Referat Ilmu Kesehatan Anak
Referat Ilmu Kesehatan Anak
Referat Ilmu Kesehatan Anak
Pembimbing :
dr. Galuh Ramaningrum, SpA
Disusun Oleh:
Lina Fathonah
H2A009029
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................3
DAFTAR TABEL ..........................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................4
A. Latar belakang ............................................................................4
B. Epidemiologi ..............................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................6
A. Definisi .......................................................................................6
B. Patofisiologi ................................................................................6
C. Klasifikasi dan penyebab ............................................................8
D. Stadium syok ..............................................................................9
E. Resusitasi cairan .........................................................................12
a. Macam-macam jenis cairan ..................................................13
b. Prinsip terapi cairan ..............................................................19
c. Pemilihan cairan intravena ...................................................21
d. Terapi cairan syok .................................................................22
BAB III KESIMPULAN ...............................................................................27
A. KESIMPULAN...........................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................28
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
11
Gambar 2.4
12
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
25
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Syok merupakan suatu keadaan kegawat daruratan yang ditandai
dengan kegagalan perfusi darah ke jaringan, sehingga mengakibatkan
gangguan metabolisme sel. Dalam keadaan berat terjadi kerusakan sel yang
tak dapat dipulihkan kembali (syok irreversibel). Oleh karena itu penting
untuk mengenali keadaan-keadaan tertentu yang dapat mengakibatkan syok,
gejala ini berguna untuk penegakan diagnosis yang cepat dan tepat untuk
selanjutnya dilakukan suatu penatalaksanaan yang sesuai.1
Syok merupakan gejala yang kompleks, tidak hanya satu organ saja
yang mendapatkan dampaknya tapi bisa seluruh tubuh juga terkena.
Kegagalan fungsi organ ini disebabkan karena kegagalan fungsi sirkulasi
yang bersifat akut dan ditandai oleh perfusi organ dan jaringan yang tidak
adequat.1,2
Saat ini, syok pada anak kebanyakan terjadi karena hipovolemia. Syok
kardiogenik bisa saja terjadi karena kerusakan pada primer pada miokardnya
sehingga menyebabkan gangguan perfusi jaringan dan penghantaran
oksigen ke jaringan. Syok anfilaktik, syok septik dan syok neurogenik lebih
jarang terjadi pada anak-anak. Meskipun telah dicapai beberapa kemajuan
dalam penanganannya, namun syok tetap menyebabkan morbiditas dan
mortalitas yang serius pada anak.1
Terapi pengganti cairan sangat dibutuhkan pada syok. Manajemen
cairan adalah penting dan kekeliuan menejemen dapat berakibat fatal.
Untuk mempertahankan keseimbangan cairan maka input cairan harus
sama untuk mengganti cairan yang hilang. Cairan itu termasuk air dan
elektrolit. Tujuan terapi cairan bukan untuk kesempurnaan keseimbangan
cairan, tetapi penyelamatan jiwa dengan menurunkan angka mortalitas.2,3
B. Epidemiologi
Kejadian syok pada anak dan remaja sekitar 2% pada rumah sakit di
Amerika serikat, dimana angka kematian sekitar 20-50% kasus. Hampir
seluruh pasien tidak meninggal pada fase hipotensi tapi karena hasil dari
satu atau lebih komplikasi akibat syok. Disfungsi multiple organ
meningkatkan resiko kematian( satu organ 25% kematian, dua organ 60%
kematian, tiga organ atau lebih >85%). Angka kematian syok pada anak
menurun sebanding dengan tingkat edukasi yang baik, dimana pengenalan
awal syok dan management yang baik dan cepat memberi kontribusi lebih.2,3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Syok adalah suatu sindrom klinis kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan,
dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis.1
Syok juga dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya
terjadi syok.
Tahanan pembuluh darah perifer
Tahanan pembuluh darah perifer yang dimaksud adalah
pembuluh darah kecil, yaitu arteriole-arteriole dan kapiler-kapiler. Bila
tahanan
pembuluh
darah
perifer
meningkat,
artinya
terjadi
septic
Infeksi
organisme
melepaskan
toksin yang
mempengar
uhi
Cardiogenik
Kegagalan
jantung
dalam
memompa
darah untuk
memenuhi
Distributive
-Kelainan
saraf:
Mengganggu
keseimbanga
n cairan
sehingga
hypovolemic
Menurunnya
jumlah cairan
:
Menyebabka
n
menurunnya
Obstructive
Cardiac
output
rendah;sianos
is; tekanan
nadi rendah
Etiologi
distribusi
darah,
cardiac
output dan
lainnya
kebutuhan
tubuh
memudahkan
terjadinya
sidosis
- overdosis
dosis obat
yang
mengganggu
distribusi
cairan
Bacteri
Virus
jamur
Cardiomyopa
thy
Congenital
heart disease
Ischemic
insult
Anafilaksis
Toxin
Reaksi alergi
D. Stadium syok
a Fase 1 : kompensasi
Pada fase ini
fungsi-fungsi
dipertahankan
melalui
mekanisme
meningkatkan
reflek
simpatis,
organ
cardian
output;
asidosis
metabolic
membuat
volume
intravaskuler
berkurang
dan perfusi
kejaringan
menurun;
gangguan
keseimbanga
n elektrolit
Enteritis
Perdarahan
Luka bakar
Diabetes
insipidus
Defisinsi
adrenal
vital
kompensasi
yaitu
masih
tubuh
meningkatnya
Tension
pneumotorax
Pericardial
tamponade
dapat
dengan
resistensi
sistolik
tetap
normal
sedangkan
tekanan
darah
gagal
asam
karbonat
intra
selular
akibat
terhadap
katekolamin.
Akibat
lanjut
asidosis
akan
karena
terjadi
vasodilatasi
arteriol
dan peningkatan
cairan
adalah
penting
dan
kekeliruan
orang
dewasa
sehingga
mudah
mengalami
gangguan
tinggi.9,10
Cairan Kristaloid.
Cairan kristaloid terdiri dari:
a) Cairan Hipotonik
Cairan ini didistribusikan
ke
ekstraseluler
dan
di
dalam
hati
dan
sebagian
kecil
laktat
100
mEq/jam.
Asetat
akan
13
dan
dianjurkan
penatalaksanaan
hipovolemia
sebagai
yang
awal
disertai
untuk
dengan
2. Cairan Koloid
Jenis-jenis cairan koloid adalah :
a) Albumin.
Terdiri dari 2 jenis yaitu:
- Albumin endogen
Albumin endogen merupakan
protein
utama
yang
plasmanya 1/3nya.
Albumin eksogen
14
akan
meningkatkan
isi
intravaskuler
menyebabkan
intravaskuler
translokasi
sepanjang
cairan
jumlah
intersisial
cairan
ke
intersisial
mencukupi.
Komplikasi albumin adalah hipokalsemia yang dapat
menyebabkan depresi fungsi miokardium, reaksi alegi
terutama pada jenis yang dibuat dari fraksi protein yang
dimurnikan. Hal ini karena factor aktivator prekalkrein
yang cukup tinggi dan disamping itu harganya pun lebih
mahal
dibanding
dengan
kristaloid.8
Larutan
ini
15
dan
berat
molekul.
Dihasilkan
oleh
bakteri
16
komplikasi.
Cairan Natrium Bicarbonat (Meylon)
Cairan ini mengandung natrium 25 mEq/25ml dan
bicarbonat 25 mEq/25ml. Cairan ini digunakan pada keadaan
asidosis akibat defisit bicarbonat.9 Sediaan dalam bentuk
17
dengue.
Cairan G:Z 4:1
Cairan yang terdiri dari 4 bagian glukosa 5-10% dan 1
bagian NaCL 0,9% yang bisa digunakan pada dehidrasi berat
kategori:
Terapi pemeliharaan atau rumatan
Sebagai pengganti cairan yang hilang melalui pernafasan,
kulit, urin dan tinja ( Normal Water Losses = NWL). Kehilangan
cairan melalui pernafasan dan kulit disebut Insesible Water Losses
(IWL). Kebutuhan cairan pengganti rumatan ini dihitung
berdasarkan kg BB. Kebutuhan cairan untuk terapi rumatan
dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan C diatasaktifitas terutama
IWL oleh karena itu setiap kenaikan suhu 1 C kebutuhan cairan
ditambah 12%. Sebaliknya IWL akansuhu tubuh 37 menurun pada
keadaan menurunnya aktivitas seperti dalam keadaan koma dan
keadaan hipotermi maka kebutuhan cairan rumatan harus dikurangi
12% C dibawah suhu tubuh normal. Cairan pada setiap penurunan
suhu 1 intravena untuk terapi rumatan ini biasanya campuran
Dextrosa 5% atau 10% dengan larutan NaCl 0,9% 4:1 , 3:1, atau
1:1 yang disesuaikan dengan kebutuhan dengan menambahkan
2.
18
penderita,
terapi
cairan
secara
intra
vena
dapat
diberikan.12,13
c. Pemilihan cairan intravena
Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien,
konsentrasi elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada. Berbagai
larutan parenteral telah dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis
berbagai kondisi medis. Terapi cairan intravena atau infus merupakan
salah satu aspek terpenting yang menentukan dalam penanganan dan
perawatan pasien.
Terapi awal pasien hipotensif adalah cairan resusitasi dengan
memakai 2 liter larutan isotonis Ringer Laktat. Namun, Ringer Laktat
tidak selalu merupakan cairan terbaik untuk resusitasi. Resusitasi cairan
yang adekuat dapat menormalisasikan tekanan darah pada pasien
kombustio 1824 jam sesudah cedera luka bakar.
19
21
resusitasi
cairan
22
Tipe-tipe syok
Patofisiologi
Penatalaksanaan
Hypovolemic
CO, SVR
HR, pulses, delayed
intravascular
CR, hyperpnea, dry
interstitial volume skin, sunken eyes,
loss
oliguria BP normal
until late
Septic
Distributive
23
phenylephrine
Spinal Cord Injury: BP with normal HR, Pharmacologic support of
normal CO, SVR paralysis with loss of SVR with norepinephrine or
vascular tone
phenylephrine
Fluid resuscitation as
indicated by clinical status
and associated injuries
Cardiogenic
CO, normal to
SVR
Normal to HR,
pulses, delayed CR,
oliguria, JVD,
hepatomegaly BP
normal until late in
course
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
24
Pharmacologic support of
CO with dobutamine,
milrinone, dopamine
Judicious fluid replacement
as indicated clinically
DAFTAR PUSTAKA
25
26
12. Pedoman Cairan Infus, Edisi Revisi VIII. 2003, Jakarta : PT Otsuka
Indonesia.
13. Staf Pengajar Bagian Anestesiologi dan Terapi intensif FKUI. 1989.
Anestesiologi. CV. Infomedika: Jakarta.
14. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Tatalaksana Syok. Diunduh tanggal 0411-2014 http://www.google.co.id/search?
q=resusitasi+cairan+syok+septik+pada+anak&hl=id&gbv=2&oq=resusi
tasi+cairan+syok+septik+pada+anak&gs_l=heirloomserp.3..30i10.528484.532237.0.532855.17.16.0.0.0.4.606.3093.2j5j4j1j1
j1.14.0....0...1ac.1.34.heirloom-serp..14.3.585.rFPLDGmjNB8
15. Pendidikan Ilmu Kesehatan Anak Berkelanjutan. 2000. Penatalaksanaan
Syok Pada Anak. Bandung : SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Padjajaran RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
27