HISTOLOGI HEWAN
PERCOBAAN 1
PENGAMATAN SIKLUS ESTRUS HAMSTER
Oleh:
MAXIMUS TIGO
F05112047
KELOMPOK 3
folikel
di ovarium.
Karena
aktivitas
estrogen
diakhiri dengan
terjadinya ovulasi atau pembentukan sel telur pada ovarium. Pada fase
ini juga terjadi keratinisasi sel epithel atau epithel degenerasi. Sel
epitel yang mengalami degenerasi ini akan terjadi pembentukan folikel
yang baru untuk persiapan pasca terjadinya ovulasi.
3. Fase metaestrus
Fase metaestrus adalah tingkatan setelah tingkatan setelah estrus
setelah pembentukan corpus luteum dan sekresi progesteron.
Pengamatan dapat dilakukan dengan pengamatan dengan melihat
preperat sitologis apusan vagina yang digumakan u tuk mengetahui
tahap-tahap estrus pada mencit, dan praktikum ini merupakan dasar
dari embriologi dan perkembangan hewan lainnya.
4. Fase diestrus
Fase diestrus adalah periode terakhir dari estrus, pada fase ini corpus
luteum berkembang dengan sempurna dan efek yang dihasilkan dari
progesteron yaitu hormon yang dihasilkan dari corpus luteum tampak
dengan jelas pada dinding uterus serta folikel-folikel kecil dengan
corpo ralutea pada vagina lebih besar dari ovulasi sebelumnya
(Toelihere, 1985).
Fase estrus berasal dari bahasa latin yaitu oestrus yang berarti kegilaan
atau gairah. Pada fase ini hipotalamus terstimulasi untuk melepaskan GRH.
Pada fase ini ini juga estrogen berpengaruh penting dalam perubahan prilaku
kawin pada mencit, gonadotropin menstimulasi pertumbuhan folikel yang
dipengaruhi follicle stimulating hormone sehingga terjadi ovulasi. Kandungan
FSH ini lebih rendah jika dibandingkan dengan kandungan luteinizing hormone
(LH) maka jika terjadi coitus dapat dipastikan mencit akan mengalami kehamilan
(Ismail,2009).
Fase estrus tidak mengalami pendarahan keluar karena tidak adanya arteri
spiral jadi yang terjadi adalah adanya perobakan endometrium dan sel-sel yang
sudah tidak dibutuhkan akan dimakan oleh sel-sel darah putih pada tubuhnya
sendiri. Peluruhan sel endometrium ini disebabkan karena adanya pengurangan
jumlah hormon progesteron yang dihasilkan oleh korpus leteum. Pada hewan non
primata yang mengalami siklus estrus perkawinan hanya terjadi pada fase estrus
saja sedangkan pada primata dan manusia yang mengalami siklus menstruasi
perkawinan dapat terjadi kapan saja (Campbell, 2004).
C. METODOLOGI
1. Waktu dan Tempat
Waktu
: Pukul 10.00-12.00 WIB
Hari/Tanggal
: Rabu, 25 Maret 2015
Tempat
: Laboratorium Pendidikan
Keguruan
dan
Ilmu
Biologi
Pendidikan
Fakultas
Universitas
Tanjungpura
2. Alat dan Bahan
Alat
: - Kaca objek
-Kaca Penutup
-Cotton bud
-Mikroskop
-Pipet tetes
Bahan
:
-Hamster Betina
-NaCl 0,9 %
-Metulen Blue 1%
3. Cara Kerja
a. Diambil hamster betina, kemudian dipegang dengan tangan kiri, ibu
dan telunjuk jari memegang tengkuknya atau leher dorsal. Jari tengah,
jari manis dan kelingking memegang badan dan ekor.
b. Bagian vagina disemprotkan dengan NaCl 0,9% menggunakan pipet
yang tumpul, kemudian dihisap 3 sampai 4 kali dengan hati-hati dan
perlahan-lahan.
c. Cairan pada pipet dari hasil penyemprotan/penghisapan berwarna
keruh, kemudian teteskan pada objek glas 1 sampai 2 tetes. Biarkan
sampai kering.
d. Tetesi dengan larutan pewarna metilen blue 1%. Biarkan 5 sampai 10
menit.
e. Tutup dengan gelas penutup
f. Amati dibawah Mikroskop, bila zat warna berlebih, bilas dengan air
dengan cara meneteskan air.
D. Hasil Pengamatan
Gambar Hasil Pengamatan
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, J. B. Reece, L. G dan Mitchell. 2004. Biologi Edisi kelima Jilid
3. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Ismail,Mohammad.2009. Onset Dan Intensitas Estrus Kambing Pada
Umur Yang Berbeda. Jurnal Agroland Vol.16 No.2 : 180 186.
Nalbandov, A. V., 1990. Fisiologi Reproduksi Pada Mamalia dan Unggas.
Universitas Indonesia, Jakarta.
Nalley,dkk.2011. Penentuan Siklus Estrus Berdasarkan Gambaran
Sitologi Vagina dan Profil Hormon pada Rusa Timor . Jurnal
Veteriner Vol. 12 No. 2: 98-106.
Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Angkasa.
Bandung.