1.
Aliran Progresivisme
untuk
menguji
kebenaran
suatu
teori.
Dan
usaha ini, sekolah harus menyajikan program pendidikan yang dapat memberikan
wawasan kepada anak didik tentang apa yang menjadi karakteristik atau
kekhususan daerah itu. Untuk itulah, fisafat progesivisme menghendaki sis
pendidikan dengan bentuk belajar sekolah sambil berbuat atau learning by
doing (Zuhairini, 1991: 24).
Dengan kata lain akal dan kecerdasan anak didik harus dikembangkan dengan
baik. Perlu diketahui pula bahwa sekolah tidak hanya berfungsi sebagai
pemindahan pengetahuan (transfer of knowledge), melainkan juga berfungsi
sebagai pemindahan nilai - nilai (transfer of value), sehingga anak menjadi
terampildan berintelektual baik secara fisik maupun psikis. Untuk itulah sekat
antara sekolah dengan masyarakat harus dihilangkan.
Kelebihan filsafat progresivisme
Toleran dan terbuka sehingga menuntut untuk selalu maju bertindak secara
konstruktif, inovatif dan reformatif, aktif serta dinamis.
Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berfikir, guna
mengembangakan bakat, kreatifitas dan kemampuan yang terpendam
dalam dirinya
Menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan terus maju sebagai
generasi yang akan menjawab tantangan zaman peradaban baru
2.
Aliran Esensialisme
Aliran esensialisme merupakan aliran pendidikan yang didasarkan pada nilai nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia.
Esensialisme muncul pada zaman Renaisance dengan ciri - cirinya yang berbeda
dengan progesivisme. Dasar pijakan aliran ini lebih fleksibel dan terbuka untuk
perubahan, toleran, dan tidak ada keterkaitan dengan doktrin tertentu.
Esensiliasme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai - nilai yang
memiliki kejelasan dan tahan lama, yang memberikan kestabilan dan nilai - nilai
terpilih yang mempunyai tata yang jelas (Zuhairini, 1991: 21).
Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individu
dengan menitikberatkan pada aku. Menurut idealisme, pada tarap permulaan
seseorang belajar memahami akunya sendiri, kemudian ke luar untuk memahami
dunia objektif. Dari mikrokosmos menuju ke makrokosmos. Menurut Immanuel
Kant, segala pengetahuan yang dicapai manusia melalui indera memerlukan unsur
apriori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu.
Bila orang berhadapan dengan benda - benda, bukan berarti semua itu sudah
mempunayi bentuk, ruang, dan ikatan waktu. Bentuk, ruang , dan waktu sudah
ada pada budi manusia sebelum ada pengalaman atu pengamatan. Jadi, apriori
yang terarah buikanlah budi pada benda, tetapi benda - benda itu yang terarah
pada budi. Budi membentuk dan mengatur dalam ruang dan waktu. Dengan
mengambil landasan pikir tersebut, belajar dapat didefinisikan sebagai substansi
spiritual yang membina dan menciptakan diri sendiri (Poedjawijatna, 1983: 120121).
Roose L. finney, seorang ahli sosiologi dan filosof , menerangkan tentang hakikat
social dari hidup mental. Dikatakan bahwa mental adalah keadaan ruhani yang
pasif, hal ini berarti bahwa manusia pada umumnya menerima apa saja Yang telah
ditentukan dan diatur oleh alam sosial. Jadi, belajar adalah menerima dan
mengenal secara sungguh - sungguh nilai - nilai sosial angkatan baru yang timbul
untuk ditambah, dikurangi dan diteruskan pada angkatan berikutnya.
Kelebihan:
esensialisme membantu untuk mengembalikan subject matter ke dalam proses
pendidikan, namun tidak mendukung perenialisme bahwa subject matter yang
benar adalah realitas abadi yang disajikan dalam buku-buku besar dari peradaban
barat. Great Book tersebut dapat digunakan namun bukan untuk mereka sendiri
melainkan untuk dihubungkan dengan kenyataan-kenyataan yang ada pada
dewasa ini.
esensialis berpendapat bahwa perubahan merupaka suatu kenyataan yang tidak
dapat diubah dalam kehidupan sosial. Mereka mengakui evolusi manusia dalam
sejarah, namun evolusi itu harus terjadi sebagai hasil desakan masyarakat secara
terus-menerus. Perubahan terjadi sebagai kemampuan imtelegensi manusia yang
mampu mengenal kebutuhan untuk mengadakan amandemen cara-cara
bertindak,organisasi,dan fungsisosial.
Kelemahan:
menurut esensialis, sekolah tidak boleh mempengaruhi atau menetapkan
kebijakan-kebijakan sosial. Hal ini mengakibatkan adanya orientasi yang terikat
tradisi pada pendidikan sekolah yang akan mengindoktrinasi siswa dan
mengenyampingkan kemungkinan perubahan.
Para pemikir esensialis pada umumnya tidak memiliki kesatuan garis karena
mereka berpedoman pada filsafat yang berbeda. Beberapa pemikir esensialis
bahkan memandang seni dan ilmu sastra sebagai embel-embel dan merasa bahwa
pelajaran IPA dan teknik serta kejuruan yang sukar adalah hal-hal yang benarbenar penting yang diperlukan siswa agar dapat memberi kontribusi pada
masyarakat.
c. Peran guru sangat dominan sebagai seorang yang menguasai lapangan, dan
merupakan model yang sangat baik untuk digugu dan ditiru. Guru merupakan
orang yang menguasai pengetahuan dan kelas dibawah pengaruh dan pengawasan
guru. Jadi, inisiatif dalam pendidikan ditekankan pada guru, bukan pada siswa.
3.
Aliran Perenialisme
4. Aliran Konstruktivisme
Merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran konstektual yaitu
bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya
Ingat. Murid terlibat secara langsung dengan aktif, sehingga mereka akan
lebih mengingat semua konsep. Melalui pendekatan ini, murid membina
sendiri kefahaman mereka, maka mereka akan lebih yakin menghadapi dan
menyelesaikan masalah dalam situasi baru.
5.
Aliran Empirisme
Empirisme berasal dari kata empiri yang berarti pengalaman. Aliran empirisme
atau environmental menyatakan bahwa perkembangan seorang individu akan
ditentukan
oleh
pengalaman
pengalaman
yang
diperolehnya
selama
a)
dengan jiwa dan watak yang hampir sama, yaitu suci dan bersih. Pendidikan dan
lingkungan yang membuat manusia berbeda.
b) Claude Andrien Helvetus ( Jerman, 1715 1771 ) yang berpendapat bahwa
lingkungan dan pendidikan dapat membentuk ke arah mana saja yang dikehendaki
pendidik. Jadi, berdasarkan teori - teori tersebut keturunan atau pembawaan tidak
mempunyai peranan dalam perkembangan individu. Pendidikan sebagai bagian
dari pengalaman mempunyai peranan yang penting, karena akan menentukan
keadaan individu mada masa yang akan datang. Oleh karena itu, menurut teori ini
pendidikan merupakan usaha yang cukup mampu untuk mengisi dan membentuk
pribadi seseorang ke arah pola yang diinginkan dan diharapkan lingkungan
masyarakatnya. Kepribadian terbentuk atas dasar pengaruh lingkungan pendidikan
yang didapatnya.
Kelebihan :
Pengalaman indera merupakan sumber pengetahuan yang benar, karena faham
empiris mengedepankan fakta-fakta yang terjadi di lapangan.
Kelemahan :
Indra terbatas, Indera menipu, Objek yang menipu, Indera dan objek sekaligus.
6.
Aliran Nativisme
Nativisme berasal dari kata nativus yang berarti terlahir. Aliran nativisme
menyatakan bahwa perkembangan individu ditentukan oleh faktor keturunan atau
bawaan sejak lahir. Menurut aliran ini, setiap individu ketika dilahirkan telah
membawa sifat - sifat tertentu yang akan menentukan keadaan individu yang
bersangkutan. Dengan demikian, menurut aliran ini keberhasilan belajar seseorang
ditentukan oleh dirinya sendiri. Faktor lain, yaitu lingkungan dan pengalaman
yang termasuk di dalamnya adalah pendidikan tidak akan berpengaruh terhadap
Kelebihan :
Seseorang bisa mengoptimalkann bakat yang dimiliki dikarenakan telah
mengetahui bakat yang bisa dikembangkannya. Dengan adanya hal ini,
memudahkan manusia mengembangkan sesuatu yang bisa berdampak besar
terhadap kemajuan dirinya.
Kelemahan :
kelemahan Aliran ini adalah menitikberatkan pada bakat bawaan dan tidak ada
pengaruhnya dengan lingkungan.
menurut saya lingkungan sangat berpengaruh, karena bakat seseorang tidak akan
berkembang apabila tidak didorong oleh factor lingkungan yang mendukung.
7.
Aliran naturalisme yang dikemukakan oleh J.J Rosseau ( Perancis, 1712 1778 M ), menyatakan bahwa setiap anak yang lahir ke dunia mempunyai
pembawaan baik. Namun pembawaan baik tersebut akan rusak oleh faktor
lingkungan. Dari pandangan tersebut dapat ditarik pengertian sebagai berikut :
a)
Aliran Konvergensi
Aliran ini merupakan teori gabungan (konvergen) dari aliran nativisme dan
empirisme. Tokoh aliran ini adalan William Stern, yang mengemukakan bahwa
pembawaan dan lingkungan mempunyai peranan penting dalam perkembangan
individu. Aliran ini berpendapat bahwa anak telah memiliki pembawaan baik atau
buruk sejak lahir ke dunia, perkembangan selanjutnya akan dipengaruhi oleh
lingkungan.
Anak yang mempunyai pembawaan yang baik dan didukung oleh lingkungan
pendidikan yang baik akan menjadi semakin baik. Sedangkan bakat yang dibawa
sejak lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa dukungan lingkungan yang
sesuai bagi perkembangan bakat itu sendiri. Sebaliknya, lingkungan yang baik
9. Aliran Eksistensialisme
Dari sudut etimologi eksistensi berasal dari kata eks yang berarti diluar dan
sistensi yang berarti berdiri atau menempatkan, jadi secara luas eksistensi dapat
diartikan sebagai beridir sendiri sebagai dirinya sekaligus keluar dari dirinya.
Eksistensialisme merupakan suatu aliran dalam ilmu filsafat yang menekankan
pada manusia, dimana manusia dipandang sebagai suatu mahluk yang harus
bereksistensi, mengkaji cara manusia berada di dunia dengan kesadaran. Jadi
dapat dikatakan pusat renungan eksistensialisme adalah manusia konkret.
Ada beberapa ciri eksistensialisme, yaitu, selalu melihat cara manusia berada,
eksistensi diartikan secara dinamis sehingga ada unsur berbuat dan menjadi,
manusia dipandang sebagai suatu realitas yang terbuka dan belum selesai, dan
berdasarkan pengalaman yang konkret. Jadi dapat disimpulkan bahwa
eksistensialisme
memandang
manusia
sebagai
suatu
yang
tinggi,
dan
keberadaannya itu selalu ditentukan oleh dirinya, karena hanya manusialah yang
dapat bereksistensi, yang sadar akan dirinya dan tahu bagaimana cara
menempatkan dirinya. Dan ilmu - ilmu lain yang berkaitan dengan
eksistensialisme ini saya kita ilmu - ilmu yang berkaitan dengan manusia seperti