Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Jumlah
Perusahaan
386
(371)
(8)
Sampel Penelitian
Nama perusahaan
Kode
ACES
AHAP
BCAP
BNBA
CFIN
EPMT
HERO
71
72
IV.2
perusahaan itu menerapkan program CSR atau tidak, maka peneliti melihat dalam
laporan tahunan perusahaan, sedangkan untuk menghitung nilai ROA, PPh dan
juga biaya operasi perusahaan, maka peneliti melihat kepada laporan keuangan
perusahaan yang berupa laporan laba rugi dan neraca tahun 2006-2010.
73
Berikut jumlah ROA 7 perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian ini :
Tabel 5
Return On Asset (ROA)
Perusahaan yang Terdaftar di BEI
TAHUN 2006-2010
Kode
Perusahaan
Ratarata
Tahun
2006
2007
2008
2009
2010
ACES
12.09%
8.53%
16.53%
15.91%
15.91%
13.79%
AHAP
5.13%
2.64%
3.20%
7.22%
7.22%
5.08%
BCAP
4.81%
10.65%
1.15%
0.65%
0.65%
3.58%
BNBA
1.54%
1.07%
1.35%
1.17%
1.17%
1.26%
CFIN
6.44%
4.46%
7.02%
8.48%
8.48%
6.98%
EPMT
1.15%
11.06%
10.62%
11.02%
11.02%
8.97%
HERO
3.97%
3.95%
4.55%
6.07%
6.07%
4.92%
Rata-Rata
5.02%
6.05%
6.35%
7.22%
7.22%
6.37%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Return On Asset (ROA) ratarata perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010
yang dijadikan sampel penelitian ini adalah sebesar 6,37 %. Perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki Return On Asset (ROA) paling
tinggi diantara perusahaan lain yang dijadikan sampel penelitian ini adalah PT
Ace Hardware Indonesia, Tbk (ACES) sebesar 13,79 %. Angka ini menunjukkan
bahwa perusahaan dapat mempergunakan dengan baik aktiva yang dimilikinya
untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Sedangkan perusahaan yang memiliki
Return On Asset (ROA) paling rendah diantara perusahaan yang lain adalah Bank
Bumi Artha, Tbk (BNBA) yaitu sebesar 1,26 %. Angka ini menunjukkan bahwa
perusahaan kurang dapat memanfaatkan total aktiva yang dimilikinya untuk
menghasilkan laba perusahaan. Tabel juga menunjukkan bahwa Return On Asset
(ROA) rata-rata yang tinggi terjadi pada tahun 2009 dan 2010, yaitu sebesar 7,22
%, pada dua tahun ini perusahaan dapat memanfaatkan aktiva yang dimilikinya
74
Tahun
2006
Rata-rata
2007
2008
2009
2010
ACES
30.17%
29.50%
28.79%
25.15%
23.84%
27.49%
AHAP
5.33%
34.83%
14.13%
0.57%
2.42%
11.46%
BCAP
11.46%
22.19%
36.88%
15.37%
7.64%
18.71%
BNBA
32.95%
30.30%
33.56%
31.45%
26.18%
30.89%
CFIN
27.53%
20.73%
28.58%
25.68%
24.29%
28.54%
EPMT
28.97%
28.74%
30.13%
28.44%
26.43%
29.05%
HERO
29.13%
29.47%
35.93%
26.41%
24.29%
24.50%
RATA-RATA
23.65%
27.97%
29.71%
21.87%
19.30%
24.38%
Berdasarkan tabel
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006-2010 yang
dijadikan sampel penelitian ini adalah sebesar 24,38 %. Perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki rata-rata besaran PPh paling
tinggi diantara perusahaan lain yang dijadikan sampel penelitian ini adalah Bank
Bumi Artha, Tbk (BNBA) dengan rata-rata besaran PPh perusahaan selama tahun
2006 sampai dengan tahun 2010 sebesar 30,89 %. Angka ini menunjukkan
75
(BNBA) selama tahun 2006 sampai 2010 adalah 30,89 % dari jumlah laba bersih
perusahaan. Sedangkan perusahaan yang memiliki rata-rata besaran PPh paling
sedikit diantara perusahaan lain yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu
Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk (AHAP) dengan rata-rata besaran PPh nya
sebesar 11,46 %.
dibebankan kepada perusahaan selama tahun 2006 sampai tahun 2010 yaitu
sebesar 11,46 % dari laba bersih perusahaan. Tabel juga menunjukkan bahwa
rata-rata besaran PPh perusahaan yang paling tinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu
sebesar 29,71 %, angka ini menunjukkan bahwa pada tahun 2008, untuk
perusahaan yang dijadikan sampel penelitian ini harus membayar pajak
penghasilannya pada tahun tersebut sebesar 29,71 % dari keseluruhan laba bersih
yang dimiliki perusahaan. Sedangkan rata-rata besaran PPh yang paling rendah
terjadi pada tahun 2010 yaitu sebesar 19,30 %, dimana angka ini menunjukkan
bahwa pada tahun 2010 perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini
dibebankan pajak penghailan sebesar 19,30 % dari total laba bersih perusahaan.
76
Tabel 7
Rasio BOPO
Perusahaan yang Terdaftar di BEI
TAHUN 2006-2010
Kode Perusahaan
Tahun
2006
2007
2008
Rata-rata
2009
2010
ACES
26.25%
25.97%
27.68%
27.54%
29.90%
27.47%
AHAP
32.18%
27.81%
27.29%
20.22%
16.82%
24.86%
BCAP
49.81%
35.48%
62.27%
55.73%
78.13%
56.28%
BNBA
342.02%
38.21%
37.02%
39.22%
40.72%
99.44%
CFIN
30.83%
44.62%
34.88%
26.83%
18.68%
31.17%
EPMT
7.75%
7.61%
7.58%
7.15%
6.30%
7.28%
HERO
19.57%
20.06%
17.61%
17.83%
19.16%
18.85%
Rata-rata
72.63%
28.54%
30.62%
27.79%
29.96%
37.91%
Berdasarkan tabel
sedikit diantara perusahaan lain yang dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu
Enseval Putra Megatrading, Tbk (EPMT) dengan rata-rata BOPO sebesar 7,28 %.
Tabel juga menunjukkan bahwa rata-rata BOPO yang paling tinggi terjadi pada
tahun 2006 yaitu sebesar 72,63 %, sedangkan rata-rata BOPO paling rendah
terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 27,79 %.
77
Ratarata
Tahun
2008
2009
2010
ACES
3.80%
5.10%
3.80%
4.23%
AHAP
5.10%
5.10%
5.10%
5.10%
BCAP
3.80%
5.10%
3.80%
4.23%
BNBA
3.80%
3.80%
3.80%
3.80%
CFIN
6.40%
6.40%
6.40%
6.40%
EPMT
12.80%
12.80%
12.80%
12.80%
HERO
5.10%
5.10%
5.10%
5.10%
Rata-Rata
5.83%
6.20%
5.83%
5.95%
Dari tabel 4.6 dapat dilihat rata-rata CSR dari 7 perusahaan yang menjadi
sampel penelitian selama tahun 2008-2010 adalah 5,95%.
Perusahaan yang
memiliki rata-rata CSR tertinggi diantara semua perusahaan sampel yaitu PT.
Enseval Putra Megatrading, Tbk (EPMT) dengan rata-rata CSR sebesar 12,80%
sedangakan perusahaan yang memiliki rata-rata CSR terendah diantara semua
perusahaan yaitu Bank Bumi Artha, Tbk (BNBA) dengan rata-rata CSR sebesar
3,80%.
Dari tabel diatas juga terlihat selama tahun 2008-2010, tahun yang
memiliki rata-rata CSR tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 6,20%
78
sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2008 dan 2010 dengan rata-rata CSR
sebesar 5,83%.
IV.4
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CSR
35
.0000
.1280
.035714
.0374610
ROA
35
.0065
.1653
.063700
.0464110
PPh
35
.0057
.3688
.241254
.1000098
BOPO
35
.0630
3.4202
.379066
.5526446
Valid N (listwise)
35
dikelompokkan, sehingga jenis industri nya sangat beragam. Untuk variabel PPh,
rata-rata (mean) nya sebesar 0,241254.
besaran PPh yang dibebankan kepada perusahaan selama kurun waktu 5 tahun.
79
Variabel biaya operasi yang diukur dengan rasio BOPO menunjukkan angka
mean sebesar 0,379066.
dikeluarkan perusahaan selama tahun penelitian tergolong rendah dan beragam. Hal
ini dikarenakan beragamnya jenis usaha perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian ini.
IV.4.2 Analisis CSDI
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 78 item pengungkapan
berdasarkan GRI yang terdiri dari indikator lingkungan (13 item), energi (7 item),
kesehatan dan keselamatan kerja (8 item), lain-lain tenaga kerja (29 item), produk (10
item), dan keterlibatan masyarakat (9 item) dan umum (2 item). Berdasarkan analisis
statistik deskriptif di atas, diperoleh rata-rata indeks CSDI dari 7 perusahaan sampel
yang tercatat di BEI pada tahun 2006 dan 2010 hanya sebesar 0,035714 (indeks
maksimum = 1).
Kecilnya angka rata-rata indeks CSDI ini dapat disebabkan karena beberapa
kemungkinan, pertama, perusahaan masih menggunakan pola pengungkapan CSR
yang sangat sederhana, hal ini disebabkan karena belum adanya peraturan yang jelas,
sehingga banyak perusahaan yang melaporkan informasi lingkungan dan tanggung
jawab sosialnya hanya sebagai bagian dari laporan tahunan, bukan/belum dalam
bentuk sustainability reporting (Darwin, 2007 dalam Dahlia dan Siregar, 2008).
80
adanya multikolinearitas adalah nilai Tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF
> 10 (Ghozali, 2006:96).
Tabel 10
Coefficients Variance Inflation Factor
Coefficientsa
Model
1 (Constan)
ROA
PPh
BOPO
Tolerance
VIF
0.904
0,987
0,897
1.107
1.013
1.115
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai tolerance dari variabel ROA
sebesar 0,904, variabel PPh sebesar 0,987 dan variabel BOPO sebesar 0,897.
Dengan demikian semua variabel independen tidak ada yang kurang dari 0,10 yang
berarti tidak ada korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2006 : 97). Adapun
nilai VIF pada seluruh variabel independen lebih kecil dari 10, dimana nilai VIF
untuk variabel ROA adalah 1,107, untuk variabel PPh nilai VIF nya 1,013 dan
untuk variabel BOPO VIF nya sebesar 1,115.
81
disimpulkan bahwa dari seluruh variabel yang dijadikan sampel dalam penelitian
ini menunjukkan tidak adanya multikolinearitas antar variabel independen dalam
model regresi.
b. Uji Autokorelasi
Untuk
menguji
apakah
terdapat
Autokorelasi
atau
tidak
dapat
Durbin-Watson
.778
Jika kita
bandingkan dengan tabel Durbin-Watson dengan jumlah sampel 35 (n) dan jumlah
variabel independen 3 (k=3), dihasilkan nilai dl (lower) = 1,283 dan nilai du
(upper) = 1,653. Oleh karena nilai DW = 0,768 berada dibawah dl =1,283, maka
dapat disimpulkan terdapat autokorelasi positif.
Oleh karena adanya autokorelasi, maka nilai standar error (SE) dan nilai t
statistik tidak dapat dipercaya sehingga diperlukan pengobatan.
Pengobatan
autokorelasi dengan membuat variabel baru lag satu dari residual (Ut_1). (Ghozali,
2006 : 118). Hasil pengobatan autokorelasi adalah sebagai berikut :
82
Tabel 12
Durbin-Watson test (LAG)
Model Summaryb
Model
1
Durbin-Watson
2.092
K=3
Dl
1.283
.
.
.
.
1.613
du
1.653
.
.
.
.
1.736
Oleh karena nilai DW 2,092 lebih besar dari atas (du) 1,653 dan kurang
dari 4 1,653 (4 du), maka dapat disimpulkan bahwa kita tidak bisa menolak Ho
yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif (lihat tabel
keputusan) atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi (Ghozali, 2006:125).
83
c. Uji Heterokedastisitas
Untuk menguji apakah terdapat heterokedastisitas atau tidak, dapat melihat
grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID.
dengan melihata ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara
SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah terprediksi dan sumbu
X adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang telah di-studentized
(Ghozali, 2006:126).
Gambar 2
84
d. Uji Normalitas
Uji normalitas dapat dilakukan dengan analisis statistik. Dalam penelitian
ini untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non-parametrik
Kolmogorov-Smirnov (K-S).
(Ghozali, 2006:151) :
Ho : data residual berdistribusi normal
Ha : data residual tidak berdistribusi normal
Tabel 14
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardized
residual
0.860
0.450
85
a. Variabel ROA
Tabel 15
Paired Samples test- Variabel ROA
Pair 1 ROA sebelum-ROA sesudah
T
-1.819
Sig. (2-tailed)
.092
Ha1
86
Ho1 ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel. Artinya terdapat
perbedaan rata-rata profitabilitas perusahan sebelum dan sesudah penerapan
CSR.
Ho1 diterima jika -t tabel < t hitung < t tabel. Artinya tidak terdapat perbedaan
rata-rata profitabilitas perusahaan sebelum dan sesudah penerapan CSR
Berdasar probabilitas :
Ho1 diterima jika P value > 0,05
Ho1 ditolak jika P value < 0,05
Ho1 ditolak
Ho1 ditolak
Ho1 diterima
-2,160
-1,819
+2,1604
Oleh karena nilai -t hitung > -t tabel ( -1,819 > -2,1604) dan P value (
0,092 > 0,05) maka Ho1 diterima, artinya bahwa tidak ada perbedaan antara ratarata profitabilitas perusahaan yang dihitung dengan rasio Return On Asset (ROA)
sebelum dan sesudah perusahaan menerapkan CSR.
87
T
2.175
Sig. (2-tailed)
.049
88
1. Menentukan hipotesis
Ho2
Ha2
Ho2 ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel. Artinya terdapat
perbedaan rata-rata PPh perusahan sebelum dan sesudah penerapan CSR.
Ho2 diterima jika -t tabel < t hitung < t tabel. Artinya tidak terdapat perbedaan
rata-rata PPh perusahaan sebelum dan sesudah penerapan CSR
Berdasar probabilitas :
Ho2 diterima jika P value > 0,05
Ho2 ditolak jika P value < 0,05
89
Ho2 ditolak
-2,175
Ho2 diterima
-2,1604
Ho2 ditolak
+2,1604
Oleh karena nilai -t hitung < -t tabel ( -2,175 < -2,1604) dan P value (
0,049 < 0,05) maka Ho2 ditolak, artinya bahwa terdapat perbedaan antara rata-rata
pajak penghasilan yang diharus dibayar perusahaan sebelum dan sesudah
perusahaan tersebut menerapkan CSR.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Permanasari
(2010) yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan rata-rata besaran pajak
penghasilan yang dibayar perusahaan sebelum dan setelah menerapkan CSR.
Dalam penelitian ini pun dapat membuktikan bahwa penerapan CSR berhubungan
dengan PPh perusahaan. Perusahaan yang telah menerapkan program CSR secara
konsisten akan diberikan sebuah insentif pajak dari pemerintah berupa
pengurangan PPh. Hal ini merupakan tindakan positif dari pemerintah dalam hal
mendukung penerapan program CSR. Dengan adanya insentif ini, adalah sebuah
90
T
1.356
Sig. (2-tailed)
.198
Ha3
91
5. Kriteria Pengujian
-
Ho3 ditolak jika -t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel. Artinya terdapat
perbedaan rata-rata biaya operasi perusahan sebelum dan sesudah penerapan
CSR.
Ho3 diterima jika -t tabel < t hitung < t tabel. Artinya tidak terdapat perbedaan
rata-rata biaya operasi perusahaan sebelum dan sesudah penerapan CSR
Berdasar probabilitas :
Ho3 diterima jika P value > 0,05
Ho3 ditolak jika P value < 0,05
Ho3 ditolak
-2,160
Ho3 diterima
-1,356
Ho3 ditolak
+2,1604
Oleh karena nilai -t hitung > -t tabel ( -1,356 > -2,1604) dan P value (
0,198 > 0,05) maka Ho3 diterima, artinya bahwa tidak ada perbedaan antara ratarata biaya operasi perusahaan sebelum dan sesudah perusahaan tersebut
menerapkan CSR.
92
mengurangi biaya pemasarannya dan itu berarti akan terjadi penurunan biaya operasi
perusahaan.
Pernyataan Kotler dan Lee (2005) tersebut tidak terbukti dalam penelitian ini
karena dalam penelitian ini tidak ada pengelompokkan ukuran perusahaan maupun
jenis perusahaan yang menjadi sampel penelitian ini.
pengelompokkan perusahaan, hal ini menjadi faktor yang sangat berpengaruh tidak
terjadinya perbedaan biaya operasi perusahaan sebelum dan sesudah penerapan CSR,
karena jika perusahaan manufaktur tergantung terhadap penjualannya, berbeda dengan
lembaga keuangan dan bank yang tidak melakukan penjualan. Sehingga meskipun
lembaga keuangan dan bank itu menerapkan CSR atau tidak maka tidak akan
berpengaruh terhadap penurunan biaya operasi nya.