Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada proyek konstruksi yang semakin berkembang itu pasti akan diikuti dengan
implementasi teknologi peralatan lebih canggih yang pasti akan membantu kelancaran
pelaksanaan. Alat yang banyak digunakan dalam proyek konstruksi saat ini adalah
agigator truck.
Semakin berkembangnya proyek konstruksi bangunan tinggi, membuat
kebutuhan akan agigator truck di sebuah proyek menjadi sangat penting. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan/produktivitas agigator truck pada suatu proyek.
Pelaksanaan pekerjaan konstruksi (construction operation) memberikan beberapa
pengertian antara lain menurut Suharto, Iman, (2000), adalah kegiatan pembangunan
yang harus diselesaikan berdasarkan anggaran dan jadwal yang telah ditentukan dan
terdiri dari bermacam-macam kegiatan yang memerlukan berbagai macam disiplin ilmu.
Sedangkan menurut Arditi, D.,1989, pelaksanaan konstruksi perlu memperhatikan
parameter-parameter antara lain anggaran biaya, jadwal dan mutu produk sebagai
parameter penting bagi penyelenggaraan proyek dan telah ditentukan sejak awal proyek
berlangsung. Construction operation berarti pencapaian sebuah akhir produksi dan dapat
berulang di masa depan. ( Halpin, et.al, 1992 ).
Suatu proyek dikatakan sukses apabila kontraktor berhasil mendapatkan laba
maksimum dan owner mendapatkan hasil yang memuaskan serta tepat waktu dalam
penyelesaiannya (Nunnaly, S.W., 2000). Salah satu yang menentukan kesuksesan suatu
proyek adalah produktivitas. Produktivitas memiliki bermacam macam arti, masing
masing bidang pengetahuan memiliki pengertian yang berlainan tentang produktivitas,
adapun berbagai macam pengertian produktivitas adalah sebagai berikut: Kamus Besar
Bahasa Indonesia mendefinisikan produktivitas sebagai kemampuan untuk
menghasilkan sesuatu. Sedangkan
Kosmatka S.H. (1992) menyatakan bahwa
produktivitas adalah rasio antara kegiatan (output) dan masukan (input).
Untuk proses pemerataan beton cair itu dilakukan setelah beton tersebut
dipompakan dari truk mixer ke lapangan. Proses pemompaan dilakukan sesuai dengan
urutan angka pada denah di atas. Untuk meratakan beton cair tersebut dibutuhkan waktu
dan tenaga manusia, oleh karena dalam 1 segmen bisa dibagi menjadi beberapa bagian
agar proses perataan dapat berjalan dengan cepat dan baik. Dengan jumlah pekerja 15
orang dengan efektif dapat meratakan dengan cepat beton cair seluas 2,5 3,0 m2
untuk sekali pemompaan. Dengan plat setebal 20 cm maka sekali memompa concrete
pump dapat membawa 0,5-0,6 m3.
1.2. Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara spesifik
mengenai agitator Truck yang digunakan di beberapa industri.

Tujuan Khusus
1. Mengetahui dasar hukum.
2. Mengetahui prinsip dasar cara kerjanya.
3. Mengindentifikasi potensi bahaya.
1.3. Ruang Lingkup Materi
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dasar hukum, prinsip dasar cara
kerjanya, dan mengindentifikasi potensi bahaya.
1.4. Manfaat Bagi Pembaca
1. Pembaca dapat mengetaui prinsip kerja serta fungsi dari Agitator Truck.
2. Membuat pembaca mengerti perundangundangan yang terkait dalam peraturan
pemerintah.
3. Pembaca mengetahui potensi bahaya yang ada dalam proyek pembangunan di
lapangan.
4. Pembaca dapat mengetahui batas maksimum muatan yang ada pada Agitator Truck.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Landasan Teori

Agitator truck adalah suatu kendaraan truk khusus yang dilengkapi dengan
concrete mixer yang fungsinya mengaduk/mencampur campuran beton ready mix, sama
dengan alat molen. Agitator truck digunakan untuk mengangkut adukan beton ready mix
dari tempat pencampuran beton ke lokasi proyek. Selama pengangkutan, mixer terus
berputar dengan kecepatan 8-12 putaran per menit agar beton tetap homogen dan beton
tidak mengeras. Agitator truck ini secara sederhana adalah sebagai berikut.
Dalam drum terdapat bilah-bilah baja,ketika dalam perjalanan menuju lokasi
proyek, drum ini berputar perlahan-lahan berlawanan putaran jarum jam sehingga
adukan mengarah kedalam. Perputaran di dalam bertujuan agar tidak terjadi pergeseran
ataupun pemisahan agregat sehingga adukan tetap homogen. Dengan demikian, mutu
beton akan selalu terjaga sesuai dengan kebutuhan rencana.Ketika sampai di lokasi
proyek dan pengecoran berlangsung, arah putaran drum dibalikkan searah putaran jarum
jam dan percepatan putaran diperbesar sehingga adukan beton keluar. Proses pengiriman
beton ready mix diatur dengan memperhatikan jarak, kondisi lalu lintas, cuaca, dan suhu,
karena hal-hal tersebut dapat mempengaruhi waktu dalam pelaksanaan pekerjaan
pengecoran. Pada proyek ini pengadaan concrete mixer truck menjadi tanggung jawab
penyedia ready mix.
Konstruksi beton
Perencanaan konstruksi beton harus mengikuti:
(1) SNI 03-1734-1989 Tata cara perencanaan beton dan struktur dinding
bertulang untuk rumah dan gedung, atau edisi terbaru;
(2) SNI 03-2847-1992 Tata cara penghitungan struktur beton untuk bangunan
gedung, atau edisi terbaru;
(3) SNI 03-3430-1994 Tata cara perencanaan dinding struktur pasangan blok
beton berongga bertulang untuk bangunan rumah dan gedung, atau edisi
terbaru;

(4) SNI 03-3976-1995 Tata cara pengadukan pengecoran beton, atau edisi
terbaru;
(5) SNI 03-2834-2000 Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal,
atau edisi terbaru; dan
(6) SNI 03-3449-2002 Tata cara rencana pembuatan campuran beton ringan
dengan agregat ringan, atau edisi terbaru.
Sedangkan untuk perencanaan dan pelaksanaan konstruksi beton pracetak dan prategang
harus mengikuti:
(1) Tata Cara Perencanaan dan Pelaksanaan Konstruksi Beton Pracetak dan
Prategang untuk Bangunan Gedung;
(2) Metoda Pengujian dan Penentuan Parameter Perencanaan Tahan Gempa
Konstruksi Beton Pracetak dan Prategang untuk Bangunan Gedung; dan
(3) Spesifikasi Sistem dan Material Konstruksi Beton Pracetak dan Prategang
untuk Bangunan Gedung.
Dalam hal masih ada persyaratan lainnya yang belum tertampung, atau yang belum
mempunyai SNI, digunakan standar baku dan/atau pedoman teknis.

2.2. Perbedaan antara MIXER dan AGITATOR


Mixer

: Alat yg berfungsi melakukan pengadukan antar bahan

Agitator

: Fungsi seperti mixer tapi mempunyai banyak fungsi tambahan


seperti (memasukkan partikel padat ke fluida, dispersi gas sbg
penggelembung dlm liquida, emulsifikasi, dan menaikkan perpidahan
panas antar fluida).

2.3. TAHAPAN DAN CARA PELAKSANAAN

a. Persiapan
pengecoran
membuat
metode,
posisi,
dimensi
cetakan/bekesting,besi tulangan material/peralatan yang arus ditanam dalam
beton dan harus bersih dari kotoran sampah, lumpur, genangan sehingga
benar benar kering. Selain itu kesiapan pengecoran termasuk juga kesiapan
material , peralatan , tenaga kerja dan bila pelaksanaan pengecoran harus
dilaksanakan pada malam hari maka harus disediakan system penerangan
yang memadai dan pengecoran harus dihentikan pada saat hujan kecuali
sebelumnya telah disiapkan cover / terpal tenda. Penempatan material dan
peralatan diusahan berdekatan dengan lokasi pengecoran serta persiapan
persiapan lain yang diperlukan untuk pelaksaan pengecoran.
b. Pengadukan dengan beton mixer kapasitas minimum 0,35 m3 dan tenaga
operator yang handal untuk mengoperasikan peralatan beton mixer. Beton
mixer harus disediakan dalam jumlah yang cukup, peralatan bantu untuk
mengangkut dan mengukur komponen material campuran beton (air, pasir,
kricak, dengan perbandingan volume / isi yang mengacu pada ukuran berat /

volume/ isi zak semen , lama pengadukan harus disesuaikan dengan kapasitas
beton mixer yang dipakai.
c. Transportasi pengadukan harus segera diangkut ke tempat pengecoran
dengan metode yang dipilih tidak boleh menyebabkan terjadinya pemisahan
bahan campuran beton ( segregasi) dan dijaga jangan sampai terjadi
perubahan / naiknya temperature ataupun berubahnya kadar air dalam
adukan. Adukan harus segera dituangkan ke tempat pengecoran/ ccetakan
secepatnya dan lebih daari 30 menit adukan tersebut harus dibuang/
disingkirkan tidak boleh dipakai lagi.
d. Pengecoran dilaksanakan dengan hati hati agar tidak merusak cetakakan /
bekesting dan merubah posisi besi tulangan atau posisi peralatan yang
ditanam dalam beton. Pengecoran dilaksanakan lapis per lapis secara
horizontal diatur sedemikian rupa tidak menimbulkan bidang pelemahan,
setiap lapisan harus dipadatkan dengan mesin penggetar, sehingga menjadi
homogeny dan tidak berongga dan mengisi celah celah diantara besi tulangan
, lamanya divibrator tergantung dari ukuran dan type mesin yang digunakan
sampai permukaan beton.
2.4. Klasifikasi berdasarkan administrasi pemerintahan
Pengelompokan jalan dimaksudkan untuk mewujudkan kepastian hukum
penyelenggaraan jalan sesuai dengan kewenangan Pemerintah dan pemerintah daerah.
Jalan umum menurut statusnya dikelompokkan ke dalam jalan nasional, jalan provinsi,
jalan kabupaten, jalan kota, dan jalan desa.
1. Jalan nasional, merupakan jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan
primer yang menghubungkan antaribukota provinsi, dan jalan strategis nasional,
serta jalan tol.
2. Jalan provinsi, merupakan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antaribukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan kabupaten, merupakan jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak
termasuk jalan yang menghubungkan ibukota kabupaten dengan ibukotakecamatan,
antaribukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antarpusat
kegiatan lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan kota, adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antarpusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat pelayanan
dengan persil, menghubungkan antarpersil, serta menghubungkan antarpusat
permukiman yang berada di dalam kota.

5. Jalan desa, merupakan jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau


antarpermukiman di dalam desa, serta jalan lingkungan.

2.5. Klasifikasi berdasarkan beban muatan sumbu


Untuk keperluan pengaturan penggunaan dan pemenuhan kebutuhan angkutan,
jalan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi,
pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik
masing-masing moda, perkembangan teknologi kendaraan bermotor, muatan sumbu
terberat kendaraan bermotor serta konstruksi jalan. Pengelompokkan jalan[5] menurut
muatan sumbu yang disebut juga kelas jalan, terdiri dari:
1. Jalan Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar
dari 10 ton, yang saat ini masih belum digunakan di Indonesia, namun sudah mulai
dikembangkan diberbagai negara maju seperti di Prancistelah mencapai muatan
sumbu terberat sebesar 13 ton;
2. Jalan Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk
muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak
melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan
kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas;
3. Jalan Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan
bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,
ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang
diizinkan 8 ton;
4. Jalan Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor
termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran
panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan
8 ton;
5. Jalan Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100
milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu
terberat yang diizinkan 8 ton.

2.6. Potensi Bahaya Terhadap Tenaga Kerja


Pekerjaan Pengukuran dan Pematokan pada Pekerjaan Lapis Pondasi Semen
Tanah mempunyai potensi bahaya terhadap tenaga kerja yaitu :

1)
2)
3)
4)

Terluka akibat penggunaan meteran baja tidak benar dan tidak memenuhi standar,
Kecelakaan karena tertabrak oleh kendaraan yang melintas,
Terluka pada saat memasang patok dan luka terkena palu,
Terjadi gangguan lalu lintas kendaraan.

Antisipasi pencegahan terhadap bahaya yang ditimbulkan akibat Pekerjaan Pengukuran


dan Pematokan pada Pekerjaan Lapis Pondasi Semen Tanah yaitu :
1) Alat ukur yang digunakan sesuai dengan standar, pengukuran dilakukan oleh
pekerja terampil dan berpengalaman dan memakai perlengkapan kerja standar,
2) Pemasangan rambu-rambu lalu lintas dan menugaskan petugas bendera pengatur
lalu lintas,
3) Patok yang digunakan tidak terlalu panjang dan palu yang digunakan proporsional,
4) Pemasangan rambu-rambu lalu-lintas pengaman sementara serta diadakan petugas
pengatur lalu-lintas.
2.7. Pelaksanaan konstruksi jalan
Pada pelaksanaan pekerjaan jalan seperti yang disyaratkan pada spesifikasi
teknik, maka didalam manajemen konstruksi juga mensyaratkan bahwa perlunya
pelaksanaan pekerjaan sesuai pada urutan atau tahapan pekerjaan yang benar.Sehingga
pekerjaan lebih efektif dan dapat meningkatkan efisiensi pelaksanaan,mengurangi biaya
konstruksi dan untuk dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan tepat waktu.Sering terjadi
akibat keputusan manajemen yang tidak tepat dapat menyebabkan kegagalan proyek,
tujuan pelaksanaan proyek tidak tercapai jika tidak mengikuti prosedur pelaksanaan yang

benar dan urutan pelaksanaan dari setiap aktivitas,baik aktivitas yang besar maupun kecil
harus benar.Berdasarkan pengalaman pada umumnya pelaksanaan konstruksi jalan
dapatdibuat bagan alir (flow chart) urutan atau tahapan-tahapan kegiatan sesuai dengan
tuntutan teknis, jenis dan macam pekerjaan yang harus didahulukan danpekerjaan
berikutnya sehingga mencapai keseluruhan tujuan penyelesaian proyek secara efektif dan
efisien,tepat waktu,biaya dan mutu.Perlu juga diperhatikan bahwa dalam kegiatan
pelaksanaan proyek terdapatkegiatan-kegiatan kecil yang merupakan bagian dari
kegiatan utama, harus dapat dilaksanaan pada waktu yang bersamaan, sehingga seluruh
kegiatan dapat diselesaikan pada waktu yang tepat. Seluruh kegiatan yang berada pada
jalurkritis harus dapat diselesaikan tepat waktu yang telah ditentukan, sehingga tidak
mengganggu kegiatan lainnya yang dapat mempengaruhi waktu mulai pekerjaan
berikutnya, akibatnya proyek bisa mengalami keterlambatan. Hal ini disebabkan bahwa
suatu kegiatan pelaksanaan proyek tidak dapat dimulai karena belum selesainya kegiatan
sebelumnya.Disamping itu, penggunaan peralatan harus sesuai dengan metode yang
benar,perlu mengetahui detail-detail tentang seluruh peralatan yang akan digunakan pada
konstruksi jalan, sehingga penggunaan peralatan dapat lebih efisien sehingga akan
meningkatkan hasil produksi, yaitu dicapainya minimum biayaoperasi dan pemeliharaan
peralatan sehingga biaya konstruksi menurundan/atau dapat lebih murah, menambah
keuntungan kontraktor.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah kami buat bersama kelompok dapat ditarik
kesimpulan antara lain :
Agitator truck adalah suatu kendaraan truk khusus yang dilengkapi dengan
concrete mixer yang fungsinya mengaduk/mencampur campuran beton ready mix,
sama dengan alat molen. Agitator truck digunakan untuk mengangkut adukan beton
ready mix dari tempat pencampuran beton ke lokasi proyek. Selama pengangkutan,
mixer terus berputar dengan kecepatan 8-12 putaran per menit agar beton tetap
homogen dan beton tidak mengeras
Penggunaan Agitator truck mempermudah tenaga kerja dalam proses pembuatan
beton.
3.2. Saran
Saran yang kami berikan dari kelompok dalam proses kegiatan proyek
penggunaan Agitator truck antara lain :
Pekerjaan harus sesuai dengan SOP
Dalam proses pengerjaan tenaga kerja harus menggunakan alat pelindung diri
sesuai standar
Harus menggunakan barricade
Operator Agitator Truck harus memiliki
Dalam proses kegiatan harus memasang rambu-rambu utuk mencegah terjadinya
kecelakaan

10

Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_jalan_di_Indonesia
https://www.academia.edu/5938717/Daftar_SNI_Untuk_Konstruksi_Beton

11

Anda mungkin juga menyukai