(DIC)
TUGAS REFFERAT
KEGAWATDARURATAN DALAM KEBIDANAN DAN NEONATAL
OLEH :
RAHMADONA
BP. 1121228046
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT, karena berkat
karunia Nya lah penulis dapat menyelesaikan tugas refferat ini.
Adapun tujuan dari pembuatan refferat ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas dari mata kuliah Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan dan Neonatal dengan topic
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)
Dalam pembuatan refferat ini tidak terlepas dari bimbingan, ataupun bantuan dari
dosen pembimbing. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis sampaikan ucapan
terimakasih kepada dosen pembimbing serta semua pihak yang ikut membantu penulis
dalam penyusunan makalah sederhana ini.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan di masa yang akan dating.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya
bagi pembaca. Akhir kata penulis sampaikan ucapan terima kasih.
Padang,
Desember 2011
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Disseminated
Intravascular
Coagulation
(DIC)
merupakan
salah
satu
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1. Pengertian DIC
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah kelainan
trombohemoragik sistemik kompleks yang mempengaruhi penurunan fibrin
intravascular dan konsumsi prokoagulan dan platelet, yang secara klinis
dikarakteristikkan sebagai koagulasi intravascular dan perdarahan (Becker. J.U,
2011)
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana
terdapat bekuan-bekuan darah kecil di seluruh aliran darah, menyebabkan
penyumbatan pada pembuluh darah kecil dan berkurangnya factor pembekuan
yang diperlukan untuk mengendalikan perdarahan. (Razi, 2009)
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah hiperaktivasi koagulasi
yang menyebabkan terbentuknya bekuan fibrin intravaskuler dan pembentukan
sumbat trombosit yang parah di pembuluh darah kecil dan menengah (Levi dan
Cate, 1999)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa DIC
adalah suatu sindrom dimana factor pembekuan darah berkurang sehingga
terbentuk bekuan-bekuan darah yang tersebar di seluruh tubuh.
b. Kerusakan pada sel endotelial membuka kolagen utama kedalam plasma dan
mengaktifkan faktor koagulasi. Contoh untuk kasus ini adalah Eklamsia dan
preeclampsia
c. Kerusakan pada sel darah merah dan trombosit melepaskan pospolipid.
Hal ini terjadi pada reaksi transfusi.
d. Kesalahan memperkirakan jumlah perdarahan pada persalinan dengan
cairan pengganti yang tidak adekuat dengan kristaloid atau koloid
menyebabkan terjadinya vasospasme, menyebabkan kerusakan endotel, dan
memicu terjadinya DIC. Hipotensi menurunkan perfusi sehingga terjadi
hipoksia lokal dan asidosis pada tingkat jaringan memicu terjadinya DIC. DIC
bisa dihindari dengan mengganti cairan yang cukup, meskipun pada anemia
yang berat.
DIC mengarah pada pembentukan bekuan darah kecil di dalam pembuluh
darah ke seluruh tubuh. Sebagai gumpalan kecil mengkonsumsi protein
koagulasi dan trombosit, koagulasi normal terganggu dan terjadi perdarahan
abnormal dari kulit (misalnya dari situs dimana sampel darah diambil ), saluran
pencernaan, saluran pernapasan dan luka bedah. Gumpalan kecil juga
mengganggu aliran darah normal untuk organ (seperti ginjal), yang dapat
mengalami Kerusakan fungsi sebagai hasilnya.
DIC dapat terjadi akut tetapi juga pada dasar, lambat kronis, tergantung
pada masalah yang mendasari. Hal ini umum dalam sakit kritis, dan dapat
berpartisipasi dalam pengembangan kegagalan organ multiple, yang dapat
menyebabkan kematian.
2.
3.
4.
5.
4. PATOFISIOLOGI DIC
Patofisiologi 1: Consumptive coagulopathy
Pada prinsipnya DIC dapat dikenali jika terdapat aktivasi sistem
pembekuan darah secara sistemik. Trombosit yang menurun terus-menerus,
komponen fibrin bebas yang terus berkurang, disertai tanda-tanda perdarahan
merupakan tanda dasar yang mengarah kecurigaan ke DIC. Karena dipicu
penyakit/trauma berat, akan terjadi aktivasi pembekuan darah, terbentuk fibrin
dan deposisi dalam pembuluh darah, sehingga menyebabkan trombus
mikrovaskular pada berbagai organ yang mengarah pada kegagalan fungsi
berbagai organ. Akibat koagulasi protein dan platelet tersebut, akan terjadi
komplikasi perdarahan.
Karena terdapat deposisi fibrin, secara otomatis tubuh akan mengaktivasi
sistem fibrinolitik yang menyebabkan terjadi bekuan intravaskular. Dalam
sebagian kasus, terjadinya fibrinolisis (akibat pemakaian alfa2-antiplasmin) juga
justru dapat menyebabkan perdarahan. Karenanya, pasien dengan DIC dapat
menyebabkan
gangguan
fibrinolisis,
akibatnya
endapan
fibrin
pembekuan
darah,
banyak
pula
penyakit
yang
akhirnya
dapat
menyebabkan kelainan ini. Garis start jalur pembekuan darah ialah tersedianya
protrombin (diproduksi di hati) kemudian diaktivasi oleh faktor-faktor pembekuan
darah, sampai garis akhir terbentuknya trombin sebagai tanda telah terjadi
pembekuan darah.
Pembentukan trombin dapat dideteksi saat tiga hingga lima jam setelah
terjadinya bakteremia atau endotoksemia melalui mekanisme antigen-antibodi.
Faktor koagulasi yang relatif mayor untuk dikenal ialah sistem VII(a) yang
memulai pembentukan trombin, jalur ini dikenal dengan nama jalur ekstrinsik.
Aktivasi pembekuan darah sangat dikendalikan oleh faktor-faktor itu sendiri,
terutama pada jalur ekstrinsik.
Jalur
intrinsik
tidak
terlalu
memegang
peranan
penting
dalam
pembentukan trombin. Faktor pembekuan darah itu sendiri berasal dari sel-sel
mononuklear dan sel-sel endotelial. Sebagian penelitian juga mengungkapkan
bahwa faktor ini dihasilkan juga dari sel-sel polimorfonuklear.
Kelainan fungsi jalur-jalur alami pembekuan darah yang mengatur aktivasi
faktor-faktor pembekuan darah dapat melipatgandakan pembentukan trombin
dan ikut andil dalam membentuk fibrin. Kadar inhibitor trombin, antitrombin III,
terdeteksi menurun di plasma pasien DIC.
Penurunan kadar ini disebabkan kombinasi dari konsumsi pada
pembentukan trombin, degradasi oleh enzim elastasi, sebuah substansi yang
dilepaskan oleh netrofil yang teraktivasi serta sintesis yang abnormal. Besarnya
kadar antitrombin III pada pasien DIC berhubungan dengan peningkatan
mortalitas pasien tersebut. Antitrombin III yang rendah juga diduga berperan
sebagai biang keladi terjadinya DIC hingga mencapai gagal organ.
Berkaitan dengan rendahnya kadar antitrombin III, dapat pula terjadi
depresi sistem protein C sebagai antikoagulasi alamiah. Kelainan jalur protein C
ini disebabkan down regulation trombomodulin akibat sitokin proinflamatori dari
sel-sel endotelial, misalnya tumor necrosis factor-alpha (TNF-) dan interleukin
1b (IL-1b).
Keadaan ini dibarengi rendahnya zimogen pembentuk protein C akan
menyebabkan total protein C menjadi sangat rendah, sehingga bekuan darah
akan
terus menumpuk.
Berbagai penelitian
pada
hewan
(tikus) telah
Senyawa ini dinamakan tissue factor pathway inhibitor (TFPI). Kerja senyawa ini
memblok pembentukan faktor pembekuan (bukan memblok jalur pembekuan itu
sendiri), sehingga kadar senyawa ini dalam plasma sangatlah kecil, namanya
pun jarang sekali kita kenal dalam buku teks.
Pada penelitian dengan menambahkan TFPI rekombinan ke dalam
plasma, sehingga kadar TFPI dalam tubuh jadi meningkat dari angka normal,
ternyata akan menurunkan mortalitas akibat infeksi dan inflamasi sistemik. Tidak
banyak pengaruh senyawa ini pada DIC, namun sebagai senyawa yang
mempengaruhi
faktor
pembekuan
darah,
TFPI
dapat
dijadikan
bahan
10
Platelet
Activation
Konsumsi
Platelet
Tissue Factor
Sistem Fibrinolisis
Plasmin
Coagulation Cascade
Thrombin
Protrombin
Fibrinogen
Fibrin
FDP
Trombositopenia
Konsumsi Faktor
Pembeku
Defisiensi factor
pembeku
Koagulation
Disseminata
Anti Koagulan
Trombosis
Multiple Organ
Failure
BLEEDING
Skema : Patofisiologi DIC
11
5. ETIOLOGI DIC
DIC AKUT
a. Obstetri :
Pre eklamsi/Eklamsi
Abortus
Ruptur uteri
Perdarahan Postpartum
b. Hematologi
Hemolisis berat
Leukemia
Haemofilia
c. Infeksi
Parasit : malaria
d. Trauma
e. Luka bakar
f. Kelainan vascular
DIC KRONIK
a. Keganasan
b. Penyakit Kardiovaskular
c. Penyakit Auto imun
d. Penyakit ginjal menahun
12
6. PREDISPOSISI DIC
Easy Bruising
Perdarahan organ
Pada kasus obstetric terjadi perdarahan aktif pada luka bekas operasi dan
perdarahan postpartum
13
Gambar 1. Epistaksis
Gambar 2. Petechiae
Gambar 3. Echymosis
8. DIAGNOSIS DIC
Diagnosis terhadap DIC didasarkan pada gejala fisik dan tes laboratorium.
Kewaspadaan terhadap kondisi yang dapat menimbulkan DIC penting dilakukan,
mengingat pentingnya kecepatan diagnosis DIC, dan kurangnya fasilitas
laboratorium yang lengkap menyebabkan tidak dilakukannya tes kelainan
hematologi definitif.
Tes Pembentukan bekuan darah merupakan tes yang mudah dikerjakan.
Hasil yang abnormal menunjukkan adanya abnormalitas menyeluruh dari sistem
koagulasi. Tes ini dikerjakan dengan mengambil 5 ml darah dalam tabung gelas
(atau dalam spuit injeksi), balikkan tabung tiga atau empat kali dan amati
14
Skor :
Trombosit
: >100.000/mm3
:0
: 50.000-100.000/mm3
:1
: <50.000/mm3
:2
:0
15
:2
:1
:0
: 4-6 detik
:1
: > 6 detik
:2
Fibrinogen
: > 100 mg/dl
:0
:1
16
9. TERAPI DIC
Tidak ada penatalaksanaan khusus untuk DIC selain mengobati penyakit
yang mendasarinya, misalnya jika karena infeksi, maka antibiotik diperlukan
untuk fase akut, sedangkan jika karena komplikasi obstetrik, maka janin harus
dilahirkan secepatnya.
Transfusi trombosit dan komponen plasma hanya diberikan jika keadaan
pasien sudah sangat buruk dengan trombositopenia berat dengan perdarahan
masif, memerlukan tindakan invasif, atau memiliki risiko komplikasi perdarahan.
Terbatasnya
syarat
transfusi
ini
berdasarkan
pemikiran
bahwa
17
Terapi logis kedepan yang bisa dipikirkan pada kasus DIC adalah
penghambatan aktifitas faktor jaringan. Salah satu penghambatnya adalah
nematode rekombinan antikoagulan protein C2, yang merupakan inhibitor
spesifik yang kuat terhadap pembentukan komplek dari faktor jaringan dan faktor
VII a dengan faktor Xa.
18
19
BAB III
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
A.V Hoffgrand, J.E Petlit, P.A.H, 2005, Kapita Selekta Hematologi Edisi 4, EGC, Jakarta
Guyton dan Hall, 2010, Fisiologi Kedokteran Edisi 11, EGC, Jakarta
Levi. Marcel dan Cate. Hugo, 1999, Disseminated Intravascular Coagulation. The New
England Journal Of Medicine. http://www.nejm/DIC/htm.doc. Tanggal 5
Desember 2011