Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING DAN DEMULTIPLEXING


4.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui blok-blok yang menyusun

Frequency Division

Multiplexing dan Frequency Division Demultiplexing.


2. Untuk mengetahui proses-proses yang terjadi dalam teknik Frequency
Division Multiplexing dan Frequency Division Demultiplexing.
4.2 Peralatan
1. Perangkat keras Frequency Division Multiplexing dan Frequency Division
Demultiplexing.
2. Oscilloscope
3. Frequency Counter
4. Kabel-kabel Penghubung
4.3 Dasar Teori
4.3.1 Multiplexing
Multiplexing adalah suatu cara pengiriman beberapa sinyal informasi
dengan menggunakan beberapa sinyal pembawa (sub-carrier) untuk sebuah
saluran transmisi secara bersama-sama. Pada umumnya, sistem transmisi yang
ada di dalam jaringan telekomunikasi memiliki kapasitas yang melebihi kapasitas
yang dibutuhkan satu user. Dengan demikian sangat mungkin untuk menggunakan
bandwidth yang ada seefisien mungkin oleh lebih dari satu user sehingga perlunya
digabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan pada satu kanal
transmisi.

Perangkat

yang

digunakan

untuk

melaksanakan

multiplexing

dinamakan multiplexer (mux).


Contoh aplikasi dari teknik multiplexing ini adalah pada jaringan transmisi
jarak jauh, baik yang menggunakan kabel maupun yang menggunakan media
udara (wireless atau radio). Sebagai contoh, satu helai kabel optik SurabayaJakarta bisa dipakai untuk menyalurkan ribuan percakapan telepon. Idenya adalah
bagaimana menggabungkan ribuan informasi percakapan (voice) yang berasal dari
ribuan pelanggan telepon tanpa saling bercampur satu sama lain.

Teknik multiplexing ada beberapa cara. Yang pertama, multiplexing


dengan cara menata tiap informasi (suara percakapan 1 pelanggan) sedemikian
rupa sehingga menempati satu alokasi frekuensi selebar sekitar 4 kHz. Teknik ini
dinamakan Frequency Division Multiplexing (FDM). Teknologi ini digunakan di
Indonesia hingga tahun 90-an pada jaringan telepon analog dan sistem satelit
analog sebelum digantikan dengan teknologi digital. Pada tahun 2000-an ini, ide
dasar FDM digunakan dalam teknologi saluran pelanggan digital yang dikenal
dengan modem ADSL (asymetric digital subscriber loop). Yang kedua adalah
multiplexing dengan cara tiap pelanggan menggunakan saluran secara bergantian.
Teknik ini dinamakan Time Division Multiplexing (TDM). Tiap pelanggan diberi
jatah waktu (time slot) tertentu sedemikian rupa sehingga semua informasi
percakapan bisa dikirim melalui satu saluran secara bersama-sama tanpa disadari
oleh pelanggan karena pergantiannya terjadi setiap 125 microsecond; berapapun
jumlah pelanggan atau informasi yang ingin di-multiplex, setiap pelanggan akan
mendapatkan giliran setiap 125 microsecond, hanya jatah waktunya semakin
cepat. Teknik multiplexing yang ketiga adalah yang digunakan dalam saluran
kabel optik yang disebut Wavelength Division Multiplexing (WDM), yaitu satu
kabel optik dipakai untuk menyalurkan lebih dari satu sumber sinar dimana satu
sinar dengan lamda tertentu mewakili satu sumber informasi.
Pada gambar dibawah ini menggambarkan fungsi multiplexing dalam
bentuk yang paling sederhana. Terdapat input n untuk multiplexer. Multiplexer
dihubungkan ke demultiplexer melalui sebuah jalur tunggal. Saluran tersebut
mampu membawa n channel data yang terpisah.

Gambar 4.1. Konsep Dasar Multiplexing dan Demulitiplexing

Multiplexer menggabungkan (melakukan multiplexing) data dari jalur


input n dan mentransmisikannya melalui jalur berkapasitas tinggi.
4.3.2 Frequency Division Multiplexing
Frequency Division Multiplexing (FDM) yaitu pemakaian secara bersama
kabel yang mempunyai bandwidth yang tinggi terhadap beberapa frekuensi
(setiap channel akan menggunakan frekuensi yang berbeda). Contoh metoda
multiplexer ini dapat dilihat pada kabel coaxial TV, dimana beberapa channel TV
terdapat beberapa chanel, dan kita hanya perlu tunner (pengatur channel) untuk
gelombang yang dikehendaki. Pada teknik FDM, tidak perlu ada modem karena
multiplexer juga bertindak sebagai modem (membuat permodulatan terhadap data
digital). Kelemahan Modem disatukan dengan multiplexer adalah sulitnya mengupgrade ke komponen yang lebih maju dan mempunyai kecepatan yang lebih
tinggi (seperti teknik permodulatan modem yang begitu cepat meningkat).
Kelemahannya adalah jika ada channel (terminal) yang tidak menghantar data,
frekuensi yang dikhususkan untuk membawa data pada channel tersebut tidak
tergunakan dan ini merugikandan juga harganya agak mahal dari segi pemakaian
(terutama dibandingkan dengan TDM) kerana setiap channel harus disediakan
frekuensinya. Kelemahan lain adalah kerana bandwidth jalur atau media yang
dipakai bersama-sama tidak dapat digunakan sepenuhnya, karena sebagian dari
frekuensi terpaksa digunakan untuk memisahkan antara frekuensi channelchannel yang ada. Frekuensi pemisah ini dipanggil guardband.
Sistem FDM umumnya terdiri dari 2 peralatan terminal dan penguat ulang
saluran transmisi (repeater transmission line):
1. Peralatan Terminal (Terminal Equipment)
Peralatan terminal terdiri dari bagian yang mengirimkan sinyal frekuensi ke
repeater dan bagian penerima yang menerima sinyal tersebut dan
mengubahnya kembali menjadi frekuensi semula.
2. Peralatan Penguat Ulang (Repeater Equipment)
Repeater equipment terdiri dari penguat (amplifier) dan equalizer yang
fungsinya masing-masing untuk mengkompensir redaman dan kecacatan
redaman (attenuation distortion), sewaktu transmisi melewati saluran
melewati saluran antara kedua repeater masing-masing.

Gambar 4.2 Blok diagram FDM

Gambar 4.3 Tampak depan perangkat FDM

4.3.3 Demultiplexing
Demultiplexing adalah suatu proses untuk mendapatkan kembali sinyal
informasi yang telah termultiplexing. Perangkat yang digunakan untuk
melaksanakan demultiplexing dinamakan demultiplexer.
Demultiplexer menerima aliran data yang sudah dimultiplexkan,
kemudian memisahkan (malakukan demultiplexing) data berdasarkan channel,
lalu mengirimkannya ke saluran output yang tepat.

4.3.4 Frequency Division Demultiplexing


Frequency Division Demultiplexing adalah suatu teknik untuk
memulihkan sinyal yang telah ter-multiplexing melalui teknik FDM, guna
mendapatkan sinyal aslinya (sinyal informasi). Sinyal yang telah termodulasi
diproses kembali yaitu melalui proses FDD dimana sinyal tersebut didemodulasi.
Kemudian sinyal diproses kembali oleh penguat sebelum diterima oleh receiver
atau penerima.

Gambar 4.4 Blok diagram FDD pengirim dan penerima

4.4 Langkah Percobaan


4.4.1 Frequency Division Multiflexing (FDM)
A. Persiapan
1. Hidupkan perangkat percobaan
2. Hidupkan saklar dan ukurlah besamya frekuensi sinyal informasi dan
bentuk gelornbangnya dengan mengukur pada terminal S1 seperti gambar
berikut :

Gambar 4.5 Tampak Depan Perangkat FDM saat Pengukuran Keluaran Informasi

3. Ukurlah besar frekuensi dan bentuk. sinyal osilator seperti gambar berikut :

Gambar 4.6 Tampak Depan Perangkat FDM saat Pengukuran Sub-Carrier

4. Putar-putarlah timer di bagian belakang perangkat supaya diperoleh


keluaran 14kHz untuk masing-masing kanal 1,2,3 secara berurut.
B.

Pengukuran Keluaran Penguat

1. Hubungkan kanal 1 osciloscope dengan terminal S1-1 dan hubungkan


kanal 2 osciloscope dengan terminal SP-1 seperti gambar berikut :

Gambar 4.7 Tampak Depan Perangkat FDM saat Pengukuran Keluaran Penguat

2. Lanjutkan pengukuran untuk kanal 2 dan 3, catat hasilnya


3. Bandingkan bentuk sinyal informasi dengan bentuk sinyal penguat keluaran
masing-masing kanal.
B.

Pengukuran Keluaran Modulator

4. Hubungkan kanal 1 oscilloscope dengan terminal SP-1 dan hubungkan


kanal 2 osciloscope dengan terminal SM-1 seperti gambar berikut

Gambar 4.8 Tampak Depan Perangkat FDM saat Pengukuran Keluaran Modulator

5. Lanjutkan pengukuran untuk kanal 2 dan 3, catat hasilnya.


6. Bandingkan bentuk sinyal keluaran penguat (sinyal masukan modulator)
dengan keluaran modulator.
C.

Pengukuran Keluaran Modulator

7. Hubungkan perangkat FDM dengan oscilloscope seperti pada gambar


berikut:

Gambar 4.9 Tampak Depan Perangkat FDM saat Pengukuran Keluaran Multiplex

8. Perhatikan bentuk sinyal keluaran Multiplexer dan berikan komentar.


4.4.2 Frequency Division Demultiplexing (FDD)
A.

Persiapan

1. Alat ukurnya (oscilloscope) terlebih dahulu dikalibrasi.


2. Hidupkan perangkat percobaan, terus tekan switch pada posisi on.

Gambar 4.10 Tampak Depan Perangkat Frequency Division Demultiplexing

Gambar 4.11 Tampak Belakang Perangkat Frequency Division Demultiplexing

3. Lakukan pengukuran

oscillator dengan oscilloscope dan frequency

counter. Atur nilai frekuensi osilator (sesuai dengan yang ditunjukkan


frekuensi

counter), dengan menge-trim (putar-putar trimer di bagian

belakang perangkat) sehingga diperoleh frekuensi yang sama dengan


pengirimnya. Catat hasil pengukurannya.
4. Hubungkan perangkat FDD dengan pengirimnya.
B.

Percobaan

5. Amati dan catatlah sinyal yang diterima dari transmisi dengan oscilloscope.
6. Amati dan catatlah keluaran dari masing-masing band-pass filter.
7. Hubungkan kanal oscilloscope dengan keluaran BPF 1 dan kanal-2
oscilloscope dengan keluaran modulator 1 pada penerimanya. Demikian juga
untuk BPF-2 dan BPF-3.
8. Amati

dan

catatlah

demodulator. Masukan

masukan

dan

demodulator

keluaran
adalah

dari

masing-masing

keluaran

dari

BPF.

Gunakan kedua kanal dari oscilloscope (mode dual) untuk mengamatinya.


9. Amati dan catatlah masukan dan keluaran dari masing-masing lowpass filter. Masukan LPF adalah keluaran dari demodulator. Gunakan
kedua kanal dari oscilloscope (mode dual) untuk mengamatinya.
10. Amati dan catatlah masukan dan keluaran dari masing-masing penguat
dengan oscilloscope (mode dual).
11. Amati

dan

catatlah

frekuensi

akhir

(penguat)

dengan

frequency

counter. Bandingkan dengan input pada bagian pengirimnya.


12. Hubungkan masing-masing osilator sub-pembawa pada pengirimnya
untuk digunakan pada penerimanya. Tekan saklar jumper osilator pengirim
pada posisi"ON". Lakukan lagi pengukuran seperti langkah (3) sampai (10).

4.5 Gambar dan Data Hasil Percobaan


4.5.1 Percobaan Frequency Division Multiplexing
4.5.1.1 Sinyal Informasi Kanal 1

Gambar 4.12 Sinyal Informasi Kanal 1

Pk-Pk

: 5,16 V

Amplitudo

: 5,12 V

Frekuensi

: 808,1 Hz

4.5.1.2 Sinyal Informasi Kanal 2


4.5.1.3 Sinyal Informasi Kanal 3

Gambar 4.13 sinyal Informasi Kanal 3

Pk-Pk

: 4,72 V

Amplitudo

: 4,64V

Frekuensi

: 2,058 kHz

4.5.1.4 Sinyal Penguat Kanal 1

Gambar 4.14 Sinyal Penguat Kanal 1

Pk-Pk

: 13,6 V

Amplitudo

: 13,5 V

Frekuensi

: 809,7 Hz

4.5.1.5 Sinyal Penguat Kanal 2

Gambar 4.15 Sinyal Penguat Kanal 2

Pk-Pk

: 4,16 V

Amplitudo

: 4,10 V

Frekuensi

: 1,502 kHz

4.5.1.6 Sinyal Penguat Kanal 3

Gambar 4.16 Sinyal Penguat kanal 3

Pk-Pk

: 9,92 V

Amplitudo

: 9,84 V

Frekuensi

: 2,058 kHz

4.5.1.7 Sinyal Osilator Sub-Carrier Kanal 1

Gambar 4.17 Sinyal Osilator Sub-Carier Kanal 1

Pk-Pk

: 2,30 V

Amplitudo

: 2,26 V

Frekuensi

: 14,01 kHz

4.5.1.8 Sinyal Osilator Sub-Carrier Kanal 2

Gambar 4.18 Sinyal Osilator Sub-Carier Kanal 2

Pk-Pk

: 1,76 V

Amplitudo

: 1,70 V

Frekuensi

: 23,58 kHz

4.5.1.9 Sinyal Osilator Sub-Carrier Kanal 3

Gambar 4.19 Sinyal Osilator Sub-Carier Kanal 3

4.5.2

Pk-Pk

: 1,33 V

Amplitudo

: 1,29 V

Frekuensi

: 33,67 kHz

Percobaan Frequency Division Demultiplexing

4.5.2.1 Keluaran Band Pass Filter Kanal 1

Gambar 4.20 Band Pass Filter Kanal 1

Pk-Pk

: 212 mV

Amplitudo

: 80 mV

Frekuensi

: 7,194 kHz

4.5.2.2 Keluaran Band Pass Filter Kanal 2

Gambar 4.21 Band Pass Filter Kanal 2

Pk-Pk

: 110 mV

Amplitudo

: 28 mV

Frekuensi

: 23,81 kHz

4.5.2.3 Keluaran Band Pass Filter Kanal 3

Gambar 4.22 Band Pass Filter Kanal 3

Pk-Pk

: 150 mV

Amplitudo

: 32 mV

Frekuensi

: 38,83 kHz

4.5.2.4 Osilator Sub-Carrier Kanal 1

Gambar 4.23 Osilator Sub-Carrier Kanal 1

Pk-Pk

: 2,54 V

Amplitudo

: 2,48 V

Frekuensi

: 14,03 kHz

4.5.2.5 Osilator Sub-Carrier Kanal 2

Gambar 4.24 Osilator Sub-Carrier Kanal 2

Pk-Pk

: 1,76 V

Amplitudo

: 1,70 V

Frekuensi

: 23,64 kHz

4.5.2.6 Osilator Sub-Carrier Kanal 3

Gambar 4.25 Sub-Carrier Kanal 3

Pk-Pk

: 1,28 V

Amplitudo

: 1,26 V

Frekuensi

: 33,61 kHz

4.5.2.7 Sinyal Output Kanal 1

Gambar 4.26 Sinyal Output Kanal 1

Pk-Pk

: 944 mV

Amplitudo

: 864 mV

Frekuensi

: 808,1 Hz

4.5.2.8 Sinyal Output Kanal 2


4.5.2.9 Sinyal Output Kanal 3

Gambar 4.27 Sinyal Output Kanal 3

Pk-Pk

: 448 mV

Amplitudo

: 392 mV

Frekuensi

: 2,051 kHz

4.6 Analisa Hasil Percobaan


4.6.1 Perbandingan Amplitudo secara Teori dan Hasil Percobaan pada

Sinyal Informasi, Sinyal Penguat, Sinyal Carrier, dan Sinyal Modulasi


Tabel 4.1 Perbandingan Amplitudo SI, SP, SC, dan, SM

Keluaran

Sinyal

Besar Amplitudo
Pk-Pk

Multiplexing
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

SI 1
SI 3
SP 1
SP 2
SP 3
SC 1
SC 2
SC 3
SM 1
SM 2
SM 3

5,16 V
4,72 V
13,6 V
4,16 V
9,92 V
2,30 V
1,76 V
1,33 V
1,47 V
0,216 V
1,10 V

Besar Amplitudo

Secara Teori

Hasil Percobaan

1
(A= 2 (Pk-Pk))

5,12 V
4,64 V
13,5 V
4,10 V
9,84 V
2,26 V
1,70 V
1,29 V
1,26 V
0,104 V
0,85 V

2,58 V
2,36 V
6,8 V
2,08 V
4,96 V
1,15 V
0,88 V
0,665 V
0,735 V
0,108 V
0,55 V

Berdasarkan data perbandingan amplitudo SI, SP, SC, dan SM diatas,


dapat disimpulkan bahwa besar amplitudo hasil percobaan memiliki sedikit
perbedaan dengan besar Pk-pk. Sedangkan, menurut perhitungan secara teori,
amplitudo adalah setengah dari Pk-pk sehingga besar amplitudo hasil percobaan
memiliki nilai yang berbeda dangan amplitudo secara teori. Perbedaan ini
disebabkan oleh kesalahan alat ukur (osiloskop).

4.6.2 Perbandingan Amplitudo secara Teori dan Hasil Percobaan pada Band
Pass Filter, Osilator Sub-Carrier, dan Output Sinyal Informasi
Tabel 4.2 Perbandingan Amplitudo BPF, Osc, dan Output SI

Keluaran

Sinyal
Demultiplexi
ng

Pk-pk

Besar Amplitudo

Besar

Hasil Percobaan

Amplitudo
Secara Teori

1
(A= 2 (Pk-

1
2
3
4
5
6
7
8

BPF 1
BPF 2
BPF 3
Osc 1
Osc 2
Osc 3
Output SI 1
Output SI 3

0,212 V
0,11 V
0,15 V
2,54 V
1,76 V
1,28 V
0,944 V
0,448 V

0,08 V
0,028 V
0,032 V
2,48 V
1,70 V
1,26 V
0,864 V
0,392 V

Pk))
0,106 V
0,055 V
0,075 V
1,27 V
0,88 V
0,64 V
0,472 V
0,224 V

Berdasarkan data perbandingan amplitudo BPF, Osc, dan Output SI


diatas, dapat disimpulkan bahwa besar amplitudo hasil percobaan pada Osc 1,
Osc 2, Osc 3, Output SI 1, dan Output SI 3 memiliki sedikit perbedaan dengan
besar Pk-pk, sedangkan menurut perhitungan secara teori, besar amplitudo adalah
setengah dari Pk-pk sehingga besar amplitudo hasil percobaan memiliki nilai
yang berbeda dengan amplitudo secara teori. Perbedaan ini disebabkan oleh
kesalahan alat ukur (osiloskop). Akan tetapi, pada BPF 1, BPF 2, dan BPF 3 besar
amplitudo hasil percobaan mendekati besar amplitudo secara teori.

4.6.3 Analisis Modulasi pada Kanal 1 dan 3


Sinyal Modulator Kanal 1

Gambar 4.28 Sinyal Modulator Kanal 1

Pk-Pk

: 1,47 V

Amplitudo hasil percobaan

: 1,26 V

Frekuensi

: 9,434 kHz

Amplitudo secara teori

1
2

(Pk-pk)

1
2

(1,47)

= 0,735 V
Sinyal Modulator Kanal 3

Gambar 2.29 Sinyal Modulator Kanal 3

Pk-Pk

: 1,10 V

Amplitudo hasil percobaan

: 848 mV

Frekuensi

: 8,439 kHz

Amplitudo secara teori

1
2

(Pk-pk)

1
2

(1,10)

= 0,55 V
Sinyal informasi memiliki spektrum yang rendah dan rentan untuk tergangu
oleh noise. Sedangkan pada transmisi dibutuhkan sinyal yang memiliki spektrum
tinggi dan dibutuhkan modulasi untuk memindahkan posisi spektrum dari sinyal

data, dari pita spektrum yang rendah ke spektrum yang jauh lebih tinggi. Oleh
karena itu, pada proses modulasi terjadi peningkatan frekuensi.
4.6.4 Analisis Multipexing
Sinyal Multiplex

Gambar 4.30 Sinyal Multiplex

Pk-Pk

: 2,78 V

Amplitudo hasil percobaan

: 520 mV

Frekuensi

: 13,16 kHz

Amplitudo secara teori

1
2

(Pk-pk)

1
2

(2,78)

= 1,39 V
Sinyal multipleks merupakan sinyal yang telah siap untuk disalurkan ke
sebuah saluran komunikasi atau medium transmisi fisik. Multipleksing membagi
kapasitas saluran komunikasi tingkat-rendah menjadi beberapa saluran logik
tingkat-tinggi, masing-masing satu untuk setiap sinyal pesan atau aliran data yang
ingin disalurkan.
4.6.5 Perbandingan Sinyal Informasi dan Modulator pada Kanal 1
Tabel 4.3 Perbandingan Sinyal Informasi dan Modulator pada Kanal 1

No
1
2

Output
Sinyal Informasi
Sinyal Modulasi

Pk-pk
5,16 V
1,47 V

Amplitudo
5,12 V
1,26 V

Frekuensi
808,1 Hz
9434 Hz

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa nilai pk-pk dan


amplitudo pada sinyal informasi lebih besar dibandingkan sinyal modulasi. Akan
tetapi, nilai frekuensi pada sinyal informasi lebih kecil dibandingkan sinyal
modulasi karena terjadi peningkatan frekuensi setelah proses modulasi.
4.6.6 Perbandingan Sinyal Informasi dan BPF pada Kanal 1
Tabel 4.4 Perbandingan Sinyal Informasi dan BPF pada Kanal 1

No
1
2
4.7 Simpulan

Output
Sinyal Informasi
BPF

Pk-pk
5,16 V
0,212 V

Amplitudo
5,12 V
0,08 V

Frekuensi
808,1 Hz
7194 Hz

Anda mungkin juga menyukai