Anda di halaman 1dari 30

TEORI

(Pengertian, Fungsi, dan Deskripsi)

DISUSUN OLEH:

NUR FITRIANA MUHAMMAD ALI


P1506214012

KONSENTRASI MIKROBIOLOGI
PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah azza wa jalla,


karena atas rahmat, kekuatan, serta hidayah dari-Nya sehingga kami
mampu menyelesaikan tugas individu ini dengan baik.
Shalawat

dan

salam

tercurah

kepada

Baginda

Rasulullah

Sallallahu alayhi wasallam, suri tauladan dalam menuntut ilmu, sosok


intelektual sejati yang berhasil mengejawantahkan ilmu kebenaran dalam
perkataan dan perbuatannya.
Ucapan terima kasih pula kami haturkan kepada Bapak Dosen
Pengampu Mata Kuliah Filsafat, karena atas dorongan dan motivasi dari
Beliau kami berusaha sebaik-baiknya mencurahkan waktu, tenaga, dan
pikiran demi penyelesaian makalah ini.
Melalui tugas ini, kami diberikan kepercayaan untuk memaparkan
pandangan kami tentang TEORI, Apa itu teori?, Apa fungsi teori dalam
kehidupan terkhusus dalam bidang akademik?, dan lain sebagainya.
Tentunya pandangan-pandangan tersebut kami tuangkan ke dalam
makalah ini dengan tetap berlandaskan pada sumber-sumber referensi
yang memadai. Dan sebagai makhluk yang dimuliakan Allah yang mampu
berfikir dan seharusnya mampu untuk menyederhanakan apa yang telah
dikaji melalui beberapa referensi tersebut dan menuangkannya menjadi
bahasa yang lebih sederhana dan merangkumkan semua hal-hal penting
yang perlu untuk diketahui mengenai teori itu sendiri. Harapan kami

adalah sekiranya makalah ini bisa menjadi sumber bacaan yang


bermanfaat bagi civitas akademika yang juga sedang mencari tahu, apa
itu teori?.
Namun sebagai makhluk Allah jugalah manusia selalu memiliki
kekurangan, dan kami menyadari penuh hal tersebut juga menjadi
keniscayaan pada diri kami. Oleh karena itu kritik dan saran membangun
sangat kami butuhkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah
sederhana ini.
Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini, atas kekurangan
dan kelemahan yang ada kami ucapkan mohon maaf, segala kebenaran
hanya datang dari Allah Sang Pencipta dan Pemilik alam raya ini.
Billahi taufik wal hidayah.

Makassar,

Desember 2014

Penulis,

NUR FITRIANA MUHAMMAD ALI


DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.........................................................................................
i

KATA PENGANTAR......................................................................................
ii
DAFTAR ISI...................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang..............................................................................
1
I.2 Rumusan Masalah........................................................................
2
I.3 Tujuan penulisan...........................................................................
2
I.4 Manfaat penulisan.........................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
II.1 Teori.......................................................................................................
3
II.2 Fungsi Teori...........................................................................................
13
II.3 Deskripsi Teori.......................................................................................
16

BAB III PENUTUP


III.1 Kesimpulan...........................................................................................

20
III.2 Saran-saran..........................................................................................
22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
23
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Dalam sebuah tulisan karya ilmiah pada sub bab tinjauan pustaka
biasanya memuat esensi-esensi hasil penelitian literatur yaitu teori-teori.
Uraian teori yang disusun bisa dengan kata-kata penulis secara bebas
dengan tidak mengurangi makna teori tersebut atau dalam bentuk kutipan
dari tulisan orang lain. Teori-teori itu harus relevan dengan permasalahan
penelitian yang akan dilakukan. Sedangkan landasan teoritis ini perlu
ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, bukan
sekedar perbuatan coba-coba. Adanya landasan teoritis ini merupakan ciri
bahwa penelitian itu merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.
Teori merupakan pisau analisis / paradigma yang digunakan untuk
mengupas masalah yang terjadi di meja penelitian, jadi teori ibaratnya
pisau untuk membelah sebuah roti, jika dapat menggunakan pisau yang
tepat, dan menggunakannya secara tepat pula, maka hasilnya akan
memuaskan.

Dalam sebuah penelitian teori sangat memegang peranan penting


karena merupakan salah satu sistem gagasan dan abstraksi yang
memadatkan serta mengorganisasikan berbagai pengetahuan manusia
tentang dunia sosial sehingga mempermudah pemahaman manusia dunia
sosial. Akhirnya penulis pun memberi judul dalam makalah ini dengan
Teori (Pengertian, Fungsi dan Deskripsi).
I.2. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian teori?
2) Apa fungsi teori?
3) Bagaimana mendeskripsikan teori?
I.3. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1) Menjelaskan pengertian teori
2) Mendeskripsikan

teori

dan

menyebutkan

langkah-langkah

untuk

mendeskripsikan teori tersebut.


3) Menyebutkan fungsi-fungsi teori itu.
I.4. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan akan membawa manfaat dan
menjadi kontribusi bagi akademisi dan praktisi untuk :
1) Menambah wawasan tentang pengertian teori serta fungsi-fungsinya.
2) Mampu membuat proposal penelitian dengan benar dari memahami
kajian teori.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Teori
1) Pengertian Teori
Yunani = Therio ; maksud= Pemandangan
Dalam banyak literatur dijelaskan bahwa teori (yang berasal dari
kata: thea) selalu menggunakan bangunan berfikir yang tersusun
sistematis, logis (rasional), empiris (kenyataan), juga simbolis dalam
menjelaskan suatu fenomena.
Definisi ini membayangkan bahwa, teori berasaskan kepada
konsepsi seseorang yang kemudiannya mengemukakannya dalam bentuk
suatu pandangan (view). Definisi ini juga memberikan pemahaman
kepada kita sifat teori yang relatif kepada berbagai pendapat. Sampai saat
ini, definisi teori berbeda-beda berdasarkan pandangan yang berbedabeda dalam kalangan ahli teori.
Kata teori juga memiliki arti yang berbeda-beda pada bidangbidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan
konteks diskusi.
Menurut sejarahnya, istilah teori pertama kali dipakai oleh ilmuilmu pasti alam (sains), baru kemudian oleh ilmu-ilmu sosial dan budaya.
Dalam sains, teori mengalami perkembangan awal yang amat pesat.
Secara klasik perkembangan teori ini mengikuti proses description,
prediction,

explanation

(penggambaran,

pendugaan/peramalan,

penjelasan). Tentu saja sulit menyelidiki sesuatu tanpa menggambarkan


sesuatu itu terlebih dahulu. Dari penyelidikan diperolehlah pengetahuan.
Lalu, ketika sudah ada beberapa pengetahuan tentang sebuah fenomena
itu, dimungkinkanlah pendugaan keterkaitan, proses, atau urutan kejadan
(sequences) tentang fenomena tersebut. Lalu, berdasarkan pengujian
tentang dugaan-dugaan tersebut, dikembangkanlah penjelasan, dan inilah
yang kemudian disebut teori. Dalam bidang sains pula lah pengertian teori
dikaitkan dengan metode ilmiah yang biasa disebut metode naif untuk
melakukan kesimpulan secara induksi-deduksi (nave inductive-deductive
method) (Ben-Ari, 2005).
Dalam ilmu sosial-budaya, penggunaan teori juga mengalami
perkembangan dan dinamika. Sebagaimana diuraikan Ellis dan Swoyer
(2008), pada mulanya teori sosial didominasi pandangan positivistik-logis
(logical-postivist), yaitu teori sebagai hasil deduksi berdasarkan prinsip
dasar tertentu, sebagaimana yang biasa dilakukan di sains. Teori sosial
diuji dengan membuat ramalan (prediksi) berdasarkan prinsip dasar atau
hukum (laws) tertentu, dan peneliti kemudian menetapkan apakah prediksi
itu benar atau salah. Pada tahun 1960an pandangan yang positivistik
tentang teori ini mulai mendapat kritik, sehingga akhirnya sudah tak
dominan lagi di ilmu sosial-budaya. Hukum ilmiah menjadi kurang
berperan, sementara model menjadi lebih sering dibicarakan. Kita akan
kembali ke pembahasan tentang hukum dan model di bagian berikut nanti.

Walaupun tak lagi dominan di ilmu sosial, menurut Sarantakos (1998)


pengertian teori yang digunakan oleh ilmu pasti-alam tetap mendominasi
pengertian umum, yaitu sebagai serangkaian proposisi (atau pernyataan
tentang kebenaran) yang sudah diuji secara sistematis dan dikaitkan
secara logis, dibangun melalui serangkaian penelitian untuk menjelaskan
suatu fenomena. Pembuatan teori dalam pengertian ini didasarkan pada
cara-cara sistematis yang mengandung prosedur yang jelas, eksplisit dan
formal di setiap langkah penelitian. Secara garis besar, langkah-langkah
ini terdiri dari (1) pembuatan konsep dan variabel, (2) pembuatan
kategorisasi atau sistem klasifikasi, (3) penyusunan proposisi, yaitu
pengembangan pernyataan umum tentang keterkaitan antar beberapa
konsep, dan akhirnya (4) pengungkapan proposisi ini sebagai teori. Cara
seperti ini lazim digunakan dalam penelitian ilmu pasti alam atau sains,
serta di dalam penelitian sosial yang memakai paradigma sains.
Dalam perkembangannya, pengertian teori juga dikembangkan
oleh peneliti-peneliti non-sains, terutama oleh mereka yang menolak
paham positivisme. Para peneliti sosial-budaya menolak penyederhanaan
fenomena masyarakat sebagai hubungan sebab-akibat yang digambarkan
dalam rumus-rumus statistik sebagaimana lazim digunakan di sains.
Mereka mengembangkan berbagai pendekatan yang lazim disebut
pendekatan kualitatif. Menurut Schwandt (2001), para peneliti kualitatif
memakai pengertian yang sedikit berbeda, terutama karena teori tak
hanya merupakan sebuah penjelasan, melainkan juga sebuah orientasi

atau perspektif seorang peneliti dalam melihat masalah, memecahkan


masalah, dan memahami serta menjelaskan realitas sosial. Dengan
demikian, teori juga merupakan cara pandang seseorang terhadap dunia
kehidupannya (world view).
Sementara itu kita juga musti ingat, bahwa jika teori-teori ilmu alam
pada umumnya datang dari pengamatan terhadap jagat raya dan
fenomena alam untuk menjelaskan gejala itu, maka teori-teori ilmu sosial
sebenarnya juga muncul dari pandangan tentang moral. Sebagaimana
dijelaskan oleh Heilbron (1995), teori ilmu sosial pada awalnya bukan
hanya merupakan upaya menjelaskan apa yang dilakukan manusia atau
bagaimana manusia bertingkah laku, tetapi juga bagaimana seharusnya
manusia bertindak dengan tepat dan bijaksana di dalam lingkungan
sosialnya.
Selain ilmu alam dan ilmu sosial, ilmu budaya juga punya cara
mereka sendiri memandang teori. Misalnya, dalam antropologi, teori
dianggap sebagai bagian atau cabang dari tiga hal sekaligus yaitu sains,
humanisme, dan religi dalam rangka menjawab pertanyaan-pertanyaan
spesifik, yaitu: Dari mana kita (manusia) datang? Kenapa kita berbedabeda? Bagaimana kehidupan ini berlangsung? (lihat Erickson dan
Murphy, 2003).
Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta
yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta. Selain itu,
berbeda dengan teorema, pernyataan teori umumnya hanya diterima

secara sementara dan bukan merupakan pernyataan akhir yang


konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan
kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan
kesimpulan pada pembuktian matematika.
Jika kita bicara tentang penelitian ilmiah, maka bentuk paling
kongkrit

dari

sebuah

teori

adalah

sebuah

pernyataan

tertulis,

sebagaimana yang dapat kita baca sebagai bagian dari sebuah buku teks
atau bagian dari artikel di jurnal ilmiah. Kita lalu mengutipnya, dan
menyebut siapa penulis atau pencetusnya. Sebab itulah seringkali sebuah
teori dalam laporan penelitian semata-mata adalah sebuah kutipan dari
seorang ilmuwan tertentu. Sebagaimana yang dikatakan Durbin (1988)
teori memang adalah pernyataan karena ia adalah bagian dari upaya
ilmuwan untuk mengungkapkan pemikiran atau idenya. Pernyataan itu
ditujukan untuk memperjelas atau memahami serangkaian fakta dan data
yang semula terkesan rumit atau bahkan tidak bermakna. Secara lebih
rinci, Michalos (1980) membagi pengertian teori dalam lima kategori, yaitu:
1. Teori sebagai pernyataan yang aksiomatis (axiomatic): untuk memberi
makna atau pengertian tentang serangkaian fakta yang sebelumnya
membingungkan

atau

tidak

bermakna.

Dalam

dunia

ilmu

pengetahuan, sebuah aksiom disebut juga postulat atau rumus dasar,


merupakan sebuah pernyataan yang dianggap logis dan mengandung
kebenaran.

2. Teori sebagai upaya menyusun data dan fakta secara sistematis,


walaupun pernyataan-pernyataannya belum tentu aksiomatis.
3. Teori dianggap sebagai generalisasi tak terbatas tentang kebenaran
universal yang diaati oleh para ilmuan; di sini teori dianggap sebagai
hukum tentang kebenaran.
4. Teori sebagai jawaban terhadap persoalan-persoalan ilmiah, tanpa
bentuk yang pasti atau seragam.
5. Teori sebagai aturan-aturan untuk mengambil kesimpulan dalam
proses penelitian.
Selain itu, ada juga yang disebut Teori Kritis (Critical Theory), yang
bukan hanya sebuah teori, melainkan keseluruhan cara membuat teori
dan produk dari cara membuat teori itu. Cara ini bertentangan dengan
cara pandang yang sudah umum atau lazim karena memang merupakan
upaya sengaja untuk mengkritik konsep, pemahaman, atau kategori
tentang kehidupan manusia yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, Teori
Kritis juga menganggap teori sebagai sesuatu yang melekat kepada
praxis, kepada praktik dan kehidupan sehari-hari. Para ilmuwannya
beranggapan bahwa bahwa seorang ilmuan harus "punya kepentingan"
dan setiap teori sekaligus punya nilai empiris (praktis) selain normatif.
Perbedaan pengertian teori juga dapat muncul karena pandangan yang
menekankan cara dan proses pembentukan teori. Misalnya, Strauss dan
Corbin (1998), para penganjur grounded theory yang sering dipakai oleh
para peneliti sosial dengan pendekatan kualitatif, berpendapat bahwa teori

memang dibangun dari konsep dan proposisi sebagaimana yang diuraikan


di atas. Tetapi mereka menegaskan bahwa metodologi grounded theory
akan menghasilkan teori yang padat konsep karena para penelitinya
lebih berupaya mengungkapkan proses yang sesungguhnya terjadi di
dalam interaksi antar manusia. Setelah mengamati sebuah proses secara
seksama dan terinci, para peneliti grounded theory menemukan pola dan
tahap yang secara analitis dapat dilihat sebagai bagian-bagian yang
terpisah tetapi mempunyai keterkaitan. Identifikasi pola dan tahap inilah
yang merupakan konseptualisasi atau penemuan konsep, yang kemudian
dilanjutkan dengan proposisi dan akhirnya teori. Dengan kata lain, terjadi
proses dari bawah ke atas (bottom up) dan dari data kasar ke konsep
yang semakin halus.
Teori Kritis sering juga dibahas sebagai sebuah paradigma
tersendiri dan tidak melulu berurusan dengan pengembangan dan
pengujian teori, tetapi juga dengan metodologi, ideologi, dan etika sosial
yang dikembangkan "Sekolah Frankfurt" (Institut fur Sozialforschung di
Frankfurt, Jerman). Institut ini didirikan untuk secara khusus mengkaji
ajaran Immanuel Kant dari perspektif Marxisme. Tokoh-tokohnya adalah
Max Horkheimer, Theodore Adorno dan Herbert Marcuse yang menjadi
guru-guru bagi pemikir postmodernisme terkenal, Jurgen Habermas.
Terlepas dari variasi pandangan tentang arti teori di atas,
sebagaimana dikatakan oleh Connaqway dan Powell (2010), teori pada
dasarnya adalah sebuah penjelasan sistematik untuk mengamati sesuatu

10

yang berkaitan dengan aspek kehidupan tertentu, saling berkait sesuai


logika, menjawab mengapa kejadian berlangsung seperti itu, dan
mengandung penjelasan yang padu tentang suatu fenomena. Dari segi ini,
maka teori sebenarnya adalah serangkaian konsep yang dapat digunakan
untuk memandang keadaan yang sesungguhnya, tetapi sekaligus juga
konsep itu adalah hasil pemandangan (persepsi) manusia atas keadaan
sekelilingnya. Itulah sebabnya, sebagaimana diulas Weick (2012),
seringkali teori dikaitkan dengan pernyataan filsuf Immanuel Kant
persepsi tanpa konsep adalah buta, konsep tanpa persepsi adalah
kosong (perception without conception is blind; conception without
perception is empty). Secara hakiki, sebagaimana dibahas Best (2004)
setiap teori akhirnya memiliki empat elemen, yaitu:

Epistemologi atau teori tentang pengetahuan (theory of knowledge)


yang merupakan penjelasan tentang bagaimana manusia dapat
mengetahui/mempelajari apa yang manusia perlu ketahui. Semua
teori mengandung petunjuk tentang bagaimana cara mendapatkan
pengetahuan tentang suatu hal.

Ontologi atau teori tentang realita untuk menjelaskan atau


memberikan dasar pemahaman tentang kenyataan, atau tentang apa
saja gejala yang nyata dapat dipelajari.

Lokasi historis untuk menjelaskan bilamana teori tersebut pertama


dibentuk, dalam konteks situasi seperti apa, agar pengguna teori
memiliki pengetahuan latarbelakang tentang teori yang bersangkutan.

11

Serangkaian usulan (prescription) untuk digunakan sebagai


panduan dalam kegiatan sehari-hari sebagai mahluk sosial.
Dari bukunya Pak Erwan dan Dyah (2007) teori menurut definisinya

adalah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis untuk


menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu. Lebih lanjut beliau
mengatakan bahwa teori merupakan salah satu hal yang paling
fundamental yang harus dipahami seorang peneliti ketika ia melakukan
penelitian karena dari teori-teori yang ada peneliti dapat menemukan dan
merumuskan permasalahan sosial yang diamatinya secara sistematis
untuk

selanjutnya

dikembangkan

dalam

bentuk

hipotesis-hipotesis

penelitian.
Untuk sementara, dari pembahasan di atas hal terpenting yang
perlu kita tegaskan di sini adalah bahwa semua teori merupakan
pernyataan tentang kebenaran berupa serangkaian konsep. Ini perlu
dipertegas dalam konteks teori dan praktik, khususnya di bidang-bidang
yang mengutamakan aspek praktis.
Kajian terhadap teori atau hasil studi terdahulu difokuskan pada
konsep utama yang digunakan. Konsep utama dalam hal ini adalah
variable dependennya.
2) Macam-Macam Varaiabel
Secara teroritis variable dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang,
atau obyek yang mempunyai Variasi antara stu orang dengan yang
lain/satu obyek dengan obyek yang lain. (Hatch dan Farhady)

12

Dinamakan variable karena ada variasinya, jadi kalau peneliti akan


memilih variable penelitian, maka harus ada variasinya. Variable yang
tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai variable.
Macam-macam Variable dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :
a) Variable

independen

(bebas) adalah

merupakan

variable

yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya


dependen (terikat).
b) Variable

Dependen

(terikat)

adalah

merupakan

variable

yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variable bebas.


c) Variable Moderator adalah variable yang mempengaruhi hubungan
antara variable independen dengan dependen.
d) Variable Intervening adalah variable yang secara teoritis mempengaruhi
hubungan antara variable independen dengan dependen menjadi
hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur.
e) Variable Kontrol adalah variable yang dikendalikan atau dibuat konstan
sehingga pengaruh variable independen terhadap dependen tidak
dipengaruhi oleh factor luar yang tidak diteliti.
Akan tetapi, tidak selamanya seorang peniliti menggunakan dua
variable atau lebih. Ia dapat saja melakukan penelitian dengan satu
variable saja. Ada 3 hal yang sebaiknya diperhatikan ketika menentukan
kedudukan variebel-variabel itu, yaitu :
a) Perhatikan urutan waktu, dengan melihat variable mana yang terjadi
dulu dibandingkan dengan variable lain.

13

b) Perhatikan dampak, dengan meilhat variable mana yang merupakan


dampak/akibat dari adanya lain.
c) Perhatikan teori yang dijadikan dasar sumber.

II.2. Fungsi-Fungsi Teori


Secara umum, teori mempunyai tiga fungsi :
1) Untuk menjelaskan (explanation) yang digunakan memperjelas dan
mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variable yang akan diteliti.
2) Untuk

meramalkan

(prediction)

yang

digunakan

memprediksi,

memandu serta menemukan fakta untuk merumuskan hipotesis dan


menyusun instrument penelitian, karena pada dasarnya hipotesis itu
merupakan pernyataan yang bersifat prediktif.
3) Untuk

pengendalian

(control)

yang

digunakan

mencandra

dan

membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya untuk memberikan


saran dalam pemecahan masalah.
Menurut Littlejohn (1996) fungsi teori ada 9 (sembilan) yaitu:
1.

Mengorganisasikan dan menyimpulkan


Kita tidak melihat dunia dalam kepingan-kepingan data. Sehingga

dalam mengamati realitas kita tidak boleh melakukannya setengahsetengah. Kita perlu mengorganisasikan dan mensintesiskan hal-hal yang
terjadi dalam kehidupan. Pola-pola dan hubungan-hubungan harus dapat

14

dicari dan ditemukan. Kemudian diorganisasikan dan disimpulkan.


Hasilnya berupa teori dapat dipakai sebagai rujukan atau dasar bagi
upaya-upaya studi berikutnya.
2.

Memfokuskan
Teori pada dasarnya hanya menjelaskan tentang suatu hal bukan

banyak hal. Untuk itu aspek-aspek dari suatu objek harus jelas fokusnya.
3.

Menjelaskan
Teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yang

diamatinya.

Penjelasan

ini

berguna

untuk

memahami

pola-pola,

hubungan-hubungan dan juga menginterpretasikan fenomena-fenomena


tertentu. Atau dengan kata lain teori-teori menyediakan tonggak-tonggak
penunjuk jalan

untuk menafsirkan, menerangkan

dan

memahami

kompleksitas dari hubungan-hubungan manusia.


4.

Mengamati
Teori tidak hanya menjelaskan tentang apa yang sebaiknya diamati

tetapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya.


Terutama bagi teori-teori yang memberikan definisi-definisi operasional,
teoretikus bersangkutan memberikan kemungkinan indikasi yang paling
tepat mengenai apa yang diartikan oleh suatu konsep tertentu. Jadi

15

dengan mengikuti petunjuk-petunjuk kita dibimbing untuk mengamati seluk


beluk yang diuraikan oleh teori itu.
5.

Membuat prediksi
Fungsi prediksi ini dengan berdasarkan data dan hasil pengamatan

maka harus dapat dibuat suatu perkiraan tentang keadaan yang bakal
terjadi apabila hal-hal yang digambarkan oleh teori juga tercermin dalam
kehidupan di masa sekarang.
6.

Heuristik (membantu proses penemuan)


Sebuah aksioma yang terkenal adalah bahwa suatu teori yang baik

melahirkan penelitian. Teori yang diciptakan harus dapat merangsang


timbulnya upaya-upaya penelitian selanjutnya.
7.

Mengkomunikasikan pengetahuan
Teori harus dipublikasikan, didiskusikan, dan terbuka terhadap

kritikan-kritikan. Sehingga penyempurnaan teori akan dapat dilakukan.


8.

Kontrol/mengawasi
Fungsi ini timbul dari persoalan-persoalan nilai, di dalam mana

teoretikus berusaha untuk menilai keefektifan dan kepatutan perilaku


tertentu. Teori dapat berfungsi sebagai sarana pengendali atau pengontrol
tingkah laku kehidupan manusia.

16

9.

Generatif
Fungsi ini terutama sekali menonjol dikalangan pendukung aliran

interpretif dan teori kritis. Menurut mereka, teori juga berfungsi sebagai
sarana perubahan sosial dan kultural, serta sarana untuk menciptakan
pola dan cara kehidupan yang baru.

17

II.3. Deskripsi Teori


1) Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis
tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar/penulis buku). Deskripsi
teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variable-variabel yang
diteliti melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari
berbagai refrensi, sehingga ruang lingkup, kedudukan dan prediksi
terhadap hubungan antar variable yang akan diteliti menjadi lebih jelas
dan terarah.
Teori-teori yang didiskripsikan dalam proposal maupun dalam
laporan pennelitian dapat digunakan sebagai Indikator, variable-variabel
penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi
pengertian maupun kedudukan dan hubungan antar variable yang diteliti.
Menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitia.
Maka dari itu, peneliti harus rajin membaca untuk membaca dengan baik,
maka peneliti harus mengetahui sumber-sumber bacaan. Baik berbentuk
buku-buku teks, kamus, ensiklopedia, jurnal ilmiah, laporan penelitian,
internet dan lain-lain.
Sedangkan sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga
kreteria:
a) Relevansi
b) Kelengkapan
c) Kemutakhiran kecuali penelitian sejarah.

18

2) Relevansi Penelitian
Hasil penelitian itu harus relevan dengan variable yang diteliti dan
hasil penelitian yang relevan bukan berarti sama dengan yang akan
diteliti, tetapi masih dalam lingkup yang sama.
Secara teknis, hasil penelitian yang relevan dengan apa yang akan
diteliti dapat dilihat dari :
a. Permasalahan yang akan diteliti
b. Waktu penelitian
c. Tempat penelitian
d. Sampel penelitian
e. Metode penelitian
f. Analisis
g. Kesimpulan
Jadi perinsip relevansi diperlukan karena sangat kecil manfaatnya
menguraikan teori atau hasil penelitian yang paling mutakhir dalam suatu
cabang ilmu yang tidak ada sangkyt pautnya dengan masalah yang diteliti.
3) Langkah-langkah pendeskripsian teori
Langkah-langkah
sebagai berikut :

untuk

dapat

mendeskripsikan

teori

adalah

19

1. Tetapkan nama variable yang diteliti dan jumlah variabelnya.


2. Cari sumber-sumber bacaan yang sebanyak-banyaknya dan yang
relevan dengan setiap variable yang akan diteliti.
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topic yang relevan dengan setiap
variable yang akan diteliti.
4. Cari definisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber
bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain dan
pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
5. Baca seluruh isi topic buku yang sesuai dengan variable yang akan
diteliti, lakukan analisis, renungkan, dan buatlah rumusan dengan
bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke
dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri.
Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti
harus berbekal teori. Maka landasan teori dalam proposal penelitian
kualitatif harus sudah jelas, teori apa yang akan dipakai.
4) Kriteria Untuk Mengevaluasi Teori

Scope (lingkup keluasan)

20

Didasari pada keluasan perilaku komunikasi yang dicakup oleh teori.


Meski teori harus bisa menjelaskan komunikasi menjadi bermakna
namun tetap harus ada batasan pada keluasan lingkup atau
cakupannya.

Logical Consistency
Teori harus masuk akal dan memiliki konsistensi logic yang dan tidak
bertentangan. Teori harus dapat membuat penjelasan yang baik, yang
menunjukkan bahwa konsep-konsep saling bekerjasama dan hasil
apa yang didapat dari interaksinya.

Parsimony
Apakah bisa se-simpel mungkin menjelaskan fenomena. Jika sebuah
teori dapat menejelaskan perilaku komunikator hanya dengan satu
konsep, tidak perlu lagi menggunakan konsep-konsep lainnya.

Utility
Apakah teori bisa digunakan? Teori seharusnya dapat menjelaskan
elemen-elemen komuniksi yang tadinya tidak jelas.

Testability
Testability mengacu kepada kemampuan untuk menginvestigasi
keakuratan teori.

Heurism
Apakah teori telah digunakan dalam penelitian secara intensif untuk
menciptakan cara baru berpikir mengenai komunikasi.

Test of time

21

Sudah berapa lama sebuah teori digunakan dalam penelitian


komunikasi.
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
a) Teori
1) Pengertian teori
Teori adalah seperangkat kontruksi (Konsep), definisi dan proposisi
yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematika melalui
spesifikasi hubungan antar fariabel, sehingga dapat berguna untuk
menjalankan dan meramalkan fenomena. (Neumen)
2) Macam-Macam Variabel
Secara teroritis variable dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang,
atau obyek yang mempunyai Variasi antara stu orang dengan yang
lain/satu obyek dengan obyek yang lain. (Hatch dan Farhady)
Macam-macamnya :
a) Variable independen (bebas)
b) Variable Dependen (terikat)
c) Variable Moderator
d) Variable Intervening
e) Variable Kontrol
b) Fungsi-Fungsi Teori
1) Untuk menjelaskan (explanation)

21

2) Untuk meramalkan (prediction)


3) Untuk pengendalian (control)
c) Deskripsi Teori
1) Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis
tentang teori (bukan sekedar pendapat pakar/penulis buku).
2) Relevansi Penelitian
Secara teknis, hasil penelitian yang relevan dengan apa yang akan
diteliti dapat dilihat dari :
a. Permasalahan yang akan diteliti
b. Waktu penelitian
c. Tempat penelitian
d. Sampel penelitian
e. Metode penelitian
f. Analisis
g. Kesimpulan
h. Langkah-langkah untuk pendeskripsikan teori
i. Tetapkan nama variable yang diteliti dan jumlah variabelnya.
j. Cari sumber-sumber bacaan yang sebanyak-banyaknya dan yang
relevan dengan setiap variable yang akan diteliti.

22

k. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topic yang relevan dengan setiap
variable yang akan diteliti.
l. Cari definisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber
bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain
dan pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
m. Baca seluruh isi topic buku yang sesuai dengan variable yang akan
diteliti, lakukan analisis, renungkan, dan buatlah rumusan dengan
bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
3) Langkah-langkah pendeskripsian teori
Langkah-langkah

untuk

dapat

mendeskripsikan

teori

adalah

sebagai berikut :
1. Tetapkan nama dan jumlah variable yang diteliti
2. Cari sumber-sumber bacaan sebanyak-banyaknya yang relevan
dengan variable yang diteliti
3. Lihat daftar isi setiap buku, dan pilih topic yang relevan dengan setiap
variable yang akan diteliti.
4. Cari definisi setiap variable yang akan diteliti pada setiap sumber
bacaan, bandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain dan
pilih definisi yang sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.

23

5. Baca seluruh isi topic buku yang sesuai dengan variable yang akan
diteliti, lakukan analisis, renungkan, dan buatlah rumusan dengan
bahasa sendiri tentang isi setiap sumber data yang dibaca.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dari berbagai sumber ke
dalam bentuk tulisan dengan bahasa sendiri.
4) Kriteria Untuk Mengevaluasi Teori

Scope (lingkup keluasan)

Logical Consistency

Parsimony

Utility

Testability

Heurism

Test of time

III.2. Saran-Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang ikut andil wawasannya dalam
penulisan ini. Tak lupa kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang
membangun selalu kami tunggu dan kami perhatikan.

24

Sebagai penutup, semoga Allah SWT membalas semua jerih


payah semua pihak lebih-lebih bapak dosen pengampuh yang telah
memberi semangat pada kami dalam menyelesaikan makalah ini dan
bermanfaat bagi kita semua. Amin.

37

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, W. 1999. Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah. Jakarta : Logos.


Mustafa, B. 2009. Pedoman Menulis Proposal Penelitian Skripsi Dan
Tesis. Yogyakarta : Panji Pustaka.
Prasetyo, B., L.M. Jannah. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta :
Rajawali Pers.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung : Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai