Anda di halaman 1dari 7

PERILAKU

Menurut Winardi dalam Linggasari, 2008, perilaku pada dasarnya berorientasi pada
tujuan. Dengan perkataan lain, perilaku kita pada umumnya dimotivasi oleh suatu
keinginan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan spesifik tersebut tidak selalu
diketahui secara sadar oleh individu yang bersangkutan.
Menurut Notoadtmodjo dalam Linggasari, 2008, dilihat dari bentuk respons terhadap
stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Perilaku tertutup
Perilaku tertutup adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
terselubung atau tertutup. Respons terhadap stimulus ini masi terbatas pada
perhatian, persepsi, pengetahuan, sikap yang terjadi pada orang yang menerima
stimulus tersebut, dan belulm diamati secara jelas oleh orang lain
b. Perilaku terbuka
Perilaku terbuka adalah respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk
tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas
dalam bentuk tindakan atau praktek, yang dengan mudah dapat diamati dan
dilihat oleh orang lain.

MODEL PRECEDE PROCEED


Model ini dikembangkan oleh Green dan Kreuter pada tahun 1980, dimana
model ini merupakan yang paling cocok diterapkan dalam perencanaan dan
evaluasi promosi kesehatan. Precede merupakan singkatan dari Predisposing,
Reinforcing and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation.
Sementara proceed merupakan singkatan dari Policy, Regulatory, and
Organizational Contructs in Educational and Environmental Development.
Dalam aplikasinya, PRECEDE-PROCEED dilakukan bersama-sama dalam
proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. PRECEDE digunakan pada fase
diagnosis masalah, penetapan prioritas dan tujuan program, sedangkan

PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan criteria kebijakan,


pelaksanaan, dan evaluasi.
Gambar 1. Kerangka PRECEDE PROCEED

Gambar 2. Indikator, dimensi, dan hubungan di antara faktor-faktor yang


diidentifikasi pada fase 1,2, dan 3 pada kerangka PRECEDE-PROCEED
Fase 1 (Diagnosis Sosial)
Diagnosis social adalah proses menentukan persepsi masyarakat terhadap
kebutuhannya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidupnya,
melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang di desain sebelumnya.
Untuk mengetahui masalah social, digunakan indicator social seperti pada gambar
2. Penilaian dapat dilakukan atas dasar data sensus, vital statistic yang ada, atau
pengumpulan data secara langsung ke masyarakat. Apabila data langsung
dikumpulkan dari masyarakat, cara pengumpulan data yang dapat dilakukan adalah
wawancara dengan informan kunci, forum yang ada di masyarakkat, Focus Groups
Discussion (FGD), nominal group process, dan survey.
FASE 2 (DIAGNOSIS EPIDEMIOLOGI)
Pada fase ini, siapa atau kelompok mana yang terkena masalah kesehatan (umur,
jenis kelamin, lokasi, dan suku) diidentifikasi. Disamping itu, dicari pula bagaimana
pengaruh atau akibat dari masalah kesehatan tersebut (mortalitas, morbiditas,
disabilitas, tanda dan gejala yang timbul) dan cara menanggulangi masalah tersebut
(imunisasi, perawatan atau pengobatan, modifikasi lingkungan atau perilaku).
Informasi ini sangat penting untuk menetapkan prioritas masalah, yang didasarkan
pertimbangan besarnya masalah dan akibat yang ditimbulkan, serta kemungkinan
untuk diubah.
FASE 3 (DIAGNOSIS PERILAKU DAN LINGKUNGAN)
Untuk fase ini, masalah perilaku dan lingkungan memengaruhi perilaku dan status
kesehatan atau kualitas hidup seseorang atau masyarakat diidentifikasi. Oleh karena
itu, penting bagi promoter kesehatan untuk membedakan masalah perilaku yang dapat
dikontrol secara individu atau harus di control melalui institusi.
Contohnya, pada kasus malnutrisi yang disebabkan oleh ketidakmampuan
membei bahan makanan, intervensi pendidikan tidak akan bermanfaat sehingga
diperlukan pendekatan perubahan social untuk mengatasi masalah lingkungan.
Indicator masalah perilaku yang memengaruhi status kesehatan seseorang adalah
pemanfaatan pelayanan kesehatan (utilization), upaya pencegahan (prevention
action), pola konsumsi makanan (consumption pattern), kepatuhan (compliance), dan
upaya pemeliharaan kesehatan sendiri (self care). Dimensi perilaku yang digunakan

adalah earliness, quality, persistence, frequency, dan range. Indicator lingkungan


yang digunakan adalah keadaan social, ekonomi, fisik dan pelayanan kesehatan,
sedangkan dimensi yang digunakan terdiri atas keterjangkauan, kemampuan, dan
pemerataan.
Langkah-langkah dalam melakukan diagnosis perilaku dan lingkungan, yaitu 1)
memisahkan faktor perilaku dan non perilaku sebagai penyebab masalah kesehatan,
2) mengidentifikasi perilaku yang dapat dicegah dan perilaku yang berhubungan
dengan tindakan perawatan atau pengobatan. Setelah itu, tetapkan tujuan perubahan
perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai program.
FASE 4 (DIAGNOSIS PENDIDIKAN DAN ORGANISASIONAL)
Identifikasi diagnosis pendidikan dan organisasional dilakukan berdasarkan
determinan perilaku yang memengaruhi status kesehatan seseorang atau masyarakat,
yaitu :
1. Faktor predisposisi (predisposing factors), meliputi pengetahuan, sikap, persepsi,
kepercayaan dan nilai atau norma yang diyakini seseorang.
2. Faktor pendorong (enabling factors), yaitu faktor lingkungan yang memfasilitasi
perilaku seseorang
3. Faktor penguat (reinforcing factors), yaitu perilaku orang lain yang berpengaruh
(toma, toga, guru, petugas kesehatan, orang tua, pemegang kekuasaan) yang dapat
menjadi pendorong seseorang untuk berperilaku.
Langkah selanjutnya adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
berdasarkan faktor predisiposisi yang telah diidentifikasi, dan menetapkan tujuan
orgaanisasional berdasarkan faktor penguat dan faktor pendorong yang telah
diidentifikasi melalui upaya pengebangan organisasi dan sumber daya.
FASE 5 (DIAGOSIS ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN)
Pada fasse ini, dilakukan analisis kebijakan, sumber daya, dan peraturan yang
berlaku yang dapat memfasilitasi atau menghambat pengembangan program promosi
kesehatan. Untuk diagnosis administratuf, dilakukan tiga penilaian, yaitu sumber
daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program, sumber daya yang terdapat di
organisasi dan masyarakat, serta hambatan pelaksanaan program. Untuk diagnosis

kebijakan, dilakukan identifikasi dukungan dan hambatan politis, peraturan dan


organisasional yang memfasilitasi program serta pengembangan lingkungan yang
dapat mendukung kegiatan masyarakat yang kondusif bagi kesehatan.
Pada fase ini, kita melangkah dari perencanaan dengan PRECEDE ke
implementasi dan evaluasi dengan PROCEED. PRECEDE digunakan untuk
meyakinkan bahwa program akan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan individu
atau masyarakat sasaran. Sementara PROCEED untuk meyakinkan bahwa program
akan tersedia, dapat dijangkau, dapat diterima, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Oleh karena itu, penilaian sumber daya dibutuhkan untuk meyakinkan keberadaan
program, perubahan organisasional untuk meyakinkan program dapat dijangkau,
perubahan politis dan peraturan untuk meyakunkan program dappat diterima
masyarakat, dan evaluasi untuk meyakinkan program dapat dipertanggungjawabkan
kepada ppenentu kebijakan, administrator, konsumen atau klien, dan stakeholder
terkait. Hal ini dilakukan untuk menilai kesesuaian program dengan standar yang
telah ditetapkan.
(Maulana, 2009)

Linggasasri.

2008.

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi

Perilaku

Terhadap

Penggunaan Alat Pelindung Diri di Departemen Engineering PT Indah Kiat Pulp


& Paper Tbk. Tangerang. Skripsi pada FKM UI. Tersedia : http://lib.ui.ac.id/file?
file=digital/122941-S-5402-Faktor-faktor%20yang-Literatur.pdf
Maulana, D.J Heri. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta : EGC . Tersedia :
https://books.google.co.id/books?
id=sDKnWExH6tQC&pg=PA110&lpg=PA110&dq=indikator+vital+perilaku+kes
ehatan&source=bl&ots=t9IVwkOpun&sig=XTsbYymP-nbxxc40fudfranSRU&hl=id&sa=X&ei=r4QJVaXHOoK3uQS3wYG4AQ&redir_esc=y#v=on
epage&q&f=false

Anda mungkin juga menyukai