Rev Buku
Rev Buku
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Lingkup kegiatan dari studi ini adalah kegiatan studi kelayakan dan
perancangan spesifikasi peralatan mekanikal elektrikal ini dilakukan dengan :
a. Desk study referensi pemilihan alat mekanikal utama dalam PLTMH,
yakni turbin berdasarkan hasil studi kelayakan hidrologi (Buku
Pedoman 2A) dan studi kelayakan sipil (Buku Pedoman 2B) yang
mendeskripsikan skema sistem PLTMH khususnya desain konstruksi
pipa pesat (penstock).
b. Mendapatkan informasi, diskusi dan bimbingan dari pabrikan penyedia
peralatan mekanikal elektrikal atau konsultan jasa instalasi yang
berpengalaman dalam pembangunan PLTMH.
c. Mengumpulkan informasi dari sumber lain pemangku (stakeholders)
pembangunan mikrohidro (PLTMH) sebagai perbandingan (benchmarking) dari sisi kehandalan peralatan dan harganya.
2
BAB II
KETENTUAN UMUM DAN STANDAR
INSTALASI PERALATAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL PLTMH
Komponen mekanikal hanya terdiri dari dua bagian yaitu turbin dan
transmisi. Kedua sistem ini menghubungkan antara sumber energi air dengan
generator yang menghasilkan listrik.
2.1. Sistem Mekanik Elektrik PLTMH
Mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan bahwa adanya air yang
mengalir di suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai.
Istilah kapasitas mengacu kepada jumlah volume aliran air persatuan waktu
(flow capacity) sedangkan beda ketinggian daerah aliran sampai ke instalasi
dikenal dengan istilah head. Mikrohidro juga dikenal sebagai white resources
dengan terjemahan bebas bisa dikatakan "energi putih". Dikatakan demikian
karena instalasi pembangkit listrik seperti ini mengunakan sumber daya yang
telah disediakan oleh alam dan ramah lingkungan. Suatu kenyataan bahwa
alam memiliki air terjun atau jenis lainnya yang menjadi tempat air mengalir.
Dengan teknologi sekarang maka energi aliran air beserta energi perbedaan
ketinggiannya dengan daerah tertentu (tempat instalasi akan dibangun) dapat
diubah menjadi energi listrik.
Seperti dikatakan di atas, Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro
artinya kecil sedangkan hidro artinya air. Dalam prakteknya istilah ini tidak
merupakan sesuatu yang baku namun bisa dibayangkan bahwa mikrohidro,
pasti mengunakan air sebagai sumber energinya. Yang membedakan antara
istilah mikrohidro dengan minihidro adalah output daya yang dihasilkan.
Mikrohidro menghasilkan daya lebih rendah dari 100 W, sedangkan untuk
minihidro daya keluarannya berkisar antara 100 sampai 5000 W. Secara teknis,
Mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber energi), turbin dan
generator.
Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dan ketinggian
tertentu menuju rumah instalasi (rumah turbin). Di rumah instalasi air tersebut
akan menumbuk turbin dimana turbin sendiri dipastikan akan menerima energi
air tersebut dan mengubahnya menjadi energi mekanik berupa berputarnya
poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian ditransmisikan ke
generator dengan mengunakan kopling. Dari generator akan dihasilkan energi
listrik yang akan masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke
rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban). Begitulah secara ringkas proses
Mikrohidro merubah energi aliran dan ketinggian air menjadi energi listrik.
3
Secara singkat perinsip kerja dari suatu pembangkit PLTMH dapat
digambarkan sebagai berikut :
= 9,8 x Q x H x
dimana :
P
= daya yang dibangkitkan (Watt)
Q
= Debit air (m3/det)
H
= Ketinggian (m)
4
2.2. Pemilihan Turbin
Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi potensial, tekanan
dan energi kinetik) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros.
Putaran poros turbin ini akan diubah oleh generator menjadi tenaga listrik.
Berdasarkan prinsip kerjanya, turbin air dibagi menjadi dua kelompok dan
digambarkan sebagai tabel di bawah :
Turbin runner
High
Impulse
Pelton
Turgo
Multi-jet Pelton
Reaction
Head Pressure
Medium
Crossflow
(Michel/Banki)
Turgo
Multi-jet Pelton
Francis
Pump-as-Turbine (PAT)
Low
Crossflow
(Michel/Banki)
Propeller
Kaplan
Turbin Pelton
Turbin Crossflow
Turbin Kaplan
Turbin Francis
Daerah aplikasi berbagai jenis turbin air relatif spesifik. Pada beberapa
daerah operasi memungkinkan digunakan beberapa jenis turbin. Pemilihan
jenis turbin pada daerah operasi yang overlaping ini memerlukan perhitungan
yang lebih mendalam. Pada dasarnya daerah kerja operasi turbin menurut
Keller dikelompokkan menjadi :
a. Low head powerplant : dengan tinggi jatuhan air (head) : 10 m
b. Medium head power plant : dengan tinggi jatuhan antara low head
dan high-head.
c. High head power plant : dengan tinggi jatuhan air yang memenuhi
persamaan.
H 100 (Q) : 0-113 m 3/s
Dimana :
H =head, m Q = desain debit, m 3/s
Secara umum hasil survey lapangan mendapatkan potensi pengembangan
PLTMH dengan tinggi jatuhan (head) 6 - 60 m, yang dapat dikategorikan pada
head rendah dan medium. Berikut adalah grafik yang dapat membantu untuk
pemilihan turbin.
7
Gambar .......................
Yang pertama dilakukan adalah menguhubungkan garis antara debit air
dengan dengan ketinggian yang telah ditetapkan (garis berwarna hijau).
Kemudian membuat garis tegak lurus antara kecepatan turbin dengan garis
yang berwarna hijau (garis yang berwarna biru) sehingga akan mendapatkan
jenis turbin apa yang ideal yang harus digunakan. Untuk daerah Indonesia
turbin yang ideal adalah turbin cross flow dan turbin kaplan. Ini mengingat
kondisi alam dan karakteristik geografis dari daerah Indonesia.
Yang perlu diperhatikan juga di dalam pemilihan turbin adalah putaran
kecepatan generator yang tersedia. Hal ini sangat mempengaruhi umur dari
generator tersebut. Kecepatan turbin (rpm) sama dengan kemampuan
kecepatan (rpm) generator.
Tabel Daerah Operasi Turbin
Jenis Turbin
Variasi Head, m
2 < H < 20
Francis
Pelton
Crossfiow
Turgo
Faktor tinggi jatuhan air efektif (Net Head) dan debit yang
akan dimanfaatkan untuk operasi turbin merupakan faktor utama
yang mempengaruhi pemilihan jenis turbin. Sebagai contoh : turbin
pelton efektif untuk operasi pada head tinggi, sementara turbin
propeller sangat efektif beroperasi pada head rendah.
b.
Faktor daya (power) yang diinginkan berkaitan dengan head
dan debit yang tersedia.
c.
Kecepatan (putaran) turbin yang akan ditransmisikan ke
generator. Sebagai contoh untuk sistem transmisi direct couple antara
generator dengan turbin pada head rendah, sebuah turbin reaksi
8
(propeller) dapat mencapai putaran yang diinginkan, sementara
turbin pelton dan crossflow berputar sangat lambat (low speed) yang
akan menyebabkan sistem tidak beroperasi.
2.3. Transmisi Daya Mekanik
Transmisi daya berperan untuk menyalurkan daya dari poros turbin ke
poros generator. Elemen-elemen transmisi daya yang digunakan terdiri dari :
sabuk (belt), pulley, kopling dan bantalan (bearing).
Belt berfungsi untuk menyalurkan daya dari poros turbin ke poros
generator. Belt harus cukup tegang sesuai dengan jenis dan ukurannya. Pulley
berfungsi untuk menaikkan putaran sehingga putaran generator sesuai dengan
putaran daerah kerjanya. Sedangkan kopling, bantalan dan cone clamp
merupakan komponen/elemen pendukung.
Secara umum sistem transmisi daya dapat dikelompokkan menjadi :
Sistem transmisi daya tidak langsung (indirect drives), dalam hal ini
menggunakan belt.
9
Sabuk dipakai untuk memindahkan daya antara dua poros yang
sejajar. Pemilihan jenis sabuk bergantung pada besar kecilnya daya
yang akan ditransmisikan.
Sabuk memainkan peranan yang penting dalam menyerap beban kejut
dan meredam pengaruh getaran. Sabuk yang digunakan umumnya
jenis flat belt dan V-belt (vee velt).
Flat belt banyak digunakan pada sistem transmisi daya mekanik untuk
mikrohidro dengan daya yang besar. V-belt digunakan pada instalasi
PLTMH dengan daya di bawah 20 kW. Penggunaan sistem transmisi
sabuk ini memerlukan komponen pendukung seperti : pulley, bantalan
beserta asesorisnya dan kopling.
Pada sistem transmisi daya dengan sabuk, putaran turbin dan
generator yang dihubungkan dapat berbeda atau dengan kata lain ada
rasio putaran. Dengan demikian range generator yang akan digunakan
lebih luas dan bervariasi.
Transmisi adalah komponen yang menghubungkan antara turbin dan
generator. Sistem ini hanya memiliki dua sistem yaitu menggunakan belt,
atau langsung di kopel dan biasanya menggunakan gearbox.
Gambar.
2.4.
Generator
10
a. Pemilihan Jenis Arus Listrik : Arus Bolak Balik (AC)
Pada umumnya tegangan yang keluar dari PLTMH adalah arus bolakbalik AC/Alternating Current) dapat juga searah (DC, direct current).
Tegangan AC dapat diubah menjadi tegangan tinggi secara mudah dan
murah dengan menggunakan transformator. Dengan demikian energi
listriknya dapat ditransmisikan pada jarak yang cukup jauh dari rumah
pembangkit (power house) sehingga lebih ekonomis, rugi-rugi
transmisinya dapat diminimalkan. Keuntungan lain dari penggunaan
arus AC ialah konstruksi generator AC yang lebih sederhana.
Arus AC menuntut frekuensi sistem tetap konstan, terutama jika
menggunakan motor induksi sebagai generator. Untuk itu diperlukan
pengaturan kecepatan putar generator di samping pengatur tegangan
(voltage regulator).
Pada prakteknya, kombinasi pengadaan tenaga listrik AC dan DC
merupakan pilihan yang baik. Penyimpanan tenaga listrik AC ke
baterai-baterai (accumulator) memberikan alternatif lain bagi
masyarakat yang tidak terjangkau oleh jaringan listrik PLTMH untuk
dapat menikmati penerangan, televisi, radio atau penerapan lainnya
yang memerlukan tenaga listrik dalam jumlah kecil.
Frekuensi yang dipakai untuk arus AC adalah 50 Hz. Tegangan standar
yang dihasilkan adalah 110 V dan/atau 240 V untuk generator satu
fasa, serta 240/415 V untuk generator tiga fasa.
b. Penentuan Sistem Satu Fasa atau Sistem Tiga Fasa
Pada dasarnya sistem satu fasa ini hampir sama dengan rangkaian DC.
Keuntungan sistem satu fasa adalah :
Sistem pengaturan beban (ELC) untuk satu fasa atau lebih murah
11
Sistem tiga fasa pada dasarnya terdiri dari tiga buah sistem satu fasa
dengan satu buah penghantar netral untuk pengubahan arus. Dalam
pelaksanaan/ praktek ada 2 cara membuat hubungan pada sistem tiga
fasa yaitu :
Tiga hantaran kawat fasa (merah, kunig, biru) dan satu hantaran
kawal nol (hitam)
12
mendapatkan perlengkapan instalasi listrik yang diperlukan.
Umumnya untuk kapasitas di bawah 5 kW menggunakan sistem satu
fasa dan untuk kapasitas di atas 5 kW menggunakan sistem tiga fasa.
Bila sistem tiga fasa akan digunakan perlu dipertimbangkan batasan
agar saat sistem beban satu fasa dihubungkan tetap diperoleh
keseimbangan. Semua sistem beban satu fasa (rumah tangga) dapat
dihubungkan ke salah satu fasa dari jala-jala sistem tiga fasa.
c. Perhitungan Daya Arus Bolak-Balik dan Faktor Daya
Besarnya daya listrik yang dipakai oleh suatu alat listrik ditentukan
oleh besarnya tegangan (V) dan arus listrik (l) yang mengalir di dalam
listrik tersebut. Daya sesungguhnya yang terpakai (P) adalah :
P = E x ICos
Di mana :
P
Exl
Cos
= faktor daya, Pf
13
= jumlah kutub
14
1) Pemilihan Generator Sinkron
Kapasitas sebuah generator dinyatakan dalam Volt-Ampere atau
VA. Sebuah generator harus memiliki kapasitas (Volt-Ampere) yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan pada saat beban maksimum.
Dengan memperhatikan rugi-rugi generator serta untuk menjamin
kinerja generator maka perlu adanya faktor keamanan, biasanya
25%.
Jadi untuk memenuhi kebutuhan (beban) sebesar 100 kVA
dipergunakan generator 125 kVA. Bila akan digunakan pengontrol
beban (ELC, Electronic Load Controller) maka kapasitas daya
tambahan (ekstra) sebesar 60%. Di samping itu perlu
dipertimbangkan kemungkinan bertambahnya baban akibat adanya
penambahan permintaan suplai listrik.
Efisiensi generator sinkron umumnya meningkat sebanding dengan
kapasitasnya, dari 65% untuk daya 1 kVA sampai 90% untuk daya 20
kVA. Generator yang dipakai disesuaikan dengan sistem arus
bolak-balik yang dipilih, apakah sistem satu fasa atau tiga fasa.
2) Generator Asinkron
Penggunaan generator asinkron (generator induksi) sebagai
pembangkit listrik pada PLTMH dengan kapasitas yang kecil lebih
reliable (handal) dibandingkan bila menggunakan generator
sinkron. Biasanya sebagai generator asinkron digunakan motor
induksi.
Sistem IMAG (asynchronous) jika dibandingkan dengan sistem
syncronouse (generator sinkron) memiliki beberapa keunggulan
yang sangat berarti untuk proyek-proyek PLTMH, terutama dengan
kapasitas sampai 30 kW. Keunggulan utamanya antara lain :
15
Motor tiga fasa dapat dipasang dengan sistem satu fasa tanpa
perubahan apapun pada motor
16
3) Karakteristik Generator Induksi (IMAG)
Motor induksi umumnya berputar dengan kecepatan konstan
mendekati kecepatan sinkronnya. Perubahan beban pada motor
induksi mempengaruhi putaran motor induksi. Akibatnya akan
terjadi perubahan frekuensi yang menimbulkan tenaga listrik.
Pada generator induksi (IMAG). Tegangan akan turun dengan cepat
pada saat beban bertambah, sehingga perlu adanya pengaturan
tegangan dan putaran. Saat ini untuk instalasi mikrohidro, dengan
menggunakan motor induksi sebagai generator, tersedia sistem
pengaturan IGC (Induction Generator Controller). Pada saat motor
induksi digunakan sebagai generator, tegangan yang dihasilkan
umumnya 10% lebih rendah dari tegangan yang diperlukan untuk
mengoperasikannya sebagai motor listrik dengan frekuensi yang
sama.
2.5. Sistem Kontrol
Frekuensi dan tegangan listrik yang dihasilkan oleh generator dipengaruhi
oleh kecepatan putar generator. Perubahan kecepatan putar generator akan
menimbulkan perubahan frekuensi dan tegangan listrik. Pada batas-batas
tertentu perubahan tersebut tidak membahayakan.
Tujuan pengontrolan pada PLTMH adalah untuk menjaga sistem elektrik
dan mesin agar selalu berada pada daerah kerja yang diperbolehkan. Semua
peralatan listrik didesain untuk beroperasi pada frekuensi dan tegangan
tertentu. Bila beroperasi pada frekuensi dan tegangan yang berbeda dapat
mengakibatkan peralatan listrik cepat rusak. Misalnya : pada malam hari 90%
rumah mematikan lampu, maka beban mikrohidro menjadi turun. Hal ini akan
mengakibatkan roda gerak berputar lebih cepat (run away speed). Akibatnya
frekuensi listrik akan naik dan bila terlalu tinggi akan merusak alat-alat
elektronik yang digunakan di rumah-rumah.
Sistem pengontrolan pada mikrohidro meliputi :
a. Pengontrolan aliran air yang memasuki turbin
b. Pengontrolan beban / daya listrik.
17
Mekanisme pengontrolannya dapat berlangsung secara manual, otomatis
atau semi otomatis. Sistem pengaturan yang banyak dipakai pada PLTMH
adalah sistem kontrol semi otomatis (load controller) yang relatif murah
dibandingkan dengan sistem kontrol otomatis. Bagian utama dari sistem
kontrol ini terdari dari panel kontrol dan ballast load. Prinsip pengaturannya
adalah menyeimbangkan antara daya yang dihasilkan oleh generator dengan
beban (daya) konsumen. Pada saat beban konsumen berkurang, kelebihan daya
yang dihasilkan generator akan dipindahkan ke ballast load sehingga beban
total pada generator tidak berubah.
Beberapa system pada PLTMH yang banyak digunakan adalah :
a. Instalasi PLTMH dengan kapasitas daya kurang dari 1 kW, sistem
pengaturan/kontrol dapat dilakukan secara manual.
b. IGC (Induction Generator Controller), sistem pengaturan beban untuk
menggunakan motor induksi sebagai generator (IMAG). Sistem ini
dapat digunakan untuk kapasitas daya kurang dari 50 kW.
c. ELC (Electronic Load Controller), sistem pengaturan beban untuk
generator sinkron umumnya digunakan untuk kapasitas daya diatas 50
kW.
d. DTC System (Digital Turbin Control System), sistem pengaturan turbin
secara otomatis sehingga memungkinkan untuk dihubungkan dengan
jaringan PLN.
Sistem kontrol tersebut khususnya IGC dan ELC telah dapat difabrikasi
secara lokal dan terbukti handal pada penggunaan di banyak PLTMH. Sistem
kontrol ini terintegrasi pada panel kontrol (switch gear). Fasilitas operasi panel
kontrol minimal terdiri dari :
a. Kontrol start/stop, baik otomatis, semi otomatis maupun manual
b. Stop/berhenti secara otomatis
c. Trip stop (berhenti pada keadaan gangguan : over under voltage, over
under frequency
d. Emergency shut down, bila terjadi gangguan listrik (misal arus lebih).
2.6. Pentanahan
18
Instalasi perumahan merupakan bagian terpenting di dalam pembangunan
suatu pembangkit dikarenakan hal ini juga dapat mengganggu sistem jika
instalasi perumahan (konsumen) tidak benar. Instalasi perumahan hendaknya
mengacu pada PUIL (Peraturan Umum Instalasi Listrik) yang merupakan standar
wajib yang harus diikuti sebagai acuan yang telah disahkan oleh pemerintahan
dan merupakan Standar Nasional Indonesia (SNI). Yang perlu diperhatikan di
dalam penginstalasian listrik perumahan hendaknya mengacu pada Aman,
Andal dan Akrab Lingkungan.
Masalah pentanahan merupakan salah satu faktor penting di dalam
pelistrikan seperti pada instalasi pembangkit, sistem transmisi dan distribusi.
Pentanahan berhubungan erat dengan perlindungan suatu sistem berikut semua
perlengkapannya. Pengusahaan pentanahan berarti mengusahakan agar arus
gangguan yang timbul pada saat tertentu, mengalir masuk tanah sehingga tidak
merusak peralatan listrik yang ada. Dalam pelaksanaannya pentanahan
meliputi :
Penghantar tanah (grounding conductor) berfungsi menghubungkan peralatan sistem yang akan ditanahkan ke bus tanah atau
elektroda tanah.
19
b. Bahan-bahan Elektroda
Syarat-syarat utama bahan elektroda diantaranya adalah :
20
c. Hantaran Pentanahan
Hantaran pentanahan ialah hantaran yang menghubungkan bagian
yang harus ditanahkan dengan elektroda pentanahan. Luas
penampang minimum untuk hantaran :
1) Untuk hantaran dengan perlindungan mekanis yang kokoh :
Hantaran tembaga
Hantaran aluminium
: 1,5 mm2
: 2,5 m2
Hantaran tembaga
: 4 mm2
21
22
BAB 3
KETENTUAN UMUM DAN STANDAR INSTALASI
JARINGAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI
3.1.
Penerapan
Dipakai secara umum
Digunakan pada area dimana akses
untuk mesin-mesin besar sulit
Digunakan pada area dimana akses
untuk mesin-mesin besar sulit
23
Jarak bebas minimum konduktor dari atas tanah yang diijinkan
dengan kriteria sebagai berikut :
Ketinggian konduktor di atas tanah
Memotong jalan
Sepanjang jalan
Tempat lain
20 kV
6.5 M
6.0 M
6.0 M
Tegangan Rendah
4.0 M
4.0 M
4.0 M
0.8 M
0.8 M
1.0 M
0.2 M
24
2) mendatar, meliputi : tekanan angin ke tiang, ketidakseimbangan
beban dari panjang bentangan yang tidak sama.
3) samping, meliputi : tekanan angin ke kabel, komponen beban
samping dari tekanan kawat.
c. Konduktor dan kabel
Ukuran konduktor harus dipilih dengan memperhitungkan jumlah
beban sekarang, jumlah beban yang diperkirakan, hubungan
pendek/konsleting, kapasitas arus konduktor,kerugian tegangan,
kerugian daya, kekuatan meknikal. Terlalu banyak ukuran tidak dapat
dipakai untuk percabangan feeder.
Perbandingan kelebihan dan kerugian konduktor dan kabel :
Konduktor
Kabel
Murah
d. Tidak aman
Mudah untuk menyambung tiap konduktor
Aman
Mahal
Dapat utk pemasangan Susah utk menyamdibawah tanah
bung tiap kabel
25
Area suplai dari setiap trafo harus mandiri
Pembatasan kerugian tegangan harus memuaskan pada setiap bagian
dari area suplai.
Kapasitas trafo baru mempertimbangkan pertumbuhan permintaan yang
diharapkan dari area.
Hubungan antara kapasitas trafo dan generator digambarkan sebagai
berikut :
Kapasitas trafo
Kapasitas
generator
5 kVA
< 4 kW
10 kVA
4 kW
8 kW
16 kVA
8 kW
12 .8kW
25 kVA
12.8 kW
20 kW
50 kVA
20 kW 40
kW
Alangkah lebih baik untuk tidak menggunakan sebuah tiang diatap dengan
jalur masuk konsumen. Penggunaaan tiang di atap hanya untuk melayani
sambungan dari rumah ke rumah dan tidak diletakkan pada sisi yang sama
dengan jaringan tegangan rendah, Jarak bebas minimum 3 m untuk
halaman tertutup, 4 m untuk jalan umum. Untuk rumah yang
ketinggiannya kurang dari 3 m diperlukan tiang untuk pencapaian jarak.
Berdasarkan pengalaman, perhitungan kerugian maksimum SR adalah :
Untuk SR mengambil dari Tegangan Rendah kerugian tegangan
maksimum 2%.
Untuk SR yang mengambil langsung dari trafo, kerugian tegangan
maksimum 12%.
26
BAB 4
ESTIMASI BIAYA PENGADAAN PERALATAN
MEKANIKAL ELEKTRIKAL
4.1.
Komponen Biaya
Ballast load
Generator
Aksesoris, suku cadang dan peralatan
Pengesetan dan pemasangan
c. Biaya pengetesan
d. Biaya uji coba (Pre commissioning Trial Run)
e. Biaya jaringan transmisi yang terdiri dari :
Tiang transmisi
Kabel
Trafo (Transformer)
Aksesoris
Saklar (switch)
Aksesoris
27
4.2.
perhitungan
estimasi
biaya,
28
BAB 5
PENYUSUNAN LAPORAN SPESIFIKASI PERALATAN
MEKANIKAL ELEKTRIKAL
29
8. Bab Profil Teknis Lokasi PLTMH
Pada bab ini dijelaskan tentang gambaran teknis berdasarkan data
primer yang telah dilakukan dan didapat seperti : peta topografi
dengan dijelaskan skalanya, data curah hujan atau meteorologi
selama periode tertentu, data hidrologi, peta geologi dengan
skalanya. Menjelaskan pengumpulan data dan informasi primer
berdasarkan survey awal hasil wawancara dengan penduduk.
9. Bab Lokasi dan Desain Kasar Bangunan Sipil PLTMH
Pada bab ini digambarkan layout skema sistem PLTMH dan rencana
posisi bangunan sipil, profil teknis kondisi dan struktur tanahnya yang
mungkin telah didukung analisis berdasarkan pengolahan data hasil
studi pra-kelayakan.
Boleh juga pada bab ini dilengkapi dengan foto/gambar..... dan yang
paling substansi pada bab ini adalah sketsa layout rencana sistem
PLTMH, dan perkiraan potensi daya (kW) yang dapat dihasilkan.
10. Bab Spesifikasi Peralatan Mekanikal Elektrikal
Pada bab ini diuraikan spesifikasi setiap peralatan mekanikal
elektrikal yang akan digunakan untuk memperoleh besar daya
terbangkit yang ingin dicapai. Jika memungkinkan dijelaskan juga
persyaratan standar instalasi dan pengesetan operasinya.
11. Bab Perkiraan Biaya
Pada bab ini menggambarkan profil dari aspek perkiraan biaya,
perkiraan kuantitas,jumlah dan volume serta perkiraan harga satuan
setiap komponen peralatan mekanikal elektrikal sesuai jumlah dan
spesifikasinya, termasuk perkiraan biaya jasa transportasi , instalasi,
pengujian dan komisioning.
Pada bab ini juga dapat juga dijelaskan skema kontribusi sumber
pembiayaan atau kontribusi sumber investasi.
12. Bab Rekomendasi Studi Kelayakan
Pada bab ini disampaikan saran dan rekomendasi review dan beberapa
pengujian menuju tahap kegiatan perencanaan Detal Desain Bangunan
Sipil PLTMH, sebagai suatu syarat desain fasilitas sipil penunjang
operasi PLTMH yang layak.
13. Lampiran-lampiran data, gambar, foto, brosur , referensi
14. Profil Pabrikan sebagi sumber informasi awal perencanaan
spesifikasi..
30
BUKU 2C
BUKU PEDOMAN STUDI KELAYAKAN
MEKANIKAL ELEKTRIKAL
PEMBANGUNAN PLTMH
Jakarta,
Mei 2009
31
32
KATA PENGANTAR
33
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
i
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Maksud dan Tujuan
1.2. Lingkup Kegiatan Studi
1
1
1
BAB 2
2
2
4
8
9
14
15
18
18
20
21
22
22
23
BAB 3
BAB 4
BAB 5
LAMPIRAN
REFERENSI
24