Makalah Ini Dibuat untuk Memenuhi Salah satu Tugas Mata Kuliah
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
Dosen Pengasuh:
DR. GANJAR M. GANESWARA, M.PD.
SUPRIYONO, S.PD.
Disusun oleh:
Kelompok 9
EGI RAHMAN (1404982)
ANGGUN PUTRI SAFERA (
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabbilalamin, Segala puji bagi
Allah SWT
ada
sesembahan
selain
Allah,
dan
sesungguhnya
mencapai
semua
hal
itu,
yaitu
dengan
membuat
setiap
daerah
di
Indonesia
memiliki
PENULIS
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..................................................................... ii
DAFTAR ISI ...............................................................................iv
BAB I : PENDAHULUAN............................................................ 1
1.1..............................................................................L
atar Belakang....................................................................... 1
1.2..............................................................................R
umusan Masalah.................................................................. 2
1.3..............................................................................T
ujuan .................................................................................... 2
BAB II : KAJIAN TEORITIS........................................................ 3
2.1. Pengertian Otonomi Daerah........................................... 3
2.2. Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah............................. 5
2.3. Dampak Adanya Otonomi Daerah................................. 6
2.3.1. Dampak Positif.............................................................. 6
2.3.2. Dampatk Negatif........................................................... 7
BAB III: KAJIAN KASUS
PENYALAH GUNAAN DANA APBD DI WILAYAH BEKASI....... 8
3.1. Korupsi Dana APBD di Wilayah Bekasi......................... 9
3.2. Krisis Anggaran di Bidang Pendidikan
....................................................................................................
10
3.3. Penyalahgunaan Dana Anggaran dalam Pelakasanaan Program E-KTP
...............................................................................................................................12
BAB IV: PENUTUP ............................................................................................14
4.1. Kesimpulan ..................................................................................................14
4.2. Saran .............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sebagai bangsa Indonesia sudah seharusnya untuk mentaati
sistem
demokrasi
ini
pemerintah
harus
bisa
kepemerintahan
untuk
setiap
wilayah
di
otonom
pada
setiap
daerah
untuk
mencapai
yang
berwatak
sentralisasian
ke
otonom-demokratis.
memutuskan
sendiri
berbagai
kepentingan
yang
yang
maksimal
terhadap
masyarakat
yang
Rumusan Masalah
Apa pengertian dari otonomi daerah?
Apa tujuan dari otonomi daerah?
Apa saja dampak dari otonomi daerah?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari otonomi daerah.
2. Untuk Mengetahui tujuan adanya otonomi daerah.
3. Untuk mengetahui dampak negatif dan positif dari otonomi
daerah.
BAB II
KAJIAN TEORITIS
2.1.
mengemukakan
bahwa
otonomi
kemerdekaan.
Kebebasan
yang
terbatas
atau
kesempatan
pemberian
yang
harus
sepanjang
sanggup
untuk
melakukannya
dan
untuk
mengambil
keputusan
politik
maupun
administrasi, dengan tetap menghormati peraturan perundangundangan. Meskipun dalam otonomi daerah ada kebebasan
untuk menentukan apa yang menjadi kebutuhan daerah, tetapi
dalam
kebutuhan
daerah
senantiasa
disesuaikan
dengan
menurut
prakarsa
sendiri
berdasarkan
aspirasi
1.
2.
tangganya sendiri.
Aspek kewajiban untuk tetap mengikuti peraturan dan ketentuan dari
pemerintahan di atasnya, serta tetap berada dalam satu kerangka
pemerintahan nasional.
Aspek kemandirian dalam pengelolaan keuangan baik dari biaya sebagai
3.
mendorong
pelaksanaan
pemerintah
dan
pembangunan
nasional.
kebijaksanaan sendiri.
2. Membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta peraturan pelaksanaannya.
3. Menggali sumber-sumber keuangan sendiri.
4. Memiliki alat pelaksana baik personil maupun sarana dan prasarananya.
Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah
2.2.
2.
3.
2.3.2.
Dampak Negatif
Modus :
a. Memboyong inventaris kantor untuk kepentingan pribadi.
b. Menjual inventaris kantor untuk kepentingan pribadi.
3. Pungli penerimaan pegawai, pembayaran gaji, keniakan pangkat, pengurusan
BAB III
KAJIAN KASUS
PENYALAHGUNAAN DANA APBD DI WILAYAH BEKASI
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana
keuangan tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD). APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
Tahun anggaran APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari
sampai dengan tanggal 31 Desember. APBD terdiri atas, Pendapatan Asli Daerah
(PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah, dan penerimaan lain-lain. Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana
Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus (DAK). Selain
itu pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat juga memberikan
kontribusi terhadap APBD.
APBD merupakan instrument penting kebijakan ekonomi yang dimiliki
pemerintah dan menggambarkan pernyataan komprehensif tentang prioritas suatu
daerah. APBD merupakan bentuk hubungan antara warga negara pembayar pajak
dan aparat. Irene Rubbin, seorang ahli politik anggaran menegaskan APBD tidak
berbeda dengan anggaran lainnya. Yakni bagaimana membuat pilihan antara
kemungkinan-kemungkinan
pengeluaran,
keseimbangan
dan
proses
merupakan
salah
satu
cerminan
buruk
dalam
proses
kemudian
mengakibatkan
buruknya
nama
Bekasi
dalam
proses
tercapai pertumbuhan dan geliat ekonomi yang sehat. Berbagai catatan tentang
korupsi yang setiap hari diberitakan oleh media massa baik cetak maupun
elektronik, merupakan gambaran adanya peningkatan dan pengembangan modelmodel korupsi. Hal ini juga menimpa Wali Kota Bekasi non-aktif Mochtar
Mohamad dituntut hukuman 12 tahun penjara di Pengadilan Negeri Tindak Pidana
Korupsi Bandung, Kamis 8 September 2011 lalu. Jaksa penuntut dari Komisi
Pemberantasan Korupsi menilai Mochtar terbukti melakukan empat kasus korupsi
dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Bekasi Tahun 2009-2010.
Mochtar dijerat Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 dan atau Pasal 5 ayat (1) atau
pasal 12 huruf e atau pasal 13 jo pasal 15 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Juga pasal 55 ayat (1) ke-1 dan
pasal 65 ayat (1) Kitab Undang-undang Hukum Pidana. Selain itu, jaksa juga
menuntut agar Mochtar dihukum membayar uang pengganti kerugian negara Rp
639 juta. Apabila terdakwa tidak mampu maka hartanya akan disita dan apabila
hartanya tidak mencukupi, maka terdakwa mendapat pidana tambahan 2 tahun
penjara.
Mochtar terbukti telah melakukan 4 kasus korupsi selama menjabat
sebagai Kepala Daerah Bekasi. Pertama adalah dugaan penyalahgunaan dana
prasmanan dialog dan audiensi dengan tokoh masyarakat senilai Rp 639 juta. 1
Dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah tersebut dipakai terdakwa
untuk melunasi hutang pribadinya ke Bank Jabar cabang Kota Bekasi. Selain itu,
1 Dikutip dari tempointeraktif, Kamis, 8 September 2011 diakses pada 18 Mei
2015.
10
Mochtar didakwa dalam kasus suap kepada tim panitia anggaran DPRD Kota
Bekasi untuk penyusunan APBD 2010 sekitar Rp 4,25 milyar. Juga kasus suap
kepada dua anggota tim audit keuangan daerah Badan Pemeriksa Keuangan RI
Wilayah Bandung Rp 400 juta, dan kepada tim Piala Adipura Rp 500 juta.
Semangat pengentasan korupsi di wilayah Bekasi baru menggelora di
tahun 2011. Buktinya dapat terlihat dari jumlah kasus yang ditangani Kejaksaan
Negeri Bekasi dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Jumlah kasus yang
tertangani meningkat dua kali lipat di tahun ini. Tiga kasus sudah sampai vonis,
tiga lagi siap disidangkan, termasuk yang melibatkan Staf Ahli Wali Kota Bekasi,
tiga masih dalam tahap penyidikan, dan satu lagi sedang proses persidangan. Hal
ini mencerminkan tingginya angka korupsi dana anggaran di wilayah Bekasi yang
semakin memperburuk proses penyelenggaran pemerintahan lokal di wilayah
Bekasi.
Dari sepuluh kasus tersebut, kalangan birokrat dan swasta berimbang
dalam hal keterlibatan. Namun dari kalangan instansi, Dinas Bina Marga dan Tata
Air yang paling tinggi potensi korupsinya. Meskipun jumlah kasus yang ditangani
mengalami peningkatan, bukan berarti kejaksaan tak menemukan kesulitan
untuk mengungkapnya. Minimnya peran serta masyarakat merupakan salah satu
alasannya. Selain itu, yang juga menjadi kendala ialah sulitnya mengakses
dokumen dan data pelengkap lain untuk mendukung pengungkapan. Sempitnya
kewenangan yang dimiliki kejaksaan membuat pemilik dokumen enggan begitu
saja memperlihatkan apalagi menyerahkan data yang dibutuhkan.
3.2.
E-KTP atau KTP Elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem
keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi
dengan berbasis pada database kependudukan nasional.3 Pemberlakuan program
baru ini tidak lepas dari penyalahgunaan dana yang terjadi di Kota Bekasi. Komisi
A DPRD Kota Bekasi mendesak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
(Disdukcapil) Kota Bekasi mengalokasikan dana tambahan untuk kecamatan yang
menyelenggarakan pelayanan pembuatan e-KTP. Sebab selama ini, keterbatasan
dana yang dikucurkan Disdukcasip membuat aparatur kecamatan menalangi
berbagai anggaran secara swadaya.
Pelaksana Tugas Walikota Bekasi Rahmat Effendi menginstruksikan
kepada aparatur kecamatan dan kelurahan di wilayahnya untuk mendata besarnya
2Dikutip dari www.smeru.or.id/report/research/dak/dak_ind. diakses
pada 17 Mei 2015
3 Dikutip dari http://www.e-ktp.com/2011/06/hello-world/ diakses pada
17 Mei 2015.
12
dana
anggaran
instansi
yang
terpakai
untuk
menalangi
pembiayaan
Kesimpulan
Politik anggaran merupakan salah satu komponen penting dari berjalannya suatu
pemerintahan. Tanpa anggaran suatu pemerintahan dikatakan tidak bisa
menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya. Anggaran yang ada ditujukan
untuk melakukan tugas pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan publik.
Dalam prinsip-prinsip politik anggaran, diperlukan otorisasi dari legislatif
sebelum anggaran tersebut dibelanjakan. Anggaran publik harus mendapatkan
otorisasi dari legislatif terlebih dahulu sebelum eksekutif dapat membelanjakan
anggaran tersebut. Disini dimaksudkan bahwa adanya keterikatan kuat dalam
melakukan kontrol anggaran. Secara komprehensif, anggaran harus menunjukan
semua penerimaan dan pengeluaran pemerintah kepada publik. Terjadinya korupsi
yang mengakibatkan non-aktifnya walikota bekasi mengindikasikan adanya
koordinasi yang amburadul antara pihak eksekutif dan legislatif. Kondisi ini
semakin parah dengan adanya penyelewengan dana yang seharusnya dialokasikan
untuk kebutuhan dan pembangunan rakyat. Kurang kompetennya para pejabat ini
mengakibatkan kerugian yang besar bagi bangsa yang besar ini. Korupsi seakan
13
menjadi penyakit yang tidak bisa diberantas, pola rekrutmen yang kurang
berkualitas, budaya birokrasi yang monarki, serta tatanan penganggaran yang
tidak menitik-beratkan kepada skala prioritas menjadikan pemerintahan yang
absurd.
Masalah penganggaran dalam pendidikan juga terpaut sembrono. Besaran
persen yang dianggarkan dinilai tidak cukup untuk meningkatkan kualitas dan
kuantitas pendidikan bagi kaum miskin menengah kebawah. Terlalu besarnya
alokasi untuk pembiayaan rutin tahunan PNS menjadi salah satu ironi dalam
penggunaan anggaran. Indonesia harus melakukan pembangunan politik
pendidikan yang solid dan prospektif. Pertama-tama hal ini tentu saja harus
diawali dari komitmen para penentu politik pendidikan itu sendiri, yaitu: para elite
politik, pejabat pemerintah di Pusat maupun Daerah serta para pengambil
kebijakan negara. Mereka semua harus memiliki komitmen dan kesadaran akan
betapa pentingnya pendidikan (sense of education). Untuk merealisasikan gagasan
besar, maka pemerintah harus mempunyai politik anggaran pendidikan, baik
untuk melaksanakan program pendidikan dasar, menengah, atas serta secara tegas
harus dituangkan dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) ataupun
anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Persoalan politik anggaran
pendidikan dewasa ini sangat penting sejalan dengan kebijakan otonomi daerah.
Oleh karena itu, sudah saatnya praktik pendidikan kita meninggalkan misi
reproduksi kelas sosial. Pendidikan harus diarahkan untuk membuka pemahaman
kritis dan pencarian alternatif atas keterbatasan struktur sosial dalam menciptakan
masyarakat adil, terbuka, dan partisipatif.
14
15
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Otonomi
Daerah
merupakan
hasil
dari
sistem
2.
pemerintahan pusat.
Pemerintah pusat hendaknya harus bisa melihat potensi pada suatu daerah,
3.
4.
16
DAFTAR ISI
Akbar, Firyal. 2013. Pemilihan-Pemilihan Kepada Daerah di Era
Reformasi.
Sumber:
2011.
e-ktp.
Sumber:
http://www.e-
Sumber: www.smeru.or.id/report/research/dak/dak_ind.
Sumber:
17