Anda di halaman 1dari 8

Acara 1.

Neraca analitik
Tujuan penggunaan
Setelah mempelajari teori dan melaksanakan, mahasiswa diharapkan dapat
memahami cara penggunaan neraca analitik dan dapat menimbang dengan betul
Dasar percobaan
Neraca analitis (timbangan) digunakan untuk menimbang berat suatu bahan, ada
berbagai jenis dan dibuat oleh berbagai pabrik. Yang paling penting diketahui
adalah adalah kapasitas dan ketelitian neraca. Neraca halus mempunyai ketelitian
0,1 mg bahkan ada yang g. Jenis neraca yang dipakai tergantung dari tujuan
penimabngan misalnya untuk menentukan kadar air dan abu digunakan neraca
analitik dengan ketelitian 0,1 mg. Supaya penimbangan bahan bisa tepat. Maka
harus dilakukan pada kelembaban udara yang terkontrol (tetap) serta suhu kamar,
untuk hal tersebut pada ruang timbang dilengkapi dengan silika gel dan bahan
harus dalam suhu ruang, bila perlu bahan dimasukkan dulu dalam eksikator
sebelum penimbangan dilakukan agar mencapai kondisi serba sama. Untuk bahan
yang bersifat mudah menyerap air (higroskopis) harus ditimbang dalam botol
timbang yang tertutup dan penimbangan dilakukan secepat mungkin.
Alat : anak timbangan 1 set, neraca analitis
Cara mempergunakan timbangan
1.

Sebelum menimbang

Perhatikan apakah betul-betul neraca diletakkan mendatar dengan melihat water


pas pada neraca
Neraca harus selalu berada dalam posisi terkunci sebelum digunakan
Piring neraca bersih dan pintu timbangan tertutup
Tombol pengontrol dan mikrometer berat harus berada dalam posisi nol

2.

Meletakkan timbangan dalam posisi nol

Dalam keadaan tanpa beban, pintu timbangan tertutup semua tombol pengontrol
berat pada posisi nol
Kunci dilepaskan dalam keadaan beban penuh

Kalau skala optik telah berhenti bergerak, amati penunjuk skala nol dengan
pengatur nol
Kembalikan tombol pengunci ke posisi semula

3.

Meletakkan beban

Neraca dalam posisi terkunci, letakkan beban ditengah piring neraca. Gunakan
pinset (penjepit). Tangan jangan masuk ke dalam ruang neraca untuk menghindari
perubahan suhu atau kelembaban yang lebih besar.
Tutup pintu timbagan begitu selesai meletakkan bahan
Jangan meletakkan bahan kimia atau contoh analisa langsung pada piring
timbangan, gunakan cawan, kertas saring atau gelas arloji

4.

Penimbangan bahan

Lepaskan tombol pengunci dalam posisi setengah terkunci


Dengan tombol satuan gram cari berat kasar dari beban
Kalau beban lebih besar dari 10 gram, gunakan tobol puluhan gram sampai
terlihat skala bergerak bebas
Kembalikan tombol pengunci ke posisi terkunci. Setelah berhenti sejenak,
lepaskan tombol pengunci pada posisi bebas penuh
Setelah skala berhenti, pembacaan yang tepat diatur oleh mikrometer
Jumlah gram langsung dibaca disebelah kiri tanda titk dan angka disebelah
kanan, titik dibaca dengan nonius atau dengan cara lain tergantung jenis
timbangan. Ada yang sampai empat angka dibelakang titik

5.

Selesai menimbang

Tuliskan angka hasil penimbangan pada catatan saudara

Kembalikan tombol pengunci dalam posisi terkunci


Ambil bahan (sampel) dari piring timbangan
Kembalikan semua tombol pemberat ke posisi nol

PERHATIAN
1.

Meletakkan dan mengambil beban hanya apabila neraca dalam posisi terkunci

2. Mengubah-ubah tombol puluhan atau satuan gram hanya dalam posisi


setengan terkunci atau terkunci penuh
3. Untuk menstandarisasi neraca, lihat petunjuk (manual) dari masing-masing
neraca
4.

Setiap selesai menggunakan, neraca harus dalam keadaan bersih dan kering

5. Jika menggunakan neraca analisis elektris sebelum digunakan, neraca


dipanaskan 10 menit.
Larutan Baku (Larutan Standar)

Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang
sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan
pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer.

a.

Larutan baku primer

Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui
secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan
untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi
dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari
zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer :

Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu
110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya
tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan airpermukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)
Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini
menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau
dipengaruhi karbondioksida.
Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan
tertentu.
Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen
yang besar.
Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan
langsung.

b. Larutan baku sekunder


Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena
berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan
pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2
Syarat-syarat larutan baku sekunder :

Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer

Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan


penimbangan

Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

Daftar Pustaka :
Basset, J., 1994, Vogel Buku Teks Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi ke- 4,
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
LARUTAN BAKU PRIMER DAN SEKUNDER
Larutan baku primer yaitu larutan dimana dapat diketahui kadarnya

dan stabil pada proses penimangan, pelarutan, dan penyimpanan.

Adapun syarat syarat larutan baku primer :


-Mempunyai kemurnian yang tinggi
-Rumus molekulnya pasti
-Tidak mengalami perubahan selama penimbangan
-Berat ekivalen yang tinggi (Agar kesalahan penimbangan dapat
diabaikan)
-Larutan stabil didalam penyimpanan

Larutan standar primer adalah larutan standar yang konsentrasinya diperoleh


dengan cara menimbang.
Contoh senyawa yang dapat dipakai untuk standar primer adalah:

Arsen trioksida (As2O3) dipakai untuk membuat larutan natrium arsenit NaASO2
yang dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium periodat NaIO4, larutan iodine
I2, dan cerium (IV) sulfat Ce(SO4)2.
Asam bensoat dipakai untuk menstandarisasi larutan natrium etanolat,
isopropanol atau DMF.
Kalium bromat KBrO3 untuk menstandarisasi larutan natrium tiosulfat Na2S2O3.
Kalium hydrogen phtalat (KHP) dipakai untuk menstandarisasi larutan asam
perklorat dan asam asetat.
Natrium Karbonat dipakai untuk standarisasi larutan H2SO4, HCl dan HNO3.
Natrium klorida (NaCl) untuk menstandarisasi larutan AgNO3
Asam sulfanilik (4-aminobenzene sulfonic acid) dipakai untuk standarisasi larutan
natrium nitrit.

Larutan baku sekunder yaitu larutan dimana konsentralisinya ditentukan dengan


jalan pembekuan dengan larutan

atau secara langsung tidak dapat diketahu kadarnya dan kestabilannya


didalam proses penimbangan, pelarutan dan penyimpanan.

Adapun syarat syarat larutan baku sekunder :


-Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
-Berat ekivalennya tinggi
-Larutan relatif stabil didalam penyimpanan

SATUAN KONSENTRASI pada LARUTAN


Larutan adalah campuran serba sama antara komponen zat terlarut dan komponen
pelarut. Hubungan kuantitatif antara zat terlarut dengan pelarut dalam suatu
larutan disebut konsentrasi atau kepekaan. Kita kenal beberapa satuan konsentrasi
yang umum antara lain :
a.Persen
Persen adalah hubungan yang menyatakan banyaknya bagian zat terlarut dalam
setiap seratus bagian larutan. Satuan persen terdiri atas beberapa macam yaitu :
Persen berat per volume (V/V)

b. Molar
Molar atau molaritas adalah sistem konsentrasi yang menyatakan banyaknya mol
zat yang terkandung dalam satu liter larutan.

M = Mol/liter M = mmol/ml M = gr/Mr x 1000/ml

c. Normal (N)
Normal atau normalitas adalah banyaknya eqivalen zat terlarut yang terkandung
dalam setiap liter larutan.

N = grek/liter BE = BM/ev grek = gr/BE x 1/ltr

N = gr x ev/BM x vol

d. Molal (m)
Molal atau molalitas adalah perbandingan antara jumlah zat terlarut dalam setiap
kilogram pelarutnya.

m = mol zat terlarut/kg pelarut m = gr/BM x 1000/p

e. Fraksi mol (X)


Fraksi mol merupakan perbandingan mol zat terlarut terhadap jumlah mol larutan.

X = mol zat terlarut/mol larutan X = n1/n1 + n2

f. Part per million (ppm)


Parts per million (ppm) merupakan satuan konsentrasi yang sangat encer atau
disebut juga bagian persejuta.
ppm = mol zat terlarut/106 mg air atau ppm = mol zat terlarut/liter larutan
Untuk melarutkan bahan-bahan kimia yang tergolong eksotermik, seperti asam
sulfat atau natrium hidroksida, maka yang dimasukkan ke dalam gelas piala lebih
dahulu adalah pelarutnya/air, kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit bahannya
sambil diaduk dan didinginkan (biasanya wadah direndam dalam air). Hal ini
disebabkan karena bahan kimia ekstremik jika direaksikan dengan air akan
menimbulkan pana, sehingga jika bahan kimianya yang dimasukkan dengan sedikit
air pada awal reaksi akan menimbulkan panas. Akibatnya dapat menyebabkan
ledakan kecil atau wadahnya dapat pecah.
Jika kita hendak membuat larutan dari bahan yang wujudnya cair, maka pekerjaan
ini disebut pengenceran. Pertama-tama harus diketahui konsentrasi atau kadar dari
zat cair induk. Dengan mengetahui konsentrasinya dapat dihitung jumlah larutan

induk yang harus diencerkan sampai volume tertentu yang diinginkan dengan
menggunakan rumus pengenceran sebagai berikut :

V1 x N1 = V2 x N2

Ket :

V1 = Volume larutan induk (diketahui konsentrasinya) yang akan dipipet.


V2 = Volume larutan yang diinginkan.
N1 = Konsentrasi larutan induk.
N2 = Konsentrasi larutan yang diinginkan.

Anda mungkin juga menyukai