Tugas Tektonik
Tugas Tektonik
Kelompok 04
Haidir Ali /410013156
Afif Brian Bindu P / 410013
Ardianton /410013219
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada tuhan yang maha esa, karena
atas berkat dan limpahan rahmat-Nyalah maka penulisdapat menyelesaikan sebuah
karya tulis dengan tepat waktu.
Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul Geologi
Regional Daerah Bayat, dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat yang
besar bagi mahasiswa teknik geologi STTNAS untuk mempelajari mata kuliah
Tektonik, Khusunya di daerah bayat.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan mohon di
maklumi bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan kesalahan dalam
penulisanyang kurang tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima
kasih kepada TuhanYang Maha Esa dan dosen Tektonik.semoga makala ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......
Daftar Isi.......
BAB I PENDAHULUAN........
A. Latar Belakang.........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi terdiri dari beberapa lapisan, yaitu lapisan litosfer (kerak bumi),
astenosfer, mesosfer, dan inti bumi. Kerak bumi atau litosfer juga terdiri dari
lempeng-lempeng. Lempeng-lempeng tersebut dinamakan lempeng tektonik.
Lempeng-lempeng tersebut sewaktu-waktu dapat bergerak. Akibat dari pergerakan
lempeng tersebut maka terbentuklah patahan dan lipatan. Selain itu karena lempeng
tersebut dapat bergerak mendekati, menjauhi dan bergerak saling melewati sehingga
menyebabkan benua besar (Pangea) dapat terpecah belah menjadi benua-benua yang
lebih kecil seperti sekarang ini. Selain itu akibat pergerakan lempeng juga
menyebakan terbentuknya gunung dan penyebab terjadinya gempa bumi. Lempenglempeng itu.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fisiografi Daerah Bayat
Secara fisiografis Perbukitan Bayat merupakan suatu inlier dari batuan Pra
Tersier dan Tersier di sekitar endapan Kuarter, yang terutama terdiri dari endapan
flufio-vulkanik dari Merapi. Elevasi tertinggi dari Puncak-puncak yang ada tidak
lebih dari 400 meter diatas muka laut, sehingga perbukitan tersebut dapat disebut
perbukitan rendah. Perbukitan itu tersebar menurut jalur yang arahnya berbeda. Di
bagian barat (Jiwo Barat), jalur puncak-puncak bukit berarah utara selatan, yang
diwakili oleh puncak-puncak Jabalkat, Kebo, Merak, Cakaran, Budo Sari, dan Tugu
dengan di bagian paling utara membelok ke arah barat, yaitudaerah perbukitan
Kampak. Di sebelah timur (Jiwo Timur) arah jalurnya adalah barat-timur, dengan
puncak-puncak Konang, Pendul dan Temas, dengan percabangan kearah utara, yang
terwakili oleh puncak Jokotuo dan Bawak.
Daerah perbukitan yang tersusun oleh batugamping menunjukkan perbukitan
memanjang dengan pegunungan yang tumpul sehingga kenampakan puncak tidak
begitu nyata. Tebing-tebing perbukitannya tidak terlalu terbiku sehingga alur-alur
tidak banyak dijumpai. Sebagai contoh adalah perbukitan Bawak-Temas di Jiwo
Timur dan perbukitan Tugu-Kapak di Jiwo Barat. Untuk daerah yang tersusun oleh
batuan metamorf, ini terisi oleh campuran endapan pasir Merapi, endapan lempung
hitam dan endapan rombakan dari Pegunungan Selatan. Endapan lepas yang
berumur kuater ini diduga menutup lembah sesar yang membatasi Pegunungan
Selatan dengan perbuukitan Jiwo. enis dan arah gerakan sesar ini belum diketahui
dengan pasti karena singkapannya saat ini belum ditemukan.
diterobos oleh tubuh batuan beku yang terutama terdiri dari mikrodiorit. Penerobosan
ini diduga terjadi pada Paleogen akhir.
Secara tidak selaras di atas batuan beku dan batuan sedimen Paleogen tersebut
terdapat batuan karbonat berumur Neogen yang dijumpai dlam bentuk 2 fasies yang
berbeda, yaitu fasies laut dan fasies laut dangkal.
Erosi yang terjadi pada Neogen atas berakibat bahwa batuan Kuarter
menumpang secara tidak selaras pada batuan dibawahnya. Batuan yang terbentuk
pada jaman Kuarter berturut-turut adalah breksi vulkanik, endapan koluvial, endapan
fluvio vulkanik dan endapan aluvial.
Pra Tersier
Batuan yang tertua di perbukitan Jiwo berupa kompleks batuan metamorf,
terutama berupa filit, sekis dan marmer. Filit dan sekisnya menunjukkan foliasi yang
secara umum mempunyai jurus barat-daya timur laut. Kedudukan filit terhadap sekis
sangat sukar ditentukan karena kebanyakan singkapan sudah lapuk dan di banyak
tempat terpotong oleh sesar yang sangat kompleks. Disamping itu dijumpai pula
kuarsit yang mempunyai kedudukan baik memotong maupun sejajar atau mengisi
celah diantara bidang foliasi. Erosi dari kuarsit ini menghasilkan butiran kuarsa susu,
berukuran kerikil sampai berangkal dan merupakan penciri khas daerah batuan
metamorf.
Batuan metamorf ini tersebar membentuk perbukitan dengan relief yang kuat
dan terbiku sedang sampai kuat, dengan puncak-puncak yang meruncing, beberapa
diantaranya membentuk kerucut. Di daerah Jiwo Barat penyebaran batuan ini meliputi
perbukitan Jabalkat di selatan hingga Sari di utara. Di lereng baratdaya Jabalkat,
didaerah Pagerjurang, dijumpai Serpentinit diantara filit dan sekis, yang menunjukkan
mineralisasi garnet. Di dekat puncak Cakaran, Kebo, dan Pegat batuan metamorf ini
diterobos oleh tubuh diorit, mikrodiorit dan gabro. Intrusi gabro juga dijumpai lereng
selatan dari G. Jabalkat. Sedangkan pada aliran sungai Kebo diantara puncak G.Kebo
dengan G.Cakaran dan G.Merak, dijumpai batuan terobosan yang berupa diorit dan
basalt. Pertanggalan absolut dari batuan beku di tempat ini menunjukkan umur 36 jtl.,
yaitu Oligosen (Soeria Atmaja,1991). Di daerah Jiwo Timur batuan metamorf
dijumpai dari daerah G.Konang di ujung barat, membentuk bukit yang memanjang
kearah timur. Perbukitannya menunjukkan relief yang lebih nyata, dengan tebingtebing terbiku kuat. Kuatnya penorehan tebing tersebut berakibat bahwa di kaki
perbukitan ini banyak teronggok endapan hasil erosi yang dikenal sebagai endapan
tinggi, sehingga air yang datang dari arah gunung Merapi tetap tertampung di sungai,
sedang daerah rendahnya yang semula berupa rawa berubah menjadi tanah kering
yang digunakan untuk perkebunan. Sebagian dari rawa yang semula lebar disisakan di
daerah yang dikelilingi oleh puncak Sari, Tugu dan Kampak di Jiwo Barat, dan
dikenal dengan nama Rowo Jombor. Rawa yang disisakan ini berfungsi sebagai
tandon (reservoir) untuk keperluan irigasi daerah perkebunan di dataran di utara
Perbkitan Jiwo Timur. Untuk menyalurkan air rawa tersebut, dibuat saluran buatan
dari sudut tenggara rawa, menembus perbukitan batuan metamorf di Gunung Pegat
mengalir ke timur melewati desa Sedan dan memotong sungai Dengkeng lewat
aquaduct di selatan desa Jotangan terus ke arah timur laut melewati jalur yang hampir
sejajar dengan kaki utara dari Perbukitan Jiwo Timur.
Di selatan Perbukitan Jiwo, terdapat dataran rendah yang berarah memanjang
barat-timur, sejajar dengan kaki Pegunungan Selatan yang berada di selatannya.
Dataran Bukit ini terpotong oleh sesar dan singkapan batuan metamorf tergeser ke
arah timur laut di daerah Padasan, G. Semangu dan berbelok ke utara hingga daerah
Jokotuo, dijumpai marmer yang merupakan kantong diantara filit.
Umur batuan metamorf secara tepat belum dapat diketahui. Bothe (1929)
menyatakan bahwa di daerah Santren di kawasan Jiwo Timur dijumpai konglomerat
yang mengandung fragmen marmer, dan di dalam marmer tersebut dijumpai fragmen
foraminifera besar yang berupa Orbitolina. Atas dasar data ini maka ia menyatakan
bahwa batuan metamorf tersebut berasal dari batugamping yang terbentuk pada jaman
Kapur. Namun karena data ini merupakan satu-satunya data yang tidak disertai
dengan ilustrasi yang meyakinkan, maka kesimpulan asal jaman kapur tersebut belum
dapat dipegang. Untuk amannya, karena batuan metamorf tersebut terletak tidak
selaras di bawah batuan Tersier, maka secara umum dikatakan bahwa batuan
metamorf tersebut berasal dari jaman Pra Tersier.
Paleogen
Secara tidak selaras di atas batuan metamorf terdapat seri batuan klastika dan
karbonat yang kaya akan kandungan fosil foraminifera besar. Bothe (1929) menyebut
batuan ini sebagai Wungkal Beds untuk bagian bawah dan Gamping Beds di bagian
atas. Perbedaan diantara dua beds tersebut bukan atas dasar perbedaan Litologinya,
foraminifera yang dijumpai masih menunjukkan umur yang sama, yaitu Tb atau
Eosen Atas, sehingga diduga bahwa hubungan antara Wungkal beds dan Gamping
beds bukan hubungan vertikal dengan umur yang berbeda dari dua formasi batuan
yang berbeda (lihat Sumarso & Ismoyowati, 1973), tetapi lebih bersifat hubungan
lateral dengan fasies yang berbeda. Numulites yang terbentuk lentikuler-eliptik
bersama dengan oncoid alga mencirikan kondisi laut yang dangkal, jernih dan
tertampi dengan baik, sedangkan Discocyclina dan Orthopragmina yang berbentuk
pipih tipis dan agak melebar dan terdapat batugamping lempungan mencirikan zone
laut dangkalyang lebih keruh tetapi lebih tenang (Hallock & Glenn, 1928). Dengan
demikian untuk batuan Paleogen di Perbukitan Jiwo ini lebih tepat disebut sebagai
fasies wungkal dan fasies gamping . Namun untuk kepentingan tatanama stratigrafi,
sebelum urutan stratigrafi yang pasti dapat diperoleh, diusulkan agar kedua fasies
tersebut dianggap sebagai satu formasi, dan untuk sementara disebut dengan Formasi
Wungkal-Gamping, berumur Eosen Atas.
Batuan metamorf Pra Tersier dan batuan Paleogen keduanya diterobos oleh
tubuh batuan beku yang terutama terdiri dari mikrodiorit. Karena singkapan utama
batuan beku ini terdapat di G.Pendul, maka untuk selanjutnya secara umum akan
disebut sebagai Mikrodiorit Pendul atau Formasi Pendul. Selain berupa mikrodiorit,
batuan beku ini menunjukkan variasi berupa diorit, dasit dan monzonit tetapi dalam
jumlah yang lebih sedikit. Didaerah Jiwo Barat yaitu di aliran S. Kebo dijumpai
variasi yang berupa basalt sedang di selatan G. Jabalkat dijumpai dalam bentuk
Gabbro. Batuan beku ini telah mengalami retakan dan pelapukan. Retakan
kebanyakan telah mengalami pengisian yang berupa kalsit. Akibat retakan tersebut
maka terjadi pelapukan mengulit bawang (sphaeroidal weathering) yang banyak
dijumpai di lereng selatan dan timur G.Pendul.
Di lereng utara dan timur laut G.Pendul dijumpai bongkah batupasir dari
formasi Wungkal-Gamping yang berada di dalam batuan beku sebagai xenolith.
Sedangkan di kaki timur G. Pendul dijumpai efek bakar (baking effect) pada daerah
kontak antara batuan beku ini dengan batupasir tersebut. Sedangkan di lereng
G.Cakaran dijumpai batugamping Numulites telah mengalami rekristalisasi menjadi
marmer pada daerah kontak antara singkapan batugamping ini dengan batuan beku.
Di daerah G. Pegat di selatan G. Sari di Jiwo Barat dijumpai singkapan diorit
memotong batuan metamorf pada arah yang hampir tegak lurus bidang foliasi. Atas
dasar semua data tersebut diambil kesimpulan bahwa batuan beku yang
termasukdalam Formasi Pendul tersebut bersifat menerobos batuan yang lebih tua.
Neogen
Di bagian utara dari Jiwo Barat yaitu di G. Tugu, G. Kampak dan daerah
Ngembel serta bagian utara, timur dan tenggara dari Jiwo Timur, msing-masing di G.
Jeto, G. Bawak, G. Temas dan di G. Lanang, tersingkap batugamping yang
menumpang secara tidak selaras di atas batuan yang lebih tua. Di bagian tenggara G.
Kampak dan di G. Jeto, batugamping ini menumpang di atas batuan metamorf, sedang
di Temas menumpang di atas batuan beku.
Batugamping ini terdiri dari dua fasies yang berbeda. Fasies yang pertama
terdiri dari batugamping algae, kenampakan perlapisan tidak begitu jelas. Algae
membentuk struktur onkoid dalam bentuk bola-bola berukuran 2 hingga 5 cm. Fasies
seperti ini dijumpai di G.Kampak, bagian selatan G.Tugu, G. Jeto, G. Bawak dan di
bagian barat G.Temas. Fasies yang kedua berupa batugamping berlapis, yang
merupakan perselingan antara kalkarenit dengan kalsilutit. Fasies batugamping
berlapis ini dijumpai di Ngembel, utara G. Tugu, bagian timur G. Temas dan di G.
Lanang. Di beberapa tempat kalsilutitnya menebal kearah lateral dan berubah menjadi
napal, seperti yang terdapat di utara G. Tugu. Fasies ini tidak menunjukkan struktur
alga dan kaya akan kandungan foraminifera plangon, kemungkinan diendapkan di
dangkalan karbonat yang lebih dalam ditandai dengan adanya struktur nendatan
(slump structures) seperti yang terlihat di bagian timur Temas dan di G. Lanang.
Di selatan G. Temas dijumpai kontak antara batuan beku dengan batugamping.
Batuan bekunya sudah sangat lapuk, menunjukkan tanda-tanda retakan yang
kebanyakan telah terisi oleh oksida besi (limonit) dan sebagian terisi oleh kalsit.
Retakan pada batuan beku tersebut tidak menerus pada batugamping. Hal ini
menunjukkan bahwa sebelum pengendapan batugamping, batuan bekunya telah
mengalami retakan, terisi oleh hasil pelapukannya sendiri yang berupa limonit.
Setelah terjadi pengendapan batugamping, sebagian dari karbonatnya mengisi celah
akibat retakan tersebut membentuk urat kalsit. Belakangan setelah batugamping
terangkat dan tererosi, sebagian dari urat kalsit pada batuan beku ini bersama batuan
bekunya tersingkap dan mengalami pelapukan, membentuk tanah. Urat kalsit yang
ada mengalami pelarutan dan pengendapan kembalidalam bentuk caliche, seperti yang
banyak dijumpaidi barat G. Temas dan lereng timur dan selatan G.Pendul.
menjadi dua yaitu Jiwo Barat dan Jiwo Timur. Antara Jiwo Barat dan Jiwo timur
dipisahkan oleh sungai Denakeng yang memotong perbukitan tersebut.
BAB III
PENUTUP
Demikianlah makalah yang dapat kami buat,semoga bisa menjadi berguna bagi
para pembaca terutama mengenai tektonik didaerah Bayat.Saya mohon maaf apabila
ada kesalahan atau kekurangan dalam penulisan makalah ini dan saya mengharapan
kritik dan sarannya yang bersifat membangun.Atas perhatiannya kami ucapkan
terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA
http://budhygeologist.blogspot.com/2010/08/geologi-dan-stratigrafi-daerahbayat.html
http://rorygeobumi.blogspot.com/2010/12/geologi-daerah-perbukitan-jiwo.html
https://klastik.wordpress.com/2008/03/10/geologi-daerah-jiwo-kecamatan-bayat/
https://ibnudwibandono.wordpress.com/2010/07/12/geologi-regionalbayat-klaten/
https://defiaryanto.wordpress.com/2014/05/18/geologi-bayat-dari-preersier-sampai-kwarter/