Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Produksi kedelai di Indonesia masih rendah sedangkan laju peningkatan
produksinya belum dapat mengimbagi laju peningkatan kebutuhannya. Untuk
memenuhi kebutuhan kedelai pemerintah mengimpor kedelai tiap tahun kurang
lebih 700.000 ton. Upaya mencapai swasembada kedelai dapat dilakukan melalui
intensifikasi dan ekstensifikasi. Ekstensifikasi diperkirakan membutuhkan areal
tambahan 2juta ha, tetapi bila luas areal tetap maka dibutuhkan produktifitas 2
ton/ha (Solahudin, 1999; Sumarno, 1999). Salah satu lahan yang dapat
dimanfaatkan untuk perluasan area tanam adalah lahan salin.
Kedelai yang mempunyai produktifitas lebih dari 2 ton/ha adalah varietas
Slamet (2,26 ton/ha) dan Sindoro (2,03 ton/ha), kedua varietas ini merupakan
temuan Fakultas Pertanian Universitas Jendel Soedirman Purwokerto (Sunarto,
1997). Setelah dilepas varietas Slamet menunjukkan hasil dari 2 ton/ha secara
konsisten pada pengujian di 5 kabupaten (Purworejo, Kebumen, Purbalingga,
Banyumas, Cilacap) (Sunarto, 1999).
Upaya untuk memperbaiki karakter suatu varietas dapat melalui induksi
mutasi. Dari rangkaian penilitian ternyata mutasi dapat memperpendek umur
panen, meningkatkan ketahanan terhadap organisme penganggu dan toleran
terhadap lingkungan rawan/salin (Borojevic, 1990; Schum, 1999). Telah banyak
varietas yang dikembangkan hasil mutasi, pada tanaman serelia mencapai 163
varietas, kacangkacangan 40 dan tanaman membiak vegetatif mencapai 264
program
pemuliaan
tanaman
sangat
ditentukan
oleh
B. Tujuan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh perlakuan dosis radiasi
sinar Gamma dalam mendapatkan mutan kedelai varietas Slamet toleran salin.
C. Manfaat
1.
2.
3.
Pembukaan areal baru sering dahadapkan pada kendala kondisi fisik dan
kimia tanah yang kurang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Kondisi
kurang menguntungkan tersebut diantaranya adalah tanah berkadar garam tinggi
atau tanah salin. (Moore,1987). Menurut Soepardi (1979) kelebihan atau
akumulasi garam dapat terjaid melalui: (a.) adanya evaporasi yang tinggi di
beberapa daerah seperti rawa dan pasang surut. Evaporasi ini mempercepat
terjadinya pengendapan garam di permukaan tanah dan perakaran, (b) intrusi air
laut melalui sungai yang sering terjadi di daerah muara sebagai akibat naik
turunnya air laut karena peristiwa pasang surut.
Menurut Aswidinnoor et al. (2008) pada umumnya salah satu penyebab
salinitas di Indonesia ialah pasang surut air laut yang menimpa daerah pantai dan
adanya instrusi (perembesan) air laut terutama di dataran rendah dan di daerah
pesisir. Santoso (1993) menyatakan bahwa pada wilayah kering, lahan yang
berdrainase buruk dan evaporasi yang lebih tinggi dari pada jumlah hujan akan
menyebabkan garam-garam yang dapat larut dan Na yang dapat ditukar
terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar untuk mengganggu pertumbuhan
tanaman. Hal ini dapat terjadi apabila letak air tanah berada pada tingkat yang
tinggi atau dekat permukaan tanah.
Menurut Boyko dalam Yahya dan Adib (1992) salah satu masalah yang
dihadapi dalam membangun pertanian di dataran rendah adalah salinitas tanah,
yaitu keadaan di mana terjadi akumulasi garam-garam terlarut dalam
tanah.Menurut Suwarno (1985) pengaruh salinitas terhadap tanaman mencakup
tiga aspek yaitu: mempengaruhi tekanan osmosa, keseimbangan hara, dan
pengaruh racun. Disamping itu, NaCl dapat mempengaruhi sifat-sifat tanah dan
selanjutnya berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Poljakoff (1975)
menyatakan bahwa salinitas tanah dapat menekan laju fotosintesis per satuan luas
daun. Fotosintesis berkurang sebanding dengan peningkatan salinitas tanah.
Mekanisme utama penekanan laju fotosintesis terjadi karena menutupnya stomata
sebagai akibat dari kemampuan tanaman dalam menyerap air berkurang. Sari et
al. ( 2006) menambahkan bahwa menutupnya stomata pada daun akan memotong
suplai CO2 ke sel-sel mesofil, sehingga fotosintesis terhambat dan fotosintat yang
terbentuk sedikit. Pada awal perkembangan daun, fotosintat ditahan untuk
mengembangkan daun secara cepat, setelah daun berkembang penuh dengan
kandungan pati yang tinggi maka fotosintat akan ditranslokasi ke daun-daun yang
lebih muda, sehingga ketersediaan sejumlah asimilat sangat mempengaruhi
pembentukan daun.
Tanah salin dapat juga menyebabkan ketidakseimbangan ketersediaan hara
bagi tanaman, hal ini disebabkan karena kadar hara tertentu tersedia dalam jumlah
yang tinggi dan dapat menekan ketersediaan unsur hara lainnya. Disamping itu
adanya bahaya keracunan dari Na, Cl dan ion-ion lainnya (Gardner et al., 1991).
Pengujian tingkat toleransi tanaman terhadap cekaman salinitas dapat
dilakukan dengan menciptakan media tumbuh yang dapat menjabarkan kondisi
salin atau media yang memiliki tekanan osmotik tinggi seperti penggunaan larutan
garam. Pengujian untuk melihat tingkat toleransi terhadap salinitas dapat
dilakukan di berbagai media tumbuh yang sederhana seperti pasir, kertas dan jenis
media tanam lainnya. Sadjad (1993) menyatakan bahwa substrat kertas merang
yang dicelup dalam larutan garam NaCl dapat digunakan untuk menciptakan
tekanan osmosis yang tinggi dan tidak memberikan efek peracunan substrat.
Sinar gamma merupakan salah satu bahan fisik yang banyak digunakan
sebagai agen mutasi. Radiasi sinar gamma merupakan radiasi ionisasi. Bentuk
radiasi ini dapat menembus sel-sel dan jaringan dengan mudah (Pai 1999). Radiasi
dengan sinar gamma dapat menghasilkan dua macam efek yaitu aberasi
kromosom dan hambatan mitosis (Whitson 1972). Sinar gamma diperoleh dari
peluruhan zat radioaktif yang dipancarkan dari atom dengan kecepatan tinggi
karena kelebihan energi. Panjang gelombang sinar gamma lebih pendek dari sinar
X tetapi energinya lebih besar. Radiasi sinar gamma dapat dipancarkan oleh 60Co,
137Cs dan lain-lain (Soeminto 1985).
Sinar gamma mempunyai kemampuan penetrasi yang cukup kuat ke dalam
jaringan tanaman. Dosis sinar gamma untuk mutasi pada kedelai adalah 10 20
kRad (Herawati & Setiamihardja 2000). Dosis irradiasi yang dapat diterima oleh
sel dibedakan atas dosis acute yaitu dosis yang diterima dengan cara sekaligus
pada laju dosis tinggi, dan dosis kronis yaitu dosis yang diterima dengan cara
sedikit demi sedikit pada laju dosis rendah. Dosis acute dapat menyebabkan sel
mati atau mengalami perubahan sifat (Wiryosimin 1995).
Dosis irradiasi yang diterapkan tergantung pada sensitivitas dari spesies dan
bagian tanaman. Sensitivitas tergantung pada volume inti (DNA yang lebih besar
lebih sensitif), jumlah kromosom (tanaman dengan kromosom lebih sedikit
dengan volume inti tertentu, lebih sensitif dari tanaman dengan kromosom yang
lebih banyak), dan tingkat ploidi ( lebih tinggi, sensitivitasnya lebih sedikit)
(Broertjes & Harten 1988).
Target utama dari perlakuan radiasi pengion yang dihasilkan sinar gamma
adalah DNA. Perubahan kecil dalam suatu basa DNA dapat menyebabkan mutasi
gen. Poespodarsono (1991) menyatakan bahwa radiasi bisa menyebabkan mutasi
karena adanya tenaga kinetik yang tinggi yang membebani sel sehingga dapat
mengubah atau mempengaruhi reaksi kimia yang mengakibatkan perubahan
susunan kromosom.
Pengujian dengan larutan hara ini memang merupakan pengujian yang
sederhana, dan sudah diaplikasikan untuk banyak sifat, terutama untuk sifat-sifat
yang berhubungan dengan cekaman unsur hara. Sifat-sifat yang pernah diuji pada
larutan Yoshida misalnya, cekaman Al (Lubis dan Suwarno 2000; Prasetiyono et
al. 2003), cekaman besi (Purwati dan Marjani 2009), dan cekaman-cekaman lain
yang berhubungan dengan cekaman abiotik.
Tanaman sampai batas-batas tertentu masih dapat mengatasi tekanan
osmotik yang tinggi akibat tingginya kandungan garam dalam tanah. Toleransi
tanaman terhadap salinitas dapat dinyatakan dalam berbagai cara diantaranya
kemampuan tanaman untuk hidup pada tanah salin, produksi yang dihasilkan pada
tanah salin, persentase penurunan hasil setiap unit peningkatan salinitas tanah
(Mass dan Hofmann, 1998).
Tanaman dapat menghindari terjadinya ketidakseimbangan hara atau
keracunan dengan empat cara yaitu: eksklusi, ekskresi, sekresi dan dilusi. Eksklusi
terjadi secara pasif dengan adanya dinding sel yang tidak permeable terhadap ion-
ion dari garam tersebut. Ekskresi dan sekresi merupakan pemompaan ion secara
aktif masing-masing ke luar tanaman dan ke dalam vakuola. Dilusi dapat terjadi
dengan adanya pertumbuhan yang cepat. Hal ini disimpulkan dari hasil analisis
bahwa bagian yang tumbuh cepat mengandung Na dan Cl lebih rendah dari bagian
yang tumbuh lambat (Levitt, 1980).
Menururt Levitt (1980) tanaman dapat toleran terhadap NaCl karena
mempunyai
kemampuan
menahan
pengaruh
racun
dari
NaCl
dan
B. HIPOTESIS
10
III.
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu
11
C. Rancangan Percobaan
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan
uangan 3 kali. Factor pertama yang dicoba adalah dosis radiasi sinar Gamma (G)
yang terdiri dari 0 Rad (J0), 10 Rad (J1), 20 Rad (J2), 30 Rad (J3), 40 Rad (J4), 50
Rad (J5). Factor kedua adalah kadar garam (K) yang terdir dari 0 ppm (K0) dan
3000 ppm (K1). Kombinasi perlakuan yang diperoleh sebanyak 12 kombinasi
perlakuan yang diulang tiga kali sehingga unit percobaan keseluruhan berjumlah
36 unit percobaan.
12
Volume akar diamati pada usia 8 minggu dengan cara memasukkan akar ke
dalam gelas ukur berisi air. Volume air sebelum dan setelah akar dimasukkan
dicatat, kemudian dihitung selisihnya. Selisih tersebut merupakan volume akar
yang dimasukkan.
3. Nilai relatif kondisi tercekam garam dibanding kondisi tidak tercekam
E. Analisis Data
Data-data yang diperoleh dianalisis dengan uji F dan dilanjutkan denga uji
jarak ganda Duncan. Analisis data menggunakan program IRRISTAT.
F. Garis Besar Pelaksanaan Penelitian
Secara garis besar tahapan penelitian tersusun atas tahap radiasi bibit,
penyiapan larutan hara Yoshida, penanaman bibit, perawatan tanaman,
pengamatan, analisis data dan pelaporan.
1. Radiasi Benih
Benih kedelai kultivar Slamet diradiasi dengan sinar gamma dengan 6 taraf
dosis yaitu : 0; 10; 20; 30; 40 dan 50 Rad. Pada setiap perlakuan diradiasi 200 biji
kedelai. Perlakuan
14
Bibit yang ditanam agar tidak masuk ke dalam media, bibit diletakkan pada
penyangga yang ada dalam pipa PVC berdiameter 3.4 cm dan panjang 5 cm.
Sebanyak 36 pipa PVC disusun di Styrofoam berukuran 45 cm x 36 cm.
Styrofoam diletakkan di bak plastik berukuran 45 Cm x 36 cm yang telah diisi 25
liter larutan Yoshida. Larutan Yoshida di bak kultur diganti seminggu sekali.
Setelah umur 4 minggu, ke dalam media ditambahkan NaCl dengan konsentrasi
0 ppm dan 3000 ppm.
4. Perawatan Tanaman
Kadar keasaman (pH) larutan diatur setiap dua hari sekali dengan
menggunakan pH meter, diatur pada 5,5 5,8. Keasaman pH diatur dengan
menambahkan NaOH atau HCl sesuai dengan kebutuhan. Setiap kali pengukuran
pH juga dilakukan penambahan air (H20) sesuai dengan perkiraan kehilangan air
akibat penguapan di dalam rumah kaca. Untuk menjaga homogenitas larutan
masing-masing bak percobaan diberi aerator yang berfungsi mengaduk larutan
hara Yoshida setiap saat. Penggantian larutan hara untuk semua perlakuan
dilakukan setiap satu minggu sekali. Tanaman dipelihara sampai berumur 8
minggu. Pada akhir minggu kedelapan dilakukan pengamatan tinggi tanaman dan
volume akar.
5. Pengamatan
Karakter yang diamati pada tanaman meliputi tinggi tanaman, volume akar,
nilai relative kondisi tercekam garam dibanding kondisi tidak tercekam. Mutasi
15
G. Jadwal Pelaksanaan
No.
Kegiatan
Persiapan Penelitian
Pelaksanaan Penelitian
Pengambilan Data
Bulan ke1
16
Penyusunan Laporan
DAFTAR PUSTAKA
Aswidinnoor, H., M. Sabran, Masganti dan Susilawati. 2008. Perakitan Varietas
Unggul Padi Tipe Baru dan Padi Tipe Baru Ratun Apesifik Lahan Pasang
Surut Kalimantan untuk Mendukung Teknologi Budidaya Dua Kali Panen
Setahun. LPPM IPB. Bogor. 30 hal.
Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian (Balitkabi). 2011.
Varietas Unggul Kedelai.http://www.litbang.deptan.go.id/varietas/ ?
l=300&k=310&n=&t=&sv=. diakses pada 22 Oktober 2013
Blum, A. 1988. Plant Breeding for Stress Enviroments. CRC Press Inc. Boca
Raton, Florida.
Borjovic, S. 1990. Principles and Methods of Plant Breeding. Elsevier, Tokyo.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi Tanaman Budidaya.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal.
17
(Sesamum indicum L.). Jurnal Littri Vol. 13 No. 3, September 2007: hal. 88
92.
Prasetiyono J, Tasliah, Aswidinnoor H, Moeljopawiro S. 2003. Identifikasi marka
mikrosatelit yang terpaut dengan sifat toleransi terhadap keracunan Al
pada padi persilangan Dupa x ITA131. J Biot Pert 8 (2) ; 35-48
Purwati RD, Marjani. 2009. Evaluasi ketoleranan plasma nutfah kenaf terhadap
cekaman Fe pada pH masam. Bul Tan Tembakau, Serat dan Minyak Industri
1(1) : 28-40
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia, Jakarta.
Santoso, B. 1993. Tanah Salin-Tanah Sodik dan Cara Mereklamasinya. Yayasan
Pembina Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang. 63 hal.
Sari, H.C., S. Darmanti, dan E.D. Hastuti. 2006. Pertumbuhan tanaman jahe
emprit (Zingiber officinale Var. Rubrum) pada media tanam pasir dengan
salinitas yang berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi 14(2):19-29.
Schum, A. 1999. Mutation Induction in Ornamental Plants. Makalah Ekspose
Hasil Penelitian Bioteknologi Pertanian. Balitbang Pertanian, Jakarta. 31
Agustus 1 September 1999.
Solahuddin, S. 1999. Kebijaksanaan Pemerintah Dalam Pencapaian Swasembada
Kedelai. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Kedelai II , Strategi
Pencapaian Swasembada Kedelai, LP-SRDC, Unsoed, Purwokerto, 17
Maret 1999.
Sopandie, D. 1995. Effect of Calcium on the Griwth and Ion Uptake In NaCl
Stressed Plant. Buletin Agronomi 12(I):42.
Sumarno. 1999. Peran Penelitian Untuk Mendorong Pencapaian Swasembada
Kedelai. Makalah dalam Seminar Nasional Kedelai II, Strategi Pencapaian
Swasembada Kedelai, LP-SRDC, Unsoed, Purwokerto, 17 Maret 1999.
Sunarto. 1997. Kedelai Varietas Slamet dan Sindoro Temuan Unsoed. Lembaga
Penelitian Unsoed. Purwokerto.
Sunarto. 1999. Peran SRDC (Soybean Research and Development Centre) dalam
Mendorong Swasembada Kedelai. Makalah dalam Seminar Nasional
Kedelai II, Strategi Pencapaian Swasembada Kedelai, LP-SRDC, Unsoed,
Purwokerto, 17 Maret 1999.
Suzuki, D.T., A.J.F. Griffits, J.H. Miller, R.C. Lewtons. 1989. Yang Introductions
to Genetic Analysis. 4th ed. W.H. Freeman and Co, New York.
19
Yoshida S, Forno DA, Cock JH, Gomez KA. (1976). Laboratory Manual for
Physiological Studies of Rice . International Rice Research Institute. Los
Banos, Philippines.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Gambar Denah Percobaan
BLOK 1
G4K1
G3K0
G0K0
G4K0
G5K1
G1K1
G5K0
G1K0
G2K1
G3K1
G0K1
G2K0
BLOK 2
G2K1
G5K0
G3K1
G5K1
G0K1
G3K0
G0K0
G4K0
G4K1
G1K0
G2K0
G1K1
BLOK 3
G0K1
G1K1
G5K0
G2K1
G1K0
G3K1
G3K0
G5K1
G4K0
G2K0
G0K0
G4K1
20