Neraca analitik
Tujuan penggunaan
Setelah mempelajari teori dan melaksanakan, mahasiswa diharapkan dapat
memahami cara penggunaan neraca analitik dan dapat menimbang dengan betul
Dasar percobaan
Neraca analitis (timbangan) digunakan untuk menimbang berat suatu bahan, ada
berbagai jenis dan dibuat oleh berbagai pabrik. Yang paling penting diketahui
adalah adalah kapasitas dan ketelitian neraca. Neraca halus mempunyai ketelitian
0,1 mg bahkan ada yang g. Jenis neraca yang dipakai tergantung dari tujuan
penimabngan misalnya untuk menentukan kadar air dan abu digunakan neraca
analitik dengan ketelitian 0,1 mg. Supaya penimbangan bahan bisa tepat. Maka
harus dilakukan pada kelembaban udara yang terkontrol (tetap) serta suhu kamar,
untuk hal tersebut pada ruang timbang dilengkapi dengan silika gel dan bahan
harus dalam suhu ruang, bila perlu bahan dimasukkan dulu dalam eksikator
sebelum penimbangan dilakukan agar mencapai kondisi serba sama. Untuk bahan
yang bersifat mudah menyerap air (higroskopis) harus ditimbang dalam botol
timbang yang tertutup dan penimbangan dilakukan secepat mungkin.
Alat : anak timbangan 1 set, neraca analitis
Cara mempergunakan timbangan
1.
Sebelum menimbang
2.
Dalam keadaan tanpa beban, pintu timbangan tertutup semua tombol pengontrol
berat pada posisi nol
Kunci dilepaskan dalam keadaan beban penuh
Kalau skala optik telah berhenti bergerak, amati penunjuk skala nol dengan
pengatur nol
Kembalikan tombol pengunci ke posisi semula
3.
Meletakkan beban
Neraca dalam posisi terkunci, letakkan beban ditengah piring neraca. Gunakan
pinset (penjepit). Tangan jangan masuk ke dalam ruang neraca untuk menghindari
perubahan suhu atau kelembaban yang lebih besar.
Tutup pintu timbagan begitu selesai meletakkan bahan
Jangan meletakkan bahan kimia atau contoh analisa langsung pada piring
timbangan, gunakan cawan, kertas saring atau gelas arloji
4.
Penimbangan bahan
5.
Selesai menimbang
PERHATIAN
1.
Meletakkan dan mengambil beban hanya apabila neraca dalam posisi terkunci
Setiap selesai menggunakan, neraca harus dalam keadaan bersih dan kering
Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang
sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan
pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer.
a.
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui
secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan
untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi
dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari
zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer :
Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu
110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya
tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan airpermukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)
Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini
menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau
dipengaruhi karbondioksida.
Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan
tertentu.
Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen
yang besar.
Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan
langsung.
Daftar Pustaka :
Basset, J., 1994, Vogel Buku Teks Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi ke- 4,
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
LARUTAN BAKU PRIMER DAN SEKUNDER
Larutan baku primer yaitu larutan dimana dapat diketahui kadarnya
Arsen trioksida (As2O3) dipakai untuk membuat larutan natrium arsenit NaASO2
yang dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium periodat NaIO4, larutan iodine
I2, dan cerium (IV) sulfat Ce(SO4)2.
Asam bensoat dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium etanolat,
isopropanol atau DMF.
Kalium bromat KBrO3 untuk menstandarisasi larutan natrium tiosulfat Na2S2O3.
Kalium hydrogen phtalat (KHP) dipakai untuk menstandarisasi larutan asam
perklorat dan asam asetat.
Natrium Karbonat dipakai untuk standarisasi larutan H2SO4, HCl dan HNO3.
Natrium klorida (NaCl) untuk menstandarisasi larutan AgNO3
Asam sulfanilik (4-aminobenzene sulfonic acid) dipakai untuk standarisasi larutan
natrium nitrit.
b. Molar
Molar atau molaritas adalah sistem konsentrasi yang menyatakan banyaknya mol
zat yang terkandung dalam satu liter larutan.
c. Normal (N)
Normal atau normalitas adalah banyaknya eqivalen zat terlarut yang terkandung
dalam setiap liter larutan.
N = gr x ev/BM x vol
d. Molal (m)
Molal atau molalitas adalah perbandingan antara jumlah zat terlarut dalam setiap
kilogram pelarutnya.
induk yang harus diencerkan sampai volume tertentu yang diinginkan dengan
menggunakan rumus pengenceran sebagai berikut :
V1 x N1 = V2 x N2
Ket :