahanan
bentukan Uni Soviet dan negara-negara Eropa Timur, yaitu Pakta Warsawa.Selama Perang
2

Sudrajat, MPA.2004. Dampak Strategis Pasca Perluasan Keanggotaan di Dalam Struktur-Struktur Eropa
Terhadap Indonesia (Perspektif Pertahanan-Keamanan).BPPK kemenlu.Vol 21 no.2, di akses tgl 9 agustus 2014
pada pukul 14.13 wib.
3
Robert E. Hunter,Sergey M. Rogov. Engaging Russia as Partner and Participant; The Next Stage of
NATO-Russia Relations. http://www.rand.org/pubs/conf_proceedings/CF203.html . Di akses tgl 9 agustus
2014 di akses pada pukul 14.43 wib.

Dingin kedua Blok Pertahanan ini terus mencoba meraih dukungan dari negara-negara lain dan
meningkatkan kekuatan militer mereka.Persaingan kedua pakta militer ini berakhir saat Perang
Dingin usai yang ditandai dengan runtuhnya Uni Soviet.Runtuhnya negara Super power ini
diikuti dengan bubarnya Pakta Warsawa.Akibatnya, NATO menjadi satu-satunya Pakta Militer
yang ada di kawasan Eropa dan Atlantik Utara.Dan kemudian organisasi pertahanan ini mulai
memperluas tujuan awalnya yaitu untuk membendung penyebaran komunisme soviet di wilayah
Eropa menjadi lebih mengarah kepada mempromosikan komunitas yang aman di Eropa Tengah
dan Timur dengan mengkonsolidasikan demokrasi dan meningkatkan stabilitas keamanan.Untuk
mencapai tujuannya tersebut, NATO kemudian melakukan perluasan keanggotaanya ke wilayah
Eropa Timur, yang dulunya merupakan wilayah pengaruh dan kekuasaan Uni Soviet.
Pada tahun 1999, NATO mulai melakukan perluasannya dengan mengundang negaranegara bekas anggota Pakta Warsawa untuk bergabung di dalamnya, yaitu Republik
Cekoslovakia, Hungaria, dan Polandia.Kemudian, perluasan selanjutnya pada tahun 2002
mencakup negara-negara Baltik (Estonia, Latvia, dan Lithuania), Romania, Slovakia,Bulgaria,
dan Slovenia (ketujuh negara ini diterima secara penuh sebagai anggota tetap dalam NATO pada
tanggal 29 Maret 2004). Pada 1 April 2009, Albania dan Kroasia bergabung dan menjadi anggota
terbaru NATO. Perluasan keanggotaan yang dilakukan oleh NATO ini mendapat respon negatif
dari Rusia. Perluasan ini dianggap dapat mengganggu security interests dan menjadi ancaman
serius bagi posisi geopolitik Rusia4. Sehingga pada Maret 2001, Presiden Putin menegaskan
garis merah di negara-negara Baltik dalam kerangka politik luar negeri Rusia dan menentang
perluasan tersebut karena dapat menimbulkan dampak negatif bagi keamanan Rusia. Dan
penelitian ini akan membahas bagaimana Politik Luar Negeri Rusia Terhadap Perluasaan
Keanggotaan NATO di Eropa Timur Tahun 2008-2012.
Hal ini menambah kekhawatiran bagi Rusia, sebab akan mengancam keamanannya.
Rusia kemudian memperkuat keamanan militer di setiap perbatasan negaranya. Rusia juga
merencanakan berbagai kontra aksi, di antaranya adalah pengarahan rudal-rudalnya ke Ukraina
yang merupakan Sekutu NATO. Hal ini kemudian yang dianggap penting oleh penulis untuk
dikaji. Permasalahan yang terjadi di atas, maka penulis mengangkat judul Kebijakan

North Atlantic Treaty Organization di akses melalui


http://www.nato.int/cps/en/natohq/opinions19822.html,di akses pada tanggal 9 agustus
2014 pada pukul 15.01 wib.

Pertahanan Rusia terhadap NATO, Studi Kasus : Perluasan Keanggotaan NATO Di Eropa
Timur Periode 2008-2012.

1.2

Kerangka Pemikiran

1.2.1

Realism
Dalam paradigma Realis, negara sebagai aktor haruslah memiliki dan meningkatkan

kekuatan militernya. Hal ini dianggap sebagai komponen negara dalam menjaga stabilitas
pertahanan dan kemananannya. Pertahananan negara menjadi hal yang sangat diperhatikan sebab
kedaulatan merupakan hal yang mutlak. Walter Lippmann seorang ahli sarjana Hubungan
Internasional, merangkum kecenderungan ini dengan pernyataannya yang terkenal,
suatu bangsa berada dalam keadaan aman selama bangsa itu tidak
dapat dipaksa untuk mengorbankan nilai-nilai yang dianggapnya
penting (vital) .., dan jika dapat menghindari perang atau jika
terpaksa melakukannya, dapat keluar sebagai pemenang.5
Suatu negara akan berlomba-lomba untuk memiliki power (kekuatan/kekuasaan) yang
lebih besar dibandingkan negara lain. Konsep power ini dianggap sebagai unsur utama dalam
pemikiran realism dan merupakan konsep yang telah ada sejak zaman Yunani kuno. Hans J.
Morgenthau6 bahkan mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan power sebagai perjuangan
memperoleh kekuasaan dan merupakan tindakan politik. Jadi dapat dikatakan bahwa power
adalah:
bisa terdiri dari apa saja yang menciptakan dan mempertahankan
pengendalian seseorang atas orang lain (dan itu) meliputi semua
hubungan sosial yang mendukung tujuan (pengendalian) itu, mulai
dari kekerasan fisik sampai ke hubungan psikologis yang paling
halus yang dipakai oleh seseorang untuk mengendalikan pikiran
orang lain.
Dari konsep power tersebut dapat di lihat bahwa kekuasaan dapat diciptakan melalui hard
7

power ataupu melalui hubungan dapat diciptakan melalui hubungan psikologis. Strategi
psikologis inilah yang diterapkan negara yang bersaing (Rusia-NATO) dalam memperebutkan

Anak Agung Banyu Prawita. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya . hal 121
6
Mohtar Masoed. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.
Jakarta: Pustaka LP3ES hal 116
7
Ibid

hegemoni di Eropa Timur. Strategi perimbangan yang digambarkan tidak hanya berpusat pada
pertahanan (defense) maupun penyerangan (offense) tetapi pada konsep deterens (deterrence).8
1.2.2

Kebijakan Luar Negeri


Kebijakan luar negeri mempunyai tiga konsep untuk menjelaskan hubungan suatu negara

dengan kejadian dan situasi di luar negaranya, yaitu: kebiajkan luar negeri sebagai sekumpulan
orientasi (as a cluster of orientation). Politik luar negeri sebagai sekumpulan orientasi
merupakan pedoman bagi para pembuat keputusan untuk menghadapi kondisi-kondisi eksternal
yang menuntut pembuatan keputusan dan tindakan berdasarkan orientasi tersebut. Orientasi ini
terdiri dari sikap, persepsi, dan nilai-nilai yang dijabarkan dari pengalaman sejarah, dan keadaan
startegis yang menentukan posisi negara dalam politik internasional.
Politik luar negeri sebagai seperangkat komitmen dan rencana untuk bertindak (as a set
of commitments to and plan for action). Dalam hal ini kebijakan luar negeri berupa rencana dan
komitment konkrit yang dikembangkan oleh para pembuat keputusan untuk membina dan
mempertahankan situasi lingkungan eksternal yang konsisten dengan orientasi kebijakan luar
negeri. Rencana tindakan ini termasuk tujuan yang spesisfik serta alat atau cara untuk
mencapainya yang dianggap cukup memadai untuk menjawab peluang dan tantangan dari luar
negeri.
Dalam kenyataannya, rencana tindakan ini merupakan penerjemahan dari orientasi umum
dan reaksi terhadap keadaan yang konkret (immediate context). Pada fase ini rencana tindakan
politik luar negeri ini akan memberikan pedoman bagi:

Tindakan yang ditujukan pada situasi yang berlangsung lama, misalnya kebijakan
luar negeri yang berkenaan dengan konflik.

Tindakan yang ditujukan pada negara-negara tertentu.

Tindakan yang ditujukan pada isu-isu khusus, seperti kebijakan luar negeri
mengenai pengawasan dan perlucutan persenjataan.

Tindakan yang ditujukan pada berbagai sasaran lainnya, misalnya isu lingkungan
hidup dan hak asasi manusia.

Ibid

Politik luar negeri pada fase ini lebih mudah diamati daripada orientasi umum karena biasanya
diartikulasikan dalam pernyataan-pernyataan formal dalam konferensi pers atau dalam
komunitas diplomatik.9
Kebijakan luar negeri sebagai bentuk perilaku atau aksi (as a form of behaviour). Pada
tingkat ini kebijakan luar negeri berada dalam tingkat yang lebih empiris, yaitu berupa langkahlangkah nyata yang diambil oleh para pembuat keputusan yang berhubungan dengan kejadian
serta situasi di lingkungan eksternal. Langkah-langkah tersebut dilakukan berdasarkan orientasi
umum yang dianut serta dikembangkan berdasarkan komitmen dan sasaran yang lebih spesifik.
Jadi, kebijakan luar negeri dapat dibedakan sebagai sekumpulan orientasi, sekumpulanm
komitment dan rencana aksi, dan sebagai suatu bentuk perilaku. Setiap negara menghubungkan
negaranya kepada peristiwa dan situasi di luar dengan ketiga bentuk kebijakan luar negeri di
atas.
1.2.3 Kebijakan Pertahanan
Kebijakan pertahanan merupakan rangkuman dari rencana, program, dan tindakan yang
akan diambil untuk menghadapi segala ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri, khususnya
ancaman militer lawan. Kebijakan pertahanan ditujukan untuk melindungi kepentingan
keamanan nasional dari berbagai ancaman. Kebijakan pertahanan berlaku pada saat perang dan
juga saat damai, khususnya untuk show of force dan meningkatkan bargaining power dalam
diplomasi politik luar negeri (political objectives) di tingkat Global.
Kekuatan militer merupakan real effective power dalam menentukan eksistensi sebuah
negara. Kebijakan pertahanan sebuah negara dipengaruhi oleh faktor domestik (internal) yang
meliputi dunia partai-partai politik, kelas-kelas sosial,dan kelompok-kelompok kepentingan,
yang berinteraksi satu sama lain demi mencapai kepentingan dan tujuannya masing-masing.
Kebijakan pertahanan suatu negara juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan regional dan
internasional (eksternal) yang meliputi kondisi politik internasional, diplomasi dan aliansi,
balance of power dan penggunaan kekuatan militer secara langsung maupun tidak langsung.
Masalah pertahanan keamanan selalu menjadi masalah paling penting dalam politik luar
negeri suatu negara karena keduanya merupakan basis bagi eksistensi negara dan merupakan
prasyarat bagi tercapainya tujuan-tujuan negara yang lain. Sebagaimana tujuan politik luar negeri
9

Walter Carlsnaes, "Foreign Policy." In Walter Carlsnaes, Thomas Risse, and Beth A. Simmons, (2013).Eds.,
Handbook of International Relations. 2nd edn. London:Sage. Pp. 298-325.

pada umumnya masalah keamanan (security) suatu negara ditentukan oleh apa yang dilakukan
oleh negara.10
1.3

Asumsi
Berdasarkan pemaparan di atas terdapat beberapa asumsi yang menjadi landasan dalam

penelitian ini seperti :


1. Permasalahan antara Rusia dan NATO dapat menimbulkan dampak dan kerugian
yang besar di wilayah Eropa Timur ataupun di seluruh negara.
2. Kawasan Eropa Timur khususnya, persaingan yang terjadi antar Rusia-NATO
merupakan bentuk persaingan perimbangan kepentingan (pengaruh) dan wilayah
yang menunjukkan dengan tepat bagaimana bentuk persaingan tersebut adalah
Kawasan Eropa Timur. Dalam pandangan Rusia, NATO merupakan kekuatan militer
yang berkeinginan untuk mendominasi Kawasan tersebut dengan menarik simpati
negara-negara anggota.
3. Munculnya NATO sebagai kekuatan militer adidaya menimbulkan ketakutan
tersendiri bagi Rusia dalam menyikapi perkembangan ekspansi NATO yang begitu
pesat dan dalam upayanya untuk mencegah meluasnya ekspansi tersebut.

10

Steans, Jill &Lloyd Pettiford.2009. Hubungan Internasional: Perspektif dan tema.


Yogyakarta: Pustaka pelajar

Anda mungkin juga menyukai