CSIS Ambalat Sadumuk Bathuk, Sanyari Bumi
CSIS Ambalat Sadumuk Bathuk, Sanyari Bumi
Kedua, persiapan untuk memukul lawan tetap harus dilakukan oleh Indonesia. Adagium Latin
si vis pacem para bellum, atau dalam bahasa Indonesia "untuk mencapai perdamaian harus
mempersiapkan perang", mungkin masih sangat signifikan dalam kerangka kontemporer
masa kini. Karena itu, hitungan anggaran perang yang harus disiapkan sebesar Rp 20 triliun
per bulan apabila Indonesia menyatakan perang menjadi kurang penting dibandingkan
dengan kebutuhan konkret untuk mempersiapkan peningkatan anggaran pertahanan negara
untuk mencapai persentase ideal 10-15 tahun mendatang. KRI Suluh Pari, KRI Untung
Surapati, dan KRI Hasanuddin telah menunjukkan keandalannya menghalau segala bentuk
pelanggaran wilayah perairan Indonesia yang dilakukan oleh kapal cepat Malaysia. Tetapi
tetap alutsista Indonesia secara relatif kalah gesit dibandingkan dengan kapal-kapal tentara
laut dan bahkan dengan kapal polisi Malaysia. Jelas bahwa kebutuhan transformasi
pertahanan Indonesia akan modernisasi alutsista adalah sebuah keniscayaan, terutama setelah
berbagai kasus yang menunjukkan lemahnya alat utama sistem persenjataan Indonesia dan
masih kurang gesitnya Indonesia menghalau berbagai pelanggaran terhadap wilayah
perbatasan laut dan udaranya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memang secara tegas menyatakan bahwa kedaulatan di
Ambalat adalah harga mati. Tapi, selama masa pemerintahannya, tampaknya usaha diplomasi
maupun pertahanan, terutama dalam kasus Ambalat, tidak menunjukkan hasil. Peningkatan
frekuensi pelanggaran batas wilayah justru terjadi selama dua tahun terakhir sejak kasus
Ambalat mengemuka pada 2003. Meminjam adagium Jawa soal pentingnya mempertahankan
keutuhan wilayah, kedaulatan negara, dan martabat bangsa, jelas Indonesia membutuhkan
pemimpin yang memiliki agenda jelas dan komitmen tegas untuk usaha mempertahankan
wilayah teritorial dan kedaulatan serta martabat bangsa Indonesia di masa mendatang,
sehingga tidak ada lagi kasus Sipadan-Ligitan yang sangat menyakitkan hati seluruh bangsa
Indonesia. *
http://www.csis.or.id/publications/page/ambalat__sadumuk_bathuk__sanyari_bum
i.html