Anda di halaman 1dari 2

JAKARTA, KOMPAS.

com Kementerian Pertanian melarang impor jeroan sapi dari


semua negara produsen. Kebijakan tersebut berlaku mulai tahun ini.
Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Syukur Iwantoro
mengatakan, larangan impor jeroan demi melindungi produk sampingan daging seperti
kulit dan tulang. Beleid itu tercantum dalam perubahan Peraturan Menteri Pertanian No
50/Permentan/OT.140/9/2011 tentang Rekomendasi Persetujuan Pemasukan Karkas,
Daging, Jeroan, dan Olahannya ke Indonesia.
Syukur bilang, impor jeroan sudah dibatasi hanya untuk jantung dan hati maksimal 10
persen dari total impor daging. "Sedangkan untuk 2013 sudah dilarang untuk
melakukan importasi jeroan," kata Syukur, Selasa (12/2/2013).
Pelarangan impor ini berpotensi mengerek harga jeroan di pasaran. "Harga jeroan akan
melambung tinggi. Jika dulu harga lokal bisa ditekan oleh harga impor, sekarang tak
bisa," ujar Marina Ratna, Ketua Asosiasi Pengusaha Protein Hewani Indonesia.
Pada 2011, harga jeroan sapi (hati) berkisar Rp 17.000 hingga Rp 20.000 per kilogram.
Kini harganya bisa menyentuh Rp 40.000 per kg. Sedangkan harga jantung bisa
mencapai Rp 54.000 per kg.
Sarman Simajorang, Ketua Komite Daging Sapi Jakarta Raya, mengaku belum
mengetahui pelarangan impor jeroan. "Dasarnya melarang impor apa?" tanya Sarman.
Industri hotel, restoran, dan katering tak masalah jika impor jeroan dilarang, asalkan ada
jaminan suplai dari dalam negeri. Industri butuh kepastian jaminan usaha.

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengeluarkan larangan penjualan impor


baju-baju bekas dari luar negeri. Pelarangan impor baju bekas diatur dalam Undang-Undang Nomor 7
tahun 2014 tentang Perdagangan Impor Barang.
Pelarangan tersebut keluar setalah pemerintah melakukan penelitian dan uji mikrobiologi pada akhir
Desember 2014 lalu. Hasilnya, ditemukan bahwa semua pakaian yang dijadikan sampel mengandung
bakteri dan jamur yang dapat menyebabkan gatal-gatal, bisul, jerawat, bisul, hingga infeksi kelamin.

Singkatnya penelitian tersebut menyimpulkan bahwa terdapat bibit penyakit, bakteri, dan jamur pada
baju-baju tersebut.
Kami menemukan ribuan koloni bakteri dan jamur pada hasil uji coba mikrobiologi pada pakaian bekas.
Konsumen tidak seharusnya membeli apalagi memakai pakaian bekas impor. Jangan mau juga jika diberi
pakaian ini, ujar Dirjen Standarisasi dan Perlindungan Konsumen (SPK) Kementerian Perdagangan
Widodo saat konferensi pers pakaian bekas di Kementerian Perdagangan Jakarta, Rabu (4/2/2015).
Pelarangan ini sontak mendapatkan protes dari para pengusaha baju bekas. Bisnis penjualan baju bekas
impor atau yang dikenal dengan sebutan baju batam ini tersebar di berbagai kota di Indonesia. Di Kota
Metro sendiri usaha penjualan baju bekas dapat dengan mudah kita temui di bebeberapa tempat.

Anda mungkin juga menyukai