Anda di halaman 1dari 17

P4

TUJUAN
DASAR TEORI
Salah satu...kunyit (Curcuma domestica Val). Menurut Jurenka (2009) kunyit mempunyai zat
aktif yang disebut curcuminoid. Curcuminoid merupakan zat pewarna pada kunyit dan tersusun atas 3
kelompok utama, yaitu curcumin (diferuloylmethane), demethoxycurcumin, dan
bisdemethoxycurcumin. Selain itu kunyit mempunyai zat lain seperti tumerone, atlantone dan
zingiberone yang merupakan minyak yang mudah menguap. Kandungan lain dari kunyit adalah gula,
protein dan resin. Seperti yang dilaporkan oleh Wang et al., (2007) bahwa kunyit memiliki berbagai
khasiat, diantaranya sebagai antioksidan, antitumor, anti-inflamasi, obat batuk, anti-diabetes, obat liver
dan gangguan Alzheimer.
Anti-inflamasi kunyit karena kunyit mampu menghambat biosintesis prostaglandin. Hambatan
biosintesis prostaglandin ini dengan jalan menghambat aktivitas protein Cyclooxygenase-2. Protein ini
berperan sebagai katalisator biosintesis prostaglandin dari asam arakidonat (Chainani, 2003).
Cyclooxygenase-2 (COX-2) mengkatalis sintesis prostanoid, yaitu keluarga metabolit dari asam
arakidonat. Termasuk prostaglandin, prostasiklin dan tromboksan. COX-2 adalah isoform yang bisa
terinduksi karena adanya growth factor, sitokin dan molekul pro-inflamasi yang lain. Adanya enzim
COX-2 ini, maka mediator radang dilepaskan sehingga menyebabkan terjadinya keradangan yang
ditandai dengan 4 hal, yaitu rubor (kemerahan), dolor (nyeri), tumor (kebengkakan) dan calor
(kenaikan suhu/panas), serta functio laesa (hilangnya fungsi) (Mingetthi, 2004).
Kurkumin..bioavailibilitasnya.
Oleh..tidak enak.
Emulsi
Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang terdiri dari
paling sedikit dua fase cairan minyak dan air yang tidak bercampur, dimana salah satu fase terdispersi
dalam fase lainnya secara seragam dalam bentuk tetesan tetesan kecil dengan ukuran diameter 0,1
100 nm yang distabilkan dengan emulgator / surfaktan yang cocok (sesuai).
Tipe tipe emulsi
a.

Minyak dalam air (m/a)

suatu emulsi dimana minyak terdispersi sebagai tetesan tetesan dalam fase air
b.

Air dalam minyak (a/m)

Suatu emulsi dimana air teridispersi sebagai tetesan tetesan dalam medium pendispersinya yaitu fase
minyak
c.

Emulsi Ganda

Tipe ini dikembangkan berdasarkan pencegahan pelepasan bahan aktif. Dalam tipe ini dihadirkan 3
fase, yaitu air dalam minyak dalam air (a/m/a) atau minyak dalam air dalam minyak (m/a/m)
Cara menentukan tipe emulsi :
a.

Uji pengenceran

Tergantung pada bahan yang akan diencerkan. Jika emulsi minyak dalam air, maka diencerkan dengan
air. Begitu juga sebaliknya jika emulsi air dalm minyak diencerkan dengan minyak
b.

Uji konduktifitas

Air merupakan penghantar listrik yang baik. Jikasepasang elektroda dihubunngkan dengan sebuah
lampu dan sumber listrik, kemudian dimasukkan ke dalam emulsi. Apabila lampunya menyala maka
tipe emulsi minyak dalam air dan jika lampunya tidak menyala maka tipe emulsi air dalam minyak
c.

Uji kelarutan warna

Suatu pewarna larut air akan larut dalam fase berair dari emulsi dan zat warna yang larut minyak akan
ditarik oleh fase minyak.
Contoh : methylen blue larut dalam air, jika dimasukkan dalam emulsi menimbulkan warna maka
terbentuk emulsi tipe minyak dalam air. Begitu juga untuk pewarna Sudan III larut dalam minyak, jika
dimasukan kedalam emulsi dan memberikan warna maka terbentuk emulsi tipe air dalam minyak.
d.

Uji fluoresensi

Minyak jika dipaparkan pada sinar UV akan berfluoresensi. Jika emulsi dipaparkan pada lampu UV
dan semuanya berfluoresensi / berpendar maka emulsi tipe air dalam minyak. Tetapi jika emulsi
dipaparkan pada lampu UV dan fluoresensinya berbintik bintik maka emulsi tipe minyak dalam air
e.

Uji arah creaming

Creaming adalah pemisahan antara 2 fase. Jika arah creamingnya ke bawah maka tipe emulsi yang
terbentuk adalah air dalam minyak. Tetapi jika arah creaming ke atas maka tipe emulsi yang terbentuk
adalam minyak dalam air
f.
Uji kertas saring / COCl2
Kertas saring yang dijenuhkan dengan COCl2 dan dikeringkan (biru) berubah menjadi merah muda,
bila emulsi minyak dalam air ditambahkan.

Pertama-tama, dipasang spindel yang sesuai, kemudian sampel diletakkan dalam wadah dan
diturunkan spindel ke dalam wadah yang berisi sampel. Pasang stop kontak, nyalakan motor
sambil menekan tombo, biarkan spindel berputar dan lihat skala pada layar, baca angka yang
ditunjukkan oleh layar.

Tween 80=emulsifier
minyak kelapa sawit
VCO
Asam Oleat
Propilenglikol
Ektrak kurkumin
Etanol
Metil parben
Propil paraben
BHT
Aquadest
P5
Kandungan zat aktif dan golongan
a. zat warna kurkuminoid yang merupakan suatu senyawa diarilheptanoid 3-4% yang terdiri
dari Curcumin, dihidrokurkumin, desmetoksikurkumin dan bisdesmetoksikurkumin.
b. Minyak atsiri 2-5% yang terdiri dari seskuiterpen dan turunan fenilpropana turmeron (aril-turmeron,
alpha turmeron dan beta turmeron), kurlon kurkumol, atlanton, bisabolen, seskuifellandren, zingiberin, aril
kurkumen, humulen.
c. Arabinosa, fruktosa, glukosa, pati, tanin dan dammar
d. Mineral yaitu magnesium besi, mangan, kalsium, natrium, kalium, timbal, seng, kobalt, aluminium dan
bismuth (Sudarsono et.al, 1996).
Manfaat tumbuhan
Bagian yang sering dimanfaatkan sebagai obat adalah rimpang; untuk, antikoagulan, antiedemik,
menurunkan tekanan darah, obat malaria, obat cacing, obat sakit perut, memperbanyak ASI, stimulan,
mengobati keseleo, memar dan rematik. Kurkuminoid pada kunyit berkhasiat sebagai antihepatotoksik
(Kiso et al., 1983) enthelmintik, antiedemik, analgesic. Selain itu kurkumin juga dapat berfungsi sebagai
antiinflamasi dan antioksidan (Masuda et al., 1993). Menurut Supriadi, kurkumin juga berkhasiat
mematikan kuman dan menghilangkan rasa kembung karena dinding empedu dirangsang lebih giat untuk
mengeluarkan cairan pemecah lemak. Minyak atsiri pada kunyit dapat bermanfaat untuk mengurangi
gerakan usus yang kuat sehingga mampu mengobati diare. Selain itu, juga bisa digunakan untuk
meredakan batuk dan antikejang.
Kurkumin
Curcumin (1,7-bis(4 hidroksi-3 metoksifenil)-1,6 heptadien, 3,5-dion merupakan komponen penting
dari Curcuma longaLinn. yang memberikan warna kuning yang khas (Jaruga et al., 1998 dan Pan et al.,
1999). Curcumin termasuk golongan senyawa polifenol dengan struktur kimia mirip asam ferulat yang
banyak digunakan sebagai penguat rasa pada industri makanan (Pan et al., 1999). Serbuk kering rhizome
(turmerik) mengandung 3-5% Curcumin dan dua senyawa derivatnya dalam jumlah yang kecil yaitu
desmetoksi kurkumin dan bisdesmetoksikurkumin, yang ketiganya sering disebut sebagai kurkuminoid
(Tonessen dan Karlsen, 1995). Curcumin tidak larut dalam air tetapi larut dalam etanol atau

dimetilsulfoksida (DMSO). Degradasi Curcumin tergantung pada pH dan berlangsung lebih cepat pada
kondisi netral-basa (Aggarwal et al., 2003).
Curcumin dapat mengganggu siklus sel kanker paru A549 dan menekan pertumbuhan sel. Efek
penekanan tergantung pada konsentrasi. Efek tidak hanya bergantung dari sitotoksik nonspesifik, tetapi
juga dari induksi apoptosis (Zhang, et al., 2004).

Struktur kimia kurkumin [1,7-bis-(4'-hidroksi-3'-metoksifenil)hepta-1,6-diena-3,5-dion]

zat identitasnya
uji tabung
ada uji yang pertama yakni uji tannin dan polifenol. Sudah dikatakan sebelumnya, uji tanin dan
polifenol dilakukan pada sample Daun pepaya, Kunyit, dan daun pecah beling. Untuk menguji
keberadaan suatu tannin dan polifenol maka terlebih dahulu sampel dihaluskan. Hal ini bertujuan untuk
mnghancurkan dinding sel yang sifatnya kaku sehingga senyawa target (metabolic sekunder) yang
berada dalam vakuola mudah diambil. Kemudian sample diekstraksi dengan aquadest dengan bantuan
pemanasan untuk melarutkan tannin/polifenol agar terpisah dari bagian tubuh tumbuhan sampel,
kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh dibagi dalam dua tabung. Tabung reaksi pertama
ditambahkan larutan FeCl3 menghasilkan warna hitam yang menandakan (+) tannin/polifenol. Untuk
daun pepaya yang telah digerus kemudian ditambahkan dengan larutan FeCl3 2-3 tetes. Setelah
penambahan larutan tersebut, warna sampel daun pepaya berubah warna menjadi warna hitam. Hal ini
menandakan bahwa dalam dau pepaya terdapat atau + terhadap tanin dan polifenol. Sama halnya
dengan sampel Kunyit, Setelah sampel dihaluskan dan di tambahkan dengan larutan FeCl3 maka
larutan berubah menjadi warna hitam. Hal ini menandakan bahwa dalam kunyit mengandung tanin dan
polifenol.
cara pemisahan zat aktif dg klt, fase diam & fase gerak
pereaksi semprot & reaksi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

PERCOBAAN 6
Uji Fitokimia

NAMA : RADEN ALIP RAHARJO

STAMBUK : A1C4 08 027

KELOMPOK :

LABORATORIUM PENGEMBANGAN UNIT KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS HALUOLEO

KENDARI

2010
Uji Fitokimia
I. Tujuan dan Prinsip Percobaan
A. Tujuan Praktikum
Suatu pendekatan untuk mengetahui golongan kelompok senyawa (alkaloid, triterpenoid,
steroid, saponin, flavonoid, tannin, polifenol dan kuinon) yang terkandung pada bagian-bagian
tumbuhan (akar, batang, ranting, daun, bunga, biji dan buah).
B. Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dari percobaan ini berdasarkan komposisi kandungan tumbuhan yang dimiliki
oleh senyawa target yang akan dianalisis. Analisis ini bersifat kulitatif sehingga data yang
dihasilkan adalah data kualitatif. Oleh karena itu dengan metode fitokimia dapat diketahui
secara kualitatif kandungan kimia, dalam jenis tumbuhan.
II. Teori
Dari hasil penelitian sebelumnya telah dipublikasikan senyawa saponin yang pertamadari
daun andong. Jenis saponin yang dikandungnya adalah saponin steroid yang merupakan
senyawa mayor ditinjau dari kestabilan busa yang terbentuk (Bogoriani,2001) dan senyawa
saponin steroid spirostananol dengan berat 7,5 mg berdasarkan datakromatogram
kromatografi cair kinerja tinggi dengan struktur pada atom C25 dan C27 merupakan suatu
ikatan rangkap dua (gugus elesometilin) yang mempunyai berat molekul 866 dan golongan
senyawa ini mempunyai sifat oksik terhadap Larva Udang (Artenia salina Lich) yang
diidentifikasikan berkorelasi positif terhadap senyawa antitumor (Bogoriani, et al., 2007).
Saponin merupakan golongan senyawa alam yang rumit, yang mempunyai masa molekul
besar, dan kegunaannya luas (Konoshima, et al., 1995; Nakanishi, 1974; Agrawal, 992;
Burger, et al., 1998). Pada penelitian ini akan dilakukan isolasi dan identifikasi saponin steroid
yang lain dari daun andong (Bogoriani, 2008)
Piperine adalah suatu senyawa alkaloid yang banyak ditemukan pada tanaman diantanya
adalah piper ningrum atau black pepper dan piper longum atau long pepper. Piperine adalah
trans-trans stereoisomer dari 1-piperoylpiperidine atau disebut juga (E, E)-1-piperoylpiperidine
dan (E, E)-1-[5-(1, 3-benzodioxol-5-y1)-1-oxo-2, 4-pentdienyl] piperidine. Senyawa turunan
piperine biasa digunakan sebagai obat antiepilepsirine. Bioaktifitas Piperine telah dilaporkan
sebagai anti-inflammatory, antioxidant dan inhibit lipid peroxidation. Senyawa piperine
bersifat carcinogenic dan cytotoxic dan dapat mempengaruhi proses reproductive dan
memberikan efek negative pada sperma. Senyawa piperine berpotensi sebagai antimicrobial,

antiprotozoal, antihelmintic, antihistaminic, non-steroidal anti-inflammatory, muscle-relaxant


dan anticancer (Rustanto, 2007)
Flavonoid mengandung sistem aromatik yang terkonjugasi dan karena itu menunjukkan pita
serapan kuat pada daerah spektrum UV dan spektrum tampak. Akhirnya flavonoid umumnya
terdapat pada tumbuhan , terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang
mana pun mungkin saja terdapat dalam satu tumbuhan dalam beberapa bentuk kombinasi
glikosida. Karena alasan itu, maka dalam menganalisis Flavonoid biasanya lebih baik bila kita
memeriksa aglikon yang terdapat dalam ekstrak tumbuhan yang telah dihidrolisis sebelum
memperhatikan kerumitan glikosida yang mungkin terdapat dalam ekstrak asal (Harborne,
1967).
Pada tahun 1896, Meyer-Lexikon memberikan batasan alkaloid sebagai berikut : Alkaloid
terjadi secara karakteristik dalam tumbuhan dan sering dikenal karena aktifitas fisiologisnya.
Alkaloid mengandung karbon, hidrogen dan nitrogen, dan pada umumnya mengandung
ataom oksigen. Dalam banyak hal, mereka mirip alkali. Walaupun banyak alkaloid yang
merupakan pengecualian dari definisi tersebut, terutama setelah berkembangnya penelitian
tentang alkaloid, definisi tersebut masih dapat digunakan (Sastrohamidjojo, 1996).
Menurut Harborne (1987 dalam Abraham 2009:13) fitokimia adalah suatu tehnis analisis
kandungan kimia didalam tumbuhan. Analisis ini bersifat kualitatif sehingga data yang
dihasilkan adalah data kualitatif. Oleh karena itu dengan metode fitokimia dapat diketahui
secara kualitatif kandungan kimia tumbuh dalam suatu jenis tumbuhan. Secara umum
kandungan kimia tumbuhan dapat dikelompokan kedalam golongan senyawa alkaloid,
saponin, flavanoid, tannin, polifenol dan kuinon. Senyawa-senyawa tersebut tersebar luas
didalam tumbuhan. Untuk menentukan senyawa-senyawa tersebut dapat digunakan pereaksipereaksi khusus dan spesifik, misalnyaa pereaksi dragendorf, meyer, Wegner, asam pikrat
dan pereaksi asam tannat untuk alkaloid. Pereaksi liebermenn-burehard untuk terpenoid,
FeCl2 untuk mengidentifikasi flavanoid dan larutan gelatin untuk senyawa tannin. Selama
dasawarsa terakhir penelitian mengenai kandungan kimia semakin pesat sehingga manfaat
ujifitokimia semakin sangat dibutuhkan dan memberi sumbangan yang sangat bermakna
(Abraham, 2010).
III. Metode Praktikum
A. Alat dan bahan yang digunakan
Alat alat yang digunakan pada praktikum ini adalah
a. Pemanas
b. Tabung reaksi
c. Penjepit tabung reaksi
d. Lumpang
e. Corong pisah
f. Corong
g. Gelas kimia
h. Neraca
Bahan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
a. Aquades
b. Air
c. N-heksan
d. Etil asetat

e. Metanol
f. Etanol
g. Asam sulfat
h. Asam klorida
i. Asam asetat
j. Kloroform
k. Eter
l. Amoniak 10%
m. Pereaksi uji fitokimia (HgCl2, KI, Bi(NO3)3, HNO3, logam Mg, Larutan FeCl3, gelatin 10%)
n. Bahan sampel tumbuhan

C. Pembahasan
Fitokimia atau kadang disebut fitonutrien, dalam arti luas adalah segala jenis zat kimia atau
nutrien yang diturunkan dari sumber tumbuhan, termasuk sayuran dan buah-buahan. Dalam
penggunaan umum, fitokimia memiliki definisi yang lebih sempit. Fitokimia biasanya
digunakan untuk merujuk pada senyawa yang ditemukan pada tumbuhan yang tidak
dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh, tapi memiliki efek yang menguntungkan bagi
kesehatan atau memiliki peran aktif bagi pencegahan penyakit. Karenanya, zat-zat ini
berbeda dengan apa yang diistilahkan sebagai nutrien dalam pengertian tradisional, yaitu
bahwa mereka bukanlah suatu kebutuhan bagi metabolisme normal, dan ketiadaan zat-zat ini
tidak akan mengakibatkan penyakit defisiensi, paling tidak, tidak dalam jangka waktu yang
normal untuk defisiensi tersebut.

Indonesia merupakan salah satu Negara yang paling kaya akan keanekaragaman hayati dan
sumber daya alam dengan beberapa jenis spesies tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
sebagai sumber obat-obatan dan insektisida. Sumber daya alam hayati dapat berasal dari
flora, fauna dan mikroorganisme. Salah satu sumbangan penting dari kekayaan alam flora
Indonesia adalah tersedianya senyawa-senyawa bioaktif. Metode yang dapat dipergunakan
untuk mencari dan menemukan senyawa bioaktif adalah pendekatan fitofarkologi
(Phytopharmacologic approaches) dan pendekatan skrining fitokimia (Phytopharmacologic
screening approaches)(Linskens, 1963 dalam Abraham 2007:13).
Pada percobaan ini, uji-uji yang dilakukan yaitu uji alkaloid, uji steroid, triterpenoid, saponin,
uji flavanoid dan uji tannin/polifenol. Untuk Uji Tanin dan polifenol, yang digunakan sebagai
bahan uji adalah Daun pepaya, Kunyit, dan Daun pecah beling. Sedangkan untuk uji Flavonoid
dan uji alkaloid hanya digunakan daun pecah beling. Uji ini dilakukan untuk mencari tahu isi
kandungan dari suatu bagian-bagian tubuh tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk
sebagai obat alternatif.
Pada uji yang pertama yakni uji tannin dan polifenol. Sudah dikatakan sebelumnya, uji tanin
dan polifenol dilakukan pada sample Daun pepaya, Kunyit, dan daun pecah beling. Untuk
menguji keberadaan suatu tannin dan polifenol maka terlebih dahulu sampel dihaluskan. Hal
ini bertujuan untuk mnghancurkan dinding sel yang sifatnya kaku sehingga senyawa target
(metabolic sekunder) yang berada dalam vakuola mudah diambil. Kemudian sample
diekstraksi dengan aquadest dengan bantuan pemanasan untuk melarutkan tannin/polifenol
agar terpisah dari bagian tubuh tumbuhan sampel, kemudian disaring. Filtrat yang diperoleh
dibagi dalam dua tabung. Tabung reaksi pertama ditambahkan larutan FeCl3 menghasilkan
warna hitam yang menandakan (+) tannin/polifenol. Untuk daun pepaya yang telah digerus
kemudian ditambahkan dengan larutan FeCl3 2-3 tetes. Setelah penambahan larutan
tersebut, warna sampel daun pepaya berubah warna menjadi warna hitam. Hal ini
menandakan bahwa dalam dau pepaya terdapat atau + terhadap tanin dan polifenol. Sama
halnya dengan sampel Kunyit, Setelah sampel dihaluskan dan di tambahkan dengan larutan
FeCl3 maka larutan berubah menjadi warna hitam. Hal ini menandakan bahwa dalam kunyit
mengandung tanin dan polifenol. Lain halnya dengan Daun pecah beling, Setelah sampel
dihaluskan dan ditambahkan dengan larutan FeCl3 maka larutan berubah warna menjadi
warna coklat. Ini membuktikan bahwa dalam Daun pecah beling tidak terdapat senyawa tanin
dan polifenol.
Pada uji flavanoid, sampleyang digunakan hanya daun pecah beling. Daun pecah beling
dihaluskan dengan tujuan untuk menghancurkan dinding sel yang sifatnya kaku sehingga
senyawa targetnya (metabolic sekunder) yang berada dalam vakuola mudah diambil. Sampel
diekstraksi dengan methanol kemudian larutan disaring untuk memisahkan filtrate dan
residunya. Filtratnya diuapkan sehingga filtratnya menjadi pekat. Setelah diuapkan, filtrate
diekstraksi lagi dengan n-heksan agar senyawa-senyawa non polar dibawa ke n-heksan,
kemudian disaring untuk memisahkan filtrate dan residunya. Residu diekstraksi dengan
etanol 80% dan ditambahkan Logam Mg dan dibagi kedalam dua tabung, tabung pertama
ditambahkan 0,5 ml HCl untuk mendeteksi adanya senyawa flavanoid akan bereaksi dengan
Mg,setelah penambahan HCl, maka daun pecah beling berubah warna menjadi warna merah
muda. Hal ini menandakan bahwa dalam daun pecah beling terdapat senyawa flavonoid.

Pada uji alkaloid ini sample digerus atau dihaluskan tujuannya untuk menghancurkan dinding
sel yang sifatnya kaku sehingga senyawa target (metabolit sekunder) yang berada dalam
vakuola mudah diambil. Kemudian sample diekstraksi dengan penambahan kloroform dan
diaduk perlahan-lahan. Ekstraksi dengan penambahan kloroform bertujuan untuk
memutuskan ikatan antara asam tannin dan alkaloid yang terikat secara ionic dimana atom N
dari alkaloid berikatan saling stabil dengan gugus hidroksil genolik dari asam tannin. Dengan
terputusnya ikatan ini alkaloid akan bebas, sedangkan asam tannin akan terikat oleh
kloroform. Sedangkan pengadukan bertujuan untuk memperbanyak kontak yang terjadi
antara kloroform dengan bubur target semakin banyak. Hal ini memungkinkan ikatan antara
asam tannin dan alkaloid semakin banyak sehingga alkaloid bebas semakin banyak yang
terekstraksi. Setelah diekstraksi, larutan ini disaring dan larutannya ditambahkan asam sulfat
2N dan dikocok kuat-kuat. Penambahan asam sulfat 2N ini berfungsi untuk mengikat kembali
alkaloid menjadi garam alkaloid agar dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi logam berat
yaitu spesifik untuk alkaloid yang menghasilkan kompleks garam anorganik yang tidak larut
sehingga terpisah dengan metabolic sekundernya. Penambahan asam sulfat 2N
menyakibatkan larutan terbentuk menjadi dua fase karena adanya perbedaan tingkat
kepolaran antara fase aqueous yang polar dan kloroform yang relative kurang polar. Garam
alkaloid akan larut pada lapisan atas, sedangkan lapisan kloroform berada pada lapisan paling
bawah karena memiliki massa jenis yang lebih besar. Sedangkan pengocokan dengan kuat
bertujuan untuk melarutkan senyawa-senyawa pada tiap-tiap lapisan secara tepat dan
sempurna. Lapisan atas (lapisan atas sulfat) diuji dengan pereaksi meyer dan pereaksi
dragendorf. Pada uji dengan peeaksi meyer larutan menghasilkan endapan putih yang
menandakan (+) alkaloid. Pereaksi meyer bertujuan untuk mendeteksi alkaloid, dimana
pereaksi ini berikatan dengan alkaloid melalui ikatan koordinasi antara atom N alkaloid dan
Hg pereaksi meyer sehingga menghasilkan senyawa kompleks merkuri yang nonpolar
mengendap berwarna putih. Reaksi pada uji alkaloid ini dengan pereaksi meyer adalah :
N + KHgI4 Hg-N Putih
Atom N menyumbangkan pasangan electron bebas dan atom Hg sehingga membentuk
senyawa kompleks yang mengandung atom N sebagai ligannya.Setelah pengujian dilakukan,
pengujian alkaloid ini tidak berhasil. Mungkin dikarenakan oleh larutan asam sulfat yang
digunakan merupakan larutan asam sulfat tehnik dan larutan yang seharusnya digunakan
adalah larutan kloroform amoniakal akan tetapi pada percobaan ini hanya digunakan larutan
kloroform.
V. Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, bahwa pada uji Tanin dan Polifenol untuk
bahan uji Daun pepaya, Kunyit, dan daun pecah beling, yang positif terhadap senyawa tanin
dan polifenol adalah Daun pepaya dan Kunyit sedangkan Daun pecah beling negatif. Untuk Uji
flavonoid, Daun pecah beling Positif mengandung senyawa flavonoid. Dan untuk uji senyawa
alkaloid, Daun pecah beling negatif terhadap senyawa alkaloid.
Daftar Pustaka
Abraham. 2010.Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Universitas Haluoleo. Kendari
Bogoriani, N.W.2008.Isolasi dan Identifikasi Glikosida Steroid Dari Daun Andong (Cordyline
terminalis Kunth). Jurusan Kimia FMIPA Universitas Udayana, Bukit Jimbaran
Harborne, J.B.1967. Metode Fitokimia. ITB. Bandung

Rusnato.2007. isolasi dan Karakterisasi Senyawa Bioaktif Tanaman Ceraken (Croton tiglium
L)Sebagai Larvasida Pencegah Demam Berdarah Dengue. Fakultas Teknik Untirta
Sastrohamdjojo, H. 1996. Sintesis Bahan Alam. UGM. Yogyakarta.

Tugas Setelah Praktikum


1. Tuliskan reaksi umum yang terjadi pada:
a. Uji alkaloid
b. Uji steroid
c. Uji flavonoid
d. Uji tannin dan polifenol
2. Pada uji alkaloid, kesimpilan yang akan saudara berikan (+) atau (-). Jika uji dengan
pereaksi meyer (+) sementara uji dengan dragendorf (-) ?
Jawab:
1. a. Reaksi umum pada uji alkaloid

2. Pada uji alkaloid dengan menggunakan uji pereaksi meyer (kalium tetraiodo merkurat) dan
pereaksi gragendorf (kalium tetraiodo bismulat).
a. Pada uji pereaksi meyer dihasilkan (+) alkaloid, apabila terbentuk endapan putih. Dimana
pereaksi meyer bersifat elektrofilik (Hg2+), mengadisi atom C no 2, dimana terlebuh dahulu
K2HgI4 terlarut dalam air secara reversibel dengan mensorvasi asam iodida + KI + HgO.
Hg2+ dari HgO membentuk kompleks dengan dua molekul kolid sebagai endapan putih.
b. Menggunakan pereaksi dragendrof (kalium tertaiodo bismutat) hasilnya (+) alkaloid apabila
terbentuk endapan hijau atau hitam.

Anda mungkin juga menyukai