a. Pengertian Reformasi
Dalam rangka pelaksanaan penyelenggaraan hidup bernegara Republik Indonesia
termasuk jalannya ketatanegaraan, bangsa Indonesia telah mengalami momen sejarah
baru, yaitu reformasi. Gerakan reformasi terjadi sebagai akibat krisis yang bersifat
multidimensi di seluruh Negara Indonesia yang menyangkut segenap bidang
kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial budaya, maupun keamanan dan ketertiban.
Diikuti pula oleh kondisi yang sangat rawan sebagai akibat perbedaan yang sangat
tajam antara golongan yang diatas (pemegang tampuk kekuasaan) dengan rakyat yang
mengalami kehidupan yang sangat menderita, tertekan, dan tidak berdaya.
Berangkat dari keprihatinan moral yang dalam atas berbagai krisis di dalam
negeri yang diakibatkan membumbung tingginya harga pokok kehidupan masyarakat,
merajalelanya korupsi, kolusi dan nepotisme serta tingkah laku kepemimpinan yang
sangat menyimpang dari tatanan kehidupan, dimulailah gerakan reformasi yang
diprakarsai oleh para mahasiswa yang selanjutnya melibatkan lembaga sosial
masyarakat serta akhirnya menyangkut seluruh lapisan masyarakat. Lebih tergugah
lagi dengan terjadinya tragedi 12 Mei 1998, selain pengorbanan jiwa raga dan harta
benda maka merebaklah semangat reformasi ke seluruh lingkup kehidupan
masyarakat untuk mengakhiri kekuasaan orde baru.
Secara umum reformasi di Indonesia dapat diartikan sebagai melakukan
perubahan kearah yang lebih baik dengan cara menata ulang hal-hal yang telah
menyimpang dan tidak sesuai lagi dengan kondisi dan struktur ketatanegaraan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
b. Tujuan Reformasi
Tujuan reformasi dapat disebutkan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
c. Agenda Reformasi
d. Kronologi jatuhnya Orba
22 Januari 1998
Rupiah tembus 17.000,- per dolar AS, IMF tidak menunjukkan rencana
bantuannya.
12 Februari
5 Maret
10 Maret
Soeharto terpilih kembali untuk masa jabatan lima tahun yang ketujuh kali
dengan menggandeng B.J. Habibie sebagai Wakil Presiden.
14 Maret
15 April
18 April
1 Mei
Soeharto melalui Menteri Dalam Negeri Hartono dan Menteri Penerangan Alwi
Dahlan mengatakan bahwa reformasi baru bisa dimulai tahun 2003.
2 Mei
4 Mei
Harga BBM melonjak tajam hingga 71%, disusul tiga hari kerusuhan di Medan
dengan korban sedikitnya 6 meninggal.
7 Mei
8 Mei
9 Mei
12 Mei
13 Mei
Mal Ratu Luwes di Jl. S. Parman termasuk salah satu yang dibakar di Solo
Kerusuhan Mei 1998 pecah di Jakarta. kerusuhan juga terjadi di kota Solo.
14 Mei
15 Mei
Selesai mengikuti KTT G-15, tanggal 15 Mei l998, Presiden Soeharto kembali ke
tanah air dan mendarat di lapangan Bandar Udara Halim Perdanakusuma di
Jakarta, subuh dini hari. Menjelang siang hari, Presiden Soeharto menerima
Wakil Presiden B.J. Habibie dan sejumlah pejabat tinggi negara lainnya.
17 Mei
18 Mei
Pukul 15.20 WIB, Ketua MPR yang juga ketua Partai Golkar, Harmoko di Gedung
DPR, yang dipenuhi ribuan mahasiswa, dengan suara tegas menyatakan, demi
persatuan dan kesatuan bangsa, pimpinan DPR, baik Ketua maupun para Wakil
Ketua, mengharapkan Presiden Soeharto mengundurkan diri secara arif dan
bijaksana. Harmoko saat itu didampingi seluruh Wakil Ketua DPR, yakni Ismail
kabinet adalah urusan saya." Akibatnya, usul agar kabinet dibubarkan tidak jadi
19 Mei
Pukul 09.00-11.32 WIB, Presiden Soeharto bertemu ulama dan tokoh masyarakat,
yakni Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama Abdurrahman Wahid, budayawan Emha
Ainun Nadjib, Direktur Yayasan Paramadina Nucholish Madjid, Ketua Majelis
Ulama Indonesia Ali Yafie, Prof Malik Fadjar (Muhammadiyah), Guru Besar
Hukum Tata Negara dari Universitas Indonesia Yusril Ihza Mahendra, KH Cholil
Baidowi (Muslimin Indonesia), Sumarsono (Muhammadiyah), serta Achmad Bagdja
dan Ma'ruf Amin dari NU. Dalam pertemuan yang berlangsung selama hampir 2,5
jam (molor dari rencana semula yang hanya 30 menit) itu para tokoh
membeberkan situasi terakhir, dimana eleman masyarakat dan mahasiswa tetap
menginginkan Soeharto mundur. Soeharto lalu mengajukan pembentukan Komite
Reformasi
Presiden Soeharto mengemukakan, akan segera mengadakan reshuffle Kabinet
Pembangunan VII, dan sekaligus mengganti namanya menjadi Kabinet Reformasi.
Presiden juga membentuk Komite Reformasi. Nurcholish sore hari
mengungkapkan bahwa gagasan reshuffle kabinet dan membentuk Komite
20 Mei
BJ Habibie.
Wiranto sampai tiga kali bolak-balik Cendana-Kantor Menhankam untuk menyikapi
keputusan Soeharto. Wiranto perlu berbicara dengan para Kepala Staf Angkatan
mengenai sikap yang akan diputuskan ABRI dalam menanggapi keputusan
Soeharto untuk mundur. Setelah mencapai kesepakatan dengan Wiranto,
akan dilakukan Soeharto 21 Mei 1998 pukul 09.00 WIB. Kabar itu lalu
disampaikan juga kepada Nurcholish Madjid, Emha Ainun Najib, Utomo
Danandjaya, Syafii Ma'arif, Djohan Effendi, H Amidhan, dan yang lainnya. Lalu
mereka segera mengadakan pertemuan di markas para tokoh reformasi damai di
Jalan Indramayu 14 Jakarta Pusat, yang merupakan rumah dinas Dirjen
Pembinaan Lembaga Islam, Departemen Agama, Malik Fadjar. Di sana Cak Nur panggilan akrab Nurcholish Madjid - menyusun ketentuan-ketentuan yang harus
disampaikan kepada pemerintahan baru.
21 Mei
Pukul 01.30 WIB, Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah Amien Rais dan
cendekiawan Nurcholish Madjid (almarhum) pagi dini hari menyatakan, "Selamat
2044 AR.
Wakil Presiden B.J. Habibie menjadi presiden baru Indonesia.
Jenderal Wiranto mengatakan ABRI akan tetap melindungi presiden dan mantanmantan presiden, "ABRI akan tetap menjaga keselamatan dan kehormatan para
mantan presiden/mandataris MPR, termasuk mantan Presiden Soeharto beserta
keluarga."
Terjadi perdebatan tentang proses transisi ini. Yusril Ihza Mahendra, salah satu
yang pertama mengatakan bahwa proses pengalihan kekuasaan adalah sah dan
konstitusional.
b)
Kebebasan Pers
Dalam hal ini, pemerintah memberikan kebebasan bagi pers di dalam
pemberitaannya, sehingga semasa pemerintahan Habibie ini, banyak sekali bermunculan
media massa. Demikian pula kebebasan pers ini dilengkapi pula oleh kebebasan
berasosiasi organisasi pers sehingga organisasi alternatif seperti AJI (Asosiasi Jurnalis
Independen) dapat melakukan kegiatannya. Sejauh ini tidak ada pembredelanpembredelan terhadap media tidak seperti pada masa Orde Baru. Pers Indonesia dalam
era pasca-Soeharto memang memperoleh kebebasan yang amat lebar, pemberitaan yang
menyangkut sisi positif dan negatif kebijakan pemerintah sudah tidak lagi hal yang
dianggap tabu, yang seringkali sulit ditemukan batasannya. Bahkan seorang pengamat
Indonesia
dari
Ohio
State
University,
William
Liddle
mengaku
sempat shock menyaksikan isi berita televisi baik swasta maupun pemerintah dan
membaca isi koran di Jakarta, yang kesemuanya seolah-olah menampilkan kebebasan
dalam penyampaian berita, dimana hal seperti ini tidak pernah dijumpai sebelumnya pada
saat kekuasaan Orde Baru.
Cara Habibie memberikan kebebasan pada Pers adalah dengan mencabut SIUPP.
c)
1).
2).
3).
4).
5).
6).
7).
8).
9).
10).
d)
Pembentukan Parpol dan Percepatan pemilu dari tahun 2003 ke tahun 1999
Presiden RI ketiga ini melakukan perubahan dibidang politik lainnya diantaranya
mengeluarkan UU No. 2 Tahun 1999 tentang Partai Politik, UU No. 3 Tahun 1999
tentang Pemilu, UU No. 4 Tahun 1999 tentang MPR dan DPR.
Itulah sebabnya setahun setelah reformasi Pemilihan Umum dilaksanakan bahkan
menjelang Pemilu 1999, Partai Politik yang terdaftar mencapai 141 dan setelah
diverifikasi oleh Tim 11 Komisi Pemilihan Umum menjadi sebanyak 98 partai, namun yang
memenuhi syarat mengikuti Pemilu hanya 48 Parpol saja. Selanjutnya tanggal 7 Juni
1999, diselenggarakan Pemilihan Umum Multipartai. Dalam pemilihan ini, yang hasilnya
disahkan pada tanggal 3 Agustus 1999, 10 Partai Politik terbesar pemenang Pemilu di
DPR, adalah:
Partai Demokrasi Indonesia-Perjuangan (PDI-P) pimpinan Megawati Soekarno Putri
meraih 153 kursi
Partai Golkar pimpinan Akbar Tanjung meraih 120 kursi
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pimpinan Hamzah Haz meraih 58 Kursi
Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pimpinan H. Matori Abdul Djalil meraih 51 kursi
Partai Amanat Nasional (PAN) pimpinan Amein Rais meraih 34 Kursi
Partai Bulan Bintang (PBB) pimpinan Yusril Ihza Mahendra meraih 13 kursi
Partai Keadilan (PK) pimpinan Nurmahmudi Ismail meraih 7 kursi
Partai Damai Kasih Bangsa (PDKB) pimpinan Manase Malo meraih 5 Kursi
Partai Nahdlatur Ummat pimpinan Sjukron Mamun meraih 5 kursi
Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) pimpinan Jendral (Purn) Edi Sudradjat meraih 4
kursi
Penyelesaian Masalah Timor Timur
Sejak terjadinya insident Santa Cruz, dunia Internasional memberikan tekanan
berat kepada Indonesia dalam masalah hak asasi manusia di Tim-Tim. Bagi Habibie
Timor-Timur adalah kerikil dalam sepatu yang merepotkan pemerintahannya, sehingga
Habibie mengambil sikap pro aktif dengan menawarkan dua pilihan bagi penyelesaian
Timor-Timur yaitu di satu pihak memberikan setatus khusus dengan otonomi luas dan
dilain pihak memisahkan diri dari RI. Otonomi luas berarti diberikan kewenangan atas
berbagai bidang seperti : politik ekonomi budaya dan lain-lain kecuali dalam hubungan
luar negeri, pertahanan dan keamanan serta moneter dan fiskal. Sedangkan memisahkan
diri berarti secara demokratis dan konstitusional serta secara terhorman dan damai
lepas dari NKRI.
Sebulan menjabat sebagai Presiden habibie telah membebaskan tahanan politik
Timor-Timur, seperti Xanana Gusmao dan Ramos Horta.
Sementara itu di Dili pada tanggal 21 April 1999, kelompok pro kemerdekaan dan
pro intergrasi menandatangani kesepakatan damai yang disaksikan oleh Panglima TNI
Wiranto, Wakil Ketua Komnas HAM Djoko Soegianto dan Uskup Baucau Mgr. Basilio do
Nascimento. Tanggal 5 Mei 1999 di New York Menlu Ali Alatas dan Menlu Portugal
Jaime Gama disaksikan oleh Sekjen PBB Kofi Annan menandatangani kesepakan
melaksanakan penentuan pendapat di Timor-Timur untuk mengetahui sikap rakyat
Timor-Timur dalam memilih kedua opsi di atas. Tanggal 30 Agustus 1999 pelaksanaan
persoalan eksis peran Sospol ABRI yang diimplementasikan dari doktrin Dwi Fungsi
ABRI.
b. Kebijakan pemerintahan Abdurrahman Wahid (1999 2002)
a) Pemberhentian Kapolri Jendral (pol.) Roesmanhadi yang dinilai
mengantisipasi terjadinya pembakaran sekolah Kristen STT Doulos.
tidak
mampu
b) Pemberhentian Kapuspen Hankam Mayjen. TNI Sudrajat yang diganti dengan Marsekal
Muda TNI Graito dari TNI AU. Pemberhentian tersebut dilatarbelakangi oleh
pernyataan Mayjen. Sudrajat bahwa Presiden bukan Panglima Tinggi TNI.
c) Pemberhentian Wiranto sebagai Menkopolkam yang dilatarbelakangi hubungan yang tidak
harmonis antara Wiranto dan Presiden K.H Abdurrahman wahid. Ketidakharmonisan itu
muncul ketika presiden mengizinkan dibentuknya Komisi Penyelidik Pelanggaran (KPP)
HAM untuk menyelidiki para jendral termasuk Wiranto dalam kasus pelanggaran HAM di
Timor Timur. Kemudian pada tanggal 13 Februari 2000 presiden mengeluarkan perintah
untuk menonaktifkan Wiranto dari jabatan Menkopolkam.
d)
e)
Gus Dur juga ingin mengadakan referendum Aceh, untuk memilih merdeka atau
bergabung dengan RI. Namun hal ini dibantah oleh pemerintah Karena bila diadakan
jajak pendapat, maka kemungkinan besar raykat aceh akan memilih untuk merdeka. Lalu
Gus Dur mengurungkan niatnya, dan hal ini membuat rakyat Aceh kecewa hingga
dibentuklah Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
f)
Pada akhir 1999 presiden menyetujui nama Papua sebagai ganti Irian Jaya dan
menyetujui pengibaran Bendera Bintang Kejora sebagai bendera Papua.
Dalam suasana sikap pro dan kontra masyarakat atas kepemimpinan presiden K.H
Abdurrahman Wahid muncul kasus Bulog Gate dan Brunei Gate.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Indonesia berhasil keluar dari IMF pada tahun 2003 yang menandakan Indonesia
sudah keluar dari krisis ekonomi yg terjadi sejak tahun 1998 dan Indonesia yang
lebih mandiri.
8.
9.
Politik luar negeri yang lebih bebas dan aktif diantaranya dengan mengutuk
agresi militer yg dilakukan AS ke Iraq dan menolak permintaan AS untuk
menyerahkan Abu Bakar Baasyir ke AS.
10.
Berhasil membeli pesawat tempur Sukhoi dan heli Mi-35 dari Rusia tanpa perlu
gembar gembor dan memberatkan APBN. Ini juga menjaga citra kemandirian
Indonesia dari kooptasi Negara adi daya Amerika Serikat.
11.
12.
13.
1. Menurunkan tingkat pengangguran terbuka dari 9,7 persen dari angkatan kerja (9,9
juta jiwa) di tahun 2004 menjadi 5,1 persen (5,7 jutajiwa) pada tahun 2009
2. Mengurangi tingkat kemiskinan dari 16,6 persen dari total penduduk (36,1 juta jiwa)
menjadi 8,2 persen (18,8 juta jiwa) di tahun 2009
3. Untuk menurunkan tingkat pengangguran dan kemiskinan tersebut ditargetkan
pertumbuhan ekonomi rata-rata 6,6 persen per tahun selama periode 2004-2009
Pemerintahan orde baru jatuh dan muncul era reformasi. Namun reformasi
dan keterbukaan tidak diikuti dengan suasana tenang, aman, dan tentram
dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Konflik antar kelompok etnis
bermunculan di berbagai daerah seperti Kalimantan Barat. Konflik tersebut
dilatarbelakangi oleh masalah-masalah sosial, ekonomi dan agama.