Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Bab 1. Pendahuluan
1.1
Definisi
Cor pulmonal adalah kondisi yang menyebabkan gagal jantung bagian
kanan. Cor pulmonal juga di definisikan sebagai perubahan struktur dan fungsi
dari ventrikel kanan yang disebabkan gangguan pada sistem penapasan. Tekanan
darah tinggi pada arteri paru-paru dan ventrikel kanan dalam jangka waktu lama
dapat menyebabkan cor pulmonal.
Cor pulonal adalah kondisi terjadinya perbesaran jantung kanan sebagai
akibat dari penyakit yang memengaruhi struktur, fungsi, atau vaskularisasi paruparu. Gangguan ventrikel kanan yang disebabkan keadaan abnormal jantung
bagian kiri atau penyakit jantung bawaan tidak dianggap cor pulmonal, tetapi cor
pulmonal dapat berkembang menjadi berbagai proses gangguan cardiopulmonal.
Cor pulmonal biasanya memiliki perkembangan yang lambat dan kronis, tetapi
cor pulmonal yang akut dan memburuk dengan komplikasi dapat mengancam
jiwa.
1.2
Epidemiologi
Meskipun prevalensi PPOK di Amerika Serikat pada tahun 2006 terdapat
sekitar 15 juta, prevalensi yang tepat dari cor pulmonal sulit untuk ditentukan
karena tidak terjadi pada semua kasus PPOK, pemeriksaan fisik tidak sensitif
untuk mendeteksi adanya hipertensi pulmonal. Cor pulmonal mempunyai
insidensi sekitar 6-7 % dari seluruh kasus penyakit jantung dewasa di Amerika
Serikat, dengan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) karena bronchitis kronis
dan emfisema menjadi penyebab lebih dari 50% kasus cor pulmonale. Terdapat
sekitar 50.000 angka kematian di Amerika Serikat pada tahun 2006 ini dalam
setahun akibat emboli paru dan sekitar setengahnya terjadi dalam satu jam
pertama akibat gagal jantung kanan.
Menurut Boedhi-Damojo (2001) di Indonesia angka prevalensi hipertensi
pulmonal penyebab cor pulmonal berkisar antara 0,65-28,6 %. Biasanya kasus
terbanyak ada pada daerah perkotaan. Angka tertinggi tercatat di daerah
1.5
Patofisiologi
Sirkulasi paru pada orang normal merupakan suatu sistem yang bersifat
high flow-low pressure, yaitu suatu sistem dengan aliran besar tekanan rendah,
mempunyai resistensi yang rendah dan cadangan yang besar, sehingga mampu
menampung bertambahnya aliran darah yang banyak tanpa meningkatkan tekanan
arteri paru, atau hanya meningkat sedikit saja pada waktu melakukan aktivitas.
Hal ini disebabkan karena terjadinya dilatasi seluruh pembuluh darah paru dan
diikutsertakannya pembuluh darah yang tidak diperfusi pada waktu istirahat.
Penyakit ini diakibatkan oleh terjadinya kelainan pada paru-paru dengan
adanya hipertensi pulmonal dimana peredaran darah pada paru-paru meningkat
hingga menyebabkan hipertensi. Kejadian ini merupakan suatu bentuk
kompensasi dari peningkatan dalam afterload. Adanya hipertensi pulmonar inilah
yang menyebabkan terjadinya resistensi vaskuler paru yang akan meningkat dan
terus meningkat seperti halnya yang terjadi pada penyakit-penyakit vaskuler atau
sama halnya dengan penyakit parenkim paru yang mengakibatkan peningkatan
curah jantung dan oengerahan tenaga fisis yang menjadi pencetus peningkatan
tekanan pulmonalis.
Hipertensi pulmonal pada klien dengan penyakit paru terutama timbul
sebagai akibat dari hipoksia karena penurunan fungsi paru atau pengurangan
jaringan pembuluh darah paru. Hipertensi pulmonal akan timbul jika pengurangan
jaringan pembuluh darah paru lebih dari 50%. Terdapatnya kombinasi faktor
antara lain adanya pengurangan vaskularisasi paru, hipoksia, asidosis, dan
polisistemia akan menyebabkan tekanan arteri pulmonalis meningkat dan terjadi
hipertrofi ventrikel kanan. Peningkatan tekanan darah arteri akan memaksa
ventrikel kanan untuk terus memompa lebih dari keadaan seharusnya sehingga
akan membuat jaringan otot jantung ventrikel kanan mengalami hipertorfi atau
membesar sebagai kompensasi adanya hipertensi pulmonal.
Pengurangan
jaringan
pembuluh
darah,
paru
akan
menurunkan
sehingga lumen otomatis akan mengecil. Asidosis akibat hiperkapnea atau sebab
lain juga merupakan vasokonstriktor arteri pulmonalis yang sinergik dengan
hipoksia. Polisistemia karena hipoksia menahun menyebabkan kenaikan
viskositas yang kemudian mengakibatkan hipertensi pulmonal. Viskositas yang
menaik inilah yang menyebabkan darah menjadi semakin kental.
Selain dengan adanya beberapa kondisi diatas, hemodinamik paru juga
mengambil peran penting disini. Ada sedikitnya dua faktor yang memnegaruhi
tekanan arteri pulmonalis, yaitu curah jantung dan resistensi atau diameter
pembuluh darah paru. Sebelum timbul kor pulmonal, curah jantung normal pada
waktu istirahat akan meningkat secara normal pada saat berolahraga. Pada waktu
terjadi kor pulmonal, tekanan pengisian akan menjadi tinggi untuk meningkatkan
curah jantung ke batas normal. Tekanan arteri paru meningkar tergantung dari
curah jantung dan vasokonstriksi pembuluh darah akibat hipoksemia. Pada saat
timbul gagal jantung kanan, tekanan akhir diastolik meningkat dan curah jantung
normal waktu istirahat, namun ketika melakukan aktivitas fisik, curah jantung
tidak akan mampu naik seperti pada keadaan normal. Hipoksia menyebabkan
penurunan fungsi jantung. Adanya hipertensi pulmonal dan penurunan fungsi
jantung akibat hipoksia akan menyebabkan kegagalan jantung kanan.
Hal ini bisa terjadi dengan berbagai macam mekanisme. Diantaranya
seperti terjadinya vasokontriksi karena disebabkan oleh hipoksia, hiperkapnia
ataupun keduanya. Hal ini tentunya dapat menyebabkan perubahan fisiologis yang
pada suatu waktu akan memengaruhi kinerja jantung, menyebabkan pembesaran
ventrikel kanan, dan sering kali berakhir dengan gagal jantung. Beberapa kondisi
yang menyebabkan penurunan oksigenasi paru-paru, dapat mengakibatkan
hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkapnia (peningkatan PaCO2), dan insufisiensi
ventilasi. Hipoksia dan hiperkapnia akan menyebabkan vasokontriksi arteri
pulmonar dan memungkinkan penurunan vaskularisasi paru-paru seperti pada
enfisema dan emboli paru-paru. Akibatnya, akan terjadi peningkatan tahanan pada
sistem sirkulasi pulmonal, sehingga menyebabkan hipertensi pulmonal. Arterial
mean-pressure pada paru-paru sebesar 45 mmHg atau lebih dan dapat
menimbulkan cor pulmonal. Ventrikel kanan akan hipertropi dan mungkin diikuti
oleh gagal jantung kanan.
1.6
Pathway
PPOK
Reduksi
pembuluh
jaringan paru
Alterasi /
perubahan
perfusi
jaringan
Hipoksi
a
Hiperinf
asi
Hiperkap
nia
Hipertensi
Arteri Pulmonal
Reabsorbsi
Distal
tubular Na+
Cor Pulmonal
Sistem
simpatik dan
sistem R-A-A
rS di V5 dan V6
Aksis bergeser ke kanan
qR di AVR
P pulmonal
10
pulmonary heart disease akut akan dilakukan pendekatan yang berbeda yaitu di
fokuskan pada kestabilan klien.
Untuk mendukung system kardiopulmonal pada klien dengan pulmonary
heart disease harus diperhatikan mengenai kegagalan jantung kanan yang meliputi
masalah
pengisian
cairan
di
ventrikel
dan
pemberian
vasokonstriktor
Terapi Oksigen.
Terapi oksigen sangat penting diberikan pada klien. Klien dengan
11
12
Tn. X merasakan sesak nafas sejak 1 tahun yang lalu. Sesak nafas
dirasakannya terutama saat melakukan aktivitas berat, berkurang saat beristirahat
dan tidak dipengaruhi posisi. Tn. X juga mengeluh batuk kadang-kadang sejak 3
bulan yang lalu dan memberat sejak 1 minggu yang lalu.
2.4 Riwayat penyakit dahulu
Tn. X pernah mangalami TBC 5 tahun yang lalu, kemudian sembuh 1 tahun
kemudian. Saat di diagnosa mengalami TBC Tn. X mulai berhenti merokok, tapi
saat dinyatakan telah sembuh Tn. X merokok kembali.
2.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Tiga tahun yang lalu ayah Tn. X meninggal akibat stoke. Saat ini 2 orang
kakak Tn. X mengalami hipertensi.
2.6 Pengkajian 11 Pola Fungsional Kesehatan dari Marjory Gordon
1. Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan
Bagaimana pendapat Tn. X tentang penyakit yang diderita, sesak nafas
dirasakannya terutama saat melakukan aktivitas berat, berkurang saat
beristirahat dan tidak dipengaruhi posisi.
2. Pola Nutrisi/Metabolisme
Bagaimana diet yang dilakukan oleh Tn. X, apa saja yang dikonsumsi Tn.
X setiap harinya.
3. Pola Eliminasi
Bagaimana pengeluaran urine dan feses Tn. X setiap harinya.
4. Pola Aktivitas
Bagaimana Tn. X melakukan pekerjaannya, sebelum sesak kegiatan apa
saja yang dilakukan Tn. X setiap harinya.
5. Pola Istirahat Tidur
Apakah tidur Tn. X setiap harinya cukup, apakah sesak nafas yang diderita
Tn. X mengganggu pola tidurnya.
6. Pola Kognitif-Persepsi
Apakah Tn. X mengalami gangguan dengan fungsi indra.
7. Pola Peran Hubungan
Bagaimana pola dan peran Tn. X dalam keluarga dan masyarakat
disekitarnya, apakah sesak nafas yang dideritanya mengganggu pola dan
peran tersebut.
13
8. Pola Seksualitas/Reproduksi
Bagaimana respon seksualitas Tn. X
9. Pola Koping Toleransi Stress
Apakah Tn. X menkonsumsi obat untuk menghilangkan stres, bagaimana
keadaan emosi Tn. X sehari-hari.
10. Pola Keyakinan Nilai
Apa dan bagaimana keyakinan Tn. X.
11. Pola Konsep diri
Bagaimana Tn. X menilai dirinya sendiri.
2.7 Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi
: Hepar teraba 2 jari dibawah arcus costae dan , udem (+), serta
terdapat asites.
Perkusi
14
2.
Tgl
17-03-2015
Data
DS: Keluarga pasien mengatakan jika suaminya
Problem
Gangguan pertukaran
Etiologi
Adanya hipoksemia secara
Jam: 07.00
mengeluh sesak
gas
oksigenasi
17-03-2015
Ketidakefektifan pola
alveolar
Sempitnya lapang respirasi
Jam: 12.00
nafas
4.
18-03-2015
Perubahan perfusi
Jam: 07.00
jaringan
18-03-2015
sianosis
DS: Pasien mengatakan jika dirinya sesak nafas, lelah
kardiopulmonal
Intoleransi aktivitas
jaringan
Kelemahan fisik dan
Jam 12.00
2.10
keletihan
paraf
15
1. Gangguan pertukaran gas yang b.d. hipoksemia secara reversible/menetap, refraktori dan kebocoran interstisial
pulmonal/alveolar pada status cedera kapiler paru yang ditandai oleh rasa sesak pada dada pasien dan kesulitan melakukan
oksigenasi.
2. Ketidakefektifan pola nafas b.d. sempitnya lapang respirasi dan penekanan toraks yang ditandai oleh pasien mengeluh
kesulitan bernafas, penggunaan otot bantu pernafasan serta penurunan frekuensi pernafasan
3. Perubahan perfusi jaringan kardiopulmonal b.d. masalah pertukaran gas pada tingkat jaringan yang ditandai oleh tampak
sianosis dan TTV pasien yang tidak normal
4. Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan fisik dan keletihan yang ditandai oleh sesak nafas, lelah, sesak terutama saat melakukan
aktivitas yang membuatnya lemah.
2.11
No.
1.
Jam
07.00
No.
Diagnosa
I
Perencanaan
Tujuan dan Kriteria
Intervensi
Rasional
Hasil
Tujuan: Setelah dilakukan 1. Pantau frekuensi, kedalaman 1. Menentukan derajat distress
perawatan selama 2 x 24 pernapasan. Catat penggunaan pernapasan dan/atau kronisnya
jam,
pasien
mempertahankan
oksigen
yang
proses penyakit.
bantu
pasien
paraf
16
Kriteria Hasil:
untuk bernapas.
- Pasien tidak mengalami 3. Evaluasi tingkat toleransi dispnea dan kerja nafas.
sesak napas.
penting
dari
- Tidak ada tanda-tanda aktifitas pasien atau dorong program pengobatan. program
sianosis
ditujukan
untuk
melakukan
dan
dapat
berat,
Mengetahui
Tachycardia,
adanya
disritmia,
dan
dan
diagnosis
mengindikasikan
beratnya hipoksemia
17
2.
18-03-2015
12.00
II
pasien
mempertahankan
dapat
pola
Kriteria Hasil:
Pasien
menunjukkan
efektif
Pasien
dispnea,
sianosis,
dari
awal
untuk
pergerakan dada
2. Berikan posisi fowler
dan
atau
bebas
1. Evaluasi
dan
dalam
pernafasan
pernapasan normal
-
1. Kaji jumlah/kedalaman
bila diindikasikan
atau
telah dilakukan
2. Memaksimalkan
ekspansi
paru,
menurunkan
kerja
pernapasan,
dan
menurunkan
resiko
aspirasi
3. Membantu
meningkatkan
difusi
pernapasan
pernapasan,
membantu menurunkan
3.
19-03-2015
07.00
III
ansietas
1. Penurunan perfusi kulit
dapat diakibatkan oleh
18
jam,
pasien
mempertahankan
dapat
perfusi
jaringan
kulit/membrane
mukosa
2. Evaluasi
dari
Kriteria Hasil:
- TTV pasien menjadi
normal
- Tidak ada tanda sianosis
pada pasien-
penurunan
ekstremitas
adanya
kualitas
19-03-2015
12.00
IV
nadi
3. Kolaborasikan
hasil
diagnostik
atau
laboratorium, misalnya
EKG, elektrolit, BUN
4. Kolaborasikan
pasien
dapat
suplai
dengan indikasi
1. Evaluasi respons klien
terhadap aktivitas
2. Beri lingkungan yang
nyaman
dengan
membatasi pengunjung.
Anjurkan
jantung
2. Mengetahui
indikator
kualitas nadi
3. Sebagai
curah
untuk
perfusi
indikator
dan
fungsi
organ
4. Meminimalkan
terjadinya
kerusakan-
pemilihan
intervensi
2. Mengurangi stress dan
menggunakan
stimulasi
yang
berlebihan,
aktivitas diversional
meningkatkan istirahat.
19
aktivitas
yang
biasa
3. Jelaskan
pentingnya
3. Bedrest
akan
beristirahat
rencana
perlunya keseimbangan
kebutuhan
memelihara
Pasien
menunjukkan
penghematan energi
-
dapat
terapi
istirahat
4. Bantu
klien
pada
dan
untuk
untuk penyembuhan
4. Klien mungkin merasa
nyaman
beristirahat
untuk
dan
tidur
5. Ajarkan
atau
di
istirahat
klien
bagaimana menghadapi
aktivitas
tidur
pada
atau
meja
tubuh
memperbaiki
energi
gangguan
menghindari
kursi
di
antara
aktifitas
6. Kolaborasi dengan ahli
gizi
mengenai
menu
aktifitas
6. Dengan
gizi,perawat
ahli
dapat
menentukan jenis-jenis
20
makanan pasien
untuk
memaksimalkan
pembentukan
energi
Implementasi
No.
Tgl
Jam
1.
19-
07.00
022015
Implementasi
Evaluasi Formatif
penggunaan
membantu
otot
pasien
untuk
pernafasan
pasien
aksesori.
3. Meninggikan kepala tempat tidur,
dan
1. Frekuensi
Paraf
tingkat
toleransi
lingkungan
yang
dalam
2. Pasien sedikit menggunakan otot
bantu
3. Pasien
merasa
nyaman
dan
21
untuk
tidur/
istirahat
secara
tingkatkan
bertahap
sesuai
dan
toleransi
individu.
8. Memantau tanda vital dan irama
jantung.
bernafas
7. Pasien mampu bernafas dengan
baik dan tidak terlalu dalam
8. Tidak
adanya
disritmia,
Tachycardia,
dan tekanan
darah
normal (110/70mmHg).
9. Tidak ada sianosis/ sianosis
berkurang
19032015
12.00
4. Jumlah/kedalaman
mulai membaik
5. Pasien terlihat
semi fowler
6. Mengajarkan teknik napas dalam
dan atau pernapasan bibir atau
pernapasan diafragmatik abdomen
bila diindikasikan
bernafas
dan
pernafasan
mudah
resiko
semakin berkurang
6. Pasien terlihat mudah
untuk
aspirasi
untuk
dan
tidak
terjadi
22
20-
07.00
032015
5. Warna
kulit/membrane mukosa
6. Mengevaluasi ekstremitas
dari
diagnostik
atau
hasil
laboratorium,
kulit
normal
merah
20032015
12.00
dengan
pengunjung.
klien
beraktivitas
yang
membatasi
Anjurkan
7. Respon
untuk
positif,
normal
mulai
namun
terbatas.
8. Istirahat klien terpenuhi dengan
baik, stress terminimalisir.
beristirahat
dengan
23
posisi
yang
nyaman
untuk
nyaman.
aktifitas
12. Mengkolaborasikan dengan ahli
gizi mengenai menu makanan
pasien
24
2.13 Evaluasi
No.
Tgl/Jam
No.
Evaluasi
Diagnosa
1.
19-03-
S :
2015
Jam:
tidak sesak.
O: a. Pasien bernafas dengan sedikit menggunakan otot
14.00
bantu
b. RR: 13x/mnt
c. TD : 110/70mmHg
d. Tidak adanya Tachycardia, disritmia
e. sianosis berkurang
A: masalah sebagian teratasi
P: Intervensi dilanjutkan dan di tambahkan dengan
kolaborasi famakologi dan terapi
19-032015
Jam:
20.00
II
Paraf
25
maksimal
3
20-03-
III
2015
Jam :
14.00
4
20-032015
Jam :
20.00
IV
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah Vol. 1. Jakarta:
EGC.
Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga. Jakarta: Media
Aesculapius.
Muttaqin, A. 2007. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
Somantri, Irman. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada
Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika
http://www.heartcenter.co.id/list-artikel/80-cor-pulmonale.html (diakses pada
tanggal 1 Maret 2015)
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35530-Kep%20RespirasiAskep%20Cor%20Pulmonal.html (diakses pada tanggal 1 Maret 2015)
http://emedicine.medscape.com/article/154062-overview. (diakses pada tanggal 1
maret 2015)
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000129.htm
tanggal 1 maret 2015)
(diakses
pada