Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


World Health Organization/ United Nations Childrens Fund (WHO/UNICEF),
pada tahun 2003 melaporkan bahwa 60% kematian balita langsung maupun tidak
langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan
praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak. (pedoman
penyelenggaraan pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konseling
menyusui)
Terkait dengan hal tersebut, WHO/UNICEF (2002) merekomendasikan pola
makan terbaik untuk bayi dan anak sampai usia 2 (dua) tahun dalam Global Strategy
on Infant and Young Child Feeding, yaitu: pertama memberikan ASI kepada bayi
segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya ASI saja
atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga
memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan
sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24
bulan atau lebih.
Indonesia telah meratifikasi Global Strategy for Infant and Young Child
Feeding melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 237/Menkes/SK/IV/1997
tentang pemasaran produk pengganti ASI dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan
nomor 450/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia.
Dalam hal pemberian ASI secara eksklusif, Departemen Kesehatan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan No: 450/Menkes/SK/IV/2004 telah menetapkan bahwa
pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia adalah sejak lahir sampai
dengan bayi berumur 6 bulan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui
program perbaikan gizi Masyarakat telah menargetkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan
sebesar 80%. Namun demikian angka ini sangat sulit untuk dicapai bahkan tren
prevalensi ASI eksklusif dari tahun ke tahun terus menurun. Data Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi

ASI eksklusif dari 40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003
dan 2007.
Tidak tercapainya cakupan pemberian ASI Eksklusif ini juga bisa dilihat
berdasarkan data yang diperoleh dari laporan tahunan Puskesmas Pauh, dari laporan
tahunan tersebut terlihat cakupan pemberian ASI eksklusif masih berada di bawah
target yakni 48,47% dimana target yang diharapkan adalah 80%.
Untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif ini pemerintah melalui
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/SK/IV/2004 dan Peraturan Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor
03 Tahun 2010 membuat kebijakan

tentang penerapan sepuluh Langkah Menuju

Keberhasilan Menyusui. Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) adalah salah satu poin
dalam sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) tersebut. Kelompok
pendukung ASI (KP-ASI) adalah kelompok yang dibentuk oleh fasilitas pelayanan
kesehatan dan masyarakat untuk mendukung ibu hamil, ibu baru melahirkan serta ibu
menyusui.
1.2. Rumusan Masalah
Mengidentifikasi masalah masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Pauh.
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengidentifikasi masalah yang ada di Puskesmas Pauh
1.3.2 Menetapkan prioritas masalah yang ada di Puskesmas Pauh
1.3.3 Menganalisis penyebab masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di
1.3.4

wilayah kerja Puskesmas Pauh.


Menentukan alternatif pemecahan masalah rendahnya cakupan pemberian ASI

1.3.5

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pauh.


Terbentuknya suatu Kelompok Pendukung ASI bagi ibu menyusui di wilayah
kerja Puskesmas Pauh.

1.4. Manfaat Penulisan

Dengan penulisan Planing of Action ini diharapkan dapat memberikan masukan


kepada pihak puskesmas dalam upaya peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Pauh melalui pembentukan Kelompok Pendukung ASI.

BAB II
ANALISIS SITUASI

2.1. Keadaan Geografis


Wilayah kerja Puskesmas Pauh terletak di Kecamatan Pauh, pada 0 0 58 Lintang
Selatan, 100

21 11 Bujur Timur sebelah timur pusat Kota Padang yang terdiri 9

(sembilan) kelurahan. Dengan luas wilayah + 146, 2m Km2, terdiri dari 60% dataran
rendah dan 40% dataran tinggi . Curah hujan 471 mm / bulan , temperatur antara 28 0
310C dengan batas wilayah sebagai berikut3:
a. Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Solok
b. Sebelah Barat berbatas dengan Wilayah kerja Puskesmas Andalas (Padang
Timur)
c. Sebelah Utara

berbatas dengan Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan

Koto Tangah.
d. Sebelah Selatan berbatas dengan sebagian Wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Kilangan.

GAMBAR : II.1
Peta wilayah kerja Puskesmas Pauh 3

2.1. Keadaan demografi

Berdasarkan data dari Kantor Kecamatan Pauh Kota Padang tahun 2010 yang
dipublikasikan pada tahun 2010 jumlah Penduduk Kecamatan Pauh adalah sebanyak
53.669 jiwa dengan total rumah tangga 13.315 KK dan rata-rata anggota keluarga 4
orang serta kepadatan penduduk 367/km 3.
Adapun rincian jumlah penduduk menurut kelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut 3.
Tabel II.1
Jumlah Penduduk Kec. Pauh menurut kelurahan Tahun 2010 3
No

Kelurahan

Jumlah kepala
keluarga

Jumlah Jiwa

Pisang

1365

6741

Binuang Kp Dalam

1005

5617

Piai Tangah

734

4405

Cupak Tangah

1004

7863

Kapalo Koto

1105

5841

Koto Luar

1618

6955

Lambung Bukit

814

3123

Limau Manis Selatan

1733

8263

Limau Manis

839

4861

10217

53669

JUMLAH

Pada tahun 2010 jumlah Keluarga Miskin (gakin) terdapat sebanyak 11.517 jiwa
dengan cakupan Gakin yang memiliki Jaminan Kesehatan sebesar 106 % meliputi
Jamkesmas dan Jamkesda sebagaimana dibawah ini 3:

Tabel II.2

Jumlah Penduduk Kec. Pauh menurut kelurahan Tahun 2010 3


Kelurahan

JML Gakin

Jamkesmas

Jamkesda

Pisang

1329

1329

261

119,6

Binuang KD

853

853

147

117,2

Koto Luar

1452

1452

139

109,6

Piai Tangah

1172

1172

110

109,4

LM Selatan

1228

1228

45

104,3

Lambung Bukit

1213

1213

45

101,5

Cupak Tangah

1473

1473

36

100,4

Kapalo Koto

1330

1330

100,2

Limau Manis

1467

1419

100,1

11517

11469

785

106,9

Jumlah

2.3 Sarana Dan Prasarana


Salah satu lembaga atau institusi kesehatan yang dirasakan masih eksis ditengah
masyarakat sampai saat ini adalah Posyandu. Jumlah Posyandu di Kecamatan Pauh pada
tahun 2009 adalah sebagai berikut3 :
Posyandu balita

= 70 buah

Posyandu Lansia

= 12 buah

Selain itu beberapa sarana pelayanan kesehatan yang bersifat privat / swasta yang ada
diwilayah kerja Puskesmas Pauh ada 8 Bidan Praktek Swasta (BPS), 1 Klinik bersalin
dan 3 Praktek Swasta Dokter Umum, 2 Praktek Swasta Dokter Gigi 3.
Prasarana Puskesmas saat ini terutama pada gedung A yaitu gedung pelayanan rawat
jalan pada saat penyusunan laporan tahunan ini telah dimanfaatkan untuk pelayanan
kepada masyarakat. Gedung C

yang menjadi ruang rawat inap cukup baik namun

prasarana penunjang kegiatan perlu dilengkapi seperti intalasi air besih dan listrik sendiri
sehingga mampu memberi pelayanan yang baik kepada masyarakat 3.

Untuk membantu terselenggaranya pembangunan kesehatan diwilayah kerja


Puskesmas Pauh dibantu oleh jejaring kerja seperti 5 (lima) unit Puskesmas Pembantu
yang terletak di Kelurahan Batu Busuk, Pisang, Piai Tangah, Ulu Gadut, Jawa Gadut 3.
Dalam tahun ini juga untuk melengkapi sarana UKBM di Kelurahan Siaga, telah ada
3 unit Poskeskel pada kelurahan Limau Manis Selatan Kelurahan Koto Lua dan
Kelurahan Pisang. Terhitung mulai Oktober 2008 sampai sekarang telah beroperasional
dan dipimpin oleh 2 ( dua ) orang Bidan Kelurahan Siaga kecuali Poskeskel Pisang yang
selesai dibangun pada pertengahan tahun 2010 tahun ini, namun belum dioperasionalkan
karena terkendala sengketa tanah lokasi tempat poskeskel berada 3.
Adapun rincian rincian sarana dan prasarana yang dimiliki Puskesmas untuk
mendukung jalannya kegiatan pelayanan kesehatandi wilayah kerjanya dapat dilihat pada
tabel berikut ini 3.

Tabel II.3
Kondisi Sarana Dan Prasarana Puskesmas Pauh Tahun 2010 3
No
I

II

Jenis sarana dan


prasarana

Kondisi
Jmlh

Sarana Kesehatan

Baik

Rusak
Ringan

Sedang

Berat

Puskesmas Induk

Rawat Inap

Puskesmas Pembantu

1 ( Jawa
Gadut )

Rumah Dinas Dokter

Rumah Dinas Perawat

Rumah Dinas Bidan

Puskesmas Keliling
roda 4

Ambulance

Sepeda Motor

SARANA

PENUNJANG
1

Komputer

Mesin Tik

Telepon

Listrik

Sarana Air Bersih

Tabel II.4
Sarana Pendidikan Di Kecamatan Pauh Tahun 2010 3
No

Kelurahan

Jmlh
Sekolah

TK

SD/MI

SMPMTS

SMU/K/MA

PT

Pisang

Binuang
Kp.Dalam

Piai Tangah

Cupak Tangah

Kapalo Koto

Koto Lua

Lambuang
Bukik

Limau Manih
Selatan

Limau Manih

Puskesmas

46

24

2.4 Ketenagaan Puskesmas Pauh


Sumber daya tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas PAUH secara kuantitatif
sudah cukup memadai dengan rasio tenaga berdasarkan katagori tenaga rata-rata 1 : 8000
penduduk, namun dari segi kualitatif memang diperlukan upaya peningkatan pendidikan
dan pelatihan terutama dalam rangka menjawab tantangan akan pentingnya peningkatan
mutu (Quality Assurance) oleh provider serta tuntutan masyarakat (user) akan mutu yang

ditandai dengan semakin berkurangnya keluhan masyarakat akan pelayanan kesehatan


yang diberikan Puskesmas 3.
Dibawah ini disajikan data dan informasi ketenagaan yang bekerja pada Puskesmas
PAUH selama Tahun 2010 sebagai berikut 3:
Tabel : II.5
Kondisi Ketenagaan Pada Puskesmas Pauh Tahun 2010 3
No

Jenis ketenagaan

Yang ada sekarang

Status Kepegawaian

Dokter

2 PNS

Dokter Gigi

1 PNS TITIPAN NAD

Sarjana Keperawatan

1 PNS

Rekam Medik

1 PNS

D3 Keperawatan

12

6 PNS, 6 VOLUNTIR

D3 Kebidanan

15

7 PNS, 8 PTT

D3 Gizi

2 PNS, 2 VOLUNTIR

D3 Teknisi Gigi

1 PNS

D3 Kesling

2 PNS

10

Bidan

2 PNS

11

Perawat ( SPK )

6 PNS

12

Analis Kimia

1 PNS

13

Ass. Apoteker

3 PNS

14

LCPK

1 PNS

15

SMA

4 PNS

JUMLAH

56

2.5 Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi


1. Sosial

Penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh dengan strata dan rasial yang relatif
homogen dengan akar budaya yang kuat dan kental dengan sendirinya menjadi potensi
dan kekuatan dalam pembangunan termasuk kesehatan 3.
Potensi keninik mamakan yang masih dilakoni masyarakat menjadi ssendo
dalam melakukan perubahan perilaku masyarakat menuju Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat 3.
Dari segi kepercayaan, Mayoritas kepercayaan penduduk adalah Islam dengan
komposisi 99 % Islam, sisanya katolik, Protestan, Budha dan lain lain 3.
2. Budaya
Tersedianya berbagai jenis pendidikan mulai dari tingkat pendidikan kanakkanak dasar sampai dengan perguruan tinggi pada wilayah kerja Puskesmas PAUH
menyebabkan semakin banyak penduduk yang mengenyam pendidikan dan diharapkan
semakin kritis dengan berbagai dampak pembangunan. Sistem kekerabatan yang masih
dijalankan oleh penduduk setempat masih dipakai sebagian besar penduduk dan
merupakan kekuatan yang dapat digarap apabila cara nya diketahui. Pendekatan
kultural sangat dibutuhkan dalam rangka menjalin kerjasama peran serta masyarakat 3.
3. Ekonomi
Pendapatan penduduk wilayah kerja Puskesmas PAUH boleh dikata bervariasi
mulai dari petani 46 % , dengan kemampuan terbatas sampai ke kelompok mampu
dan mapan. Swasta 24 % , PNS 17 % , ABRI 5 %, sisanya bekerja di sektor informal
lainnya. Namun kelompok dengan pendapatan rendah dan tidak menentu secara
signifikan rawan dengan kesehatan yaitu keluarga miskin ternyata menduduki proporsi
yang cukup besar yaitu 22,4 % dari total penduduk wilayah kerja Puskesmas PAUH 3.

2.6 Sasaran Pelayanan Kesehatan

Dibawah ini disajikan gambaran kependudukan yang menjadi sasaran dan cakupan
kesehatan Puskesmas PAUH berdasarkan perhitungan statistik dan konversi dari DKK
tahun 2010 sebagai berikut 3 :
Tabel II.6
Jumlah Prakiraan Penduduk Sasaran Kesehatan Tahun 2010 3

Kode

Kelurahan

Jumlah
Pddk

Bayi

Balita

Bumil

Bufas

Bulin

Buteki

Lansia

01

Pisang

6741

144

704

158

151

151

288

472

02

Binuang kp
Dalam

5617

120

587

132

126

126

240

393

03

Piai Tangah

4405

94

460

103

98

98

188

309

04

Cupak Tangah

7863

168

821

185

176

176

336

551

05

Kapalo Koto

5841

124

610

136

131

131

248

409

06

Koto Lua

6955

148

726

163

156

156

296

487

07

Lamb. Bukik

3123

66

326

74

70

70

132

219

08

Limau Manis
Selatan

8263

177

863

194

185

185

354

479

09

Limau Manih

4861

104

508

114

109

109

208

341

53.669

1145

5605

1259

1202

1202

2290

3660

Total

II.7 Struktur Puskesmas 3


Kepala Puskesmas
Dr. Hj. Ratna Sari

Tata Usaha Kepegawaian


Rheynce Primaria, SKM

Keuangan
Koor Yankes Masyarakat
A.P2P: 1.TB Paru
5. ISPA
2.Survailens
6. Kusta
3.Imunisasi
7. Rabies
4.DBD
8. Malaria
B.KESLING
C.PROMKES
D.GIZI
E.UKS
F.UKGS
G.LANSIA

Pustu Jawa Gadut

Pustu Batu
Busuk

Perlengkapan

Perencanaan

Koor Pelayanan Medik


A.PENGOBATAN : 1.UMUM
2.GIGI
B.KIA/KB
C.KIA IBU
D.KIA ANAK
E.PROGRAM PENUNJANG :
1. RR
2. Apotik

Pustu Pisang

Pustu Ulu Gadut

Pustu Piai Tangah

Poskeskel Limau Manis


Selatan

Bagan 1. Struktur organisasi Puskesmas pauh 3


BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Rawat Inap

Poskeskel Koto Luar

3.1.

Air Susu Ibu (ASI)


3.1.1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
Air susu ibu adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam
garam anorganik yang disekresi oleh kedua belah kelenjer mamae dari ibu, yang
berguna sebagai makanan bagi bayi. Air susu ibu merupakan makanan yang mudah
didapat, selalu tersedia, siap diminum tanpa adanya persiapan yang khusus dengan
temperatur yang sesuai dengan bayi. Air susu ibu memiliki kandungan zat gizi yang
lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat gizi yang
lengkap dan sempurna untuk keperluan bayi serta mengandung zat anti infeksi, oleh
karenanya air susu ibu merupakan makanan terbaik dan paling cocok untuk bayi.
3.1.2. Pengertian ASI Eksklusif
Menurut Purwanti (2004), ASI ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain, walaupun
hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.
III.1.3 Komposisi ASI
Soetjiningsih (1997), menyatakan bahwa komposisi ASI ini ternyata tidak
konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi
komposisi ASI adalah stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diet ibu. ASI menurut
stadium laktasi, yaitu:
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
payudara yang disekresi dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat.
Kolostrum berupa cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan.
Kolostrum ini merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekoneum
dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk
makanan yang akan datang.
Kolostrum mengandung lebih banyak protein dibandingkan dengan ASI
matur dengan protein utamanya adalah globulin (gamma globulin). Kolostrum
mengandung lebih banyak antibodi dibandingkan ASI matur sehingga dapat

memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan, kadar karbohidrat


lemaknya rendah tetapi kadar mineral terutama natrium, kalium dan kloridanya
lebih tinggi. Total energi rendah, yaitu hanya 58 Kal/100 ml kolostrum. Bila
dipanaskan, kolostrum akan menggumpal. Volume kolostrum sekitar 150-300
ml/24 jam.
2. ASI transisi / peralihan
ASI peralihan merupakan peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI
yang matur . ASI transisi ini disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa
laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi
pada minggu ketiga sampai minggu kelima. Kadar protein dalam ASI transisi
semakin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin meninggi.
Volume ASI transisi akan semakin meningkat.
3. ASI matur
ASI matur merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya
dimana komposisinya relatif konstan (ada pula yang menyatakan bahwa komposisi
relatif konstan baru mulai minggu ketiga sampai kelima). Pada ibu yang sehat
dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling
baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.
ASI matur merupakan suatu cairan berwarna putih kekuningan yang
diakibatkan warna dari garam Ca-caseinat, riboflavin, dan karoten yang terdapat di
dalamnya. ASI matur ini tidak akan menggumpal jika dipanaskan dan terdapat
beberapa antimikrobial, antara lain: antibodi terhadap bakteri dan virus, sel (fagosit
granulosit, makrofag dan limfosit T), enzim, protein (laktoferin, B12 binding
protein), faktor resisten terhadap stafilokokus, komplemen, interferron producting
cell, dan hormon-hormon.
Secara umun komposisi dari ASI menurut Soetjiningsih (1997) adalah:
1. Protein

ASI mengandung protein lebih rendah dari susu sapi tetapi protein dalam
ASI mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan mudah dicerna. ASI mengandung
asam amino esensial taurin yang tinggi yang penting untuk pertumbuhan retina dan
konjugasi bilirubin. Selain itu ASI juga mengandung sistin yang tinggi yang
merupakan asam amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi.
2. Karbohirat
ASI mengandung karbohidrat yang relatif lebih tinggi daripada susu sapi.
Karbohidrat yang utama terdapat pada ASI adalah laktosa. Kadar laktosa yang
tinggi ini sangat menguntungkan karena laktosa ini akan difermentasi menjadi
asam laktat yang akan memberikan kondisi asam dalam usus bayi. Suasana asam
ini akan memberikan beberapa keuntungan, yaitu: menghambat pertumbuhan
bakteri

yang

patologis,

memacu

pertumbuhan

mikoroorganisme

yang

memproduksi asam organik dan mensintesis vitamin, memudahkan terjadinya


pengendapan dari Ca-caseinat, serta mempermudah absorpsi mineral seperti
kalsium, fosfor dan magnesium.
Selain laktosa, juga terdapat glukosa, galaktosa, dan glukosamin. Galaktosa
penting untuk pertumbuhan otak dan medula spinalis. Glukosamin merupakan
bifidus faktor disamping laktosa, yang dapat memacu pertumbuhan Lactobacilus
bifidus yang sangat menguntungkan bayi.
3. Lemak
Kadar lemak dalam ASI relatif sama dengan susu sapi dan merupakan
sumber kalori utama bagi bayi, sumber vitamin larut lemak, dan sebagai sumber
asam lemak esensial. Tetapi lemak dalam ASI memiliki bentuk emulsi lebih
sempurna karena ASI mengandung enzim lipase yang memecah trigiliserida
menjadi monogliserida sebelum pencernaan di usus terjadi. Selain itu kadar asam
lemak tidak jenuh dalam ASI 7-8 kali lebih banyak dari susu sapi.

4. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah


tetapi cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Total mineral selama masa laktasi
adalah konstan tetapi beberapa mineral yang spesifik kadarnya tergantung diet ibu
dan stadium laktasi. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah
kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Mineral yang terbanyak
adalah kalium sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan pembuat
darah relatif sedikit.
5. Air
Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan zatzat yang terdapat di dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabolic
adalah aman. Kadar ASI yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan
rangsangan haus dari bayi.
6. Vitamin
Vitamin dalam ASI cukup lengkap. Vitamin A, D, dan C jumlahnya cukup,
sedangkan golongan vitamin B kecuali riboflavin dan asam pantothenik tergolong
kurang.
7. Kalori
Jumlah kalori dalam ASI relatif rendah, yaitu hanya 77 kal/100 ml ASI.
Sekitar 90% dari jumlah kalori tersebut berasal dari karbohidrat dan lemak,
sedangkan 10% berasal dari protein.
8. Unsur-unsur lainnya
Unsur-unsur lainnya yang terkandung dalam ASI laktorom, kreatinin, urea,
xanthin, amonia, dan asam sitrat.

III.1.4 Manfaat ASI Eksklusif

Menurut Purwanti (2004), ASI ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain, walaupun
hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.
Bagi ibu dan bayi ASI eksklusif, mudahnya terjalin ikatan kasih sayang yang
mesra antara ibu dan bayinya merupakan awal dari keuntungan menyusui secara
eksklusif. ASI tak ternilai harganya, selain meningkatkan kesehatan dan kecerdasan
anak secara optimal, ASI juga membuat anak menjadi potensial memiliki emosi yang
lebih stabil, spiritual yang matang, serta memiliki perkembangan sosial yang baik.
Keuntungan ini tidak hanya diperoleh oleh bayi, tetapi juga dirasakan oleh ibu,
keluarga, masyarakat, negara bahkan lingkungan.
Manfaat memberikan ASI eksklusif bagi bayi menurut Roesli (2000), antara lain:
1. ASI sebagai nutrisi
Air susu seorang ibu yang melahirkan bayi prematur tidak sama komposisinya
dengan air susu yang dihasilkan oleh seorang ibu yang melahirkan seorang bayi
yang cukup bulan. Air susu yang dihasilkan seorang ibu sesuai dengan kebutuhan
bayi yang dilahirkannya.
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi seimbang
dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI merupakan makanan
yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. ASI sebagai makanan
tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal untuk tumbuh sampai usia 6
bulan.
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapatkan immunoglobulin dari
ibunya melalui plasenta. Namun, kadarnya akan cepat sekali menurun segera
setelah bayi lahir. Pada saat kadarnya menurun dan imun yang dibentuk oleh bayi
belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi.
Kesenjangan ini akan berkurang atau hilang apabila bayi diberi ASI, karena ASI
merupakan cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi
bayi dari penyakit infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur. Bayi yang diberi ASI
eksklusif ternyata akan lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi
yang tidak mendapatkan ASI eksklusif.

3. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan


Faktor utama yang mempengaruhi kecerdasan adalah pertumbuhan otak, dan
faktor penting dalam pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Dengan
memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya
pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini dikarenakan selain
sebagai nutrien yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan
kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan
otak bayi agar tumbuh optimal. Nutrien-nutrien tersebut tidak terdapat atau hanya
sedikit pada air susu sapi. Nutrien khusus tersebut antara lain taurin, laktosa, asam
lemak rantai panjang (DHA, AA, omega-3, omega-6). Jadi, dapat disimpulakan
bahwa pertumbuhan otak bayi yang diberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan
akan optimal dengan kualitas yang optimal juga.
Hal ini juga diperkuat dengan penelitian oleh Dr. Lucas (1993) dalam Roeli
(2000), bahwa bayi prematur yang diberkan ASI eksklusif mempunyai IQ yang
lebih tinggi secara bermakna (8,3 poin lebih tinggi) dibanding bayi prematur yang
tidak diberikan ASI ekaklusif.
4. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan
merasakan kasih sayang ibunya. Bayi akan merasa aman dan tentram. Perasaan
terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi
bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.
5. ASI eksklusif meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara
6.

Membantu pembentukan rahang yang bagus

7. ASI eksklusif mengurangi resiko terkena penyakit diabetes, kanker pada anak, dan
mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung
8. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat
bisa berjalan
9. Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan
spiritual, dan hubungan sosial yang baik.
Manfaat memberikan ASI eksklusif bayi ibu antara lain:
1. Mengurangi perdarahan pasca melahirkan

Apabila bayi disusui segera setelah melahirkan maka kemungkinan


terjadinya perdarahan postpartum akan berkurang. Hal ini dikarenakan pada saat
ibu

menyusui

terjadi

peningkatan

kadar

oksitosin

yang

menyebabkan

vasokonsktriksi sehingga perdarahan akan lebih cepat berhenti.


2. Mengurangi terjadinya anemia
Menyusui dapat mengurangi kemungkinan terjadi anemia karena dapat
megurangi perdarahan.
3. Sebagai kontrasepsi alamiah
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup
berhasil. Selama ibu menyusui secara eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan
hamil pada 6 bulan pertama pasca melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai
bayi berusia 12 bulan.
4. Membantu involusi rahim
Kadar oksitosin ibu yang menyusui meningkat sehingga akan sangat
membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses involusi rahim iniakan
lebih cepat terjadi pada ibu yang menyusui dibandingkan pada ibu yang tidak
menyusui.
5. Lebih cepat langsing kembali
Menyusui memerlukan energi sehingga tubuh akan mengambilnya dari
lemak yang tertimbun selama kehamilan. Dengan demikian berat badan ibu yang
menyusui akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil.
6. Mengurangi kemungkinan terkena kanker
Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif umumnya kemungkinan
memderita kanker payudara dan ovarium akan berkurang. Pada umumnya bila ibu
melanjutkan menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga, angka
kejadian kanker payudara akan berkurang sampai 25%.

7. Lebih ekonomis

Dengan memberikan ASI eksklusif berarti menghemat biaya untuk


membeli susu formula, perlengkapan meyusui, dan persiapan untuk membuat susu
formula.
8. Tidak merepotkan dan hemat waktu
ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau
memasak air, juga tanpa harus mencuci botol, dan tanpa harus menunggu agar susu
tidak terlalu panas. Pemberian susu botol akan sangat merepotkan terutama pada
malam hari apa lagi kalau persediaan susu habis pada malam hari.
9. Portable dan praktis
ASI dapat diberkan kapan saja dan di mana saja dalam keadaan siap
dikonsumsi oleh bayi dan selalu dalam suhu yang tepat. ASI mudah dibawa
kemana-mana sehingga saat bepergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk
membuat susu formula dan alat untuk memasak atau menghangatkan susu.
10. Memberikan kepuasan bayi ibu
Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasan,
kebanggaan, dan kebahagiaan yang mendalam karena telah memberikan sesuatu
yang terbaik bagi bayinya.
11. Mengurangi resiko keropos tulang (osteoporosis)
Penelitian mengidentifikasi bahwa perempuan dengan banyak anak dan
periode yang panjang memiliki kepandatan mineral tulang lebih tinggi/sama dari
resiko patah tulang lebih rendah/sama dibandingkan dengan yang tidak pernah
melahirkan dan menyusui (Roesli, 2007).
Manfaat Pemberian ASI Pada Negara
Pemberian ASI Eksklusif akan menghemat pengeluaran Negara karena hal-hal berikut:
1. Penghematan devisa untuk pemberian susu formula, perlengkapan menyusui, serta
bayi menyiapkan susu.
2. Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah mencret dan sakit saluran
nafas.
3. Penghematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan.

4. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk


membangun Negara.
5. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya
generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia (Roesli, 2007).
Manfaat ASI Bagi Lingkungan
Air susu ibu akan mengurangi bertambahnya polusi di dunia. Air susu ibu tidak
menambah polusi udara, karena untuk membuatnya tidak memerlukan pabrik yang
mengeluarkan asap (Roesli, 2007).
III.2

Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


III.2.1 Pengertian
Masa masa belajar menyusu dalam satu jam pertama hidup bayi diluar
kandungan disebut inisiasi menyusui dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah
proses alami mengembalikan bayi untuk menyusui, yaitu dengan memberi kesempatan
pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri, dari satu jam pertama pada awal
kehidupannya. Hal ini terjadi jika segera setelah lahir, bayi dibiarkan kontak kulit
dengan kulit ibunya. Dengan menyusui secara baik dan benar maka kematian bayi
serta gangguan perkembangan bayi dapat dihindari (Roesli, 2008). Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) adalah perilaku bayi untuk mencari putting susu ibunya dan melakukan
kontak kulit bayi dengan kulit ibunya ketika satu jam pertama setelah bayi dilahirkan
(Baskoro, 2008).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah rangkaian kegiatan dimana bayi yang baru
saja lahir secara naluri melakukan aktivitas-aktivitas yang diakhiri dengan menemukan
puting susu ibunya dan segera menyusu dari putting susu ibunya (Hartati, 2008). IMD
(Early Initiation) merupakan suatu cara memberikan kesempatan pada bayi baru lahir
untuk menyusu pada ibunya dalam satu jam pertama kehidupannya, karena sentuhan
bayi melalui refleks hisapnya yang timbul mulai 30-40 menit setelah lahir akan
menimbulkan rangsangan sensorik pada otak ibu untuk memproduksi hormon
prolaktin dan memberikan rasa aman pada bayi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa
Inisiasi Menyusu Dini dapat mencegah 22% kematian neonatal dan meningkatkan 2-8
kali lebih besar keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2007)

III.2.2 Alasan Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Menurut Anik (2009) alasan pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu :
1. Suhu dada ibu dapat menyesuaikan suhu ideal yang diperlukan bayi, yaitu dapat
turun 10 derajat dan naik sampai 20 derajat celsius, sehingga dapat menurunkan
resiko hipotermia dan menurunkan kematian bayi akibat kedinginan.
2. Kehangatan dada ibu pada saat bayi diletakkan didada ibu, akan membuat bayi
merasakan getaran cinta yaitu merasakan ketenangan, merasa dilindungi dan kuat
secara psikis. Bayi akan lebih tenang karena pernapasan, detak jantung dari kulit
ibu menenangkan bayi, menurunkan stress akibat proses kelahiran dan
meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
3. Bayi yang dibiarkan merayap diperut ibu dan menemukan payudara ibunya sendiri,
akan tercemar lebih dahulu bakteri yang tidak berbahaya atau ada antinya ASI ibu,
sehingga bakteri baik ini membuat koloni disusu dan kulit bayi. Hal ini berarti
mencegah kolonisasi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
4. Pada saat bayi dapat menyusu segera setelah lahir, maka kolostrum makin cepat
keluar dan bayi akan cepat mendapatkan kolostrum ini, yaitu cairan emas atau
cairan pertama yang kaya akan antibody dan sangat penting untuk pertumbuhan
usus dan ketahanan terhadap infeksi yang dibutuhkan bayi demi kelangsungan
hidupnya.
5. Bayi akan belajar menyusu dengan nalurinya sendiri.
6. Sentuhan, kuluman / emutan dan jilatan pada putting ibu akan merangsang
oksitosin pada ibu yang penting menyebabkan rahim ibu berkontraksi sehingga
membantu pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan, merangsang hormon
lain, yang membuat ibu merasa lebih tenang, rileks dan merangsang pengaliran
ASI dari payudara.
III.2.3 Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Menurut Roesli, (2008), langkah langkah yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan inisiasi menyusui dini, yaitu :

1. Dianjurkan kepada suami atau keluarga untuk mendampingi saat persalinan.


2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan
dan mengganti dengan cara non kimiawi, misalnya pijat, aroma terapi dan
gerakkan.
3. Beri kebebasan pada ibu untuk menentukan cara melahirkan yang diinginkan,
misalnya melahirkan normal, didalam air atau dengan jongkok.
4. Keringkan secepatnya seluruh badan dan kepala bayi kecuali kedua tangannya
karena adanya lemak (verniks) yang dapat menyamankan kulit bayi.
5. Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit
ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dapt dipertahankan minimal satu jam atau
setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti jika perlu gunakan topi.
6. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi keputing ibu.
7. Mendukung ayah agar membantu ibu untuk mengenali tanda - tanda perilaku bayi
sebelum menyusu dan dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan
lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi
dalam posisi sentuhan kulit dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam,
walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum
menemukan putting payudara ibunya dalam satu jam, biarkan kulit bayi tetap
bersentuhan dengan kulit bayinya sampai berhasil menyusu pertama.
8. Berikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan
tindakan, misalnya operasi Caesar.
9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang dan diukur setelah satu jam atau
menyusui awal selesai.
10. Rawat gabung, ibu dan bayi dirawat dlam satu kamar selam 24 jam dan tidak
dipisahkan tetap selalu dalam jangkauan ibu.

III.2.4 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Menurut Roesli, (2007), manfaat inisiasi menyusu dini adalah sebagai berikut :
1. Anak yang menyusu dini dapat menyusu dengan mudah kemudian, sehingga
kegagalan menyusui akan jauh sekali berkurang. Selain mendapat kolostrum
yang bermanfaat untuk bayi, pemberian ASI Eksklusif akan menurunkan
kematian.
2. ASI adalah cairan kehidupan, yang selain mengandung makanan juga
mengandung

penyerap.

Susu

formula

tidak

diberi

enzim

sehinga

penyerapannya tergantung enzim diusus anak. Sehingga ASI tidak merebut


enzim anak.
3. Yang sering dikeluhkan ibu ibu adalah suplai ASI yang kurang, padahal ASI
diproduksi berdasarkan demand. Jika diambil banyak akan diberikan banyak,
sedangkan bayi yang diberikan susu formula perlu waktu satu minggu untuk
mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkannya.
III.2.5 Inisiasi Menyusu Dini dan MDGS
Inisiasi menyusu dini berperan dalam pencapaian tujuan Millenium
Development Goals (MDGS), khususnya pada tujuan keempat, yakni : membantu
mengurangi angka kematian anak (Utami Rusli, 2008).
Menurut The World Health Report (2005) yang dikutip oleh Utami Rusli
(2008), angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran
hidup, Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam Negara berkembang yakni Brasil,
Ghana, India, Oman, Norwegia, dan Amerika Serikat, resiko kematian bayi antara 9
12 bulan meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah
dua bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48%. Sekitar 40% kematian balita
terjadi di usia bayi baru lahir (dibawah satu bulan). Jika bayi menyusu sejak dini maka
akan mengurangi 22% kematian bayi 28 hari. Berarti inisiasi menyusu dini mampu
mengurangi 8,8% angka kematian balita (Utami Rusli, 2008).
III.2.6 Kebijakan The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) tentang
Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusu dini dalam satu jam setelah kelahiran merupakan tahap
penting untuk mengurangi kematian bayi dan mengurangi banyak kematian neonatal.
Menyelamatkan 1 juta bayi dimulai dengan satu tindakan, satu pesan dan satu
dukungan yaitu dimulai Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam pertama kelahiran.
WHO / UNICEF merekomendasikan bahwa inisiasi menyusu dini dalam satu
jam pertama kelahiran, menyusu secara eksklusif selama 6 bulan diteruskan dengan
makanan pendamping ASI sampai usia 2 tahun. Konfrensi tentang hak anak mengakui
bahwa setiap anak berhak untuk hidup dan bertahan untuk melangsungkan hidup dan
berkembang setelah persalinan. Wanita mempunyai hak untuk mengetahui dan
menerima dukungan yang diperlukan untuk melakukan inisiasi menyusu dini yang
sesuai.
WABA mengeluarkan beberapa kebijakan tentang inisiasi menyusu dini dalam Pekan
ASI sedunia (World Breastfeeding Week) :
1. Menggerakan dunia untuk menyelamatkan 1 juta bayi dimulai dengan satu
tindakan sederhana yaitu beri kesempatan pada bayi untuk melakukan inisiasi
menyusu dini dalam satu jam pertama kehidupannya.
2. Menganjurkan segera terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi dan berlanjut dengan
menyusui untuk 6 bulan secara eksklusif .
3. Mendorong Mentri Kesehatan atau orang yang mempunyai kebijakan untuk
menyatukan pendapat bahwa inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama adalah
indikator penting untuk pencegahan kesehatan.
4. Memastikan keluarga mengetahui pentingnya satu jam pertama untuk bayi dan
memastikan mereka melakukan pada bayi mereka kesempatan yang baik ini.
5. Memberikan dukungan perubahan baru dan peningkatan kembali Rumah Sakit
Sayang Bayi dengan memberi perhatian dalam penggabungan dan perluasan
tentang inisiasi menyusu dini (WBW, 2007).
III.3

Manajemen Laktasi
III.3.1 Pengertian
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa
kehamilan, segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
III.3.2 Upaya Manajemen Laktasi
Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Pada masa Kehamilan (antenatal)


a. Memberikan penernagan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI,
manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya
pemberian susu botol.
b. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan putting susu, apakah
ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu
hamil.
c. Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu
memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
d. Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester
kedua sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.
e. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk
memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.
2. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)
a. Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menysui
yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada
payudara ibu.
b. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari
agar menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
c. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S 1) dalam waktu dua
minggu setelah melahirkan.
3. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
a. Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 4 bulan pertama usia bayi, yaitu
hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
b. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 kali lebih banyak
dari biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
c. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan
menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
d. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang
keberhasilan menyusui.
e. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada
permasalahan menyusui seperti payudara banyak disertai demam.
f. Menghubungi kelompk pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman
dari ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.
g. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP
ASI yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.

III.4. Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Tentang ASI di Puskesmas


Menurut Departemen Kesehatan RI, (2002) tentang Strategi Nasional
Peningkatan Pemberian ASI mengatakan bahwa peningkatan pemberian ASI yang
meliputi pemberian ASI Eksklusif, menganjurkan ibu menyusui sampai bayinya
berusia 2 tahun, sengaja tidak membuang kolostrum, merupakan salah satu upaya
dalam peningkatan sumber daya manusia. Target pemerintah adalah 80% ibu menyusui
telah memberikan bayinya ASI Eksklusif.
Untuk mencapai hal tersebut Depertemen kesehatan RI (2002), telah menyusun
Strategi Nasional yanga salah satu sasarannya adalah petugas kesehatan dan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas. Tujuan umum dari kebijakan Pemerintah
tentang ASI di Puskesmas adalah meningkatkan pemberian ASI Eksklusif dan
meneruskan pemberiannya sampai bayi berusia 2 tahun dengan pemberian secara baik
dan benar. Tujuan khusunya salah satunya adalah meningkatkan petugas kesehatan di
tingkat puskesmas. Kegiatan yang dilakukan adalah : 1). Menyusun petunjuk
pelaksanaan (juklak), 2). Melengkapi sarana dan prasarana, 3) Melakukan pembinaan
dan 4). Melaksanakan 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusu sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 450/Menkes/SK/IV/2004
tanggal 07 April 2004.
III.5

Kelompok Pendukung ASI (KP ASI)


III.5.1 Pengertian
Kelompok pendukung ASI (KP-ASI) adalah kelompok yang dibentuk oleh
fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat untuk mendukung ibu hamil, ibu baru
melahirkan serta ibu menyusui.

III.5.2 Landasan Hukum


Ada beberapa landasan hukum tentang pemberian ASI eksklusif dan
pembentukan KP-ASI di Indonesia, yaitu :

1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/SK/IV/2004 Tentang Pemberian

ASI Secara Eksklusif pada Bayi Indonesia.


Menteri kesehatan menetapkan dan memutuskan tentang pemberian ASI eksklusif
pada bayi di Indonesia, dengan isi:
a. Menetapkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi di
Indonesia sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 (enam) bulan dan di
anjurkan dilanjutkan sampai anak berusia 2 (dua) tahun dengan pemberian
makanan tambahan yang sesuai.
b. Semua tenaga kesehatan yang bekerja disaran pelayan kesehatan agar
menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan
ASI eksklusif.
c. Tenaga kesehatan dalam memberikan informasi mengacu kepada sepuluh
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM).
Sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui terdiri dari :
a. Sarana pelayanan kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan
Pemberian Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis secara rutin dikomunikasikan kepada
semua petugas.
b. Melakukan pelatihan kepada petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan
untuk menetapkan kebijakan tersebut.
c. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai usia
2 (dua) tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
d. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan,
yang dilakukan diruang bersalin. Apa bila ibu mendapat operasi Caesar, bayi
disusui setelah 30 menit ibu sadar.
e. Membantu ibu bagaimana cara menyusui ibu yang benar dan cara
mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis
f. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi
baru lahir.
g. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam
sehari.
h. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap
lama dan frekuensi menyusui.
i. Tidak memberikan dot atau kompeng kepada bayi yang diberi ASI.

j. Mengupayakan terbentukya kelompok pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk bu


kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/ Rumah Bersalin/
Sarana Pelayanan Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Penerapan Sepuluh Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui
III.5.3 Langkah-Langkah Pembentukan KP-ASI
Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan
Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Penerapan
Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui, pada langkah yang kesepuluh
dijelaskan langkah-langkah pembentukan KP-ASI yaitu:
1. Mengadakan pertemuan dalam rangka menyamakan persepsi tentang perlunya KPASI.
2. Membentuk KP-ASI dari tingkat yang paling kecil (RT/RW hingga kelurahan)
yang keanggotaannya terdiri ibu-ibu menyusui, suami, keluarga, tokoh masyarakat,
3.

tokoh agama.
Membentuk KP-ASI di fasilitas pelayanan kesehatan yang keanggotaannya terdiri

ibu-ibu menyusui, suami, keluarga, tenaga kesehatan.


4. Mengadakan pertemuan rutin untuk saling mendukung pemberian ASI Eksklusif
5.

termasuk mengatasi permasalahan/kesulitan yang timbul selama menyusui.


Mengadakan koordinasi dan kerjasama antar KP-ASI untuk saling berbagi

informasi dan pengalaman.


6. Mensosialisasikan pemberian ASI kepada masyarakat.
7. Mengoptimalkan Posyandu, Polindes, Poskesdes, Puskesmas dll sebagai sarana
pelaksanaan kegiatan KP-ASI.
8. Melibatkan laki-laki/suami/tokoh masyarakat/tokoh agama di dalam setiap
kegiatan KP-ASI

BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1. IDENTIFIKASI MASALAH


Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara
dengan pimpinan puskesmas, pemegang program, dan orang orang yang menjalankan
program serta analisis laporan tahunan puskesmas. Proses ini juga dilakukan dengan melihat
data sekunder berupa laporan tahunan Puskesmas Pauh tahun 2010. Beberapa potensi masalah
yang berhasil diidentifikasi di puskesmas Pauh adalah :
1. Pemberian ASI Eksklusif yang masih sangat rendah dan jauh dari target pencapaian
2. Masih ditemukannya kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Pauh
3. Angka kunjungan anak balita yang belum memenuhi target
4. Rendahnya kesadaran warga masyarakat di Kecamatan Pauh untuk menggunakan jamban
sehat
5. Rendahnya angka kunjungan ke klinik sanitasi
IV.2. PRIORITAS MASALAH
Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program puskesmas, dan tidak
memungkinkannya untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan
pemilihan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar. Dalam hal ini metode yang
kami gunakan adalah teknik scoring, yaitu :
1. Ugrensi ( merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan )
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting

2. Kemungkinan intervensi
Nilai 1 : tidak mudah
Nilai 2 : kurang mudah
Nilai 3 : cukup mudah
Nilai 4 : mudah
Nilai 5 : sangat mudah
3. Biaya
Nilai 1 : sangat mahal
Nilai 2 : mahal
Nilai 3 : cukup mahal
Nilai 4 : murah
Nilai 5 : sangat murah
4. Kemungkinan meningkatkan mutu
Nilai 1 : sangat rendah
Nilai 2 : rendah
Nilai 3 : sedang
Nilai 4 : tinggi
Nilai 5 : sangat tinggi
Tabel IV.1. Penilaian Prioritas Masalah di Puskesmas pauh
Kriteria
1. Pemberian ASI Eksklusif
yang masih sangat rendah

Urgensi

Intervensi

Biaya

Mutu

Total

Rangking

17

15

15

dan jauh dari target


pencapaian
2. Masih ditemukannya

kasus gizi buruk di


wilayah kerja Puskesmas
Pauh
3.

Angka kunjungan anak


balita ke Poayandu yang
belum memenuhi target

4. Rendahnya kesadaran
warga masyarakat di

13

16

Kecamatan Pauh untuk


menggunakan jamban
sehat
5. Rendahnya angka
kunjungan ke klinik
sanitasi

Dari tabel penilaian prioritas masalah di atas, maka yang menjadi prioritas utama
adalah Pemberian ASI Eksklusif yang masih sangat rendah dan jauh dari target pencapaian.
Oleh karena itu, penulis menganggap perlu untuk mengoptimalkan pemberian ASI Eksklusif.

IV. 3. Analisa Sebab Akibat Masalah


Berdasarkan penilaian prioritas di atas, kami menganggap perlunya
pengidentifikasian, analisis, dan upaya penyelesaian masalah tidak tercapainya target
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pauh. Setelah melakukan diskusi
dan wawancara dengan kepala Puskesmas, pemegang program, dan petugas
Puskesmas serta melihat dari laporan tahunan puskesmas Pauh, maka didapatkan
beberapa penyebab masalah yang mendasari tidak tercapainya target pemberian ASI
eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pauh adalah sebagai berikut :
1. Manusia :
Ibu Menyusui
Rendahnya kesadaran ibu menyusui tentang pentingnya pemberian ASI
eksklusif. Hal ini bisa dilihat dari laporan tahunan Puskesmas Pauh tahun
2010. Pada tahun 2010 jumlah bayi usia 0-6 bulan adalah 1145 bayi, tetapi
yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 48,47% dari total semua bayi,
yakni 555 bayi.

Petugas KIA, Gizi, Bidan


Sebagai petugas peelayanan primer untuk ibu hamil, melahirkan dan
menyusui kurang dibekali tentang pengetahuan dan pelatihan mengenai
pentingnya pemberian ASI ekslusif
Petugas KIA, Gizi

Kurangnya frekuensi penyuluhan tentang ASI ekslusif secara komprehensif


kepada ibu hamil dan menyusui saat kunjungan ANC dan kunjungan nifas.

Kader

Kader kesehatan tidak pernah mendapatkan pelatihan dari pihak puskesmas


mengenai ASI eksklusif dan konseling ASI. Hal ini didapat dengan

wawancara dari petugas Puskesmas dan laporan tahunan 2010.


2. Metode
Minimnya penataran dan pelatihan mengenai ASI ekslusif kepada petugas

petugas kesehatan wilayah kecamatan Puskesmas Pauh.


Belum optimal penyuluhan mengenai ASI eksklusif pada tahun 2011. Hal

ini didapat dari wawancara dengan petugas Puskesmas Pauh.


3. Material

Masih kurangnya pemanfaatan media informasi berupa poster di ruang KIA


dan penempelan pamflet tentang ASI Eksklusif di papan informasi. Hal ini
didapat dari observasi di puskesmas Pauh dan wawancara dengan
pemegang program.

IV. 4. Alternatif Pemecahan Masalah


Manusia
Ibu Menyusui
Rendahnya kesadaran ibu menyusui tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif
Rencana : melakukan penyuluhan di dalam dan luar gedung yang
berkesinambungan tentang ASI Eksklusif
Pelaksana : petugas promkes dan petugas gizi.

Target :

penyuluhan berjalan berkesinambungan, meningkatnya cakupan

pemberian ASI Eksklusif


Petugas KIA, Gizi, dan Bidan
Petugas KIA, Gizi, dan Bidan jarang mendapatkan pelatihan mengenai ASI
Eksklusif dan konseling ASI.
Rencana : melakukan pelatihan ke petugas KIA, Gizi, dan Bidan
Pelaksana : Petugas KIA, dan gizi
Target : bertambahnya pengetahuan petugas KIA, Gizi, dan Bidan
tentang ASI eksklusif dan mampu memberikan konseling ASI secara sederhana.

Kader Posyandu

Kader kesehatan jarang mendapatkan pelatihan dari pihak puskesmas mengenai


ASI Eksklusif dan konseling ASI.
Rencana : melakukan pelatihan ke kader
Pelaksana : petugas gizi dan promkes
Target : bertambahnya pengetahuan kader tentang ASI eksklusif dan mampu
memberikan konseling ASI secara sederhana.
Metode
Belum adanya kelompok khusus yang memberdayakan masyarakat mengeni masalah
pemberian ASI eksklusif dan konseling ASI.
Rencana : membentuk suatu kelompok berupa Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)
Pelaksana : petugas puskesmas, lurah, kepala RT/RW, tokoh masyarakat dan kader
Target : terbentuknya Kelompok Pendukung ASI
Belum optimalnya penyuluhan mengenai ASI eksklusif pada tahun 2010, dan
semester I 2011
Rencana : petugas Promkes, KIA dan gizi bekerja sama melakukan penyuluhan secara
teratur dan berkesinambungan
Pelaksana : petugas Promkes, KIA dan gizi
Target : penyuluhan berjalan secara teratur dan berkesinambungan

Belum terbentuknya suatu sarana pelayanan khusus berupa Pojok ASI di puskesmas
Pauh.
Rencana : dibentuknya suatu pojok ASI dan juknis pelayanan di pojok ASI serta
memilih petugas yang berkompeten dibidang tersebut.
Pelaksana : petugas KIA, dan gizi
Target : setiap ibu menyusui yang datang berkunjung ke puskesmas mendapatkan
konseling di pojok ASI

Material
Kurangnya media informasi yang dipakai untuk menyebarluaskan informasi tentang
ASI eksklusif kepada masyarakat di wilayah Pauh
Rencana : pengadaan poster dan pamflet tentang ASI Eksklusif
Pelaksana : petugas promkes, KIA dan Gizi
Target : tersedianya berbagai media informasi yang bekaitan dengan ASI Eksklusif
Belum adanya pengadaan pompa ASI
Rencana : Pengadaan pompa ASI gratis bagi ibu menyusui yang direkomendasikan
oleh petugas kesehatan dan kader yang pengadaan dan pembiayaannya di usulkan ke
DKK
Pelaksana : petugas pojok ASI
Target : Seluruh ibu menyusui yang direkomendasikan oleh petugas kesehatan

BAB V
RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM

V.1. Persiapan
Tahap pertama dilakukan adalah pengumpulan data, berupa data cakupan ASI
Eksklusif, jumlah ibu hamil dan menyusui, jumlah kader tiap posyandu di wilayah
kerja Puskesmas Pauh, jumlah bidan di wilayah kerja puskesmas Pauh. Data ini
didapat dari laporan Promkes, Gizi dan KIA. Data aparatur dan tokoh masyarakat
masing-masing kelurahan juga dibutuhkan, ini didapat dari kantor lurah pada kempat
kelurahan di wilayah kerja Puskesmas Pauh. Pendataan dilakukan pada minggu I
bulan Oktober 2011.
Setelah data didapatkan, dilakukan diskusi pada minggu I bulan Oktober 2011
dengan pimpinan Puskesmas tentang program-program yang akan dilakukan.
Selanjutnya dilakukan advokasi dengan pegawai Puskesmas dan stakeholder pada
minggu II-III Oktober 2011 untuk mendapatkan dukungan program dam membina
kerjasama lintas sektor untuk mensukseskan program ini.

V.2. Pelaksanaan
5.2

Tahap Pelaksanaan
1. Sosialiasi Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)
Tahap ini dimulai dengan sosialisasi kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) di
puskesmas. Sosialisasi ini melibatkan semua petugas puskesmas, camat, lurah, kepala
RT/RW, tokoh masyarakat, kader posyandu, ibu hamil dan menyusui beserta suami. Ini
dilakukan pada akhir minggu III bulan Oktober 2011.
2. Pembentukan Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)
Pada minggu IV bulan Oktober 2011, tahap selanjutnya adalah pertemuan di
tiap kelurahan. Pada pertemuan ini akan melibatkan petugas puskesmas, kepala lurah,
kepala RW/RT, tokoh masyarakat, kader, ibu menyusui beserta suami/keluarga untuk
membentuk suatu komitmen dan pembentukan Kelompok Pendukung ASI di tiap

posyandu yang melibatkan unsur-unsur di atas dimana kader-kader posyandu adalah


motor penggerak dari kelompok ini serta menyusun program kerja. Program yang akan
dilakukan adalah :
a. Pendataan ibu hamil dan menyusui di wilayah kerjanya
Pendataan ini dilakukan di awal

terbentuknya Kelompok

Pendukung ASI (KP-ASI), dan selanjutnya dilakukan tiap bulan untuk


mendata ibu hamil yang baru untuk di ajak dan dilibatkan dalam kelompok
pendukung ASI.
b. Penyuluhan dan praktek menyusui yang benar
Penyuluhan ini dilakukan per kelurahan yang melibatkan beberapa
Kelompok Pendukung ASI. Penyuluhan dan praktek menyusui yeng benar
dilakukan ke ibu hamil dan menyusui yang terlibat di masing-masing
Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI). Tenaga penyuluh berasal dari pihak
Puskesmas. Penyuluhan dilakukan sekali 4 bulan.
c. Kunjungan rumah dan konseling ASI
Kunjungan rumah dilakukan tiap bulan, ini dilakukan oleh kaderkader yang telah diberikan pelatihan oleh pihak puskesmas. Dalam
kunjungan rumah ini dilakukan pemantauan dan konseling ASI jika ada
permasalahan yang dihadapi oleh ibu yang menyusui.
d. Pertemuan antar kelompok pendukung ASI
Pertemuan antar kelompok pendukung ASI dilakukan sekali 3
Bulan. Pada pertemuan ini dilakukan koordinasi dan kerjasama antar KPASI untuk saling berbagi informasi dan pengalaman.
3. Sosialiasi Pojok ASI
Tahap ini dimulai dengan sosialisasi pojok ASI di puskesmas. Sosialisasi ini
melibatkan semua petugas puskesmas, kader posyandu, bidan, ibu hamil dan menyusui
beserta suami. Ini dilakukan pada akhir minggu IV bulan Oktober 2011.
4. Pembentukan Pojok ASI

Pada minggu I bulan November 2011, tahap selanjutnya adalah melakukan rapat koordinasi
pembentukan pojok ASI antara Kepala Puskesmas dengan petugas terkait di bagian KIA, gizi,
dan promkes. Hal-hal yang dilakukan untuk pembentukan Pojok ASI adalah :

Penyediaan ruangan, sarana dan prasarana di pojok ASI

Pemilihan penanggung jawab pojok ASI

Penyediaan papan edukasi

Penyusunan materi edukasi

5. Petugas KIA, Gizi, dan Bidan


6. Pelatihan ini dilakukan 3 kali pertemuan dan dilakukan rutin setiap 4 bulan sekali.
Dengan tujuan untuk menambah pengetahuan petugas KIA, gizi, dan bidan mengenai
ASI Eksklusif, konseling ASI, dan diskusi mengenai masalah yang ditemukan di
lapangan mengenai ASI. Materi untuk pelatihan ini diberikan oleh spesialis anak dan
spesialis kebidanan. Pelatihan ini dilakukan pada minggu I bulan Oktober 2011
Tabel 5.1 Materi Pelatihan Petugas KIA, Gizi, dan Bidan
No
Materi
1
Pentingnya menyusui
Bagaimana posisi
menyusui yang benar
Membangun percaya diri

Waktu

Pemateri

Hari

120 menit

Spesialis Anak

Hari Pertama

120 menit

Spesialis Anak

Hari kedua

60 menit

DKK

Hari ketiga

dan dukungan terhadap ibu


Memerah ASI
Kondisi payudara
Menolak menyusu
Pemeriksaan payudara
ASI tidak cukup
Meningkatkan ASI dan

relaktasi
Mempertahankan menyusu
3
Training of trainer

7. Pelatihan Kader
Pelatihan ini dilakukan 3 kali pertemuan dan dilakukan setiap 4 bulan sekali.
Dengan tujuan untuk menambah pengetahuan kader mengenai ASI Eksklusif,
konseling ASI, dan diskusi mengenai masalah yang ditemukan kader di lapangan
mengenai ASI. Masing-masing posyandu mengutus minimal dua orang kadernya.
Dengan pelatihan kader ini maka akan terbentuk konselor ASI dalam menyelesaikan
berbagai permasalahan yang dihadapi ibu menyusui sebelum ditangani oleh pihak
puskesmas dan memberi dukungan kepada ibu menyusui. Pelatihan ini dilakukan pada
minggu I bulan Oktober 2011
Tabel 5.1 Materi Pelatihan Kader
No
Materi
1
Pentingnya menyusui
Bagaimana posisi
menyusui yang benar
Membangun percaya diri

Waktu

Pemateri

Hari

120 menit

Petugas

Hari Pertama

Puskesmas

dan dukungan terhadap ibu


2

Kondisi payudara
Menolak menyusu
Pemeriksaan payudara
Memerah ASI
ASI tidak cukup
Meningkatkan ASI

120 menit

Hari kedua

Puskesmas

dan

relaktasi
Mempertahankan menyusu
Promosi susu formula

5.3

Petugas

120 menit

Petugas

Hari ketiga

puskesmas

Tahap Monitoring dan Evaluasi


Tahap ini bertujuan mengetahui kesuksesan jalannya kegiatan . Monitoring
dilakukan rutin setiap bulan setelah pelaksanaan program. Selanjutnya dilakukan

evaluasi untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang ditemukan dalam pelaksanaan


kegiatan tersebut dan mencari solusinya. Evaluasi program dilakukan tiap 3 bulan pada
saat lokmin triwulan. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan oleh petugas KIA, Gizi,
dan Pojok ASI dari Puskesmas Pauh.

Tabel 5.3 Tabel Indikator Keberhasilan Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)


Indikator
No

Kegiatan

keberhasilan
Jumlah Jumlah
kegiatan
1x

Iuran Anggota

menyusui

sebulan

KP-ASI

setiap

Puskesmas

di

wilayah ibu hamil

Penanggung
Jawab

peserta
Pendataan ibu hamil dan Semua
kerjanya

Sumber Dana

Kader posyandu

baru

Penyuluhan

dan

terdata
praktek 75% dari

menyusui yang benar

jumlah

4 bulan

Pemegang
Program

ibu hamil
dan
3

Kunjungan

rumah

konseling ASI

menyusui
dan 90 % dari
semua

1x

Iuran Anggota

sebulan

KP-ASI

Setiap 3

Iuran Anggota

bulan

KP-ASI

Kader Posyandu

Ibu
4

menyusui
Pertemuan antar kelompok 80% dari
pendukung ASI

semua

Ketua KP-ASI

KP-ASI
Tabel 5.4 Tabel Indikator Keberhasilan Pojok ASI
Indikator
No

Kegiatan

keberhasilan
Jumlah Jumlah
peserta

kegiatan

Sumber Dana

Penanggung
Jawab

Jumlah

ibu

5 hari/

menyusui ke Pojok ASI menyusui

minggu

tiap bulan

kunjungan

ibu 20

per bulan

Puskesmas

Petugas
ASI

Pojok

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat diambil kesimpulan

bahwa tidak tercapainya cakupan

pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :


1.
2.

Rendahnya pengetahuan ibu mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif.


Petugas KIA, dan gizi jarang mendapatkan pelatihan mengenai ASI Eksklusif dan

konseling ASI
3. Kader kesehatan jarang mendapatkan pelatihan dari pihak puskesmas mengenai ASI
4.

Eksklusif dan konseling ASI.


Belum adanya kelompok khusus untuk memberdayakan masyarakat mengenai

pemberian ASI Eksklusif dan Konseling ASI.


5. Belum terbentuknya suatu sarana pelayanan khusus berupa Pojok ASI di puskesmas
Pauh
6. Belum optimalnya penyuluhan mengenai ASI eksklusif oleh bagian Promkes
7.

berdasakan pada data tahun 2010


Masih kurangnya pemanfaatan media informasi berupa poster di ruang KIA dan
penempelan pamflet tentang ASI Eksklusif di papan informasi.

6.2

SARAN

Membentuk pojok ASI di puskesmas sebagai tempat edukasi dan konseling bagi ibu menyusui
yang berkunjung ke puskesmas serta menerima rujukan dari kelompok pendukung ASI apabila
ada masalah yang ditemukan di masing-masing kelompok.

BAB VII
PENUTUP

Melalui kegiatan kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas


Kedokteran Universitas Andalas ini, telah dilakukan identifikasi terhadap berbagai masalah
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pauh. Dalam hal ini ada beberapa kegiatan yang
direncanakan untuk peningkatan cakupan ASI Eksklusif yaitu pembentukan

Kelompok

Pendukung ASI (KP-ASI) guna meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif, peningkatan
upaya penyuluhan mengenai ASI Eksklusif kepada petugas KIA, gizi, bidan, dan kader, serta
pembentukan Pojok ASI di puskesmas Pauh. Hasil kegiatan ini agar dapat dimanfaatkan oleh
pimpinan Puskesmas Pauh dalam hal meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif
sehingga mencapai target yang telah ditetapkan. Di samping itu hasil ini berupa masukan
kepada semua pihak untuk dapat berpartisipasi kedepan dalam upaya meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat. Kepada semua pihak yang telah membantu sehingga laporan ini dapat
tersusun, kami ucapkan terima kasih.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai