Anda di halaman 1dari 15

ANALISA DATA DAN PENENTUAN MASALAH

Diajukan untuk memenuhi syarat mata kuliah Manajemen keperawatan

KELOMPOK 3 :
Antonius Eko Yunianto
Claudia Olivia
Eurika Helena
Ester Rini Anggiriani
Gregoriana Buke Bataona
LuciaSuci Ramadani
Yohana Ayu Ambarwati

PROGRAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTO BOROMEUS
2015

A. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu
organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang
strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor
kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal
mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threath).
Ada dua macam pendekatan dalam analisis SWOT, yaitu:
1. Pendekatan Kualitatif Matriks SWOT
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana dikembangkan oleh Kearns
menampilkan delapan kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor
eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua kotak sebelah kiri adalah
faktor internal (Kekuatan dan Kelamahan). Empat kotak lainnya merupakan
kotak isu-isu strategis yang timbul sebagai hasil titik pertemua antara faktorfaktor internal dan eksternal.

Keterangan:

Sel A: Comparative Advantages


Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan dan peluang sehingga memberikan
kemungkinan bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih cepat.

Sel B: Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan kekuatan. Di sini harus dilakukan
upaya

mobilisasi

sumber

daya

yang

merupakan

kekuatan

organisasi

untukmemperlunak ancaman dari luar tersebut, bahkan kemudian merubah ancaman


itu menjadi sebuah peluang.

Sel C: Divestment/Investment
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar.
Situasi seperti ini memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur. Peluang yang
tersedia sangat meyakinkan namun tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang
ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan keputusan yang diambil adalah
(melepas peluang yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau memaksakan
menggarap peluang itu (investasi).

Sel D: Damage Control


Sel ini merupaka kondisi yang paling lemahdari semua sel karena merupakan
pertemuan antara kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar, dan karenanya
keputusan yang salah akan membawa bencana yang besar bagi organisasi. Strategi
yang harus diambil adalah Damage Control (mengendalikan kerugian) sehingga tidak
menjadi lebih parah dari yang diperkirakan.
2. Pendekatan Kuantitatif Analisis SWOT
Data SWOT kualitatif di atas dapat dikembangkan secara kuantitaif
melalui perhitungan Analisis SWOT yang dikembangkan oleh Pearce dan
Robinson (1998) agar diketahui secara pasti posisi organisasi yang
sesungguhnya.
Perhitungan yang dilakukan melalui tiga tahap, yaitu:
a. Melakukan perhitungan skor (a) dan bobot (b) point faktor setta jumlah
total perkalian skor dan bobot (c = a x b) pada setiap faktor S-W-O-T;
Menghitung skor (a) masing-masing point faktor dilakukan secara saling
bebas (penilaian terhadap sebuah point faktor tidak boleh dipengaruhi atau
mempengeruhi penilaian terhadap point faktor lainnya. Pilihan rentang
besaran skor sangat menentukan akurasi penilaian namun yang lazim
digunakan adalah dari 1 sampai 10, dengan asumsi nilai 1 berarti skor
yang paling rendah dan 10 berarti skor yang peling tinggi.
Perhitungan bobot (b) masing-masing point faktor dilaksanakan secara
saling ketergantungan. Artinya, penilaian terhadap satu point faktor adalah

dengan membandingkan tingkat kepentingannya dengan point faktor


lainnya. Sehinggaformulasi perhitungannya adalah nilai yang telah didapat
(rentang nilainya sama dengan banyaknya point faktor) dibagi dengan
banyaknya jumlah point faktor).
b. Melakukan pengurangan antara jumlah total faktor S dengan W (d) dan
faktor O dengan T (e); Perolehan angka (d = x) selanjutnya menjadi nilai
atau titik pada sumbu X, sementara perolehan angka (e = y) selanjutnya
menjadi nilai atau titik pada sumbu Y;
c. Mencari posisi organisasi yang ditunjukkan oleh titik (x,y) pada kuadran
SWOT.

Kuadran I (positif, positif)


Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang,
Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam
kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan
ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

Kuadran II (positif, negatif)

Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi


tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Diversifikasi
Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah
tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan
untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenya,
organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

Kuadran III (negatif, positif)


Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat
berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Ubah Strategi, artinya
organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama
dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki
kinerja organisasi.

Kuadran IV (negatif, negatif)


Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah dan menghadapi
tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan,
artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya
organisasi disarankan untuk meenggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja
internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambilterus
berupaya membenahi diri.

Pada analisis Swot ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :
1. Pengisian item internal factor (IFAS) dan eksternal factor (EFAS). Cara pengisian
IFAS dan EFAS disesuaikan dnegan komponen yang ada dalam pengumpulan data.
Data tersebut dibedakan menjadi dua yaitu IFAS yang meliputi aspek kelemahan
(Weakness) dan kekuatan (Strength) dan EFAS yang meliputi aspek peluang
(Opportunity) dan ancaman (Threath).
2. Bobot. Beri bobot masing-masing faktor mulai 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak
penting), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap strategi perusahaan.
3. Peringkat (rating). Hitung peringkat masing-masing faktor dengan memberikan skala
mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (kurang) berdasarkan pengaruh faktor
tersebut. Data peringkat didapatkan berdasarkan hasil pengukuran baik secara

observasi, wawancara, pengukuran langsung. Faktor kekuatan dan peluang


menggambarkan nilai kerja positif, sebaliknya faktor kelemahan dan ancaman
4. menggambarkan nilai kerja yang negatif. Kemudian, bobot dikali dengan peringkat
5. untuk mendapatkan masing-masing nilai faktor.
6. Setelah didapatkan nilai masing-masing faktor, maka untuk mendapatkan nilai IFAS
adalah : kekuatan dikurangi kelemahan (S W) dan EFAS adalah peluang dikurangi
ancaman (O T). Hasil dari nilai IFAS dan EFAS kemudian dimasukkan didalam
diagram layang untuk mengetahui masalah dan strategi perencanaan berdasarkan letak
kuadran.
a. Pada kuadran WO, strategi perencanaan bersifat progresif atau turn around dengan
tujuan meningkatkan kelemahan internal untuk mendapatkan kesempatan atau
peluang.
b. Pada kuadran SO, strategi perencanaan bersifat agresif dengan tujuan
mengembangkan kekuatan internal yang ada untuk mendapatkan peluangyang
lebih dalam menghadapi persaingan.
c. Pada kuadran ST strategi perencanaan bersifat deverisifikasi dengan tujuan
merubah kekuatan internal yang ada untuk mengantisipasi faktor ancaman dari
luar.
d. Pada kuadran WT, strategi perencanaan bersifat bertahan dengan tujuan
mempertahankan eksistensi supaya institusi tetap ada dan dapat menjalankan
fungsinya secara minimal.

No

Analisis SWOT

Bob

Rating

Bobot x Rating

ot
1.

M1 (Kesenangan)
Faktor Internal (PAS)
Kekuatan
a. Sebanyak 62, 5% perawat
menyatakan bahwa
struktur organisasi yang
ada sesuai dengan
kemampuan perawat
b. Sebanyak 61,5% perawat
menyatakan pembagian
tugas sesuai dengan
struktur organisasi yang
ada
c. Sebanyak 76,9% perawat
menyatakan kepala
ruangan sudah optimal
dalam melaksanakan
tugas-tugasnya
d. Jenis ketenagaan di
ruangan
S1 = 2 orang
D3 = 4 orang
SPK = 7 orang
e. Adanya perawat yang
mengikuti seminar dan
workshop
f. Beban kerja perawat di
ruangan tidak terlalu
tinggi
Total
Kelemahan
a. Jumlah perawat belum
sebanding dengan pasien
b. Sebagian perawat belum
memahami peran dan
fungsinya
c. Kurang disiplinnya
pegawai
d. Pembagian tugas masih
belum jelas
e. 5,54% perawat masih
berlatar pendidikan SPK
Total
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang
a. Sebanyak 60% perawat

0,2

0,4

0,1

0,2

0,1

0,3

0,3

0,9

0,13

0,26

0,17

0,51

2,57

0,25

0,5

0,19

0,38

0,2
0,2

3
2

0,6
0,4

0,16

0,32

0,28

S-W =
2,572,2=0,37

2,2

0,84
OT=
2,61- 2,46 =
0,15

0,2

0,6

b.

c.

d.

e.

mempunyai kemauan
untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang
yang lebih tinggi
Rumah sakit memberikan
kebijakan untuk memberi
beasiswa dan pelatihan
bagi perawat ruangan
Sebanyak 60% pasien di
Ruang Internal Wanita
dengan tingkat
ketergantungan minimal
Adanya POS yang
membantu pekerjaan
perawat ruangan
Adanya kebijakan
pemerintah tentang
profesinalisme perawat

Total

Ancaman
a. Ada tuntutan tinggi dari
masyarakat untuk
pelayanan yang lebih
profesionalisme
b. Makin tingginya
kesadaran masyarakat
akan pentingnya
kesehatan
c. Persaingan dengan
masuknya perawat asing
d. Kebijakan pemerintah
tentang Askeskin
e. Rendahnya kesejahteraan
perawat
f. Adanya
pertanggungjawaban
legalitas dengan pasien
Total
M2 (Saran dan Prasarana)
Faktor Internal (IFAS)
Kekuatan
a. Mempunyai saran dan
prasarana untuk pasien
dan tenaga kesehatan
b. Mempunyai peralatan
oksigenasi dan semua
perawat ruangan mampu

0,2

0,4

0,19

0,38

0,13

0,39

2,61

0,17

0,34

0,12

0,24

0,1

0,2

0,15

0,3

0,3

0,9

0,16

0,48

2,46

0,5

0,15

0,3

0,6

S- W =
1,15- 2 =
0,85

menggunakannya
c. Terdapat administrasi
penunjang
d. Tersedianya nurse station
Total
Kelemahan
a. Belum terpakainya sarana
dan prasarana secara
optimal
b. Nurse station belum
termanfaatkan secara
optimal
c. Kurangnya kamar mandi,
ember sampah pasien,
spuit gliserin, satndar
infus,, standar 02 dan
termometer
Total
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang
a. Adanya kesempatan
menambah anggaran
untuk pembelian set
balutan
b. Adanya kesempatan
untuk penggantian alatalat yang tidak layak
pakai
Total
Ancaman
a. Adanya tuntutan yang
tinggi dari masyarakat
untuk melengkapi sarana
dan prasarana
b. Adanya kesenjangan
antara jumlah pasien
dengan peralatan yang
diperlukan
Total
3 M3-METHOD (MAKP)
Penerapan model
Faktor Internal
Kekuatan
a. Sudah ada model asuhan
keperawatan yang

0,1

0,2

0,1
1

0,2
1,5

0,4

0,8

0,3
0,3

2
2

0,6
0,6

0,5

1,5
OT=
2,5 2 = 0,5

0,5

0,5

2,5

0,3
1

0,5

0,4
1

2,5
2

SW=
2,96 3,1 =
0,14
0.3

1,2

b.

c.

d.
e.
f.

digunakan yaitu metode


TIM
Model yang digunakan
sesuai dengan visi dan
misi ruangan
Kebanyakan/ hampir
semua perawat mengerti/
memahami model yang
digunakan dan
menyatakan cocok
dengan model yang ada
Model yang digunakan
cukup efisien
Memiliki standar asuhan
keperawatan
Terlaksananya komunikasi
yang baik antar profesi

Total
Kelemahan
a. Kurangnya kemampuan
perawat dalam
pelaksanaan model yang
telah ada
b. Hanya sedikit perawat
yang mengetahui
kebutuhan perawatan
pasien secara
komprehensif
c. Job yang kadang-kadang
tidak sesuai dengan
lulusan akademik yang
berbeda tingkatannya
(kurang jelas)
d. Kurangnya jumlah tenaga
yang mebantu
optimalisasi penerapan
model yang digunakan
Total
Faktor Eksternal (EFAS)
Peluang
a. Kepercayaan dari pasien
dan masyarakat cukup
baik
b. Adanya kerjasama dengan
institusi klinik-klinik
independen

0,2

0,6

0,14

0,48

0,10

0,20

0,14

0,24

0,12

0,24

2,96

0,4

1,6

0,3

0,9

0,15

0,3

0,15

0,3

3,1

0,5

1,5

0,25

0,25

0,25

0,25

0,2

0,2

OT=
2 1,5 = 0,5

c. Ada kebijakan pemerintah


tentang profesionalisme
Total
Ancaman
a. Persaingan dengan RS lain
b. Tuntutan masyarakat akan
pelayanan yang maksimal
c. Kebebasan pers
mengakibatkan
mudahnya penyebaran
informasi didalam
ruangan ke masyarakat
Total
Dokumentasi Keperawatan
Faktor internal (IFAS)
Kekuatan
a. Tersediannya sarana
prasarana (administrasi
penunjang).
b. Sudah ada sistem
pendokumentasiaan POR
c. Dokumentasi
keperawatan yang
dilakukan meliputi
pengkajian menggunakan
sistem Head to Toe dan
ROS, serta diagnosis
keperawatan sampai
dengan evaluasi dengan
menggunakan SOAP
d. Format pengkajian sudah
udahkan ada dan dapat
memudahkan perawat
dalam pengkajian dan
pengisiannya.
e. Sebanyak 72,7 % perawat
mengatakan mengertian
cara pengisian format
dokumetasi yang
digunakan secara tepat
dan benar.
f. Sebanyak 54,5% perawat
mengatakan melakukan
dokumentasi segera
setelah melakukan

0,5

1,0

0,3

0,3

1,5

0,2

0,4

0,13

0,26

0,25

0,75

0,15

0,3

0,17

0,24

0,05

0,1

0,05

0,1

2,15

S -W = 2,15
2,35 = -0,2

tindakan.
g. Sebanyak 72,7% perawat
mengatakan format yang
digunakan sangat
membantu dalam
melakukan pengkajian
pada pasien.
Total

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Ketenagaan (M1)
a. Jumlah perawat masih belum sebanding dengan jumlah pasien
b. Sebagian perawat belum memahami peran dan fungsi nya

c. Kurang disiplinnya pegawai


d. Pembagian tugas masih belum jelas
e. 5,54% perawat masih berlatar pendidikan SPK
2. Sarana dan Prasarana (M2)
a. Belum terpakainya sarana dan prasarana
b. Nurse stasion belum termanfaatkan secara optimal
c. Kurangnya kamar mandi, ember sampah pasien, spuit, gliserin, tiang infus,
standar 02, dan termometer
3. Metode (M3)
a. Penerapan MAKP
1) Kurangnya kemampuan perawat dalam pelaksanaan model yang telah ada
2) Hanya sedikit perawat yang mengetahui kebutuhna perawatan pasien secara
komprehensif
3) Job yang kadang-kadang tidak sesuai dengan lulusan akademik yang berbeda
tingkatannya (kurang jelas)
4) Kurangnya jumlah tenaga yang membantu optimalisasi penerapan model yang
digunakan
b. Ronde keperawatan
1) Ronde keperawatan adalah kegiatan yang belum dapat dilaksanakan secara
optimal di ruangan.
2) Tim yang dibentuk belum mampu dalam pelaksanaan ronde dan penyelesaian
tugas
3) Jumlah perawat tidak seimbang dengan jumlah pasien
c. Sentralisasiobat
1) Pelaksanaan sentralisasi obat belum optimal
2) Selama ini format yang ada masih obat oral dan injeksi, dan yang lain
tercampur pada salah satu dari keduanya.
3) Selama ini belum ada format persetujuan sentralisasi obat untuk pasien
4) Alat-alat kesehatan hanya sebagian ada dengan jumlah terbatas
5) Teknik sentralisasi obat belum jelas.
d. Supervisi
1) Belum ada program yang jelas tentang supervisi
2) Belum mempunyai format yang baku dalam pelaksanaan supervisi
3) Kurangnya program pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi
e. Dokumentasi keperawatan
1) Sistem pendokumentasian masih dilakukan secara manual (belum ada
komputerisasi)
2) Belum semua tindakan perawat didokumentasikan
3) Pendokumentasian tidak segera dilakukan setelah melakukan tindakan tetapi
kadang-kadang dilengkapi saat pasien mau pulang atau apabila keadaan
ruangan memugkinkan.
4) Catatan perkembangan pasien kurang berkesinambungan dan kurang lengkap
5) Respon pasien kurang terpantau dalam lembar evaluasi
6) Dari 20 rekam medis pasien yang ada, hanya 12 rekam medis yang ditulis
dengan lengkap dan tepat waktu

7) Enam perawat (54,5%) mengatakan model dokumentasi yang digunakan


menambah beban kerja perawat dan lima perawat (45,4%) mengatakan model
dokumentasi yang digunakan menyita banyak waktu perawat

4. Mutu (M5)
a. Keselamatan pasien
b. Kepuasan pasien
c. Kecemasan pasien
d. Kenyamanan (nyeri)
e. Perawatan diri
f. Pengetahuan pasien

DAFTAR PUSTAKA

Marimin. 2004. Teknik Dan Aplikasi Pengambilan Keputusam Kriteria Majemuk. Jakarta :
Grasindo
Nursalam. 2013. Manajemen Keperawatan : Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika

Hutabarat, Jemsly & Martani Huseini. 2006. Proses, Formasi, Implementasi, Manajemen
Startegi Kontemporer : Opresional Strategi. Jakarta : Elex Media Kompeterindo

Anda mungkin juga menyukai