(10.321.0939)
(10.321.0952)
(10.321.0959)
(10.321.0965)
(10.321.0966)
6. Komang Sulistyawati
(10.321.0972)
7. Ni Luh Gd Septiarini
(10.321.0974)
(10.321.0979)
25
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur kami panjatkan ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya makalah yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN FRAKTUR LUMBAL dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai pedoman bagi
mahasiswa untuk mengetahui lebih jelas tentang penyakit yang berhubungan dengan Sistem
Muskuloskeletal sebelum dapat melaksanakan asuhan itu sendiri kepada pasien/klien, serta
dalam memenuhi tugas mata kuliah Sistem Muskuloskeletal.
Saya menyadari sepenuhnya, bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih
banyak kekurangan mengingat keterbatasan kami dalam penyusunan. Sehingga dengan
keterbatasan tersebut kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak untuk kesempurnaan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih dan semoga
sehingga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan yang luas bagi mahasiswa
dalam belajar.
Penulis
25
Daftar Isi
KATA PENGANTAR........................................................................................................ ii
Daftar Isi...................................................................................................................... iii
BAB I........................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................ 2
C. Tujuan................................................................................................................. 2
BAB II.......................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN............................................................................................................. 3
A. Konsep Dasar Teori................................................................................................ 3
1. Pengertian.......................................................................................................... 3
2. Etiologi............................................................................................................... 3
3. Manifestasi Klinik................................................................................................. 4
4. Patofisiologi........................................................................................................ 4
5. Jenis Fraktur....................................................................................................... 5
6. Proses Penyembuhan Tulang................................................................................6
7. Komplikasi.......................................................................................................... 7
8. Penatalaksanaan Medis........................................................................................ 9
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.......................................................................10
1. Pengkajian Keperawatan.................................................................................... 10
2. Diagnosa keperawatan....................................................................................... 13
3. Perencanaan keperawatan.................................................................................. 13
4. Implementasi Keperawatan.................................................................................20
25
5. Evaluasi Keperawatan........................................................................................ 22
BAB III....................................................................................................................... 25
PENUTUP.................................................................................................................. 25
A. Kesimpulan........................................................................................................ 25
B. Saran................................................................................................................ 25
Daftar Pustaka............................................................................................................ 26
25
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Diperkirakan 80 % populasi akan mengalami nyeri punggung bawah pada suatu
saat dalam hidup mereka. Kerusakan punggung dan tulang belakang, suatu maslah
kesehatan berat merupakan penyebab kecacatan pada orang usia kerja. Keterbatasan
yang diakibatkan oleh nyeri punggung bawah pada seseorang sangat berat. Jumlah
kunjungan ke dokter akibat nyeri punggung bawah merupakan yang kedua setelah
penyakit saluran napas atas ( Smeltzer, S 2001 ).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Kebanyakan fraktur
akibat dari trauma, beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti
osteoporosis yang menyebabkan fraktur-fraktur patologis. Fraktur lumbal terjadi lebih
umum pada lansia, terutama wanita karena jatuh. Beberapa faktor utama yang
menimbulkan insiden tinggi pada wanita adalah peningkatan insiden osteoporosis
setelah menopause dan lebih besar harapan hidup wanita dibandingkan dengan pria
( Engram, B, 1998 )
Penyebab fraktur lumbal atara lain : benturan atau cedera ( jatuh pada
kecelakaan ), kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis, patah karena
keletihan, malnutrisi karena terjadi defisit kalsium pada tulang sehingga tulang rapuh.
Tanda dan gejala fraktur lumbal adalah rasa nyeri yang langsung dan menjadi lebih
hebat karena berjalan dan tekanan pada daerah yang terkena, hilangnya fungsi pada
daerah yang cidera, tampak deformitas bila dibandingkan dengan bagian yang normal.
Akibatnya akan menimbulkan komplikasi seperti emboli lemak, tromboemboli, syok
hipovolemik atau traumatik, sindrom kompertement dan koagulopati intravaskuler
diseminata ( KID ) ( Smeltzer, S, 2001 ).
Selain komplikasi, pasien yang mengalami fraktur akan muncul masalah lain
yang sangat berpengaruh pada proses kesembuhan. Baik itu masalah biologis,
psikologis, sosial dan ekonomi. Masalah biologis adalah kemungkinan terjadinya
ketergantungan pada orang lain dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari misalnya:
mandi, BAK, BAB, makan dan minum. Masalah psikologi sangatlah berkaitan dengan
25
B.
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
C.
Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
25
BAB II
PEMBAHASAN
d. Gangguan spinal bawaan atau cacat sejak kecil atau kondisi patologis yang
menimbulkan penyakit tulang atau melemahnya tulang.
e. Postur Tubuh (obesitas atau kegemukan) dan Body Mekanik yang salah seperti
mengangkat benda berat.
3. Manifestasi Klinik
a. Manifestasi
klinik
fraktur
adalah
nyeri,
hilangnya
fungsi,
deformitas,
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
4. Patofisiologi
Fraktur tulang belakang dapat terjadi di sepanjang kolumna vertebra tetapi lebih
sering terjadi di daerah servikal bagian bawah dan di daerah lumbal bagian atas. Pada
dislokasi akan tampak bahwa kanalis vertebralis di daerah dislokasi tersebut menjadi
sempit, keadaan ini akan menimbulkan penekanan atau kompresi pada medulla spinalis
atau rediks saraf spinalis.
Dengan adanya penekanan atau kompresi yang berlangsung lama, mengakibatkan
jaringan terputus akibatnya daerah sekitar fraktur mengalami oedema atau hematoma.
Kompresi sering mengakibatkan iskemia otot. Tanda dan gejala yang menyertai peningkatan
tekanan compartmental mencakup nyeri, kehilangan sensasi, dan paralisis. Hilangnya
tonjolan tulang yang normal, pemendekan atau pemanjangan tulang, dan kedudukan yang
khas untuk dislokasi tertentu menyebabkan25
terjadinya perubahan bentuk (deformitas).
Imobilisasi membentuk terapi awal pasien fraktur. Imobilisasi harus dicapai sebelum pasien
ditransfer dan bila mungkin bidai harus dijulurkan paling kurang satu sendi diatas dan
dibawah tempat fraktur, dengan imobilisasi mengakibatkan sirkulasi darah menurun
sehingga
terjadi perubahan
25
25
5. Jenis Fraktur
Adapun klasifikasi menurut Brunner and Suddarth, 2001 adalah sebagai berikut:
1.Berdasarkan garis patah yang terdapat pada tulang, fraktur dibedakan menjadi dua,
yaitu:
a. Fraktur komplet adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran.
b. Fraktur tidak komplet adalah patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah
tulang.
2. Berdasarkan robekan yang terdapat pada kulit, fraktur dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Fraktur tertutup (fraktur simple) adalah fraktur yang tidak menyebabkan robeknya
kulit.
b. Fraktur terbuka (fraktur komplikata/ kompleks) adalah fraktur dengan luka pada
kulit atau membran mukosa sampai patahan tulang.
3. Berdasarkan sesuai pergeseran anatomis fragmen tulang dibedakan menjadi tulang
bergeser dan fraktur tidak bergeser.
4. Berbagai jenis khusus fraktur adalah sebagai berikut :
a. Greenstick adalah fraktur di mana salah satu sisi tulang patah sedang sisi lainnya
membengkok.
b. Transversal adalah fraktur sepanjang garis tengah tulang.
c. Oblik adalah fraktur membentuk sudut dengan garis tengah tulang.
d. Spiral adalah fraktur memuntir seputar batang tulang.
e. Kominutif adalah fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa fragmen.
f. Depresi adalah fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam.
g. Kompresi adalah fraktur di mana tulang mengalami kompresi.
25
f. Emboli lemak
Saat fraktur, globula lemak masuk ke dalam darah karena tekanan sumsum
tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler. Globula lemak akan bergabung dengan
trombosit dan membentuk emboli yang kemudian menyumbat pembuluh darah
kecil, yang memsaok ke otak, paru, ginjal, dan organ lain.
g. Sindrom Kompartemen
Masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang
dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Berakibat kehilangan fungsi ekstermitas
permanen jika tidak ditangani segera.
h. Cedera vascular dan kerusakan syaraf yang dapat menimbulkan iskemia, dan
gangguan syaraf. Keadaan ini diakibatkan oleh adanya injuri atau keadaan
penekanan syaraf karena pemasangan gips, balutan atau pemasangan traksi.
8. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan dan Terapi Medis
a. Pemberian anti obat antiinflamasi seperti ibuprofen atau prednisone
b. Obat-obatan narkose mungkin diperlukan setelah fase akut
c. Obat-obat relaksan untuk mengatasi spasme otot
d. Bedrest, Fisioterapi
2. Konservatif
Pembedahan dapat mempermudah perawatan dan fisioterapi agar mobilisasi dapat
berlangsung lebih cepat. Pembedahan yang sering dilakukan seperti disektomi dengan
peleburan yang digunakan untuk menyatukan prosessus spinosus vertebra; tujuan
peleburan spinal adalah untuk menjembatani discus detektif, menstabilkan tulang belakang
dan mengurangi angka kekambuhan. Laminectomy mengangkat lamina untuk memanjakan
elemen neural pada kanalis spinalis, menghilangkan kompresi medulla dan radiks.
Microdiskectomy atau percutaeneus diskectomy untuk menggambarkan penggunaan
25
operasi dengan mikroskop, melihat potongan yang mengganggu dan menekan akar syaraf.
f. Pemeriksaan fisik
1) Pengukuran tinggi badan
2) Pengukuran tanda-tanda vital
3) Integritas tulang, deformitas tulang belakang
4) Kelainan bentuk pada dada
5) Adakah kelainan bunyi pada paru-paru, seperti ronkhi basah atau kering,
sonor atau vesikuler, apakah ada dahak atau tidak, bila ada bagaimana
warna dan produktivitasnya.
6) Kardiovaskuler: sirkulasi perifer yaitu frekuensi nadi, tekanan darah, pengisian
kapiler, warna kulit dan temperatur kulit.
7) Abdomen tegang atau lemas, turgor kulit, bising usus, pembesaran hati atau
tidak, apakah limpa membesar atau tidak.
8) Eliminasi: terjadinya perubahan eliminasi fekal dan pola berkemih karena
adanya immobilisasi.
9) Aktivitas adanya keterbatasan gerak pada daerah fraktur
10) Apakah ada nyeri, kaji kekuatan otot, apakah ada kelainan bentuk tulang dan
keadaan tonus otot.
g. Tes Diagnostik
Pada klien dengan trauma tulang belakang, biasanya dilakukan beberapa tes
diagnostik untuk menunjang diagnosa medis, yaitu :
1) Foto Rontgen Spinal, yang memperlihatkan adanya perubahan degeneratif
pada tulang belakang, atau tulang intervetebralis atau mengesampingkan
kecurigaan patologis lain seperti tumor, osteomielitis.
2) Elektromiografi, untuk melokalisasi lesi pada tingkat akar syaraf spinal utama
yang terkena.
25
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan secara teoritis menurut Doengoes, 2002 untuk klien
dengan gangguan tulang belakang, yaitu :
a. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, edema, dan
cedera pada jaringan lunak, alat traksi/imobilisasi, stress, ansietas
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri: ketidaknyamanan; spasme
otot; kerusakan neuromuscular.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kehilangan sensori dan mobilitas
permanen.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dan imobilisasi
e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya terpajan informasi, tidak
mengenal sumber informasi
25
f.
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan keperawatan secara teoritis menurut Doengoes, 2002 adalah
sebagai berikut :
No.
Dx
1
dilakukan
keperawatan
Intervensi
tindakan Mandiri :
x24
jam
diharapkan
nyeri
berkurang/terkontrol,
dengan
criteria hasil :
1.
Pertahankan
tirah
selama
fase
akut.
Letakkan
klien
memungkinkan
dalam
posisi
semi
untuk
baring
klien
menurunkan
penekanan
Klien
lutut
dan intervertebralis.
dapat
mengungkapkan
yang
dapat menghilangkan
Rasional
Klien
dapat
mendomenstrasikan
penggunaan intervensi
terapeutik
seperti
dalam
keadaan
atau
meninggikan
tanpa
kepala
10 - 30 atau pada
posisi lateral.
2.
Batasi
aktivitas
keterampilan relaksasi,
selama
modifikasi
sesuai kebutuhan
untuk
perilaku
pada
fase
akut
menghilangkan
2. Menurunkan gaya
gravitasi
dan
yang
gerak
dapat
menghilangkan
nyeri
spasme
otot
menurunkan
dan
tekanan
dan
edema
pada
yang
terkena.
3. 25
Letakkan
semua
3. Menurunkan resiko
kebutuhan,
termasuk
peregangan
saat
meraih
Ajarkan
teknik
4.
Memfokuskan
perhatian
klien
dan
membantu
menurunkan
tegangan
otot
dan
meningkatkan proses
penyembuhan.
5. Berikan kesempatan
untuk
berbicara
atau
mendengarkan
5.
Berbicara
menurunkan
atau
rasa
selama
masalah klien
dapat
strees
takut
dalam
keadaan
sakit
dan
dirawat.
6. Berikan tempat tidur
6.
Memberikan
sokongan
menurunkan
fleksi
atau matras.
spinal
yang
dan
menurunkan spasme.
Observasi :
7. Kaji adanya keluhan
nyeri, catat lokasi, lama
7.
Membantu
serangan,
faktor
menentukan
pencetus
atau
intervensi
dan
memperberat.
Minta
memberikan
dasar
klien
25
mendapatkan
untuk
untuk
skala
perbandingan
nyeri 1 10.
terapi.
Health Education :
8.
Instruksikan
anjurkan
klien
atau
untuk
melakukan mekanisme
8.
tubuh
atau
gerakan
Menghilangkan
mencegah
yang tepat.
trauma
lebih lanjut.
Kolaborasi :
9. Berikan obat sesuai
relakskan 9. Merelaksasikan otot
otot seperti Diazepam dan menurunkan nyeri
kebutuhan:
Setelah
dilakukan
(Valium)
tindakan Mandiri :
keperawatan
x24
diharapkan
Berikan
kerusakan 1.
tidak terjadi, pengamanan
mobilitas
fisik
jam
tindakan 1.
sesuai bagian
yang spesifik.
Klien
situasi
atau
faktor
resiko
dan
aturan
Mendemonstrasikan
teknik
atau
meningkatkan kekuatan
fungsi
jenis
berhati-hati
meningkatkan
kerusakan spinal.
2. Catat respon-respon
emosi
atau
perilaku
immobilisasi,
berikan
Mempertahankan atau
dan
akan
perilaku pada
yang mungkin
atau
kurang
tentang
pengobatan individu.
yang
mengungkapkan
pemahaman
pada
tubuh
Tergantung
aktivitas
disesuaikan
klien.
bagian
yang
dengan
2.
Immobilisasi
dipaksakan
yang
dapat
memperbesar
kegelisahan,
peka
rangsangan.
Aktivitas
pengalihan
dapat
membantu
dalam
memfokuskan
perhatian
kompensasi.
meningkatkan
dengan
25
dan
koping
batasan
tersebut.
3.
3.
Bantu
klien
melaksanakan
Memperkuat
otot
Keterbatasan
aktivitas
4. Bantu klien dalam
melakukan
ambulasi
progresif
Health Education :
pada
tergantung
kondisi
yang
dengan
Setelah
dilakukan
keperawatan
tindakan Mandiri :
x24
jam
Menunjukan
untuk
perilaku kerutan.
25
mencegah
kerusakan
kulit
2. Ubah posisi dengan
memudahkan
sesuai sering
penyembuhan
2. Mengurangi tekanan
indikasi.
konstan
yang
Mencapai
penyembuhan
sama
dan
risiko
kerusakan kulit
waktu/ Observasi :
penyembuhan
area
meminimalkan
luka
sesuai
pada
lesi
3. Kaji kulit untuk luka
terjadi
terbuka,
benda
asing, 3.
kemerahan, perdarahan, informasi
Memberikan
perubahan warna.
kulit
sirkulasi
tentang
dan
oleh
alat
traksi/ gibs.
Kolaborasi :
4. Gunakan tempat tidur
busa,
bulu
domba,
4.
Karena imobilisasi
Setelah
dilakukan
keperawatan
diharapkan
pasien
tindakan Mandiri :
x24
jam
perawatan
diri
dapat
terpenuhi,
Pasien
dapat
berpartisipasi
dalam
kegiatan
untuk
sehari-hari
meningkatkan
kemampuan diri
Pasien
dapat
1. Untuk
1. Bekerjasama
dengan klien untuk
meningkatkan
memprioritaskan
kemampuan dalam
tugas-tugas merawat
merawat diri
2. Mendukung
diri
kemandirian
2. Pertahankan
mobilitas,
control
ikut
25
fisik/emosional
berpartisipasi
dalam
3. Menyiapkan untuk
Observasi :
perawatan dirinya
meningkatkan
3. Kaji
kemandirian, yang
hambatan
akan
terhadap partisipasi
dalam
meningkatkan
perawatan
harga diri
diri.
Identifikasi/rencana
untuk
modifikasi
lingkungan
4. Agar
Health Education :
perawatan
klien
keluarga
dan
tentang
cara-cara
untuk
memodifikasi
perubahan
5
Setelah
dilakukan
keperawatan
x24
diharapkan
memahami
perawatan diri
tindakan Mandiri :
klien
dan
jam
dapat
mengerti
1.
Dorong
untuk
pasien
melanjutkan
1.
Mencegah
kekauan
sendi,
kontraktur
dan
criteria hasil :
kelelahan
otot,
fraktur
meningkatkan
Pasien
kembalinya
dapat
menyatakan
pemahaman
prognosis
kondisi,
dan
pengobatan
Pasien
melakukan
2.
dapat
dengan
2.
Beri
penguatan
ambulasi
diperlukan
menjelaskan
tindakan
aktivitas
dan
alasan
sesuai
Banyak
fraktur
memerlukan
gips,
proses
3.
Memberikan
dasar
Observasi :
3.
membuat
Kaji
ulang
patologi,
prognosis
dan
pengetahuan
harapan
pilihan
informasi
yang
4.
akan datang
Menurunkan
risiko
trauma
tulang/jaringan
infeksi
4.
Kaji
ulang
perawatan
yang
berlanjut
pen/luka
dan
dapat
menjadi
osteomielitis
yang tepat
5.
Memberikan
tempat
untuk
membawa
artikel
tertentu
Helath Education :
5.
Berikan
penjelasan
pasien
6
Setelah
dilakukan
keperawatan
diharapkan
mengalami
risiko
untuk
penggunaan backpack
tindakan Mandiri :
x24
klien
kepada
jam
Pen/kawat
tidak
tidak 1. Inspeksi kulit untuk 1.
iritasi
atau harus
dimasukkan
infeksi, adanya
robekan kontinuitas
melalui
kulit
terinfeksi,
Mencapai
penyembuhan
sesuai
waktu,
atau
luka
kemerahan
abrasi
menimbulkan
bebas
yang
(dapat
infeksi
tulang)
Berikan
25
Dapat
mencegah
dan
latihan
mencuci tangan
Observasi :
Dapat
3. Kaji sisi pen atau kulit, 3.
perhatikan
keluhan mengindikasikan
peningkatan nyeri atau timbulnya infeksi local
rasa
terbakar
atau atau nekrosis jaringan,
adanya edema, eritema, yang
drainase atau bau tak menimbulkan
dapat
osteomilitis
enak
Kolaborasi :
4.
Pemeriksaa
laboratorium contoh :
- Hitung darah lengkap
Anemia
dapat
terjadi
pada
osteomilitis,
leukositosis
biasanya
dengan
ada
proses
infeksi
Antibiotik
IV/Topikal
Antibiotik
spectrum
luas
dapat digunaka
secara profilaktif
25
atau
dapat
ditujukan
pada
mikroorganisme
khusus
Tetanus toksoid
Diberikan
secara
profilaktik
karena
kemungkinan
adanya tetanus
pada
luka
terbuka
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Drs. Nasrul Effendi,
2000). Ada tiga fase dalam tindakan keperawatan, yaitu :
1. Fase Persiapan
Meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi rencana, pengetahuan dan
keterampilan menginterpretasikan rencana, persiapan klien dan lingkungan.
2. Fase Intervensi
Merupakan puncak dari implementasi yang berorientasi pada tujuan dan fokus
pada pengumpulan data yang berhubungan dengan reaksi klien termasuk reaksi
fisik,
psikologis,
sosial
dan
spiritual.
Tindakan
keperawatan
dibedakan
5. Evaluasi Keperawatan
Adalah mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien. Teknik penilaian
yang didapat dari beberapa cara, yaitu :
25
Diagnosa
1
Evaluasi
Klien
dapat
mendomenstrasikan
penggunaan
intervensi
Pasien
dapat melakukan
dengan
benar
prosedur
yang
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Fraktur lumbal adalah kerusakan pada tulang belakang berakibat trauma,
biasanya terjadi pada orang dewasa laki-laki yang disebabkan oleh kecelakaan,
jatuh, dan perilaku kekerasan.
Penyebab dari fraktur lumbal adalah trauma, kompresi atau tekanan pada
tulang belakang akibat jatuh dari ketinggian, gangguan spinal bawaan atau cacat
sejak lahir dan postur tubuh ( obesitas atau kegemukan ).
Manifestasi klinik dari fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas,
pemendekkan deformitas, krepitus, pembengkakan lokal dan perubahan warna
25
B.
Saran
Sebagai seorang perawat kita harus menngetahui apa itu fraktur, jenis jenis
fraktur, lokasi, luas dan apa yang penyebab dari fraktur itu sendiri. Selain itu perawat
juga harus mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan fraktur
sehingga perawat mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan untuk menangani
pasien dengan fraktur agar pasien dengan fraktur lumbal bisa menjalani kehidupan
secara wajar sehingga aktivitas pasien tidak terganggu.
Daftar Pustaka
Brunner and Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 2.
Jakarta :EGC
Doenges, Marilynn. E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta : EGC
Guyton and Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 9.Jakarta : EGC
25