Anda di halaman 1dari 21

Industri Rumput Laut di

Indonesia
Dinamika Maju Usaha
Yonathan

Contents
Pendahuluan............................................................................................................... 3
Rumput laut................................................................................................................ 4
Budidaya.................................................................................................................... 8
Pengolahan............................................................................................................... 14
Manfaat.................................................................................................................... 16
Pasar dan Perkembangan......................................................................................... 19

Industri Rumput Laut di Indonesia


Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan luas laut mencapai 5,8 juta km 2
dan panjang garis pantai mencapai 95.181 km, serta jumlah pulau sebanyak 17.504
pulau (KKP 2009). Indonesia memiliki potensi sumberdaya yang cukup besar,
terutama sumberdaya perikanan laut baik dari segi kuantitas maupun diversitas
dengan sejumlah keunggulan komparatif sekaligus kompetitif yang sangat tinggi.
Rumput laut merupakan salah satu komoditas strategis dalam bidang kelautan
disamping udang dan tuna. Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan,
Indonesia memiliki luas area untuk kegiatan budidaya rumput laut mencapai
1.110.900 ha, tetapi pengembangan budidaya rumput laut baru memanfaatkan
lahan seluas 222.180 ha atau 20% dari luas areal potensial. Hal ini menunjukkan
bahwa masih terbuka peluang untuk mengembangkan usaha budidaya rumput laut
di Indonesia. Potensi lahan pengembangan budidaya rumput laut tersebar di
seluruhwilayah Indonesia dimana sebagian besar potensi berada di daerah Papua,
Maluku, Sulawesi Tengah, Nanggroe Aceh Darussalam, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Selatan, Jawa Timur, dan Bali (DKP 2005). Jenis rumput laut yang dikembangkan di
Indonesia antara lain adalah Kappaphycus alvarezii (cottonii), Eucheuma
denticulatum (spinosum) dan Gracilaria sp.
Volume produksi rumput laut Indonesia dari tahun ke tahun menunjukkan
peningkatan yang berarti, khususnya pada volume produksi budidaya. Menurut data
Kementerian Kelautan dan Perikanan (2009), volume produksi rumput laut Indonesia
pada tahun 2005 mencapai 910.636 ton (basah). Pada tahun 2009, jumlah tersebut
meningkat menjadi sebesar 2.574.000 ton (basah). Rata-rata peningkatan produksi
rumput laut per tahun mencapai 30,2%. Produksi rumput laut Indonesia sebagian
besar diekspor ke beberapa negara, seperti China, Hongkong, Filipina, Spanyol,
Denmark, USA, Korea, dan Prancis.
Indonesia diyakini merupakan salah satu negara penghasil rumput laut terbesar di
dunia, khususnya untuk rumput laut penghasil carrageenan, yaitu jenis Eucheuma
cottonii dan Eucheuma spinosum. Saat ini diperkirakan produksi rumput laut
Indonesia untuk jenis tersebut sudah melampaui produksi rumput laut Filipina yang
merupakan negara produsen rumput laut terbesar di dunia. Menurut Dakay (2008),
rata-rata produksi rumput laut Filipina pada tahun 2002-2007 cenderung menurun
dengan rata-rata penurunan hingga mencapai 0,61%. Sementara, produksi rumput
laut Indonesia pada periode yang sama mengalami peningkatan sebesar 257,98%
dengan rata-rata kenaikan per tahun mencapai 29,72%. Tahun 2007 jumlah
produksi rumput laut penghasil carrageenan di Indonesia mencapai 92.000 ton
(kering).1

Institut Pertanian Bogor(2011). Model Pengembangan Klaster Industri Rumput


Laut,
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/52735/BAB%20I
%20Pendahuluan.pdf?sequence=3

Rumput laut
Rumput laut termasuk jenis ganggang pada umumnya ganggang dapat
diklasifikasikan menjadi kelas yaitu : ganggang hijau (chloropheceae), ganggang
hijau biru (cyanophyceae), ganggang coklat (pheaceophyceae) dan ganggang
merah (rhodophyceae). Ganggang hijau dan ganggang hijau biru banyak hidup dan
berkembang biak di air tawar, sedangkan ganggang coklat dan ganggang merah
memiliki habitat laut yang biasanya lebih dikenal dengan rumput laut.
Ganggang cokelat lebih dikenal sebagai rumput karang atau rockweed, sering
dimanfaatkan untuk industri alginat, sedangkan ganggang merah merupakan
sumber bahan baku bagi industri agar-agar, carragenan dan fulcellaran serta
produk-produk lainnya. Rumput laut atau seaweed merupakan bagian terbesar dari
rumput laut yang tumbuh melekat erat pada substrat pada yang terdapat di lautan
seperti batu-batuan, karang dan bangkai kulit karang.
Dalam pertumbuhannya rumput laut memerlukan cahaya matahari untuk proses
photosynthesa, karena itu meskipun hidupnya di bawah permukaan laut tetapi tidak
dapat terlalu dalam. Pada umumnya rumput laut terdapat di sekitar pantai dalam
jumlah dan jenis beragam, namun hanya beberapa jenis saja yang dapat dimakan
karena alasan rasa. Walaupun sebenarnya ada puluhan jenis rumput yang tumbuh
di perairan Indonesia, jenis rumput laut yang umumnya bernilai ekonomis:

a. Eucheuma
Divisio
: Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyceae
Bangsa
: Gigartinales
Suku
: Solierisceae
Marga
: Euecheuma
Jenis
: E. spinosum dan E cottonii

Gambar 1: E.cottonii

Gambar 2: E.spinosum

Nama untuk jenis ini nama dagangnya lebih dikenal adalah E ,cottonii , ciri
cirinya Yaitu thalus silindris, permukaan yang licin, cartilageneus
4

(menyerupai tulang rawan/muda), berwarna hijau terang, hijau olive dan


coklat
kemerahaan.
Percabangan
thallus
berujung
runcing
atau
tumpul,ditumbui nodulus (tonjolan tonjolan), duri lunak tumpul untuk
melindungi gametangia. Percabangan bersifat alternates ( selang seling),
tidak beraturan, serta dapat bersifat dichotomus (percabangan dua dua),
atau trichotomus (system percabangan tiga tiga). Habitat rumput laut ini
memerlukan sinar matahari untuk proses foto sintesis. Oleh karena itu
rumput laut ini hanya hidup didaerah lapisan fotik, yaitu kedalaman sejauh
sinar matahari masih dapat menembus kedalaman air. Di alam jenis ini hidup
berkumpul dalam satu komunitas atau koloni dan indikator jenisnya hidup di
rataan terumbu karang dangkal sampai kedalaman 6 m, melekat di batu
karang atau benda keras lainnya. Faktor yang sangat berpengaruh pada
pertumbuhan jenis ini yaitu cukup arus deras dengan salinitas (kadar garam)
yang stabil yaitu berkisar 28 -34 per mil. Oleh karena itu rumput laut ini baik
jika tumbuh jauh dari muara sungai.

b. Hypnea sp
Divisio
: Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyceae
Bangsa
: Gigartinales
Suku
: Hypneaceae
Marga
: Hypnea
Jenis
: Hypnea sp

Gambar 3: Hypnea sp

c. Glacilaria
Divisio
Kelas
Bangsa
Suku
Marga
Jenis

:
:
:
:
:
:

Rhodophyta
Rhodophyceae
Gigartinales
Glacilariaeceae
Glacilaria
Glacilaria gigas
5

Glacilaria verrucosa
Glacilaria lichenoides

Gbr 4. G. gigas

Gbr 5 :G. verrucosa

Gbr 6:G.lichenoides

Habitat rumput laut jenis ini pada umumnya dapat hidup sampai 300 1000
m dari pantai, salinitas air berkisar 15 30 per mil dengan suhu air berkisar
antara 20 -28 C kedalaman air 0.5 1 m dengan kondisi air jernih sehingga
sinar matahari mampu menembus ke dalam air. Oleh karenanya jenis rumput
laut ini sebaiknya dekat dengan muara sungai.

d. Gelidium
Divisio
: Rhodophyta
Kelas
: Rhodophyceae
Bangsa
: Gilidiales
S
uku
: Gelidiaceace
Marga
: Gelidium
Jenis
: Gelidium sp

Gambar 7: Gelidium sp
e. Sargassum
Divisio
: Rhodophyta

Kelas
: Phaeophyceae

Bangsa
: Fucales
6

Suku
Marga
Jenis

: Sargassacaceae
: Sargassum
: Sargassum polyfolium

Gambar 8 : S. Polifolium

Gambar 9: S. crassifolium

Rumput laut coklat jenis Sargassum adalah rumput laut yang mempunyai
cabang seperti jari, dan merupakan tanaman yang berwarna coklat,
berukuran relatif besat, tumbuh dan berkembang pada substrat dasar yang
kuat. Bagian tanaman menyerupai semak yang berbentuk simetris bilateral
atau radikal serta dilengkapi dengan bagian bagian untuk pertumbuhan
( Atmadja et al, 1996)
Thalus berbentuk silindris atau gepeng percabangannya menyerupai
tanaman perdu di darat, daun melebar, lonjong atau seperti pedang,
mempunyai gelembung udara ( bladder), umumnya hidup soliter dan
panjangnya dapat mencapai 7 m. Rumput laut ini tumbuh di perairan yang
terlindung ataupun dapat juga diperairan yang berombak besar pada habitat
berkarang, atau pada bongkahan karang (Kadi dan Atmaja, 1988). Di
perairan Indonesia terdapat 28 spesies yang berasal dari 6 genus.

Gambar 10. Diagram klasifikasi rumput laut komersial dan produk olahannya
7

Sumber:
Budidaya
Rumput
Laut
dan
Nilai
Ekonomisnya.
http://www.pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/ekonomi/2401-budidayarumput-laut.html#
Mengenal Rumput Laut. http://penyuluhpi.blogspot.com/2012/07/mengenal-rumputlaut.html

Budidaya
Sebaran rumput laut komersial yang dibudidayakan hanya terbatas jenis Eucheuma
dan Glacilaria. Jenis Eucheuma dibudidayakan di laut agak jauh dari sumber air
tawar, sedang Glacilaria dapat dibudidayakan dilaut dekat dengan muara sungai
karena untuk jenis ini salinitas yang sesuai berkisar antara 15 25 per mil. Lokasi
budidaya Eucheuma tersebar diperairan pantai di beberapa Kepulauan Riau,Bangka
Belitung,Lampug selatan, Pulau Panjang (Banten) Pulau Seribu, Karimun Jawa ( Jawa
tengah) Selatan Madura,Nusa dua,Nusa Lembongan dan Nusa Penida (Bali) ,
Lombok barat,Lombok tengah (Teluk Ekas) Sumbawa,Larantuka Teluk Maoumere,
Sumba,Alor,Kupang, P Rote,Sulawesi utara, Gorontalo,Bualemo,Bone Bolango,
Samaringa (Sulawesi tengah) Sulawesi tenggara, Jeneponto, Takalar,Selayar, Sinjai
dan Pangkep ( Sulawesi selatan); Seram Ambon, dan Aru (Maluku), Biak serta
Sorong. Sementara untuk budidaya Glacilaria dalam tambak tersebar luas di daerah
daerah
serang
(Banten)
Pantai
Utara
Jawa
(Bekasi,Karawang,Subang
Cirebon,Indramayu Pemalang, Brebes, dan Tegal). Sebagian pantai utara Jawa timur
( Lamongan dan Sidoarjo) untuk derah di luar pulau Jawa hampir di semua perairan
tambak Sulawesi selatan dan Lombok barat serta Sumbawa.
Untuk membudidayakan rumput jenis Eucheuma sp perlu diperhatikan faktor-faktor
teknis dan non teknis antara lain :
Kelayakan lokasi :
Bebas dari pengaruh angin topan dan ombak yang kuat.
Mempunyai gerakan air (arus) yang cukup (20-30 cm/detik)
Dasar peraiaran agak keras yang terdiri dari pasir dan karang serta bebas dari
lumpur
Masih digenangi air pada waktu surut dengan kedalaman antara 30 - 60 cm
Kejernihan air tidak kurang dari 5 cm
Suhu air (20 - 28oC) dengan fluktuasi harian maksimum 4oC.
Kisaran kadar garam 28 34 ppt
PH air antara 7 - 9
8

Mengandung cukup makan berupa makro dan mikro nutrien


Bebas dari bahan pencemaran
Bebas dari ikan dan hewan air yang bersifat herbivora
Mudah dijangkau untuk kelancaran proses produksi sampai kepada pemasaran
hasil.
Sumber tenaga kerja cukup.
Bahan pendukung murah dan mudah diperoleh (bambu, benih dan lain-lain)
Temperatur dan Sanitasi
Rata-rata temperatur air laut sebaiknya berkisar antara 27 - 30 oC jika terjadi
kenaikan temperatur yang tinggi akan terjadi adanya uliment dan meliputi epiphyt,
sehingga tanaman akan rontok. Sedangkan sanitasi air sangat tergantung pada
faktor penguapan, serta ada tidaknya sumber air tawar. Untuk menghindari sanitasi
yang tajam sebaiknya lokasi tanaman jauh dari muara sungai untuk menghindari
endapan lumpur.
Dari semua faktor yang disebutkan diatas, perlu diperhitungkan pula ada tidaknya
pencemaran air laut seperti : genangan minyak, limbah pabrik, bahan peledak atau
bahan kimia untuk penangkapan ikan.
Gerakan Air
Kesuburan lokasi tanaman sangat ditentukan oleh adanya gerakan air yang berupa
arus ombak. Karena gerakan air merupakan alat pengangkut zat makanan yang
diperlukan bagi pertumbuhan tanaman. Arus atau ombak merupakan alat yang baik
bagi massa air sehingga menjadi homogen. Massa air yang homogen akan
menghindari perbedaan yang tajam pada kelarutan oksigen, temperatur, salinitas
dan lain-lain. Disamping itu gerakan air juga merupakan alat pembersih terhadap
sediment dan epiphyt yang menumpuk pada tanaman.
Ombak yang terlalu besar lebih merusak tanaman akan tetapi diperlukan juga
sebagai alat pengaduk yang baik bagi massa air. Di samping itu ombak sebagai alat
penangkap udara, sehingga memperkaya larutan oksigen ke dalam massa air.
Untuk itu dalam budidaya rumput laut harus mengambil areal/lokasi yang terbuka
terhadap ombak dan mempunyai terumbu karang yang menonjol sebagai tanggul
ombak di bagian luar, sehingga lokasi tanaman hanya terkena pecahan ombak/lidah
ombak saja, dengan kecepatan arus antara 20 s/d 40 cm per detik.
Faktor Non Teknis
Di dalam melakukan budidaya rumput laut faktor non teknis juga sangat menunjang
keberhasilan seperti halnya, sosial ekonomi masyarakat setempat, sarana dan
prasarana transportasi dan komunikasi. Lokasi di mana terdapat petani nelayan
yang hidup di bawah g aris kemiskinan, kondisi ini sangat mendukung
pembudidayaan rumput laut karena dapat memberikan lapangan kerja dengan
tidak mengurangi persyaratan teknis budidaya rumput laut.
Pengadaan dan Pemilihan Bibit
Penyediaan benih dapat diperbanyak secara generatif dan vegatif. Persyaratan bibit
yang baik adalah mempunyai angka pertumbuhan harian baik, yang menyangkut
9

masa panen produksi yang menguntungkan.


Ciri bibit yang baik :
(a). Bercabang banyak, rimbun dan runcing
(b). Tidak terdapat bercak dan terkelupas
(c). Warna spesifik (cerah)
(d). Umur 25 35 hari. Berat bibit yang ditanam adalah antara 50 100 gram per
rumpun dan
(e). Tidak terkena penyakit ice-ice

Bibit Eucheuma
Pengadaan bibit dapat dilakukan dengan memanfaatkan sifat-sifat reproduksi
vegetatif dan generatif.
Bibit hendaknya dipilih dan diambil dari stek ujung tanaman rumput laut yang
unggul yang masih muda, segar dan berasal dari tanaman rumput laut yang sudah
dibudidayakan. Untuk metode lepas dasar, luas tiap petak rakit budidaya 100 m 2
memerlukan bibit 240 kg.
Penanaman
Untuk penanaman rumput laut dikenal adanya beberapa metoda
1. Metoda Lepas Dasar
Pada metoda ini bibit diikatkan pada batu-batu karang yang kemudian disebarkan
pada dasar perairan.Cara ini sesuai untuk dasar perairan yang rata dan tidak
ditumbuhi karang dan tidak berpasir. Cara ini mudah, sederhana dan tidak
memerlukan sarana budidaya yang besar. Metoda ini jarang sekali digunakan
karena belum diyakini keberhasilannya. Hal ini mengingat persyaratan yang
diperlukan adalah areal yang terbuka terhadap ombak dan arus dimana terdapat
potongan-potongan batu karang yang kedudukannya sebagai substrant yang kokoh
dan tidak terbawa oleh arus. Disamping kesulitan mencari areal penanaman,
metode ini mempunyai kelemahan antara lain : banyak bibit yang hilang terbawa
ombak, tidak bisa dilaksanakan di perairan yang berpasir, banyak mendapat
gangguan/serangan dari bulubabi, dan produksinya rendah.

2. Metoda Rakit Apung


Penanaman dengan metoda rakit ini menggunakan rakit apung yang terbuat dari
bambu berukuran antara (2,5 x 2,5 ) meter persegi sampai (7 x 7) meter persegi
10

tergantung pada kesediaan bahan bambu yang dipergunakan. Untuk penahanan


supaya rakit tidak hanyut terbawa arus, digunakan jangkar sebagai
penahanan atau diikat pata patok kayu yang ditancapkan di dasar laut .
Pemasangan tali dan patok harus memperhitungkan faktor ombak, arus dan pasang
surut air. Metoda rakit cocok untuk lokasi dengan kedalaman 60 cm. Bahan-bahan
yang diperlukan adalah bibit tanaman, potongan bambu berdiameter 10 cm.
Potongan kayu penyiku berdiameter 5 cm, tali rafia, tali ris berdiameter 4 mm dan
12 cm, serta jangkar dari besi, bongkah batu atau adukan semen pasir.
Adapun tahap-tahap penanamannya adalah sebagai berikut :
-Potongan kayu dan bambu dirangkai dan diberi jangkar pemberat dengan bantuan
tali 12 mm.
-Thallus dengan berat masing-masing 100 gram diikatkan pada tali ris dengan
menggunakan tali rafia yang berjarak antara 20 - 25 cm
-Jarak antara ris 50 cm sedangkan panjang ris sangat bergantung dari panjangnya
rakit apung yang digunakan dalam budidaya.
-Tali ris yang sudah berisi tanaman diikatkan pada rakit. Setiap rakit apung
berukuran 7 x 7 meter akan ditanami 500 titik tanam rumput laut atau setiap
kelompok tani 5 orang dengan 250 rakit (dengan luas total sekitar 1,25 Ha) akan
mempunyai titik tanam sebanyak 125.000 titik tanam.

3. Metoda lepas dasar atau tali gantung


Pada penanaman dengan metoda lepas dasar, tali ris yang telah berisi ikatan
tanaman direntangkan pada tali ris utama. Pengikatan tali ris pada tali ris utama
sedemikian rupa sehingga mudah dibuka kembali. Tali ris utama yang terbuat dari
bahan polyetilen berdiameter 8 mm direntangkan pada patok. Jarak tiap tali ris
pada tali ris utama 20 cm. Patok terbuat dari kayu berdiameter 5 cm sepanjang 2 m
dan runcing pada salah satu ujungnya. Untuk menancapkan patok di dasar perairan
diperlukan linggis atau palu besi.
Jarak tiap patok untuk merentangkan tali ris utama 2, 5 m. Dengan demikian pada
retakan budidaya dengan metoda lepas dasar seluas satu are (100 m 2) dibutuhkan
55 batang patok, 60 m tali ris utama dan 600 m tali ris dan 1 kg tali rafia. Untuk 1
unit budidaya rumput laut sistem lepas dasar ukuran 10 x 10 m 2 diperlukan bibit
sebanyak 240 kg (Seri Pengembangan Hasil Penelitian Pertanian No 141P/KAN/PT
13/1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut) Sama dengan metoda rakit apung,
11

metoda ini cocok untuk perairan dengan kedalaman kurang 1,5 meter dan dasarnya
terdiri dari pasir atau pasir berlumpur.

Tahap Penanaman adalah sebagai berikut :


Tali ris dibentangkan berjajar pada pada dua rentang tali ris utama yang diikat
masing-masing pada 2 patok yang berupa bambu yang tancap pada dasar laut,
sehingga membentuk kerangka beberapa segi empat hamparan lahan penanaman
rumput laut. Jarak antara tali ris sekitar 20 cm dan jarak antara titik tanam dalam
tali ris sekitar 30 cm. Kerangka tanam seperti ini, diperhitungkan untuk setiap ha
akan ada 99.000 titik tanam, atau untuk perhitungan 1 kelompok tani/nelayan
dengan 125.000 titik tanam, memerlukan luasan lahan perairan sekitra 1, 3 ha.
Kerangka penanaman rumput laut ini diletakkan berada sekitar 30 -40 cm dibawah
permukaan laut, menggantung pada patok yang berdiri tertancap pada dasar laut.
Tali ris dipenuhi dengan beberapa potong thallus masing-masing seberat 100 gram
yang merupakan bibit rumput laut. Potongan thallus diikat dengan tali rafia berjarak
30 cm.
Pemeliharaan
Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi sarana
budidaya dan tanamannya. Apabila ada kerusakan patok, jangkar, tali ris dan tali ris
utama yang disebabkan ombak yang besar, harus segera diperbaiki. Pemeliharaan
dilakukan baik pada ombak besar maupun pada aliran laut tenang. Kotoran atau
debu air yang melekat pada tanaman harus selalu dibersihkan. Kotoran yang
melekat dapat menganggu proses metabolisme sehingga pertumbuhan tanaman
menurun. Beberapa tumbuhan penempel yang merusak, seperti ulva, hypnea,
chaetomorpha, dan enteromorpha dikumpulkan dan dibuang ke darat.
Beberapa jenis hewan herbivora pemangsa tanaman rumput laut adalah bulu babi,
ikan dan penyu. Serangan bulu babi dapat diatasi dengan cara diusir dari lokasi
budidaya. Biasanya dipasang jaring di sekeliling lokasi budidaya. Lumut juga perlu
disingkirkan karena menghalangi sinar
matahari yang masuk sehingga pertumbuhan akan terhambat.
Pemupukan tidak ada, untuk eucheuma sp yang ditanam di perairan pantai. Kecuali
untuk budidaya rumput laut jenis gracilaria yang ditanam di tambak perlu diberikan
pemupukan. Untuk gracilaria yang ditanam di tambak pemupukan di berikan secara
teratur 15 hari sekali, yaitu sesaat setelah penggantian air. Pupuk yang digunakan
12

adalah campuran urea, TSP dan ZA dengan perbandingan 1 : 1 : 1 sebanyak 20


kg/ha atau dengan perbandingan 2 : 1 : 1 sebanyak 100 kg/ha. Penggantian air
tambak sebanyak 60% dilakukan setiap 15 hari sekali wakbu bulan baru dan bulan
purnama.
Panen
Tanaman dapat dipanen setelah mencapai umur 6 - 8 minggu setelah tanam
dengan berat tanaman per ikatan 800 gram. Cara memanen rumput laut pada air
pasang adalah dengan mengangkat seluruh tanaman ke darat kemudian tali rafia
pengikat
dipotong.
Sedangkan
pada
saat
air
surut
dapat
dilakukan langsung di areal tanaman.
Dengan menggunakan rakit satu persatu ikatan tanaman dipanen. Dan dibawa ke
darat dengan rakit. Panen yang dilakukan pada saat usia tanaman 1 bulan,
perbandingan antara berat basah dan kering berkisar 8 : 1, sedangkan bila tanaman
berumur 2 bulan perbandingan berat basah dengan berat kering adalah 6 : 1.
Peralatan dan tenaga yang harus dipersiapkan untuk panen adalah :
-Tenaga kerja
-Keranjang rotan berukuran sedang tempat hasil rumput laut.
-Perahu (untuk mengangkut hasil panen)
-Pisau untuk menolong tali pengikat (tali rafia)
-Timbangan
-Lokasi tempat penjemuran
-Karung tempat rumput laut kering dan tali pengikatnya
-Ruang tempat penyimpanan rumput laut kering.
Persiapan alat-alat tersebut untuk menjaga kelancaran pemanenan dan menjaga
kualitas mutu hasil produksi. Dari satu unit usaha (100 m 2 ) dengan metode lepas
dasar dan metoda rakit diperoleh hasil panen kering masing-masing 100 kg dan 120
- 150 kg setiap panen.

13

Sumber:
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM, Bank Indonesia. Pola Pembiayaan Usaha Kecil,
Budidaya Rumput Laut. http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/BAAFF563-827E-404CB6648E7F6B464929/16061/BudidayaRumputLauttaligantung.pdf

Pengolahan
Penanganan pasca panen rumput laut oleh petani hanya sampai pada tingkat
pengeringan. Rumput laut kering ini merupakan bahan baku bagi industri rumput
laut olahan selanjutnya. Pengolahan rumput laut akan menghasilkan agar,
carrageenan atau algin tergantung kandungan yang terdapat di dalam rumput laut.
Pengolahan ini kebanyakan dilakukan oleh pabrik walaupun sebenarnya dapat juga
oleh petani
Langkah-langkah Pengolahan menjadi Bahan Baku atau rumput laut kering adalah
sebagai berikut :
1. Rumput laut dibersihkan dari kotoran, seperti pasir, batu-batuan, kemudian
dipisahkan dari jenis yang satu dengan yang lain.
2. Setelah bersih rumput laut dijemur sampai kering. Bila cuaca cukup baik
penjemuran hanya membutuhkan 3 hari. Agar hasilnya berkualitas tinggi, rumput
laut dijemur di atas para-para di lokasi yang tidak berdebu dan tidak boleh
bertumpuk. Rumput laut yang telah kering ditandai dengan telah keluarnya garam.
3. Pencucian dilakukan setelah rumput laut kering. Sebagai bahan baku agar
rumput laut kering dicuci dengan air tawar, sedangkan untuk bahan baku
carrageenan dicuci dengan air laut. Setelah bersih rumput laut dikeringkan lagi kirakira 1 hari. Kadar air yang diharapkan setelah pengeringan sekitar 28%.Bila dalam
proses pengeringan hujan turun, maka rumput laut dapat disimpan pada rak-rak
tetapi diusahakan diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling tindih. Untuk
14

rumput laut yang diambil carrageenannya tidak boleh terkena air tawar, karena air
tawar dapat melarutkan carrageenan.

4. Rumput laut kering setelah pengeringan kedua, kemudian diayak untuk


menghilangkan kotoran yang masih tertinggal. Dalam model kelayakan PKT ini bila
diperkirakan rendemen sampai kering asalan 10 % dengan kandungan air 30%,
maka setiap kelompok petani/nelayan akan memproduksi 60.000 kg rumput laut
kering per tahun

Pengepakan dan Penyimpanan


Rumput laut yang telah kering dan bersih dimasukkan dalam karung goni atau
karung plastik. Bisa dipadatkan ataupun tidak dipadatkan. Bila dipadatkan hanya
berisi 60 kg. Rumput laut yang akan di ekspor di bagian luar karungnya dituliskan
nama jenis barang, nama kode perusahaan, nomor karung, berat bersih dan hasil
Indonesia dengan jelas. Pemberian nama tersebut untuk memudahkan dalam
pengiriman.

Mutu Rumput Laut Kering


Petani rumput laut menjual hasil produksinya dalam bentuk rumput laut kering.
Agar harga jual rumput laut tersebut tinggi maka rumput laut harus memenuhi
standar mutu rumput laut kering.

15

Sumber:
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM, Bank Indonesia. Pola Pembiayaan Usaha Kecil,
Budidaya Rumput Laut. http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/BAAFF563-827E-404CB6648E7F6B464929/16061/BudidayaRumputLauttaligantung.pdf

Manfaat
Rumput laut menghasilkan 3 jenis produk dasar yaitu agar-agar yang dihasilkan
dari rumput laut Glacelaria sp, Carrageenan dari jenis rumput laut Eucheuma sp,
dan Alginat dari rumput laut coklat (Sargassum sp) yang secara keseluruhan banyak
manfaatnya untuk industri pangan, farmasi, bioteknologi serta non pangan.
1. Agar-agar

16

Agar merupakan hidrokoloid rumput laut yang memiliki kekuatan gel yang sangat
kuat. Senyawa ini dihasilkan dari proses ekstraksi rumput laut kelas Rhodophyceae
terutama genus Gracilaria, Gelidium. Agar merupakan senyawa polisakarida
dengan rantai panjang yang disusun dari dua pasangan molekul agarose dan
agaropektin. Fungsi utama agarose adalah untuk mencegah terjadinya dehidrasi
dari makanan yang ditambahkan.
2. Carrageenan
Carrageenan adalah senyawa hidrokoloid, merupakan senyawa polisakarida rantai
panjang yang diekstrak dari rumput laut jenis karagenofit seperti Eucheuma sp,
Hypnea sp. Carrageenan dibedakan menjadi 3 macam yaitu iota carrageenan,
kappa carrageenan dan lambda carrageenan. Ketiganya berbeda dalam sifat gel.
Kappa karagena menghasilkan gel yang kuat, sefdangkan iota carrageenan
membentuk gel yang halus dan mudah dibentuk
3. Alginat.
Alginat merupakan hidrokoloid yang diekstrak dari alga coklat atau Phaeophyceae.
Rumput laut penghasil alginat diantaranya adalah genus Sargassum dan Turbinaria.
Alginat menjadi penting karena penggunaan nya yang luas dalam industri karena
sifatnya sebagai pembentuk gel,bahan pengemulsi dll. Di dalam bidang kosmetik
dan farmasi, alginat dimanfaatkan dalam bentuk asam alginat, garam sodium
alginat dan kalsium alginat.
a). Asam alginat
Sifat asam alginat tidak larut dalam air, akan tetapi akan mengembang , sehingga
dapat berfungsi sebagai disintegrating agent dan berguna dalam pembuatan
tablet. Selain itu asam alginat juga banyak digunakan untuk bahan pelangsing
tubuh dan atau makanan diet, atau juga sebagai bahan pengikat seperti pada
produk pasta gigi dan shaving cream.
b). Sodium alginat
Sodium alginat banyak digunakan dalam industry obat obatan cair karena bisa
meningkatkan viskositas atau kekentalan. Aplikasi di dalam industry farmasi
misalnya pada pengisi obat penicillin dan obat obat sulfa.
c). Kalsium alginat
Kalsium alginat merupakan bahan untuk peng emulsi yang dapat digunakan dalam
pembuatan kapsul. Selain sifatnya sebagai peng emulsi kalsium alginat juga bersifat
sebagai pengental. Aplikasi dalam industri kosmetik adlah pada shampoo cair atau
bahan untuk pencuci rambut.

B.PEMANFAATAN RUMPUT LAUT DALAM INDUSTRI


17

1.Industri pangan
Jelly merupakan makanan paling sederhana yang dibuat dari agar atau
carrageenan. Jelly biasanya diproduksi dicampur dengan bahan makanan lain
seperti buah, ekstrak kacang kacangan, Tujuan penambahan agar, carrageenan
ataupun alginat diantaranya adalah untuk mendapatkan tekstur tertentu, untuk
makanan diet,stabilizer,pengental dan lain sebagainya.
Pada industri makanan kaleng,seperti daging dan ikan dalam kaleng, memerlukan
bahan pengental, pembentuk gel serta pensuspensi dengan memanfaatkan agar
dan carrageenan .Hal ini dilakukan agar produk dalam kaleng memiliki kemampuan
melting temperature dan gel strength lebih tinggi Kemampuan Alginat dan
karagenen dalam membentuk busa dan kejernihan menyebabkan hidrokoloid
tersebutdimanfaatkan dalam proses pembuatan bir.

2.Industri Farmasi, Kosmetik dan Bioteknologi


a).Industri Farmasi
Faktor yang mempengaruhi rumput laut dalam industry farmasi antara lain sifat
kimia fisika dari senyawa metabolit primer dan sekunder yang dihasilkan. Senyawa
metabolit primer yang dimaksud adalah agar, carrageenan ( iota, kappa dan
lambda) serta alginat. Senyawa senyawa ini berfungsi sebagai suspending aget,
thickener,emulsifier, stabilizer, film former, coating agent ,gelling agent, dan lain
sebagainya.
b).Industri Kosmetik
Pada industry kosmetik, penggunaan agar, carrageenan dan alginat biasanya
digunakan untuk produk sabun krim, sabun cair,shampoo,lotions, pasta gigi
pewarna bibir dan produk produk perawatan kulit seperti hand body lotion dan
pencuci mulut serta hair lotions.
c).Bioteknologi
Sebagian besar agar digunakan dalam bidang makanan. Penggunaan dalam bidang
bio teknologi kurang lebih hanya 9% yaitu digunakan sebagai medium untuk
menumbuhkan mikroba,seperti bakteri, jamur,yeast, mikro alga. Penggunaan lain
sebagai medium dalam industri perbanyakan bibit secara kultur jaringan.
d).Industri non pangan
Penggunaan agar, carrageenan dan alginat di dalam industry non pangan
diantaranya adalah industri makanan ternak. Keramik, cat, tekstil, kertas dan
pembuatan film fotografis.
1.Makanan ternak
18

Pet food atau makanan ternak biasanya berupa makanan dalam kaleng atau pellet.
Fungsi agar,carrageenan atau alginat untuk menstabilkan dan mempertahankan
komposisi dari makanan ternak. Khusus untuk pellet fungsi utamanya untuk
melapisi pellet , sehingga udara yang ada di dalam pellet akan tertahan dan pellet
tidak mudah tenggelam, juga untuk mengikat air dari dalam pellet selama
penyimpanan dan pengangkutan.
2. Keramik
Carrageenan mempunyai kemampuan sebagai gelling point pada temperatur dan
tekanan yang tinggi. Oleh karena itu , carrageenan dicampurkan ke dalam pelapis
keramik pada pembuatan busi otomotif. Dengan menggunakan carrageenan,
mampu mendukung honeycomb keramik.
3. Cat.
Fungsi carrageenan dan alginat dalam industri cat adalah sebagai penstabil dan
perekat pada permukaan dinding pada saat mengering, bersifat sebagai pengemulsi
pada resin cat supaya minyak dan air tercampur dengan sempurna
4. Tekstil
Carrageenan, agar dan alginat didunakan dalam industry tekstil, yang fungsinya
untuk merekatkan benang saat di tenun. Juga dalam pencampuran warna pada saat
mewarnia benang dengan maksud agar warna benang rata, tidak pecah dan lembut
5. Kertas
Alginat mempunyai kemampuan membentuk film yang lembut, tidak terputus dan
dapat menjadi perekat yang baik. Pembentukan film tersebut memperkuat serat
selulosa dan ketegangan permukaan kertas yang baik dalam mengatur ketebalan
tinta,
6. Pembuatan Film Fotografis
Agar banyak digunakan untuk pelapisan film untuk foto. Hal ini disebabkan sifat
agar lebih baik dari pada gelatin karena memiliki gelstrength atau kekuatan gel
yang lebih kuat.Dengan demikian dalam kondisi panas seperti daerah tropis yang
suhunya relatif tinggi film tidak mudah meleleh.

Sumber:
Pusat Penyuluhan Perikanan, Badan Pengembangan sumberdaya Manusia KP,
Kementerian Kelautan dan Perikanan.Materi Penyuluhan Perikanan

19

Pasar dan Perkembangan


Untuk memaksimalkan potensi Indonesia, pemerintah telah mencanangkan sebuah
program untuk meningkatkan produksi rumput laut Indonesia dan hilirisasi produk
olahan rumput laut untuk menampung hasil produksi tersebut. Untuk produksi
sendiri, target tahun 2013 dinaikkan menjadi 7 juta ton rumput laut basah dan 10
juta ton untuk tahun 2014. 2
Indonesia masih mengimpor 1200 ton produk olahan rumput laut setiap tahunnya,
sementara bahan baku berupa rumput laut kering mengalami peningkatan produksi.
Kebutuhan produk olahan rumput laut dari industri dalam negeri, seperti industri
makanan, tidak dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri sehingga menyebabkan
ketergantungan terhadap bahan impor sebanyak 70% dari kebutuhan 7.Sementara di
China sendiri diperkirakan terdapat sekitar 600 pabrik carrageenan 3. Oleh sebab itu,
China merupakan Negara tujuan ekspor terbesar rumput laut Indonesia dengan
share sebesar lebih dari 50% dari total ekspor rumput laut 8.
Indonesia masih kekurangan pasar untuk menyerap hasil produksi rumput laut
kering4. Oleh sebab itu ada wacana dari pemerintah untuk memperluas pasar ini
dengan menggalakkan industri produk olahan rumput laut dalam negeri. Namun,
realisasi dari rencana ini diperkirakan tidak akan terlaksana dalam kangka pendek
sementara produksi rumput laut terus ditingkatkan. Tanpa adanya perluasan pasar
yang dapat menyerap, rumput laut terancam mengalami oversupply. Salah satu
solusi untuk ekspansi pasar ini adalah dengan meningkatkan ekspor seperti ke
Jepang atau Korea5 dan menawarkan kepada Negara tujuan ekspor untuk membuka
pabrik di Indonesia7
Fluktuasi harga rumput laut kering dipengaruhi oleh musim. Pada saat produksi
melimpah pada penghujung musim kemarau, harga rumput laut kering dapat jatuh
secara drastis seperti pada sekitar bulan Oktober 2012 6. Sementara harga kembali
meningkat saat produksi berkurang pada musim hujan. Rumput laut produksi
Filipina sebagai competitor juga menambah ketatnya kompetisi di pasar lokal.

Sumber:
2

http://www.indonesia.go.id/in/kementerian/kementerian/kementerian-kelautan-danperikanan/829-kelautan/12153-indonesia-genjot-produksi-rumput-laut-10-juta-ton
3
http://disperindag.riau.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=140:dahlankurangi-impor-rumput-laut&catid=37:perdagangan-luar-negeri&Itemid=53
4
http://jpmi.or.id/2012/05/31/pasar-produk-olahan-rumput-laut-sudah-jenuh/
5
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/09/12/16352488/RI.Sasar.Jepang.untuk.Dong
krak.Ekspor.Rumput.Laut
6
http://surabaya.tribunnews.com/m/index.php/2012/10/26/harga-rumput-laut-terjun-bebas
7
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/07/18/02590982/Industri.Pengolahan.Belum.S
iap

20

http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&ved=0CDEQFjAA&url=http%3A%2F%2Fejournal.kopertis4.or.id%2Fupload.php%3Fid%3D329%26name%3DPROFIL%2520RUMPUT
%2520LAUT
%2520INDONESIA....pdf&ei=azAkUbf_KIXYrQf514HYCQ&usg=AFQjCNFRFiiK8VhzFqLca3UpqX
Gz6KcPiw&bvm=bv.42661473,d.bmk&cad=rja

21

Anda mungkin juga menyukai