Anda di halaman 1dari 7

a.

Cracking (Perengkahan)
Tujuan dari proses cracking adalah untuk mengubah struktur kimiawi senyawa-senyawa
hidrokarbon. Terdapat beberapa proses dalam cracking, yaitu :
1.)Perengkahan/pemecahan rantai,
2.)Alkilasi (pembentukan alkil),
3.)Polimerisasi/penggabungan rantai karbon
4.)Reformasi/perubahan struktur, dan
5.)Isomerisasi (perubahan isomer).

Cracking adalah penguraian molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang besar


menjadi molekul-molekul senyawa hidrokarbon yang kecil. Contoh cracking ini adalah
pengolahan
minyak
solar
atau
minyak
tanah
menjadi
bensin.
Proses ini terutama ditujukan untuk memperbaiki kualitas dan perolehan fraksi gasolin (bensin).
Kualitas gasolin sangat ditentukan oleh sifat anti knock (ketukan) yang dinyatakan dalam
bilangan oktan. Bilangan oktan 100 diberikan pada isooktan (2,2,4-trimetil pentana) yang
mempunyai sifat anti knocking yang istimewa, dan bilangan oktan 0 diberikan pada n-heptana
yang mempunyai sifat anti knock yang buruk. Gasolin yang diuji akan dibandingkan dengan
campuran isooktana dan n-heptana. Bilangan oktan dipengaruhi oleh beberapa struktur molekul
hidrokarbon.
Terdapat 3 cara proses cracking, yaitu :

a. Cara panas (thermal cracking), yaitu dengan penggunaan suhu tinggi dan tekanan yang
rendah.
Contoh reaksi-reaksi pada proses cracking adalah sebagai berikut :

b. Cara katalis (catalytic cracking), yaitu dengan penggunaan katalis. Katalis yang digunakan
biasanya SiO2 atau Al2O3 bauksit. Reaksi dari perengkahan katalitik melalui mekanisme
perengkahan ion karbonium. Mula-mula katalis karena bersifat asam menambahkna proton ke
molekul olevin atau menarik ion hidrida dari alkana sehingga menyebabkan terbentuknya ion
karbonium :

c. Hidrocracking
Hidrocracking merupakan kombinasi antara perengkahan dan hidrogenasi untuk menghasilkan
senyawa yang jenuh. Reaksi tersebut dilakukan pada tekanan tinggi. Keuntungan lain dari
Hidrocracking ini adalah bahwa belerang yang terkandung dalam minyak diubah menjadi
hidrogen sulfida yang kemudian dipisahkan.
Reaksi hydrocracking berlangsung dengan mekanisme bi-functional. Mekanisme bi-functional
membutuhkan dua tipe sisi katalis yang berbeda guna mengkatalisis tahapan reaksi yang
terpisah dalam suatu rangkaian reaksi. Dua fungsi yang dimaksud adalah fungsi asam yang

mengkatalisis reaksi cracking dan isomerisasi serta fungsi logam yang mengkatalisis reaksi
pembentukan olefin dan hidrogenasi. Reaksi cracking membutuhkan panas sedangkan reaksi
hidrogenasi menghasilkan panas. Secara keseluruhan, reaksi hydrocracking menghasilkan
panas. Sebagaimana pada reaksi treating, reaksi hydrocracking juga merupakan fungsi dari
konsumsi hidrogen, artinya semakin banyak konsumsi hidrogen, maka akan semakin eksotermis
reaksi yang terjadi.
Konsumsi hidrogen pada reaksi hydrocracking secara umum (termasuk pre-treating) adalah
1200 - 2400 SCFB/wt% dengan perubahan sebesar 200 420 Nm 3/m3 tiap %wt perubahan
kapasitas umpan. Panas yang dihasilkan dari reaksi antara 50 100 Btu/SCF H 2 atau jika
dinyatakan dalam kenaikan temperatur adalah sebesar 0,065 oF/SCF hidrogen yang dikonsumsi
(0,006oC/Nm3/m3 H2).
Secara umum, reaksi hydrocracking dimulai dengan pembentukan olefin atau siklo-olefin pada
sisi logam katalis. Selanjutnya sisi asam akan menambahkan proton pada olefin atau siklo-olefin
tersebut untuk menghasilkan ion carbonium. Ion carbonium tersebut akan terrengkah menjadi
ion carbonium yang lebih kecil dan senyawa olefin yang lebih kecil. Produk tersebut merupakan
produk utama hydrocracking. Proses terminasi pada reaksi hydrocracking terjadi dengan reaksi
penjenuhan senyawa olefin pada sisi logam katalisator. Berikut ini adalah tahapan reaksi pada
rangkaian reaksi hydrocracking terhadap suatu senyawa n-parafin.

Dari reaksi tersebut dapat diketahui bahwa pada awal reaksi hydrocracking terbentuk senyawa
olefin yang dikatalisis oleh sisi logam. Kemudian olefin tersebut diubah menjadi ion carbonium.
Ion carbonium tersebut terisomerisasi menjadi ion carbonium tersier yang lebih stabil.
Selanjutnya terjadi perengkahan ion carbonium tersebut pada ikatan pada posisi terhadap
muatan ion carbonium tersebut. Posisi merupakan ikatan kedua dari muatan ion. Ion
carbonium dapat bereaksi dengan olefin untuk mentransferkan muatan dari satu fragmen ke
fragmen lainnya. Dengan cara ini muatan dapat ditransfer dari senyawa hidrokarbon rantai
pendek ke senyawa hidrokarbon rantai lebih panjang yang dapat mengakomodasi muatan

dengan lebih baik. Akhirnya, reaksi penjenuhan terhadap olefin terjadi pada sisi logam
katalisator.
Reaksi hydrocracking merupakan reaksi yang selektif terhadap parafin dengan jumlah atom
karbon yang banyak. Hal ini terjadi dalam rangka mencapai kesetimbangan untuk membentuk
olefin dengan jumlah atom karbon yang banyak. Di samping itu, parafin dengan jumlah atom
karbon lebih banyak dapat mengadsorb lebih kuat. Ion carbonium intermedia menyebabkan
isomerisasi yang berlebih pada produk reaksi khususnya pada -metil isomer. Hal ini karena ion
carbonium tersier lebih stabil. Oleh karena itu, produksi C1dan C3 rendah karena produksi gas
hidrokarbon tersebut terjadi ketika terbentuknya ion carbonium primer dan sekunder yang
sebenarnya kurang dikehendaki. Senyawa-senyawa lain seperti alkil-naften, alkil-aromat, dan
lain sebagainya bereaksi dengan mekanisme serupa melalui reaksi pembentukan ion carbonium.
Berikut ini adalah data termodinamika dari beberapa reaksi utama pada proses hydrocracking.

http://refiners-notes.blogspot.com/2012/10/hydrocracking-process-part-2.html

ERENGKAHAN MINYAK BUMI( CRACKING)


CRACKING dalam bahasa Indonesia sering juga diterjemahkan sebagai
perengkahan. Secara garis besar reaksi perengkahan adalah reaksi pemutusan ikatan C-C dari
suatu senyawa hidrokarbon. Perengkahan dibagi menjadi dua jenis yaitu perengkahan termal
(Thermal cracking) dan perengakahan katalitik (Catalytic cracking). Perengakahan termal
pemutusan ikatan C-C dapat berlangsung sebagai akibat kenaikan temperatur yang tinggi,
sedangkan pada perengkahan katalitik, reaksi pemutusan C-C berlangsung dengan peran serta
katalis dalam reaksi.
Sejak 1940 cracking adalah proses penting dalam industri minyak bumi. Proses ini
digunakan untuk memproduksi gasolin (fraksi bensin dan kerosin) dari minyak berat atau
crude oil. Proses dapat berlangsung melalui dua mekanisme yaitu mekanisme radikal yang
dilakukan secara termal (dengan temperatur tinggi) atau secara katalitik.
Thermal Cracking
Thermal cracking dilakukan pada temperatur bervariasi dari 455oC hingga 730oC dan
tekanan bervariasi dari tekanan normal hingga 1000 psig. Mekanisme yang terjadi adalah
pemutusan ikatan C-C homolitik. Reaksi bersifat ireversibel endotermis . Thermal cracking
dari molekul parafin umumnya akan menghasilkan rantai dengan ukuran molekul yang lebih
rendah yang umumnya masuk dalam golongan paranin dan olefin.
Sebagai contoh:
R-CH2=CH2-CH2-R R-CH=CH2 CH3-R

MEKANISME:
1.

Radikal primer mengalami pemutusan pada posisi karbon (-fission) membentuk


molekul etena.
RCH2CH2 R + CH2=CH2

2.

Radikal primer menyerang molekul parafin membentuk molekul stabil parafin


yang baru dan radikal sekunder
RCH2CH2 + R-CH2-CH2-CH2-R R-CH2-CH3 + R-CH2-CH2-CH2-R

3.

Dapat terjadi perpindahan posisi hidrogen pada molekul yang sama bila rantai
hidrokarbon poanjang dan membentuk rantai paradin memberntuk radikal primer yang
terdiri dari 5 hingga 6 karbon ( C ).

4.

Radikal sekunder dapat mengalami -fission membentuk radikal primer dan olefin
R-CH2-CH2-CHR RCH2 + RCH=CH2
Perengkahan termal pada umumnya berlangsung pada kondisi temperatur bervariasi dari
4550C sampai 7300C dan tekanan normal sampai 1000 psig. Pada kondisi reaksi yang sama
akan terjadi pemutusan ikatan C-C (C-C bond scission), dehidrogenasi, isomerisasi dan
polimerisasi. Namun demikian, reaksi yang disebutkan pertama tersebut adalah reaksi yang
utama. Sebagai contoh reaksi:
R-CH2-CH2-CH2-R R-CH2=CH2 + CH3-R
Reaksi pemutusan ikatan C-C dari suatu molekul parafin akan menghasilkan molekul lebih
ringan jenis parafin dan olefin.Olefin juga akan dihasilkan melalui dehidrogenasi reversibel
dari parafin:
R-CH2-CH3 R-CH=CH2 + H2
http://cheamistry.blogspot.com/2012/10/proses-proses-kimia-dalam-industri.html

Dehidrasi adalah suatu proses yang bertujuan untuk mencegah terjadinya hidrat di sepanjang system
perpipaan. Hidrat adalah suatu kristal yang terbentuk antara molekulmolekul air (H2O) dengan
molekul molekul hidrokarbon ringan (C1 s/d C4), juga molekul molekul H2S dan CO2. Bentuk
hidrat dapat berupa semacam bubur atau jelly sampai padat yang keras seperti es batu. Apabila
hidrat terbentuk maka akan dapat menyebabkan naiknya pressure drop pada sistem perpipaan dan
dalam kondisi yang ekstrim hidrat dapat membuntu aliran gas dalam perpipaan.
Ada 2 (dua) faktor utama yang mendorong terbentuknya hidrat yakni :
1. Terbentuk air bebas (free water) dalam perpipaan
2. Suhu gas berada pada suhu pembentukan hidrat atau lebih rendah
Apabila gas bumi yang mengandung uap air jenuh (saturated) mengalami pendinginan, maka
sebagian dari uap air tersebut akan mengembun dalam bentuk air bebas. Apabila proses pendinginan
gas mencapai suhu pembentukan hidrat atau lebih rendah, maka molekulmolekul air tersebut akan
bergabung dengan melekulmolekul hidrokarbon ringan dan terbentuklah hidrat. Pada tahap awal
ukuran hidrat kecilkecil, sehingga akan terikut dalam aliran gas. Akan tetapi kristal hidrat ini dapat
tumbuh di tempat tempat permukaan pipa yang tidak rata sehingga akan menghambat aliran gas
dalam perpipaan bahkan dapat menyumbat pipa.

Ilustrasi pembentukan hidrat terlihat pada gambar di bawah. Contoh wujud dari kristal hidrat yang
berwarna putih dan contoh hidrat yang terbentuk di pipa.

Tagged with: air bebas di perpipaan, contoh hidrat, dehidrasi, faktor terbentuknya hidrat, free water di
perpipaan, hidrat, hidrat di perpipaan, rakristal hidrat, pengertian dehidrasi, proses dehidrasi, proses
terbentuknya hidrat

Dalam kimia organik, terdapat banyak contoh reaksi dehidrasi:

Konversi alkohol menjadi eter:


2 R-OH R-O-R + H2O

Konversi alkohol menjadi alkena


R-CH2-CHOH-R R-CH=CH-R + H2O

Konversi asam karboksilat menjadi anhidrida asam:

2 RCO2H (RCO)2O + H2O

Konversi amida menjadi nitril:

RCONH2 R-CN + H2O

Pada reaksi penataan ulang dienol benzena [1]:

Beberapa reaksi dehidrasi dapatlah berjalan dengan rumit. Sebagai contoh,


reaksi gula dengan asam sulfat pekat [1] membentuk karbon melibatkan
pembentukan ikatan karbon-karbon.[2]

Gula (sukrosa) didehidrasi[3]:

C12H22O11 + 98% Sulfuric acid 12 C (graphitic foam) + 11 H2O steam + Sulfuric acid/water
mixture
Reaksi ini didorong oleh reaksi eksotermik antara asam sulfat dengan
air.
Agen dehidrasi yang umum meliputi asam sulfat pekat, asam
fosfat pekat, aluminium oksida panas, keramik panas.

http://id.wikipedia.org/wiki/Reaksi_dehidrasi

siklisasi
Pembentukan cincin karbon baru atau heterosiklik cincin proses reaksi,
juga dikenal sebagai tertutup kental atau kental untuk membentuk cincin.
Siklisasi umumnya membentuk enam-beranggota cincin aromatik
karboksilat, dan lima yuan dan cincin heterosiklik beranggota enam
seperti ini relatif stabil dan mudah untuk menghasilkan.
Sebagian besar proses siklisasi adalah untuk meninggalkan dua molekul
reaktan di tempat dan reaksi kondensasi terhubung dari satu molekul,
tetapi ini belum membentuk cincin baru, dan pada posisi yang tepat
dalam molekul dan kemudian siklisasi untuk membentuk sebuah cincin
baru. Untuk cara yang masuk akal secara ekonomi, pembentukan struktur
siklik yang diinginkan, dua reaktan ke lokasi yang sesuai dalam molekul
memiliki kelompok reaktif, dan murah dan mudah untuk mendapatkan.
Kebanyakan proses siklisasi untuk meneteskan molekul kecil, seperti H2O,
NH3, HCl, HBr, C2H5OH, H2, dll Dalam rangka mempromosikan
penumpahan molekul kecil, sering menggunakan akselerator kondensasi.
Sebagai contoh: dehidrasi, biasanya dilakukan dalam asam sulfat pekat,
dehidrohalogenasi siklisasi sering menggunakan agen asam-mengikat,

dan kadang-kadang juga dengan katalis tembaga, siklisasi dehidrogenasi


sering anhidrat aluminium klorida, disulfida dichloride atau adanya kalium
hidroksida, terkadang menambahkan zat pengoksidasi ringan, off alkohol
atau siklisasi deaminase, sering kali dalam asam atau basa di bawah
katalisis. Beberapa proses siklisasi tidak jatuh setiap molekul kecil, ketika
molekul reaktan memiliki ikatan ganda atau ikatan rangkap tiga.

Anda mungkin juga menyukai