Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF TERHADAP HASIL

BELAJAR BIOLOGI DAN RETENSI SISWA KELAS X DENGAN


PENERAPAN STRATEGI PERMBERDAYAN BERPIKIR MELALUI
PERTANYAAN (PBMP) DI SMAN 9 MALANG

Cahyani Ardila, Aloysius Duran Corebima, dan Siti Zubaidah


Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Email: pippipoppopippo@gmail.com

ABSTRACT: Metacognitive skill is one of the important factors for the successful
learning. The objectives of this study were to determine (1) correlation between
metacognitive skill and student achievement, (2) correlation between metacognitive
skill and retention, after TEQ (Thinking Empowering by Questioning) strategy of
learning had been applied. This study used the correlational type of research.
Populations were all class X of State Senior High Schools in Malang. Sample used
was X-6 class of State Senior High School 9 Malang consisting 36 students. Data
had been collected by pretest, posttest, and retention test (3 weeks after posttest).
Metacognitive skill had been measured by the metacognitive rubric integrated with
student achievement test. Data analysis by correlation and regression techniques
showed that: (1) there was a significant correlation between metacognitive skill and
student achievement; the contribution of metacognitive skill to student achievement
was 52,9% with correlation coefficient value (r) was 0,727; the regression equation
was Y=0,857X+17,904; (2) there was no significant correlation between
metacognitive skill and student retention after TEQ strategy of learning had been
applied.
Keywords: metacognitive skill, student achievement, retention, TEQ.

Pembelajaran konstruktif (yakni belajar yang bermakna) dipandang


sebagai tujuan pendidikan yang penting. Corebima (2006) menyatakan bahwa
hasil dari suatu pembelajaran bermakna berpeluang besar bermakna, baik yang
terkait dengan aspek kognitif, afektif maupun psikomotor. Ketercapaian tujuan
suatu pembelajaran dapat terlihat melalui hasil belajar siswa. Namun, hasil belajar
yang lebih disoroti sebagai indikator ketercapaian tujuan pembelajaran adalah
yang terkait dengan ranah kognitif. Hasil belajar kognitif tentunya akan lebih
bermakna jika tidak mudah segera hilang di ingatan. Dalam hal ini, retensi
memegang peranan yang penting..
Pencapaian hasil belajar kognitif dan retensi ini erat kaitannya dengan
kemandirian siswa dalam belajar. Kemandirian siswa tersebut berkaitan dengan
keterampilan metakognitif siswa. Keterampilan metakognitif dapat membantu
mengembangkan kemampuan berpikir siswa yang selanjutnya juga berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa. Livingston (1997) menyatakan bahwa metakognitif
memegang salah-satu peranan kritis (sangat penting) agar pembelajaran berhasil.
Metakognitif mengarah pada kemampuan berpikir tinggi (high order thinking)
yang meliputi kontrol aktif terhadap proses kognitif dalam pembelajaran. Aktifitas
seperti merencanakan bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan, memonitor
pemahaman, dan mengevaluasi perkembangan kognitif merupakan metakognitif
yang terjadi dalam sehari-hari. Keterampilan metakognitif memungkinkan siswa
untuk melakukan perencanaan, mengikuti perkembangan, dan memantau proses

belajarnya (Imel, 2002). Coutinho (2007) menyatakan bahwa ada hubungan


positif antara prestasi belajar dengan matakognisi. Siswa yang memiliki
keterampilan metakognitif yang baik akan menunjukkan prestasi belajar yang baik
pula dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan metakognitif rendah.
Fakta di SMAN 9 Malang menunjukkan bahwa keterampilan metakognitif
siswa belum berkembang dengan baik. Hal ini dapat terlihat dari siswa yang
hanya belajar saat ada tugas rumah ataupun ujian. Tidak hanya itu, tidak jarang
dari mereka yang mencontek pekerjaan temannya, baik pada saat ujian maupun
mengerjakan tugas rumah. Selain keterampilan metakognitif yang masih rendah,
hasil belajar kognitif siswa pun juga demikian. Rata-rata hasil belajar Biologi
siswa kelas X di SMAN 9 Malang tahun pelajaran 2011/2012 adalah 78. Kriteria
ketuntasan minimum (KKM) di sekolah ini adalah 76. Meskipun rata-rata nilai
siswa tersebut telah mencapai KKM, namun angka tersebut tidak terlalu
signifikan.
Menghadapi kenyataan tersebut, diperlukan suatu upaya memberdayakan
keterampilan metakognitif siswa agar nantinya berdampak pada peningkatan hasil
belajar maupun retensi siswa sendiri. Salah satu caranya adalah dengan penerapan
strategi pembelajaran yang dapat mendorong siswa mengembangkan keterampilan
metakognitifnya. Beberapa strategi pembelajaran telah terbukti dapat
memberdayakan keterampilan metakognitif siswa yang selanjutnya berhubungan
dengan hasil belajar dan retensi siswa. Penelitian Zen (2010) mengungkapkan
adanya hubungan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif siswa
pada penerapan strategi inkuiri dan PBL. Demikian pula dengan penelitian Basith
(2010) yang membuktikan hal tersebut melalui penerapan strategi Jigsaw dan
TPS. Hasil penelitian Atunasikha (2010) juga menunjukkan bahwa kenaikan
keterampilan metakognitif diikuti dengan kenaikan pemahaman konsep siswa
yang diajarkan dengan strategi PBMP dipadu dengan TPS. Tidak hanya itu,
hubungan keterampilan metakognitif dan retensi juga telah diungkap oleh
Muhiddin (2012) pada penerapan strategi PBL yang diintegrasikan dengan jigsaw.
Strategi pembelajaran yang juga diyakini dapat mengembangkan
kemampuan berpikir dan keterampilan metakognitif siswa adalah Pemberdayaan
Berpikir Melalui Pertanyaan (PBMP). Pemberdayaan berpikir selama
pembelajaran termasuk pembelajaran Biologi sangat penting dan sangat strategis
(Corebima, 2006). PBMP merupakan pola pembelajaran yang dilaksanakan
dengan tidak ada proses pembelajaran yang langsung secara informatif,
seluruhnya dilakukan melalui rangkaian atau jalinan pertanyaan yang telah
dirancang secara tertulis dalam lembar kerja siswa. Struktur umum lembar siswa
tersebut adalah sediakan, lakukan, ringkasan (pikirkan), evaluasi dan arahan
(Corebima, 2001).
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa penerapan strategi PBMP baik sendiri maupun dipadukan dengan beberapa strategi kooperatif- berpengaruh
terhadap keterampilan metakognitif siswa (Nofitasari, 2011; Puspitasari, 2010;
Wahyu, 2010; Jamaluddin, 2009). Tidak hanya itu, penerapan PBMP juga terbukti
dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Lebih lanjut dinyatakan oleh
Nofitasari (2011) bahwa meningkatnya pemahaman konsep siswa merupakan
implikasi dari meningkatnya keterampilan metakognitif dan kemampuan berpikir
siswa. Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui

ada tidaknya hubungan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar dan


retensi siswa pada penerapan strategi PBMP.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang ditujukan untuk
mencari hubungan antara keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar
kognitif dan retensi siswa. Semua siswa dalam satu kelas mendapatkan perlakuan
yang sama yaitu pembelajaran dengan menggunakan strategi PBMP
(Pemberdayaan Berpikir Melalui Pertanyaan). Pengumpulan data dilakukan
dengan pretest, posttest, dan tes retensi (3 minggu setelah postest). Soal yang
digunakan baik saat pretest, posttest, maupun retensi adalah sama yaitu soal essay
dengan jumlah 17 soal. Materi yang diajarkan adalah materi kelas X semester 1
yaitu SK 1 yang terdiri atas KD 1.1 dan 1.2 serta SK 2 yang terdiri atas KD 2.1,
2.2, dan 2.3.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X SMA di Malang.
Sampel yang diambil adalah kelas X-6 SMAN 9 Malang yang berjumlah 36 siswa
tahun pelajaran 2012/2013. Pemilihan kelas sampel dilakukan secara acak.
Adapun instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah
silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Siswa
(LKS). Semua perangkat pembelajaran disusun berpola PBMP. Instrumen
pengukuran terdiri atas soal tes dan rubrik keterampilan metakognitif. Soal tes
yang digunakan telah diuji validitas isi dan validitas konstruk dan reliabilitas soal
tesnya tergolong tinggi. Rubrik keterampilan metakognitif yang digunakan adalah
yang dikembangkan oleh Corebima (2009). Teknik analisis data yang digunakan
adalah teknik analisis korelasi regresi dengan bantuan program SPSS for
Windows.
HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh nilai signikansi baik pada uji parallel
maupun koinsiden yaitu 0,000 < 0,05 yang berarti tidak signifikan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan pola PBMP yang
dilaksanakan belum konsisten. Grafik Garis Regresi Keterlaksanaan Pembelajaran
dapat dilihat pada Gambar 1.
Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas
untuk mengetahui apakah data terdistribusi normal atau tidak. Berdasarkan uji
Kolmogorov-Smirnov diketahui bahwa baik data keterampilan metakognitif, hasil
belajar, dan retensi terdistribusi normal. Data yang digunakan untuk menganalisis
hubungan keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif adalah data
keterampilan metakognitif terkoreksi dan data hasil belajar kognitif terkoreksi.
Berdasarkan hasil uji regresi antara keterampilan metakognitif dan hasil belajar
kognitif siswa pada penerapan strategi PBMP didapatkan nilai F sebesar 38,175
dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa hipotesis nol ditolak dan hipotesis penelitian diterima sehingga ada
hubungan antara keterampilan metakognitif dan hasil belajar kognitif siswa pada
penerapan strategi PBMP.
Berdasarkan hasil uji regresi tersebut didapatkan
persamaan regresi yaitu Y=0,857X+17,904. Koefisien korelasi (r) yang diperoleh
adalah 0,727 yang dapat diinterpretasikan bahwa korelasi antara keterampilan
metakognitif dan hasil belajar kognitif pada penerapan strategi PBMP tergolong

4
kuat. Nilai koefisien determinasi (r2) adalah 0,529. Besarnya sumbangan
keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif siswa adalah 52,9%.
Tabel 1. Ringkasan Anova Hubungan Keterampilan Metakognitif Terhadap Hasil Belajar
Kognitif pada Penerapan Strategi PBMP
Model
Sum of Squares
df
Mean square
F
Sig.
1
Regression
830,473
1
830,473
38,175
,000a
Residual
739,640
34
21,754
Total
1570,114
35
a. Predictors: (Constant), Keterampilan metakognisi akhir terkoreksi
b. Dependent variable: Hasil belajar akhir terkoreksi
Tabel 2 Ringkasan Regresi Hubungan Keterampilan Metakognitif Terhadap Hasil Belajar
Kognitif Siswa pada Penerapan Strategi PBMP
Adjusted
R Square
1
,727a
,529
,515
a. Predictors: (Constant), Keterampilan metakognisi akhir terkoreksi
Model

R square

Std. Error of the


Estimate
4,66413

Hasil uji regresi antara keterampilan metakognitif dan retensi siswa pada
penerapan strategi PBMP didapatkan nilai F sebesar 0,682 dengan nilai
signifikansi 0,415 > 0,05 yang berarti tidak signifikan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa hipotesis nol diterima dan hipotesis penelitian ditolak
sehingga tidak ada hubungan antara keterampilan metakognitif dan retensi siswa
pada penerapan strategi PBMP.
Tabel 3. Ringkasan Anova Hubungan Keterampilan Metakognitif Terhadap Retensi Siswa
pada Penerapan Strategi PBMP
Model
Sum of Squares
df
Mean square
Regression
5,443
1
5,443
Residual
271,479
34
7,985
Total
276,922
35
a. Predictors: (Constant), Retensi keterampilan metakognisi terkoreksi
b. Dependent variable: Retensi hasil belajar terkoreksi
1

F
,682

Sig.
,415a

Gambar 1. Grafik Garis Regresi Keterlaksanaan Pembelajaran

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil uji hipotesis, didapatkan nilai F sebesar 38,175 dengan
nilai signifikansi 0,000 < 0,05 yang berarti ada hubungan antara keterampilan
metakognitif dan hasil belajar kognitif siswa pada penerapan strategi PBMP. Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian Atunasikha (2010) yang menunjukkan


bahwa ada hubungan keterampilan metakognitif dan pemahaman konsep siswa
pada pembelajaran yang menerapkan strategi PBMP yang dipadu dengan strategi
kooperatif Think Pair Share (TPS). Dalam hal ini, pemahaman konsep siswa
secara tidak langsung mengarah kepada hasil belajar siswa, terutama hasil belajar
kognitif. Demikian pula dengan penelitian Singh (2012) yang menunjukkan
bahwa korelasi antara kemampuan metakognitif dan hasil belajar pada pelajaran
sains siswa kelas XI adalah positif dan signifikan.
Besarnya sumbangan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar
kognitif siswa adalah 52,9%. Namun, sumbangan tersebut tidak begitu besar jika
dibandingkan dengan beberapa strategi lainnya pada penelitian sebelumnya. Pada
penelitian Basith (2010), besar sumbangan keterampilan metakognitif terhadap
hasil belajar kognitif pada strategi Jigsaw dan TPS adalah 66,6% dan 82,4%.
Potensi strategi lain yaitu inkuiri dan PBL juga dilaporkan oleh Zen (2010).
Sumbangan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif pada
strategi inkuiri adalah sebesar 69,9%. Akan tetapi, pada strategi PBL, besar
sumbangan keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif lebih rendah
daripada strategi PBMP pada penelitian ini, yaitu 43,7%. Sementara itu,
Chikmiyah (2012) juga melaporkan adanya hubungan antara pengetahuan
metakognitif dengan hasil belajar siswa pada penerapan strategi TPS dengan
sumbangan relatif sebesar 65,45%.
Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan rendahnya besar sumbangan
keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar kognitif tersebut. Salah satunya
adalah keterlaksanaan sintaks pembelajaran. Adanya pemberian informasi kepada
siswa oleh guru dan rendahnya motivasi dan konsentrasi siswa dapat
mempengaruhi keterlaksanaan pembelajaran.
Livingston (1997) menjelaskan bahwa self-questioning adalah salah satu
strategi metakognitif yang umum. Lebih lanjut dijelaskan bahwa aktifitas seperti
merencanakan bagaimana menyelesaikan tugas yang diberikan, memonitor
pemahaman, dan mengevaluasi perkembangan kognitif merupakan metakognitif
yang terjadi dalam sehari-hari. Pembelajaran dengan pola PBMP sejalan dengan
aktifitas metakognitif tersebut. Siswa diminta menemukan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang ada pada lembar siswa tersebut secara mandiri.
Dalam hal ini, tentunya siswa harus mengatur dan merencanakan sendiri strategi
belajarnya sehingga ia dapat mempelajari dan menyelesaikan LS PBMP tersebut
sebelum didiskusikan di kelas. Hal ini dapat mengembangkan keterampilan
metakognitif mereka. Siswa yang memiliki keterampilan metakognitif tinggi akan
berusaha untuk mempelajari apa yang ada pada lembar kerja tersebut dan
memonitor sendiri perkembangan belajarnya yang selanjutnya berdampak pada
hasil belajar siswa tersebut.
Pertanyaan pada tiap bagian dalam LS PBMP disusun berhubungan satu
sama lain. Pertanyaan pada tahap renungkan biasanya dimunculkan kembali
dalam bagian pikirkan dan evaluasi namun dengan tingkat kesulitan yang lebih
tinggi. Dengan demikian, siswa didorong untuk mengingat kembali apa yang telah
dipelajari di tahap renungkan. Livingston (1997) menjelaskan jika siswa
menyadari bahwa ia tidak bisa menjawab atau ia tidak mengerti materi yang
sedang didiskusikan, ia akan menentukan apa yang ia perlukan untuk
menyelesaikan tujuan kognitifnya atau pemahaman materinya. Ia mungkin akan
memutuskan untuk kembali membaca materi tersebut agar dapat menjawab

pertanyaan. Dengan demikian, siswa dapat memonitor sendiri perkembangan


belajarnya. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan pada tahap evaluasi merupakan
intisari dari materi ajar yang mengarah pada indikator pencapaian kompetensi.
Tahap evaluasi ini sejalan dengan aktifitas metakognisi dimana siswa dapat
mengevaluasi tujuan kognitifnya sendiri.
Siswa yang memiliki keterampilan metakognitif yang baik akan
menunjukkan prestasi belajar yang baik pula dibandingkan dengan siswa yang
memiliki kemampuan metakognitif rendah (Coutinho, 2007). Tidak hanya itu,
seperti yang dijelaskan Pierce (2003) bahwa metakognisi mempengaruhi motivasi
belajar siswa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa semakin sering siswa sadar akan
proses berpikir mereka saat mereka belajar, maka mereka akan semakin dapat
mengontrol tujuan, kepribadian, serta perhatiannya. Hal ini tentunya akan
berdampak pada keterampilan metakognitif siswa.
Sementara itu, hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan tidak ada
hubungan antara keterampilan metakognitif dan retensi siswa yang dibelajarkan
dengan strategi PBMP. Hal ini tidak bersesuaian dengan beberapa hasil penelitian
sebelumnya, yaitu Muhiddin (2012). Tidak adanya hubungan antara keterampilan
metakognitif dan retensi ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
kegagalan mengingat kembali informasi yang tersimpan dalam ingatan siswa.
Hal-hal yang dapat menyebabkan siswa tidak dapat mengingat apa yang telah
dipelajarinya ada dua, yakni terjadinya proses lupa dan belum diolahnya informasi
tersebut di otak atau disebut sebagai keluar. Terjadinya proses lupa pada siswa
menyebabkan siswa tidak dapat mengingat materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Lupa berkaitan dengan fase penggalian dan fase prestasi yang ada di
otak. Lupa menunjukkan kesulitan untuk menggali informasi yang telah
diperhatikan, diolah, dan dimasukkan ke dalam ingatan jangka panjang (Winkel,
2005).
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya lupa pada seseorang.
Salah satu faktor yang kemungkinan besar terjadi adalah faktor gangguan
(interference/retroactive inhibition) (Winkel, 2005; Slavin, 2008). Gangguan
terjadi ketika informasi yang dipelajari sebelumnya hilang karena infomasi
tersebut bercampur dengan informasi baru dan agak mirip. Hal ini dapat dipahami
karena pembelajaran PBMP dalam penelitian ini dilakukan selama satu semester
sehingga ada banyak materi baru yang diterima siswa setelah suatu materi selesai
dipelajari. Informasi-informasi baru tersebut kemungkinan juga menyebabkan
terganggunya informasi yang sebelumnya sehingga proses lupa dapat terjadi.
Waktu yang lewat setelah kegiatan belajar juga dapat berpengaruh
terhadap ingatan siswa (Nasution, 2011). Proses penggalian informasi (postes dan
tes retensi) dilakukan pada akhir semester dengan keseluruhan materi. Sehingga,
terdapat jarak waktu yang cukup lama sebelum proses penggalian informasi
dilakukan. Selama jarak waktu tersebut, selain adanya informasi baru, juga
dimungkinkan adanya kegiatan yang mengganggu sehingga proses penggalian
menjadi gagal.
Kemungkinan kedua adalah belum diolahnya informasi tersebut di otak.
Hal ini menunjuk kepada fase konsentrasi dan pengolahan di otak. Ada
kemungkinan bahwa siswa tidak memberikan perhatian atau atensi kepada apa
yang sedang dipelajari sehingga tidak terjadi proses pengolahan di otak. Tentu
saja, tidak dapat dilakukan penggalian untuk hal yang kedua ini karena memang
informasi belum tersimpan di memori. Atensi berhubungan erat dengan motivasi

siswa. Namun sayangnya, pada pembelajaran berpola PBMP yang dilakukan,


motivasi siswa, terutama motivasi intrinsik siswa cenderung rendah yang
mengakibatkan mereka tidak memberikan perhatian terhadap pembelajaran yang
sedang dilakukan. Padahal, atensi menentukan diolah atau tidaknya suatu
informasi ke memori.
Motivasi yang rendah juga ditunjukkan pada saat pengerjaan LS PBMP.
Pengerjaan LS PBMP ini dilakukan secara mandiri oleh siswa beberapa hari
sebelum materi pembelajaran didiskusikan di kelas. Artinya, sebelum belajar
tentang materi tersebut, siswa terlebih dahulu diminta untuk menyelesaikan dan
mempelajari lembar PBMP tersebut. Dengan demikian, siswa telah mempunyai
bekal atau pengetahuan awal tentang materi yang akan didiskusikan di kelas.
Pengetahuan awal yang dimiliki siswa tersebut berpengaruh terhadap ingatan
jangka panjangnya. Slavin (2006) menyatakan bahwa sejauh mana siswa
mempelajari bahan tersebut sejak awal dapat mempengaruhi ingatan jangka
panjang.
Sayangnya, tidak semua siswa memiliki kesadaran untuk menyelesaikan
LS PBMP nya sendiri. Beberapa siswa terkadang belum menyelesaikan LS PBMP
nya saat diskusi di kelas dan baru menyelesaikannya saat diskusi itu juga. Hal ini
mungkin dikarenakan soal yang ada pada LS PBMP terlalu banyak. Ketidaksiapan
siswa tersebut juga menyebabkan diskusi kelas yang dilaksanakan menjadi tidak
efektif sehingga memengaruhi informasi yang masuk ke memori siswa.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh kesimpulan bahwa ada
hubungan yang kuat antara keterampilan metakognitif terhadap hasil belajar
kognitif siswa kelas X pada pembelajaran Biologi dengan penerapan strategi
PBMP di SMAN 9 Malang. Sumbangan keterampilan metakognitif terhadap hasil
belajar kognitif adalah 52,9%. Persamaan regresi yang didapatkan yaitu
Y=0,857X+17,904. Namun, tidak ada hubungan keterampilan metakognitif
terhadap retensi siswa kelas X pada pembelajaran Biologi dengan penerapan
strategi PBMP di SMAN 9 Malang.
DAFTAR RUJUKAN
Atunasikha, L. 2010. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Pemahaman
Konsep Siswa Laki-Laki dan Perempuan Kelas IV SDN Penanggungan
Malang pada Pembelajaran SAINS dengan Strategi Pembelajaran PBMP
dan Think Pain Share (TPS). Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Basith, A. 2010. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar
Matapelajaran IPA Pada Siswa Kelas IV SD Dengan Strategi Pembelajaran
Jigsaw dan Think Pair Share (TPS). Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Chikmiyah, C & Sugiarto, B. 2012. Relationship Between Metacognitive
Knowledge And Student Learning Outcomes Through Cooperative Learning
Model Type Think Pair Share On Buffer Solution Matter. Unesa Journal of
Chemical Education Vol. 1, No. 1, pp. 55-61 Mei 2012. (Online).
Corebima, A.D. 2001. Pola Pengembangan Lembar PBMP (TEQ) dalam
Pembelajaran IPA-BIOLOGI. Makalah disajikan dalam Lokakarya PBMP,
Malang, 31 Agustus 1 September.

Corebima, A.D. 2006. Pembelajaran Biologi yang Memberdayakan Kemampuan


Berpikir Siswa. Makalah disajikan pada Pelatihan Strategi Metakognitif
pada Pembelajaran Biologi untuk Guru-guru Biologi SMA di Kota
Palangkaraya, 23 Agustus 2006.
Corebima, A.D. 2009. Metacognitive Skill Measurement Integrated In
Achievement
Test.
(Online).
(http://www.recsam.edu.my/cosmed/cosmed09/AbstractsFullPapers2009/Ab
stract/ScienceParallelPDFullPaper/01.pdf), diakses 28 Maret 2013.
Coutinho, A.S. 2007. The Relationship Between Goals, Metacognition, And
Academic Success. Educate~ Vol.7, No.1, 2007, pp. 39-47. (Online).
(http://www.educatejournal.org/), diakses 25 Januari 2013
Imel, S. 2002. Metacognitive Skills for Adult Learning, (Online),(http://www.cete.org/acve/docs/tia00107.pdf, diakses 3 September 2012).
Jamaluddin. 2009. Pengaruh Pembelajaran PBMP Dipadukan Strategi
Kooperatif dan Kemampuan Akademik Terhadap Keterampilan
Metakognitif, Berpikir Kreatif, Pemahaman Konsep IPA-Biologi, dan
Retensi Siswa SD di Mataram. Disertasi tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang.
Livingston,
J.A.
1997.
Metacognition:
An
Overview.
(Online).
(gse.buffalo.edu/fas/shuell/cep564/metacog.htm), diakses pada 25 April
2013.
Muhiddin,P. 2012. Pengaruh Integrasi Problem Based Learning (PBL) dengan
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw dan Kemampuan Akademik Terhadap
Metakognisi, Berpikir Kritis, Pemahaman Konsep, dan Retensi Mahasiswa
pada Perkuliahan Biologi Dasar di FMIPA Universitas Negeri Makassar.
Disertasi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Nasution, S. 2011. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nofitasari, RD. 2011. Pengaruh Penerapan Pola Pemberdayaan Berpikir Melalui
Pertanyaan (PBMP) dipadu Think Pair Share (TPS) Terhadap Kemampuan
Metakognitif, Kemampuan Berpikir, dan Pemahaman Konsep Siswa Kelas
VIII SMPN 3 Peterongan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas
Negeri Malang.
Pierce, W. 2003. Metacognition: Study Strategies, Monitoring, and Motivation. A
Greatly Expanded Text Version of a workshop Presented November 17,
2004,
at
Prince
Georges
Community
College.
(Online),
(http://academic.pg.cc.md.us/~wPierce/MCCCTR/metacognition.htm),
diakses, 25 Januari 2013.
Puspitasari, S. Pengaruh Strategi Pembelajara TPS dan TPS-PBMP Terhadap
Kesadaran dan Keterampilan Metakognitif serta Pemahaman Konsep Pada
Pembelajaran IPA Siswa Kelas IV SD. Skripsi tidak diterbitkan. Malang:
Universitas Negeri Malang
Slavin, R. E. 2006. Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik, Edisi Kedelapan
Jilid 1. Terjemahan Marianto Samosir. 2008. Jakarta: PT. Indeks.
Singh, Y.G. 2012. Metacognitive Ability of Secondary Students and Its
Association With Academic Achievement in Science Subject. International
Indexed & Referred Research Journal, April, 2012. ISSN- 0974-2832, RNIRAJBIL 2009/29954; VoL. IV * ISSUE-39. (Online). (http://www.ssmrae

.com/admin/images/46ea3b75e3be24e9aa5bbd27d42ba053.pdf), diakses 21
Februari 2013.
Wahyu, T.A.H. 2010. Pengaruh Strategi Pembelajaran Think Pair Share (TPS)
dan Think Pair Share (TPS) yang Dipadu PBMP (Pemberdayaan Berpikir
Melalui Pertanyaan) Terhadap Keterampilan Metakognitif, Kemampuan
Berpikir Kritis, dan Hasil Belajar Kognitif Siswa Kelas VIII SMPN 2
Singosari. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.
Winkel, W.S. 2005. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.
Zen, A.R. 2010. Hubungan Keterampilan Metakognitif dan Hasil Belajar Siswa
Kelas IV Sekolah Dasar (SD) Dalam Pembelajaran Problem Based Learning
(PBL) dan Inkuiri. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri
Malang.

Anda mungkin juga menyukai