Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
World Health Organization/United Nations Childrens Fund (WHO/UNICEF),
pada tahun 2003 melaporkan bahwa 60% kematian balita langsung maupun tidak
langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan
praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak.( pedoman
penyelenggaraan pelatihan konseling menyusui dan pelatihan fasilitator konseling
menyusui)
Terkait dengan hal tersebut, WHO/UNICEF (2002) merekomendasikan pola
makan terbaik untuk bayi dan anak sampai usia 2 (dua) tahun dalam Global Strategy on
Infant and Young Child Feeding, yaitu: pertama memberikan ASI kepada bayi segera
dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya ASI saja atau
pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga
memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan
sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan
atau lebih.
Indonesia telah meratifikasi Global Strategy for Infant and Young Child Feeding
melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 237/Menkes/SK/IV/1997 tentang
pemasaran produk pengganti ASI dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor
450/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia.
Dalam hal pemberian ASI secara eksklusif, Departemen Kesehatan melalui
Keputusan Menteri Kesehatan No: 450/Menkes/SK/IV/2004 telah menetapkan bahwa
pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi di Indonesia adalah sejak lahir sampai dengan
bayi berumur 6 bulan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia melalui program
perbaikan gizi Masyarakat telah menargetkan cakupan ASI eksklusif 6 bulan sebesar
80%. Namun demikian angka ini sangat sulit untuk dicapai bahkan tren prevalensi ASI
eksklusif dari tahun ke tahun terus menurun. Data Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia 1997-2007 memperlihatkan terjadinya penurunan prevalensi ASI eksklusif dari


40,2% pada tahun 1997 menjadi 39,5% dan 32% pada tahun 2003 dan 2007.
Tidak tercapainya cakupan pemberian ASI Eksklusif ini juga bisa dilihat
berdasarkan data yang diperoleh dari laporan tahunan Puskesmas Pauh, dari laporan
tahunan tersebut terlihat cakupan pemberian ASI eksklusif masih berada di bawah target
yakni 65,4% dimana target yang diharapkan adalah 80%.
Untuk meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif ini pemerintah melalui
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/SK/IV/2004 dan Peraturan Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor
03 Tahun 2010 membuat kebijakan

tentang penerapan sepuluh Langkah Menuju

Keberhasilan Menyusui. Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) adalah salah satu poin
dalam sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM) tersebut. Kelompok
pendukung ASI (KP-ASI) adalah kelompok yang dibentuk oleh fasilitas pelayanan
kesehatan dan masyarakat untuk mendukung ibu hamil, ibu baru melahirkan serta ibu
menyusui.
1.2.

Rumusan Masalah
Mengidentifikasi masalah masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di
wilayah kerja Puskesmas Pauh.

1.3.

Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengidentifikasi masalah yang ada di Puskesmas Pauh
1.3.2 Menetapkan prioritas masalah yang ada di Puskesmas Pauh
1.3.3 Menganalisis penyebab masih rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif di
1.3.4

wilayah kerja Puskesmas Pauh.


Menentukan alternatif pemecahan masalah rendahnya cakupan pemberian ASI

1.3.5

eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pauh.


Terbentuknya suatu Kelompok Pendukung ASI bagi ibu menyusui di wilayah
kerja Puskesmas Pauh.

1.4.

Manfaat Penulisan

Dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada


pihak puskesmas dalam upaya peningkatan cakupan pemberian ASI eksklusif di wilayah
kerja Puskesmas Pauh melalui pembentukan Kelompok Pendukung ASI.

BAB II
ANALISIS SITUASI

2.1. Keadaan Geografis


Wilayah kerja Puskesmas Pauh terletak di Kecamatan Pauh, pada 00 58 Lintang Selatan,
100 0 21 11 Bujur Timur sebelah timur pusat Kota Padang yang terdiri 9 (sembilan) kelurahan.
Dengan luas wilayah + 146, 2m Km

2,

terdiri dari 60 % dataran rendah dan 40 % dataran

tinggi . Curah hujan 471 mm / bulan , temperatur antara 28 0 310C dengan batas wilayah
sebagai berikut 3 :
a.

Sebelah Timur berbatas dengan Kabupaten Solok

b.

Sebelah Barat berbatas dengan Wilayah kerja Puskesmas Andalas


(Padang Timur)

c.

Sebelah Utara

berbatas dengan Wilayah Kerja Puskesmas

Kecamatan Koto Tangah.


d.

Sebelah Selatan berbatas dengan sebagian Wilayah kerja


Puskesmas Lubuk Kilangan.

GAMBAR : II.1

Peta wilayah kerja Puskesmas Pauh 3

2.2 Keadaan demografi


Berdasarkan data dari Kantor Kecamatan Pauh Kota

Padang tahun 2010 yang

dipublikasikan pada tahun 2010 jumlah Penduduk Kec. Pauh adalah sebanyak 53.669 jiwa
dengan total rumah tangga 13.315 KK dan rata-rata anggota keluarga 4 orang serta kepadatan
penduduk 367/km 3.
Adapun rincian jumlah penduduk menurut kelurahan dapat dilihat pada tabel berikut 3
Tabel II.1
Jumlah Penduduk Kec. Pauh menurut kelurahan Tahun 2010 3
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kelurahan
Pisang
Binuang Kp Dalam
Piai Tangah
Cupak Tangah
Kapalo Koto
Koto Luar
Lambung Bukit
Limau Manis Selatan
Limau Manis
JUMLAH

Jumlah kepala

Jumlah Jiwa

keluarga
1365
1005
734
1004
1105
1618
814
1733
839
10217

6741
5617
4405
7863
5841
6955
3123
8263
4861
53669

Pada tahun 2010 jumlah Keluarga Miskin (gakin) terdapat sebanyak 11.517 jiwa dengan
cakupan Gakin yang memiliki Jaminan Kesehatan sebesar 106 % meliputi Jamkesmas dan
Jamkesda sebagaimana dibawah ini 3:

Tabel II.2

Jumlah Penduduk Kec. Pauh menurut kelurahan Tahun 2010 3


KELURAHAN

JML Gakin

Jamkesmas

Jamkesda

Pisang

1329

1329

261

119,6

Binuang KD

853

853

147

117,2

Koto Luar

1452

1452

139

109,6

Piai Tangah

1172

1172

110

109,4

LM Selatan

1228

1228

45

104,3

Lambung Bukit

1213

1213

45

101,5

Cupak Tangah

1473

1473

36

100,4

Kapalo Koto

1330

1330

100,2

Limau Manis

1467

1419

100,1

11517

11469

785

106,9

2.3 Sarana Dan Prasarana


Salah satu Lembaga atau institusi kesehatan yang dirasakan masih eksis ditengah
masyarakat sampai saat ini adalah Posyandu. Jumlah Posyandu di Kecamatan Pauh pada tahun
2009 adalah sebagai berikut 3:
Posyandu balita

= 70 buah

Posyandu Lansia

= 12 buah

Selain itu beberapa sarana pelayanan kesehatan yang bersifat Private / swasta yang ada
diwilayah kerja Puskesmas Pauh ada 8 Bidan Praktek Swasta (BPS), 1 Klinik bersalin dan 3
Praktek Swasta Dokter Umum, 2 Praktek Swasta Dokter Gigi 3.
Prasarana Puskesmas saat ini terutama pada gedung A yaitu gedung pelayanan rawat jalan
pada saat penyusunan laporan tahunan ini telah dimanfaatkan untuk

pelayanan kepada

masyarakat. Gedung C yang menjadi ruang rawat inap cukup baik namun prasarana penunjang

kegiatan perlu dilengkapi seperti intalasi air besih dan listrik sendiri sehingga mampu memberi
pelayanan yang baik kepada masyarakat 3.
Untuk membantu terselenggaranya pembangunan kesehatan diwilayah kerja Puskesmas
Pauh dibantu oleh jejaring kerja seperti 5 (lima) unit Puskesmas Pembantu yang terletak di
Kelurahan Batu Busuk, Pisang, Piai Tangah, Ulu Gadut, Jawa Gadut 3.
Dalam tahun ini juga untuk melengkapi sarana UKBM di Kelurahan Siaga, telah ada 3
unit Poskeskel pada kelurahan Limau Manis Selatan Kelurahan Koto Lua dan Kelurahan Pisang.
Terhitung mulai Oktober 2008 sampai sekarang telah beroperasional dan dipimpin oleh 2 ( dua )
orang Bidan Kelurahan Siaga kecuali Poskeskel Pisang yang selesai dibangun pada pertengahan
tahun 2010 tahun ini, namun belum dioperasionalkan karena terkendala sengketa tanah lokasi
tempat poskeskel berada 3.
Adapun rincian rincian sarana dan prasarana yang dimiliki Puskesmas untuk mendukung
jalannya kegiatan pelayanan kesehatandi wilayah kerjanya dapat dilihat pada tabel berikut ini 3.
Tabel II.3
KONDISI SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS PAUH TAHUN 2010 3
NO

KONDISI

JENIS SARANA
DAN PRASARANA

Jlm

SARANA
I

RUSAK

RUSAK

RUSAK

RINGAN

SEDANG

BERAT

BAIK

KESEHATAN
1

Puskesmas Induk

Rawat Inap

Puskesmas Pembantu

Rumah Dinas Dokter

Rumah Dinas Perawat

Rumah Dinas Bidan

Puskesmas Keliling

1 ( Jawa
Gadut )

roda. 4
8

Ambulance

Sepeda Motor

SARANA
II

PENUNJANG
1

Komputer

Mesin Tik

Telepon

Listrik

Sarana Air Bersih

Tabel II.4
SARANA PENDIDIKAN DI KECAMATAN PAUH TAHUN 2010 3
NO KELURAHAN

JLH
SEKOLAH

TK

SD/MI

SMPMTS

SMU/K/MA

PISANG

BINUANG
KP.DALAM

PIAI TANGAH

CUPAK
TANGAH

KAPALO
KOTO

KOTO LUA

LAMBUANG
BUKIK

LIMAU
MANIH
SELATAN

PT

LIMAU
MANIH

PUSKESMAS

46

24

II.4 Ketenagaan Puskesmas Pauh


Sumber daya tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas PAUH secara kuantitatif
sudah cukup memadai dengan rasio tenaga berdasarkan katagori tenaga rata-rata 1 : 8000
penduduk, namun dari segi kualitatif memang diperlukan upaya peningkatan pendidikan dan
pelatihan terutama dalam rangka menjawab tantangan akan pentingnya peningkatan mutu
( Quality Assurance) oleh provider serta tuntutan masyarakat (user) akan mutu yang ditandai
dengan semakin berkurangnya keluhan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang diberikan
Puskesmas 3.
Dibawah ini disajikan data dan informasi ketenagaan yang bekerja pada Puskesmas
PAUH selama Tahun 2010 sebagai berikut 3:

Tabel : II.5
KONDISI KETENAGAAN PADA PUSKESMAS PAUH
TAHUN 2010 3
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

JENIS KETENAGAAN
Dokter
Dokter Gigi
Sarjana Keperawatan
Rekam Medik
D3 Keperawatan
D3 Kebidanan
D3 Gizi
D3 Teknisi Gigi
D3 Kesling
Bidan
Perawat ( SPK )
Analis Kimia
Ass. Apoteker
LCPK
SMA
JUMLAH

YANG ADA
SEKARANG
2
1
1
1
12
15
4
1
2
2
6
1
3
1
4
56

STATUS KEPEG
2 PNS
1 PNS TITIPAN NAD
1 PNS
1 PNS
6 PNS, 6 VOLUNTIR
7 PNS, 8 PTT
2 PNS, 2 VOLUNTIR
1 PNS
2 PNS
2 PNS
6 PNS
1 PNS
3 PNS
1 PNS
4 PNS

II.5 KONDISI SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI


1. Sosial.
Penduduk wilayah kerja Puskesmas Pauh dengan strata dan rasial yang relatif homogen
dengan akar budaya yang kuat dan kental dengan sendirinya menjadi potensi dan kekuatan dalam
pembangunan termasuk kesehatan 3.
Potensi keninik mamakan yang masih dilakoni masyarakat menjadi ssendo dalam
melakukan perubahan perilaku masyarakat menuju Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 3.
Dari segi kepercayaan, Mayoritas kepercayaan penduduk adalah Islam dengan komposisi
99 % Islam, sisanya katolik, Protestan, Budha dan lain lain 3.
2. Budaya

Tersedianya berbagai jenis pendidikan mulai dari tingkat pendidikan kanak-kanak dasar
sampai dengan perguruan tinggi pada wilayah kerja Puskesmas PAUH menyebabkan Semakin
banyak penduduk yang mengenyam pendidikan dan diharapkan semakin kritis dengan berbagai
dampak pembangunan. Sistem kekerabatan yang masih dijalankan oleh penduduk setempat
masih dipakai sebagian besar penduduk dan merupakan kekuatan yang dapat digarap apabila
cara nya diketahui. Pendekatan kultural sangat dibutuhkan dalam rangka menjalin kerjasama
peran serta masyarakat 3.
3. Ekonomi
Pendapatan penduduk wilayah kerja Puskesmas PAUH boleh dikata bervariasi mulai dari
petani 46 % , dengan kemampuan terbatas sampai ke kelompok mampu dan mapan. Swasta 24
% , PNS 17 % , ABRI 5 %, sisanya bekerja di sektor informal lainnya. Namun kelompok
dengan pendapatan rendah dan tidak menentu secara signifikan rawan dengan kesehatan yaitu
keluarga miskin ternyata menduduki proporsi yang cukup besar yaitu

22,4 % dari total

penduduk wilayah kerja Puskesmas PAUH 3.

II.6 Sasaran Pelayanan Kesehatan


Dibawah ini disajikan gambaran kependudukan yang menjadi sasaran dan cakupan
kesehatan Puskesmas PAUH berdasarkan perhitungan statistik dan konversi dari DKK tahun
2010 sebagai berikut 3 :

Tabel II.6
JUMLAH PRAKIRAAN PENDUDUK SASARAN KESEHATAN
TAHUN 2010 3
KOD

KELURAH

JUMLAH
PDD

BAY BALIT

BUMI

BUFA

BULI

BUTE

LANSI

01

PISANG

KI

6741

144

704

158

151

151

288

472

5617

120

587

132

126

126

240

393

4405

94

460

103

98

98

188

309

7863

168

821

185

176

176

336

551

BINUANG
02

KD
PIAI

03

TANGAH
CUPAK

04

TANGAH
KAPALO

05

KOTO

5841

124

610

136

131

131

248

409

06

KOTO LUA

6955

148

726

163

156

156

296

487

3123

66

326

74

70

70

132

219

8263

177

863

194

185

185

354

479

4861

104

508

114

109

109

208

341

1145

5605

1259

1202

1202

2290

3660

LAMB.
07

BUKIK
LM

08

SELATAN
LIMAU

09

MANIH

53.66
TOTAL

II.7 Struktur Puskesmas 3


KEPALA
PUSKESMAS
KOOR YANKES MASYARAKAT Dr. Hj. Ratna Sari
A.P2P: 1.TB Paru
5. ISPA
2.Survailens
6. Kusta
3.Imunisasi
7. Rabies
KEUANGAN
4.DBD
8. Malaria
B.KESLING
C.PROMKES
D.GIZI
E.UKS
F.UKGS
G.LANSIA

TATA USAHA
KEPEGAWAIAN
Rheynce primaria, SKM

PERENCANAAN

PERLENGKAPAN

KOOR PELAYANAN MEDIK


A.PENGOBATAN : 1.UMUM
2.GIGI
B.KIA/KB
C.KIA IBU
D.KIA ANAK
E.PROGRAM PENUNJANG :
1.RR
2.Apotik

PUSTU JAWA
GADUT

PUSTU BATU
BUSUK

PUSTU PIAI TANGAH

PUSTU PISANG

PUSTU ULU
GADUT

POSKESKEL LIMAU
MANIS SELATAN

RAWAT INAP

POSKESKEL KOTO
LUAR

Bagan 1. Struktur organisasi Puskesmas pauh 3


BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1

Air Susu Ibu (ASI)


III.1.1 Pengertian Air Susu Ibu (ASI)
Air susu ibu adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam garam
anorganik yang disekresi oleh kedua belah kelenjer mamae dari ibu, yang berguna
sebagai makanan bagi bayi. Air susu ibu merupakan makanan yang mudah didapat, selalu

tersedia, siap diminum tanpa adanya persiapan yang khusus dengan temperatur yang
sesuai dengan bayi. Air susu ibu memiliki kandungan zat gizi yang lengkap dan sempurna
untuk keperluan bayi serta mengandung zat gizi yang lengkap dan sempurna untuk
keperluan bayi serta mengandung zat anti infeksi, oleh karenanya air susu ibu merupakan
makanan terbaik dan paling cocok untuk bayi.
III.1.2 Pengertian ASI Eksklusif
Menurut Purwanti (2004), ASI ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain, walaupun
hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.
III.1.3 Komposisi ASI
Soetjiningsih (1997), menyatakan bahwa komposisi ASI ini ternyata tidak konstan
dan tidak sama dari waktu ke waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi ASI
adalah stadium laktasi, ras, keadaan nutrisi, dan diet ibu.
ASI menurut stadium laktasi, yaitu:
1. Kolostrum
Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
payudara yang disekresi dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat.
Kolostrum berupa cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan.
Kolostrum ini merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekoneum dari
usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk
makanan yang akan datang.
Kolostrum mengandung lebih banyak protein dibandingkan dengan ASI matur
dengan protein utamanya adalah globulin (gamma globulin). Kolostrum mengandung
lebih banyak antibodi dibandingkan ASI matur sehingga dapat memberikan
perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan, kadar karbohidrat lemaknya rendah
tetapi kadar mineral terutama natrium, kalium dan kloridanya lebih tinggi. Total
energi rendah, yaitu hanya 58 Kal/100 ml kolostrum. Bila dipanaskan, kolostrum
akan menggumpal. Volume kolostrum sekitar 150-300 ml/24 jam.

2. ASI transisi / peralihan


ASI peralihan merupakan peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang
matur . ASI transisi ini disekresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi,
tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu
ketiga sampai minggu kelima. Kadar protein dalam ASI transisi semakin merendah
sedangkan kadar karbohidrat dan lemak semakin meninggi. Volume ASI transisi akan
semakin meningkat.
3. ASI matur
ASI matur merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya
dimana komposisinya relatif konstan (ada pula yang menyatakan bahwa komposisi
relatif konstan baru mulai minggu ketiga sampai kelima). Pada ibu yang sehat dimana
produksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan
cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan.
ASI matur merupakan suatu cairan berwarna putih kekuningan yang
diakibatkan warna dari garam Ca-caseinat, riboflavin, dan karoten yang terdapat di
dalamnya. ASI matur ini tidak akan menggumpal jika dipanaskan dan terdapat
beberapa antimikrobial, antara lain: antibodi terhadap bakteri dan virus, sel (fagosit
granulosit, makrofag dan limfosit T), enzim, protein (laktoferin, B12 binding protein),
faktor resisten terhadap stafilokokus, komplemen, interferron producting cell, dan
hormon-hormon.

Secara umun komposisi dari ASI menurut Soetjiningsih (1997) adalah:


1. Protein
ASI mengandung protein lebih rendah dari susu sapi tetapi protein dalam ASI
mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan mudah dicerna. ASI mengandung asam
amino esensial taurin yang tinggi yang penting untuk pertumbuhan retina dan
konjugasi bilirubin. Selain itu ASI juga mengandung sistin yang tinggi yang
merupakan asam amino yang sangat penting untuk pertumbuhan otak bayi.

2. Karbohirat
ASI mengandung karbohidrat yang relatif lebih tinggi daripada susu sapi.
Karbohidrat yang utama terdapat pada ASI adalah laktosa. Kadar laktosa yang tinggi
ini sangat menguntungkan karena laktosa ini akan difermentasi menjadi asam laktat
yang akan memberikan kondisi asam dalam usus bayi. Suasana asam ini akan
memberikan beberapa keuntungan, yaitu: menghambat pertumbuhan bakteri yang
patologis, memacu pertumbuhan mikoroorganisme yang memproduksi asam organik
dan mensintesis vitamin, memudahkan terjadinya pengendapan dari Ca-caseinat, serta
mempermudah absorpsi mineral seperti kalsium, fosfor dan magnesium.
Selain laktosa, juga terdapat glukosa, galaktosa, dan glukosamin. Galaktosa
penting untuk pertumbuhan otak dan medula spinalis. Glukosamin merupakan bifidus
faktor disamping laktosa, yang dapat memacu pertumbuhan Lactobacilus bifidus yang
sangat menguntungkan bayi.
3. Lemak
Kadar lemak dalam ASI relatif sama dengan susu sapi dan merupakan sumber
kalori utama bagi bayi, sumber vitamin larut lemak, dan sebagai sumber asam lemak
esensial. Tetapi lemak dalam ASI memiliki bentuk emulsi lebih sempurna karena ASI
mengandung enzim lipase yang memecah trigiliserida menjadi monogliserida
sebelum pencernaan di usus terjadi. Selain itu kadar asam lemak tidak jenuh dalam
ASI 7-8 kali lebih banyak dari susu sapi.

4. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap, walaupun kadarnya relatif rendah
tetapi cukup untuk bayi sampai berumur 6 bulan. Total mineral selama masa laktasi
adalah konstan tetapi beberapa mineral yang spesifik kadarnya tergantung diet ibu
dan stadium laktasi. Garam organik yang terdapat dalam ASI terutama adalah
kalsium, kalium, dan natrium dari asam klorida dan fosfat. Mineral yang terbanyak
adalah kalium sedangkan kadar Cu, Fe, dan Mn yang merupakan bahan pembuat
darah relatif sedikit.

5. Air
Kira-kira 88% dari ASI terdiri dari air. Air ini berguna untuk melarutkan zatzat yang terdapat di dalamnya. ASI merupakan sumber air yang secara metabolic
adalah aman. Kadar ASI yang relatif tinggi dalam ASI ini akan meredakan
rangsangan haus dari bayi.
6. Vitamin
Vitamin dalam ASI cukup lengkap. Vitamin A, D, dan C jumlahnya cukup,
sedangkan golongan vitamin B kecuali riboflavin dan asam pantothenik tergolong
kurang.
7. Kalori
Jumlah kalori dalam ASI relatif rendah, yaitu hanya 77 kal/100 ml ASI. Sekitar
90% dari jumlah kalori tersebut berasal dari karbohidrat dan lemak, sedangkan 10%
berasal dari protein.
8. Unsur-unsur lainnya
Unsur-unsur lainnya yang terkandung dalam ASI laktorom, kreatinin, urea,
xanthin, amonia, dan asam sitrat.

III.1.4 Manfaat ASI Eksklusif


Menurut Purwanti (2004), ASI ekslusif adalah pemberian ASI sedini mungkin
setelah persalinan, diberikan tanpa jadwal dan tidak diberikan makanan lain, walaupun
hanya air putih, sampai bayi berumur 6 bulan.
Bagi ibu dan bayi ASI eksklusif, mudahnya terjalin ikatan kasih sayang yang
mesra antara ibu dan bayinya merupakan awal dari keuntungan menyusui secara
eksklusif. ASI tak ternilai harganya, selain meningkatkan kesehatan dan kecerdasan anak
secara optimal, ASI juga membuat anak menjadi potensial memiliki emosi yang lebih

stabil, spiritual yang matang, serta memiliki perkembangan sosial yang baik. Keuntungan
ini tidak hanya diperoleh oleh bayi, tetapi juga dirasakan oleh ibu, keluarga, masyarakat,
negara bahkan lingkungan.
Manfaat memberikan ASI eksklusif bagi bayi menurut Roesli (2000), antara lain :
1. ASI sebagai nutrisi
Air susu seorang ibu yang melahirkan bayi prematur tidak sama komposisinya
dengan air susu yang dihasilkan oleh seorang ibu yang melahirkan seorang bayi yang
cukup bulan. Air susu yang dihasilkan seorang ibu sesuai dengan kebutuhan bayi
yang dilahirkannya.
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi seimbang
dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI merupakan makanan yang
paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. ASI sebagai makanan tunggal
akan cukup memenuhi kebutuhan bayi normal untuk tumbuh sampai usia 6 bulan.
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapatkan immunoglobulin dari
ibunya melalui plasenta. Namun, kadarnya akan cepat sekali menurun segera setelah
bayi lahir. Pada saat kadarnya menurun dan imun yang dibentuk oleh bayi belum
mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan ini
akan berkurang atau hilang apabila bayi diberi ASI, karena ASI merupakan cairan
hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari penyakit
infeksi bakteri, virus, parasit dan jamur. Bayi yang diberi ASI eksklusif ternyata akan
lebih sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapatkan
ASI eksklusif.
3. ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan
Faktor utama yang mempengaruhi kecerdasan adalah pertumbuhan otak, dan
faktor penting dalam pertumbuhan otak adalah nutrisi yang diberikan. Dengan
memberikan ASI eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan menjamin tercapainya
pengembangan potensi kecerdasan anak secara optimal. Hal ini dikarenakan selain
sebagai nutrien yang ideal dengan komposisi yang tepat serta disesuaikan dengan
kebutuhan bayi, ASI juga mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak
bayi agar tumbuh optimal. Nutrien-nutrien tersebut tidak terdapat atau hanya sedikit

pada air susu sapi. Nutrien khusus tersebut antara lain taurin, laktosa, asam lemak
rantai panjang (DHA, AA, omega-3, omega-6). Jadi, dapat disimpulakan bahwa
pertumbuhan otak bayi yang diberikan ASI secara eksklusif selama 6 bulan akan
optimal dengan kualitas yang optimal juga.
Hal ini juga diperkuat dengan penelitian oleh Dr. Lucas (1993) dalam Roeli
(2000), bahwa bayi prematur yang diberkan ASI eksklusif mempunyai IQ yang lebih
tinggi secara bermakna (8,3 poin lebih tinggi) dibanding bayi prematur yang tidak
diberikan ASI ekaklusif.
4. ASI eksklusif meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan merasakan
kasih sayang ibunya. Bayi akan merasa aman dan tentram. Perasaan terlindungi dan
disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk
kepribadian yang percaya diri dan dasar spiritual yang baik.
5. ASI eksklusif meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara
6.

Membantu pembentukan rahang yang bagus

7. ASI eksklusif mengurangi resiko terkena penyakit diabetes, kanker pada anak, dan
mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung
8. Menunjang perkembangan motorik sehingga bayi ASI eksklusif akan lebih cepat bisa
berjalan
9. Menunjang perkembangan kepribadian, kecerdasan emosional, kematangan spiritual,
dan hubungan sosial yang baik.

Manfaat memberikan ASI eksklusif bayi ibu antara lain:


1. Mengurangi perdarahan pasca melahirkan
Apabila bayi disusui segera setelah melahirkan maka kemungkinan terjadinya
perdarahan postpartum akan berkurang. Hal ini dikarenakan pada saat ibu menyusui
terjadi peningkatan kadar oksitosin yang menyebabkan vasokonsktriksi sehingga
perdarahan akan lebih cepat berhenti.
2. Mengurangi terjadinya anemia

Menyusui dapat mengurangi kemungkinan terjadi anemia karena dapat


megurangi perdarahan.
3. Sebagai kontrasepsi alamiah
Menyusui merupakan cara kontrasepsi yang aman, murah, dan cukup berhasil.
Selama ibu menyusui secara eksklusif dan belum haid, 98% tidak akan hamil pada 6
bulan pertama pasca melahirkan dan 96% tidak akan hamil sampai bayi berusia 12
bulan.
4. Membantu involusi rahim
Kadar oksitosin ibu yang menyusui meningkat sehingga akan sangat
membantu rahim kembali ke ukuran sebelum hamil. Proses involusi rahim iniakan
lebih cepat terjadi pada ibu yang menyusui dibandingkan pada ibu yang tidak
menyusui.
5. Lebih cepat langsing kembali
Menyusui memerlukan energi sehingga tubuh akan mengambilnya dari lemak
yang tertimbun selama kehamilan. Dengan demikian berat badan ibu yang menyusui
akan lebih cepat kembali ke berat badan sebelum hamil.
6. Mengurangi kemungkinan terkena kanker
Pada ibu yang memberikan ASI eksklusif umumnya kemungkinan memderita
kanker payudara dan ovarium akan berkurang. Pada umumnya bila ibu melanjutkan
menyusui sampai bayi berumur 2 tahun atau lebih, diduga, angka kejadian kanker
payudara akan berkurang sampai 25%.
7. Lebih ekonomis
Dengan memberikan ASI eksklusif berarti menghemat biaya untuk membeli
susu formula, perlengkapan meyusui, dan persiapan untuk membuat susu formula.
8. Tidak merepotkan dan hemat waktu
ASI dapat segera diberikan pada bayi tanpa harus menyiapkan atau memasak
air, juga tanpa harus mencuci botol, dan tanpa harus menunggu agar susu tidak terlalu
panas. Pemberian susu botol akan sangat merepotkan terutama pada malam hari apa
lagi kalau persediaan susu habis pada malam hari.
9. Portable dan praktis

ASI dapat diberkan kapan saja dan di mana saja dalam keadaan siap
dikonsumsi oleh bayi dan selalu dalam suhu yang tepat. ASI mudah dibawa kemanamana sehingga saat bepergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk membuat
susu formula dan alat untuk memasak atau menghangatkan susu.
10. Memberikan kepuasan bayi ibu
Ibu yang berhasil memberikan ASI eksklusif akan merasakan kepuasan,
kebanggaan, dan kebahagiaan yang mendalam karena telah memberikan sesuatu yang
terbaik bagi bayinya.
11. Mengurangi resiko keropos tulang (osteoporosis)
Penelitian mengidentifikasi bahwa perempuan dengan banyak anak dan
periode yang panjang memiliki kepandatan mineral tulang lebih tinggi/sama dari
resiko patah tulang lebih rendah/sama dibandingkan dengan yang tidak pernah
melahirkan dan menyusui (Roesli, 2007).
Manfaat Pemberian ASI Pada Negara
Pemberian ASI Eksklusif akan menghemat pengeluaran Negara karena hal-hal berikut:
1. Penghematan devisa untuk pemberian susu formula, perlengkapan menyusui, serta
bayi menyiapkan susu.
2. Penghematan untuk biaya sakit terutama sakit muntah mencret dan sakit saluran
nafas.
3. Penghematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan.
4. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk
membangun Negara.
5. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya
generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia (Roesli, 2007).
Manfaat ASI Bagi Lingkungan
Air susu ibu akan mengurangi bertambahnya polusi di dunia. Air susu ibu tidak
menambah polusi udara, karena untuk membuatnya tidak memerlukan pabrik yang
mengeluarkan asap (Roesli, 2007).
III.2

Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

III.2.1 Pengertian
Masa masa belajar menyusu dalam satu jam pertama hidup bayi diluar
kandungan disebut inisiasi menyusui dini (IMD). Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah
proses alami mengembalikan bayi untuk menyusui, yaitu dengan memberi kesempatan
pada bayi untuk mencari dan mengisap ASI sendiri, dari satu jam pertama pada awal
kehidupannya. Hal ini terjadi jika segera setelah lahir, bayi dibiarkan kontak kulit dengan
kulit ibunya. Dengan menyusui secara baik dan benar maka kematian bayi serta
gangguan perkembangan bayi dapat dihindari (Roesli, 2008). Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) adalah perilaku bayi untuk mencari putting susu ibunya dan melakukan kontak
kulit bayi dengan kulit ibunya ketika satu jam pertama setelah bayi dilahirkan (Baskoro,
2008).
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah rangkaian kegiatan dimana bayi yang baru
saja lahir secara naluri melakukan aktivitas aktivitas yang diakhiri dengan menemukan
putting susu ibunya dan segera menyusu dari putting susu ibunya (Hartati, 2008).
Inisiasi Menyusu Dini (Early Initiation) merupakan suatu cara yakni memberikan
kesempatan pada bayi baru lahir untuk menyusu pada ibunya dalam satu jam pertama
kehidupannya, karena sentuhan bayi melalui refleks hisapnya yang timbul mulai 30-40
menit setelah lahir akan menimbulkan rangsangan sensorik pada otak ibu untuk
memproduksi hormon prolaktin dan memberikan rasa aman pada bayi. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa Inisiasi Menyusu Dini dapat mencegah 22% kematian neonatal dan
meningkatkan 2-8 kali lebih besar keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Roesli, 2007)

III.2.2 Alasan Pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD)


Menurut Anik (2009) alasan pentingnya Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yaitu :
1. Suhu dada ibu dapat menyesuaikan suhu ideal yang diperlukan bayi, yaitu dapat turun
10 derajat dan naik sampai 20 derajat celsius, sehingga dapat menurunkan resiko
hipotermia dan menurunkan kematian bayi akibat kedinginan.

2. Kehangatan dada ibu pada saat bayi diletakkan didada ibu, akan membuat bayi
merasakan getaran cinta yaitu merasakan ketenangan, merasa dilindungi dan kuat
secara psikis. Bayi akan lebih tenang karena pernapasan, detak jantung dari kulit ibu
menenangkan bayi, menurunkan stress akibat proses kelahiran dan meningkatkan
kekebalan tubuh bayi.
3. Bayi yang dibiarkan merayap diperut ibu dan menemukan payudara ibunya sendiri,
akan tercemar lebih dahulu bakteri yang tidak berbahaya atau ada antinya ASI ibu,
sehingga bakteri baik ini membuat koloni disusu dan kulit bayi. Hal ini berarti
mencegah kolonisasi bakteri yang lebih ganas dari lingkungan.
4. Pada saat bayi dapat menyusu segera setelah lahir, maka kolostrum makin cepat
keluar dan bayi akan cepat mendapatkan kolostrum ini, yaitu cairan emas atau cairan
pertama yang kaya akan antibody dan sangat penting untuk pertumbuhan usus dan
ketahanan terhadap infeksi yang dibutuhkan bayi demi kelangsungan hidupnya.
5. Bayi akan belajar menyusu dengan nalurinya sendiri.
6. Sentuhan, kuluman / emutan dan jilatan pada putting ibu akan merangsang oksitosin
pada ibu yang penting menyebabkan rahim ibu berkontraksi sehingga membantu
pengeluaran plasenta dan mengurangi perdarahan, merangsang hormon lain, yang
membuat ibu merasa lebih tenang, rileks dan merangsang pengaliran ASI dari
payudara.
III.2.3 Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Menurut Roesli, (2008), langkah langkah yang perlu diperhatikan dalam
melaksanakan inisiasi menyusui dini, yaitu :
1. Dianjurkan kepada suami atau keluarga untuk mendampingi saat persalinan.
2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan
dan mengganti dengan cara non kimiawi, misalnya pijat, aroma terapi dan gerakkan.
3. Beri kebebasan pada ibu untuk menentukan cara melahirkan yang diinginkan,
misalnya melahirkan normal, didalam air atau dengan jongkok.
4. Keringkan secepatnya seluruh badan dan kepala bayi kecuali kedua tangannya karena
adanya lemak (verniks) yang dapat menyamankan kulit bayi.

5. Bayi ditengkurapkan didada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit
ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dapt dipertahankan minimal satu jam atau
setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti jika perlu gunakan topi.
6. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan
lembut, tetapi tidak memaksakan bayi keputing ibu.
7. Mendukung ayah agar membantu ibu untuk mengenali tanda - tanda perilaku bayi
sebelum menyusu dan dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih.
Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi
sentuhan kulit dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah
berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan putting
payudara ibunya dalam satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit
bayinya sampai berhasil menyusu pertama.
8. Berikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu yang melahirkan dengan
tindakan, misalnya operasi Caesar.
9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang dan diukur setelah satu jam atau menyusui
awal selesai.
10. Rawat gabung, ibu dan bayi dirawat dlam satu kamar selam 24 jam dan tidak
dipisahkan tetap selalu dalam jangkauan ibu.
III.2.4 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Menurut Roesli, (2007), manfaat inisiasi menyusu dini adalah sebagai berikut :
1. Anak yang dapat menyusu dini dapat mudah sekali menyusu kemudian, sehingga
kegagalan menyusui akan jauh sekali berkurang. Selain mendapat kolostrum yang
bermanfaat untuk bayi, pemberian ASI Eksklusif akan menurunkan kematian.
2. ASI adalah cairan kehidupan, yang selain mengandung makanan juga mengandung
penyerap. Susu formula tidak diberi enzim sehinga penyerapannya tergantung enzim
diusus anak. Sehingga ASI tidak merebut enzim anak.
3. Yang sering dikeluhkan ibu ibu adalah suplai ASI yang kurang, padahal ASI
diproduksi berdasarkan demand. Jika diambil banyak akan diberikan banyak,
sedangkan bayi yang diberikan susu formula perlu waktu satu minggu untuk
mengeluarkan zat yang tidak dibutuhkannya.

III.2.5 Inisiasi Menyusu Dini dan MDGS


Inisiasi menyusu dini berperan dalam pencapaian tujuan Millenium Development
Goals (MDGS), khususnya pada tujuan keempat, yakni : membantu mengurangi angka
kematian anak (Utami Rusli, 2008).
Menurut The World Health Report (2005) yang dikutip oleh Utami Rusli (2008),
angka kematian bayi baru lahir di Indonesia adalah 20 per 1000 kelahiran hidup,
Berdasarkan penelitian WHO (2000) di enam Negara berkembang yakni Brasil, Ghana,
India, Oman, Norwegia, dan Amerika Serikat, resiko kematian bayi antara 9 12 bulan
meningkat 40% jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah dua bulan,
angka kematian ini meningkat menjadi 48%. Sekitar 40% kematian balita terjadi di usia
bayi baru lahir (dibawah satu bulan). Jika bayi menyusu sejak dini maka akan
mengurangi 22% kematian bayi 28 hari. Berarti inisiasi menyusu dini mampu
mengurangi 8,8% angka kematian balita (Utami Rusli, 2008).
III.2.6 Kebijakan The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) tentang
Inisiasi Menyusu Dini
Inisiasi menyusu dini dalam satu jam setelah kelahiran merupakan tahap penting
untuk mengurangi kematian bayi dan mengurangi banyak kematian neonatal.
Menyelamatkan 1 juta bayi dimulai dengan satu tindakan, satu pesan dan satu dukungan
yaitu dimulai Inisiasi Menyusu Dini dalam satu jam pertama kelahiran.
WHO / UNICEF merekomendasikan bahwa inisiasi menyusu dini dalam satu jam
pertama kelahiran, menyusu secara eksklusif selama 6 bulan diteruskan dengan makanan
pendamping ASI sampai usia 2 tahun. Konfrensi tentang hak anak mengakui bahwa
setiap anak berhak untuk hidup dan bertahan untuk melangsungkan hidup dan
berkembang setelah persalinan. Wanita mempunyai hak untuk mengetahui dan menerima
dukungan yang diperlukan untuk melakukan inisiasi menyusu dini yang sesuai.
WABA mengeluarkan beberapa kebijakan tentang inisiasi menyusu dini dalam Pekan ASI
sedunia (World Breastfeeding Week) :
1. Menggerakan dunia untuk menyelamatkan 1 juta bayi dimulai dengan satu tindakan
sederhana yaitu beri kesempatan pada bayi untuk melakukan inisiasi menyusu dini
dalam satu jam pertama kehidupannya.

2. Menganjurkan segera terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi dan berlanjut dengan
menyusui untuk 6 bulan secara eksklusif .
3. Mendorong Mentri Kesehatan atau orang yang mempunyai kebijakan untuk
menyatukan pendapat bahwa inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama adalah
indikator penting untuk pencegahan kesehatan.
4. Memastikan keluarga mengetahui pentingnya satu jam pertama untuk bayi dan
memastikan mereka melakukan pada bayi mereka kesempatan yang baik ini.
5. Memberikan dukungan perubahan baru dan peningkatan kembali Rumah Sakit
Sayang Bayi dengan memberi perhatian dalam penggabungan dan perluasan tentang
inisiasi menyusu dini (WBW, 2007).
III.3

Manajemen Laktasi
III.3.1 Pengertian
Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang
keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan,
segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
III.3.2 Upaya Manajemen Laktasi
Adapun upaya-upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Pada masa Kehamilan (antenatal)
a. Memberikan penernagan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI,
manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian
susu botol.
b. Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan putting susu, apakah
ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu
hamil.
c. Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu
memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
d. Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trisemester kedua
sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.
e. Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk
memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.
2. Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)

a. Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menysui
yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melakatkan bayi pada payudara
ibu.
b. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar
menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
c. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000S 1) dalam waktu dua
minggu setelah melahirkan.
3. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
a. Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 4 bulan pertama usia bayi, yaitu
hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
b. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 kali lebih banyak dari
biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
c. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan
menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
d. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang
keberhasilan menyusui.
e. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada
permasalahan menyusui seperti payudara banyak disertai demam.
f. Menghubungi kelompk pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari
ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.
g. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASI
yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.
h.
III.4. Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah Tentang ASI di Puskesmas
Menurut Departemen Kesehatan RI, (2002) tentang Strategi Nasional Peningkatan
Pemberian ASI mengatakan bahwa peningkatan pemberian ASI yang meliputi pemberian
ASI Eksklusif, menganjurkan ibu menyusui sampai bayinya berusia 2 tahun, sengaja
tidak membuang kolostrum, merupakan salah satu upaya dalam peningkatan sumber daya
manusia. Target pemerintah adalah 80% ibu menyusui telah memberikan bayinya ASI
Eksklusif.
Untuk mencapai hal tersebut Depertemen kesehatan RI (2002), telah menyusun
Strategi Nasional yanga salah satu sasarannya adalah petugas kesehatan dan masyarakat
di wilayah kerja Puskesmas. Tujuan umum dari kebijakan Pemerintah tentang ASI di
Puskesmas

adalah

meningkatkan

pemberian

ASI

Eksklusif

dan

meneruskan

pemberiannya sampai bayi berusia 2 tahun dengan pemberian secara baik dan benar.

Tujuan khusunya salah satunya adalah meningkatkan petugas kesehatan di tingkat


puskesmas. Kegiatan yang dilakukan adalah : 1). Menyusun petunjuk pelaksanaan
(juklak), 2). Melengkapi sarana dan prasarana, 3) Melakukan pembinaan dan 4).
Melaksanakan 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusu sesuai dengan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 450/Menkes/SK/IV/2004 tanggal 07 April
2004.
III.5

Kelompok Pendukung ASI (KP ASI)


III.5.1 Pengertian
Kelompok pendukung ASI (KP-ASI) adalah kelompok yang dibentuk oleh
fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat untuk mendukung ibu hamil, ibu baru
melahirkan serta ibu menyusui.

III.5.2 Landasan Hukum


Ada beberapa landasan hukum tentang pemberian ASI eksklusif dan pembentukan
KP-ASI di Indonesia, yaitu :
1. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/SK/IV/2004 Tentang Pemberian ASI

Secara Eksklusif pada Bayi Indonesia.


Menteri kesehatan menetapkan dan memutuskan tentang pemberian ASI eksklusif
pada bayi di Indonesia, dengan isi:
a. Menetapkan pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif bagi bayi di Indonesia
sejak bayi lahir sampai dengan bayi berumur 6 (enam) bulan dan di anjurkan
dilanjutkan sampai anak berusia 2 (dua) tahun dengan pemberian makanan
tambahan yang sesuai.
b. Semua tenaga kesehatan yang bekerja disaran pelayan kesehatan agar
menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan
ASI eksklusif.
c. Tenaga kesehatan dalam memberikan informasi mengacu kepada sepuluh
Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui (LMKM).
Sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui terdiri dari :

a. Sarana pelayanan kesehatan (SPK) mempunyai kebijakan Peningkatan Pemberian


Air Susu Ibu (PP-ASI) tertulis secara rutin dikomunikasikan kepada semua
petugas.
b. Melakukan pelatihan kepada petugas dalam hal pengetahuan dan keterampilan
untuk menetapkan kebijakan tersebut.
c. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai usia 2
(dua) tahun termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui.
d. Membantu ibu mulai menyusui bayinya dalam 30 menit setelah melahirkan, yang
dilakukan diruang bersalin. Apa bila ibu mendapat operasi Caesar, bayi disusui
setelah 30 menit ibu sadar.
e. Membantu ibu bagaimana cara menyusui ibu yang

benar dan cara

mempertahankan menyusui meski ibu dipisah dari bayi atas indikasi medis
f. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru
lahir.
g. Melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam
sehari.
h. Membantu ibu menyusui semau bayi semau ibu, tanpa pembatasan terhadap lama
dan frekuensi menyusui.
i. Tidak memberikan dot atau kompeng kepada bayi yang diberi ASI.
j. Mengupayakan terbentukya kelompok pendukung ASI (KP-ASI) dan rujuk bu
kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Rumah Sakit/ Rumah Bersalin/
Sarana Pelayanan Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak
Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Penerapan Sepuluh Langkah
Menuju Keberhasilan Menyusui
III.5.3 Langkah-Langkah Pembentukan KP-ASI
Berdasarkan

Peraturan

Menteri

Negara

Pemberdayaan

Perempuan

Dan

Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 03 Tahun 2010 Tentang Penerapan


Sepuluh Langkah Menuju Keberhasilan Menyusui, pada langkah yang kesepuluh
dijelaskan langkah-langkah pembentukan KP-ASI yaitu:
1. Mengadakan pertemuan dalam rangka menyamakan persepsi tentang perlunya KPASI.

2. Membentuk KP-ASI dari tingkat yang paling kecil (RT/RW hingga kelurahan) yang
keanggotaannya terdiri ibu-ibu menyusui, suami, keluarga, tokoh masyarakat, tokoh
3.

agama.
Membentuk KP-ASI di fasilitas pelayanan kesehatan yang keanggotaannya terdiri

ibu-ibu menyusui, suami, keluarga, tenaga kesehatan.


4. Mengadakan pertemuan rutin untuk saling mendukung pemberian ASI Eksklusif
5.

termasuk mengatasi permasalahan/kesulitan yang timbul selama menyusui.


Mengadakan koordinasi dan kerjasama antar KP-ASI untuk saling berbagi informasi

dan pengalaman.
6. Mensosialisasikan pemberian ASI kepada masyarakat.
7. Mengoptimalkan Posyandu, Polindes, Poskesdes, Puskesmas dll sebagai sarana
pelaksanaan kegiatan KP-ASI.
8. Melibatkan laki-laki/suami/tokoh masyarakat/tokoh agama di dalam setiap kegiatan
KP-ASI
BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1. IDENTIFIKASI MASALAH


Proses identifikasi masalah dilakukan melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan
pimpinan puskesmas, pemegang program, dan orang orang yang menjalankan program serta
analisis laporan tahunan puskesmas. Proses ini juga dilakukan dengan melihat data sekunder
berupa laporan tahunan Puskesmas Pauh tahun 2010. Beberapa potensi masalah yang berhasil
diidentifikasi di puskesmas Pauh adalah :
1. Pemberian ASI Eksklusif yang masih sangat rendah dan jauh dari target pencapaian
2. Masih ditemukannya kasus gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Pauh
3. Angka kunjungan anak balita yang belum memenuhi target
4. Rendahnya kesadaran warga masyarakat di Kecamatan Pauh untuk menggunakan jamban
sehat
5. Rendahnya angka kunjungan ke klinik sanitasi

IV.2. PRIORITAS MASALAH


Banyaknya

masalah

yang

ditemukan

dalam

program

puskesmas,

dan

tidak

memungkinkannya untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan


pemilihan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar. Dalam hal ini metode yang kami
gunakan adalah teknik scoring, yaitu :
1. Ugrensi ( merupakan masalah yang penting untuk diselesaikan )
Nilai 1 : tidak penting
Nilai 2 : kurang penting
Nilai 3 : cukup penting
Nilai 4 : penting
Nilai 5 : sangat penting
2. Kemungkinan intervensi
Nilai 1 : tidak mudah
Nilai 2 : kurang mudah
Nilai 3 : cukup mudah
Nilai 4 : mudah
Nilai 5 : sangat mudah
3. Biaya
Nilai 1 : sangat mahal
Nilai 2 : mahal
Nilai 3 : cukup mahal
Nilai 4 : murah
Nilai 5 : sangat murah
4. Kemungkinan meningkatkan mutu
Nilai 1 : sangat rendah
Nilai 2 : rendah
Nilai 3 : sedang
Nilai 4 : tinggi
Nilai 5 : sangat tinggi
Tabel IV.1. Penilaian Prioritas Masalah di Puskesmas pauh
Kriteria

Urgensi

Intervensi

Biaya

Mutu

Total

Rangking

1. Pemberian ASI Eksklusif


yang masih sangat rendah

17

15

15

13

16

dan jauh dari target


pencapaian
2. Masih ditemukannya

kasus gizi buruk di


wilayah kerja Puskesmas
Pauh
3.

Angka kunjungan anak


balita ke Poayandu yang

belum memenuhi target


4. Rendahnya kesadaran
warga masyarakat di
Kecamatan Pauh untuk
menggunakan jamban
sehat
5. Rendahnya angka
kunjungan ke klinik
sanitasi

Dari tabel penilaian prioritas masalah di atas, maka yang menjadi prioritas utama adalah
Pemberian ASI Eksklusif yang masih sangat rendah dan jauh dari target pencapaian. Oleh
karena itu, penulis menganggap perlu untuk mengoptimalkan pemberian ASI Eksklusif.

IV. 3. Analisa Sebab Akibat Masalah


Berdasarkan

penilaian

prioritas

di

atas,

kami

menganggap

perlunya

pengidentifikasian, analisis, dan upaya penyelesaian masalah tidak tercapainya target


pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Pauh. Setelah melakukan diskusi
dan wawancara dengan kepala Puskesmas, pemegang program, dan petugas Puskesmas

serta melihat dari laporan tahunan puskesmas Pauh, maka didapatkan beberapa penyebab
masalah yang mendasari tidak tercapainya target pemberian ASI eksklusif di wilayah
kerja Puskesmas Pauh adalah sebagai berikut :
1. Manusia :
Ibu Menyusui
Rendahnya kesadaran ibu menyusui tentang pentingnya pemberian ASI
eksklusif. Hal ini bisa dilihat dari laporan tahunan Puskesmas Ambacang
Kuranji tahun 2010. Pada tahun 2010 jumlah bayi usia 0-6 bulan adalah 367
bayi, tetapi yang mendapatkan ASI eksklusif hanya 65,4% dari total semua
bayi, yakni 240 bayi.
Bidan

Sebagai petugas peelayanan primer untuk ibu hamil, melahirkan dan


menyusui kurang dibekali tentang pengetahuan dan pelatihan mengenai
pentingnya pemberian ASI ekslusif

Petugas KIA

Kurang disiplinnya pemberian penyuluhan tentang ASI ekslusif secara


komprehensif kepada ibu hamil dan menyusui saat kunjungan ANC dan
kunjungan nifas.

Kader

Kader kesehatan tidak pernah mendapatkan pelatihan dari pihak puskesmas


mengenai ASI eksklusif dan konseling ASI. Hal ini didapat dengan

wawancara dari petugas Puskesmas dan laporan tahunan 2010.


2. Metode
Minimnya penataran dan pelatihan mengenai ASI ekslusif kepada petugaspetugas kesehatan terkait terutama bidan di wilayah kecamatan Puskesmas

Pauh.
Belum optimal penyuluhan mengenai ASI eksklusif pada tahun 2011. Hal ini

didapat dari wawancara dengan petugas Puskesmas Pauh.


3. Material

Masih kurangnya pemanfaatan media informasi berupa poster di ruang KIA


dan penempelan pamflet tentang ASI Eksklusif di papan informasi. Hal ini
didapat dari observasi di puskesmas Ambacang Kuranji dan wawancara
dengan pemegang program.

IV. 4. Alternatif Pemecahan Masalah


Manusia
Ibu Menyusui
Rendahnya kesadaran ibu menyusui tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif
Rencana : melakukan penyuluhan di dalam dan luar gedung yang berkesinambungan
tentang ASI Eksklusif
Pelaksana : petugas promkes dan petugas gizi.
Target : penyuluhan berjalan berkesinambungan, meningkatnya cakupan pemberian
ASI Eksklusif

Kader Posyandu

Kader kesehatan tidak pernah mendapatkan pelatihan dari pihak puskesmas mengenai
ASI Eksklusif dan konseling ASI.
Rencana : melakukan pelatihan ke kader
Pelaksana : petugas gizi dan promkes
Target : bertambahnya pengetahuan kader tentang ASI eksklusif dan mampu
memberikan konseling ASI secara sederhana.
Metode
Belum adanya kelompok khusus yang memberdayakan masyarakat mengeni masalah
pemberian ASI eksklusif dan konseling ASI.
Rencana : membentuk suatu kelompok berupa Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI)
Pelaksana : petugas puskesmas, lurah, kepala RT/RW, tokoh masyarakat dan kader
Target : terbentuknya Kelompok Pendukung ASI
Belum optimalnya penyuluhan mengenai ASI eksklusif pada tahun 2010
Rencana : petugas Promkes, KIA dan gizi bekerja sama melakukan penyuluhan secara
teratur dan berkesinambungan
Pelaksana : petugas Promkes, KIA dan gizi
Target : penyuluhan berjalan secara teratur dan berkesinambungan

Material
Masih kurangnya pemanfaatan media informasi berupa poster di ruang KIA dan
penempelan pamflet tentang ASI Eksklusif di papan informasi
Rencana : pengadaan poster dan pamflet tentang ASI Eksklusif
Pelaksana : petugas promkes, KIA dan Gizi
Target : tersedianya berbagai media informasi yang bekaitan dengan ASI Eksklusif

BAB V
RENCANA PELAKSANAAN PROGRAM

V.1. Persiapan
V.2. Pelaksanaan
V.3. Monitoring dan Evaluasi

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. Kesimpulan
VI.2. Saran

BAB VII
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai