Anda di halaman 1dari 12

-HIDUP AKAN SEGERA LUCU KEMBALI SETELAH SEMUA INI TERLEWATI-

1. FALLACY (KECOHAN)
A.

STRATAGEM

pendekatan atau cara-cara untuk mempengaruhi keyakinan orang dengan cara selain mengajukan yang valid
atau masuk akal (reasonable argument)

stratagem dapat mengandung kebohongan (deceit) atau muslihat (trick)


1.

Persuasi tak langsung

Merupakan stratagem untuk meyakinkan seseorang akan kebenaran suatu pernyataan, bukan langsung
melalui argumen atau penalaran melainkan melalui cara-cara yang sama sekali tidak berkaitan dengan
validitas argumen.

Contoh: iklan di TV

2.

Membidik orang

melemahkan atau menjatuhkan suatu posisi atau pernyataan dengan cara menghubungkan pernyataan atau
argumen yang diajukan seseorang dengan pribadi orang tersebut (Shoot The messenger not the message).

Contohnya: anda masih berani mengkritik program kerja saya? Sewaktu anda menjabat saja keadaan lebih
parah dari sekarang.

3.

Menyampingkan masalah

cara mengajukan argumen yang tidak bertumpu pada masalah pokok atau dengan cara mengalihkan
masalah ke masalah yang lain yang tidak bertautan

Contoh: A: kecepatan internet di Indonesia masih lambat dibanding negara lain. B: internet cepat buat apa?
Masih banyak kok aktivitas menyenangkan lain tanpa memakai internet

4.

Misrepresentasi

menyanggah atau menjatuhkan posisi lawan dengan cara memutarbalikkan atau menyembunyikan fakta
baik secara halus maupun terang-terangan

Contoh: Saya ini orangnya sederhana, tidak suka hidup bermewah-mewahan. Tetapi diceritakan jikalau
memang tidak mampu.

5.

Imbauan cacah

didasarkan pada asumsi bahwa mayoritas orang melakukan suatu hal atau popularitas suatu hal
menunjukkan bahwa hal tersebut adalah benar atau tidak dapat salah.

Contoh: dalam promosi produk, pengiklan membuat klaim tujuh dari sepuluh dokter gigi menggunakan
sikat gigi kami untuk membujuk konsumen agar membeli produk tersebut.

6.

Imbauan autoritas

berusaha meningkatkan daya bujuk suatu posisi dengan menunjukkan bahwa posisi tersebut dipegang oleh
orang yang mempunyai autoritas dalam masalah bersangkutan tanpa menunjukkan bagaimana autoritas
bernalar

Contoh: untuk tujuan sensasional, jurnalis media masa atau televisi sering mengundang pakar atau
penguasa untuk berbicara tentang msalah yang tidak dikuasainya atau yang keahliannya tidak
bersangkutan sama sekali dengan masalah yang diberikan.

7.

Imbauan tradisi

Dalam beberapa hal, orang sering mengerjakan sesuatu dengan cara tertentu semata-mata karena memang
begitulah cara yang telah lama dikerjakan orang

Contoh: untuk membuat kertas kerja konsolidasi, tidak perlu melakukan penjurnalan, karena dari dulu saya
tidak melakukannya.

8.

Dilema Semu

mengaburkan argumen dengan cara menyajikan gagasan dan satu alternatif lain kemudian
mengkarakterisasi alternatif lain sangat jelek, merugikan, atau mengerikan sehingga tidak ada cara lain
kecuali menerima apa yang diusulkan penggagas.

Contoh : seorang tokoh mengatakan (untuk meyakinkan pemirsa) anda harus ikut memilih capres pilihan
saya atau Negara kita akan hancur.

9.

Imbauan Emosi
daya bujuk argumen sering dicapai dengan cara membaurkan emosi dengan nalar. Pendeknya daya nalar
orang dimatikan dengan cara menggugah emosinya
Contoh: Seorang istri bertanya mengenai penampilan dirinya kepada sang suami.

B.

SALAH NALAR
1.

Menegaskan Konsekuen
Argumen yang valid harus mengikuti kaidah menegaskan anteseden (affirming the antecedent atau modus
ponens).
Apabila simpulan diambil dengan pola premis yang menegaskan konsekuen maka akan terjadi salah nalar.
Contoh:

Premis (1):
Premis (2):
Konklusi :

2.

Jika Zain jomblo, maka Pevita merasa


bahagia.
Zain Jomblo.
Pevita merasa bahagia

Tidak Valid
Menegaskan konsekuen
Premis (1):
Premis (2):
Konklusi

Jika Zain jomblo, maka Pevita


merasa bahagia.
Pevita merasa bahagia.
Zain Jomblo

Pada contoh sebelah kiri, premis (2) Zain Jomblo menegaskan antesenden Jika Zain jomblo sehingga konklusi
pasti benarnya.
Sementara contoh sebelah kanan, premis (2) Pevita merasa bahagia menegaskan konsekuen sehingga
konlusinya tidak valid. Kenyataan bahwa Pevita merasa bahagia belum tentu disebabkan Zain jomblo, bisa saja
kebahagiaan Pevita disebabkan oleh hal lain misalnya mendapat tawaran main film.

Menyangkal Antesenden
Argumen yang valid harus mengikuti kaidah menyangkal konsekuen (denying the consequent atau modus
tollens)
apabila simpulan diambil dengan pola premis yang menyangkal anteseden maka akan terjadi salah nalar dan
simpulan tidak valid.
Contoh:
Premis (1):
Premis (2):
Konklusi :

3.

Valid
Menegaskan anteseden

Valid
Menyangkal konsekuen
Jika Zain pemain bola, maka Zain
terkenal.
Zain tidak terkenal.
Zain bukan pemain bola

Tidak Valid
Menyangkal antesenden
Premis (1):
Jika Zain pemain bola, maka Zain
terkenal.
Premis (2):
Zain bukan pemain bola
Konklusi :
Zain tidak terkenal

Pada contoh sebelah kiri, premis (2) Zain tidak terkenal menyangkal konsekuen sehingga konklusi Zain bukan
pemain bola pasti benarnya.
Sementara contoh sebelah kanan, premis (2) Zain bukan pemain bola menyangkal antesenden sehingga
konlusinya tidak valid. Kenyataan bahwa Zain bukan pemain bola belum tentu menyebabkan Zain tidak
terkenal, bisa saja Zain adalah seorang aktor (meski bukan pemain bola) namun ia tetap terkenal.

Pentaksaan (Equivocation)
Equivocation dapat terjadi apabila satu ungkapan dalam 2 premis memiliki makna yang berbeda atau konteks
premis yang satu berbeda dengan konteks premis lainnya.
Contoh:
Premis Mayor
:
Bulan itu bersinar di langit
Premis Minor
:
Januari adalah bulan
Konklusi
:
Januari bersinar di langit
Dalam contoh tersebut diterapkan kaidah transitivitas namun terjadi salah nalar karena Bulan pada premis
minor adalah nama dari ukuran waktu yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada premis mayor berarti planet
yang mengelilingi bumi

4.

Perampatan-lebih (Overgeneralization)
Perampatan yang berlebihan dapat terjadi karena penalar:

melekatkan karakteristik sebagian kecil anggota ke seluruh anggota himpunan, kelas, atau kelompok secara
berlebihan.

Mengkategorikan seseorang sebagai anggota kelompok kemudian melekatkan semua sifat atau kualitas
kelompok kepada orang tersebut
Contoh:
Dengan ditangkapnya Gayus, masyarakat mengatakan bahwa semua orang pajak berperilaku korup
Orang mengetahui bahwa kebanyakan orang pajak pada umumnya kaya. Zain pegawai pajak. Salah nalar terjadi
jika penalar menganggap Zain kaya karena dilekatkannya sifat kelompok kepadanya.

5.

Parsialitas (Partiality)
Parsialitas terjadi apabila penalar tidak objektif dalam penggunaan dan pengumpulan bukti sehingga cenderung
memilih bukti (argumen) yang mendukung konklusi dan mengabaikan argumen yang menentang konklusi.
Contoh:
Dari 100 orang yang disurvey, 100% menyatakan MMM bukan penipuan. Survey dilakukan di komunitas MMM

C.

6.

Pembuktian dengan Analogi


Analogi merupakan sarana untuk meyakinkan bahwa asersi konklusi mempunyai kemungkinan untuk benar
(likelihood) dan bukan merupakan cara untuk membuktikan kebenaran suatu asersi. Analogi dapat menghasilkan
salah nalar apabila tidak mengikuti kaidah atau struktur ungkapan yang sama.
Contoh:
Negara ibarat kapal yang sedang berlayar menuju suatu tujuan. Jika nahkoda harus memungut suara setiap kali ia
ingin menentukan arahnya, kapal itu sukar mencapai tujuannya. Oleh karena itu, demokrasi adalah kegagalan
dalam tata negara.

7.

Merancukan Urutan Kejadian dengan Penyebaban


Salah nalar bisa terjadi apabila urutan kejadian (temporal succession) disimpulkan sebagai penyebaban
(causation), contoh siang dan malam merupakan urutan kejadian dan bukan berarti siang menyebabkan malam.
Kesalahan ini sering disebut post hoc ergo propter hoc (setelah ini, maka karena ini)
Urutan kejadian merupakan syarat yang perlu untuk penyebaban, akan tetapi belum merupakan syarat yang
cukup.
Syarat penyebaban agar tidak menjadi salah nalar adalah:
a. Urutan kejadian atau B selalu mengikuti kejadian A;
b. A selalu medahului B;
c. B bervariasi dengan A; dan
d. Tidak ada faktor lain selain A yang menyebabkan B berubah.
Contoh:
Orang itu meninggal dalam tahanan. Ia meninggal karena ditahan.

8.

Menarik Simpulan Pasangan


Kemampuan seseorang untuk menyajikan argumen yang mendukung atau menyangkal suatu posisi tidak
menentukan kebenaran (truth) atau ketidakbenaran (falsity) konklusi. Kebenaran konklusi memang harus
didukung oleh argumen yang meyakinkan.
Salah nalar terjadi apabila suatu konklusi salah karena argumen tidak disajikan dengan meyakinkan sehingga
menyimpulkan bahwa konklusi pasangannya yang benar, hal ini mirip dengan bentuk salah nalar menyangkal
anteseden.
Contoh:
Premis (1):
Jika seseorang dapat menyajikan suatu argumen yang
meyakinkan, maka konklusinya benar (valid).
Premis (2):
Pak Antoni menyajikan argumennya dengan tidak meyakinkan.
Konklusi:
Konklusi tidak benar. Konklusi pasangannya yang benar.

ASPEK MANUSIA
1.

Puas Dengan Penjelasan Sederhana


keinginan yang kuat untuk memperoleh penjelasan sering menjadikan orang puas dengan penjelasan sederhana
yang pertama ditawarkan
sehingga dia tidak lagi berupaya untuk mengevaluasi secara seksama kelayakan penjelasan dan
membandingkannya dengan penjelasan alternatif.
orang tidak kritis dalam menerima penjelasan.

2.

Kepentingan Mengalahkan Nalar


Hambatan untuk bernalar muncul akibat orang memiliki kepentingan tertentu (vesited interest) yang harus
dipertahankan.
Kepentingan sering memaksa orang untuk memihak suatu posisi (keputusan) meskipun posisi tersebut sangat
lemah dari segi argumen.
Ketidakberanian dan ketidakbersediaan membawa gagasan merupakan sikap tidak ilmiah, yang sering disebut
sebagai sikap insulting the intelligence.
Contoh sikap tidak terpuji ini adalah sikap kolega senior Galileo yang menjadikan perbedaan pandangan tidak
akan terbuka untuk didiskusi dan kebenaran ilmiah tidak akan dicapai.

3.

Sindroma Tes Klinis


Sindroma ini menggambarkan seseorang yang merasa (bahkan yakin) bahwa ketidakberesan dalam tubuhnya
dan dia juga tahu benar apa yang terjadi karena pengetahuannya tentang suatu penyakit. Akan tetapi, dia tidak
berani untuk memeriksakan diri dan menjalani tes klinis karena takut bahwa dugaan tentang penyakitnya
tersebut benar.

Sindroma ini terjadi alam dunia akademik misalnya, akademisi sering tidak berani membaca sumber gagasan
karena takut jangan-jangan pendapat yang terlanjur disampaikan ternyata keliru. Atau, akademisi mengisolasi
gagasan baru agar mahasiswa tidak pernah tahu semata-mata untuk menutupi kelemahan gagasan lama yang
dianutnya.

4.

Mentalitas Djoko Tingkir


Budaya Djoko Tingkir digunakan untuk menggambarkan lingkungan akademik atau profesi seperti ini karena
konon perbuatan Djoko Tingkir yang tidak terpuji harus dibuat menjadi terpuji dengan cara mengubah skenario
yang sebenarnya untuk menghormatinya karena dia bakal menjadi raja. Dalam dunia akademik, status pakar
merupakan suatu kekuasaan akademik. Namun tidak seharusnya kekuasaan tersebut menentukan ilmu.

5.

Merasionalkan Daripada Menalar


Bila karena keberpihakan, kepentingan atau ketakkritisan, orang terlanjur mengambil posisi dan ternyata posisi
tersebut salah atau lemah, maka orang ada kalanya berusaha mencari justifikasi untuk membenarkan posisinya.

Dalam hal ini, orang tersebt sebenarnya tidak lagi menalar (to be reason) tetapi merasionalkan (to rationalize).
Sikap merasionalkan posisi dapat terjadi karena keterbatasan pengetahuan orang bersangkutan namun orang
tersebut tidak mau mengakuinya. Sikap merasionalkan dalam diskusi dapat menimbulkan debat kusir, sehingga
tujuan diskusi bukan untuk mencari solusi tetapi mencari kemenangan.
6. Persistensi
sulit melepaskan suatu keyakinan atau menggantinya dengan yang baru.
Memang menyedihkan apa yang dikatakan Planck bahwa gagasan baru yang benar (a new scientific truth)

2. APPLYING THEORY TO ACCOUNTING REGULATION - PENERAPAN IFRS


Penerapan IFRS
Regulatory Capture Theory Teori ini menganggap bahwa walaupun tujuan asli dari dibuatnya peraturan adalah untuk
melindungi kepentingan umum, namun tujuan ini sebenarnya tidak dapat tercapai karena dalam prosesnya, pihak
pelaksana peraturan tersebut cenderung untuk mengatur atau mendominasi para pembuat peraturan itu sendiri.
Alasan utama teori capture adalah bahwa keputusan atas peraturan biasanya memiliki dampak terbesar pada
kepentingan industri. Sehingga, industri-industri tersebut merasa bahwa posisi keuangan secara keseluruhan
dipengaruhi oleh keputusan peraturan secara signifikan. Contoh apakah telah terjadi capture theory di dunia akuntansi
yaitu keputusan untuk membuat IFRS (International Financial Reporting Standards) sebagai standar akuntansi di seluruh
dunia. Hal ini memperlihatkan bahwa keputusan penggunaan IFRS secara global sangat menguntungkan perusahaanperusahaan besar yang go public karena ini akan mempermudah mereka dalam mendapatkan modal secara bebas. Ini
disebabkan investor lebih mudah mengerti laporan keuangan perusahaan dari negara lain dan dapat membandingkan
laporan keuangan dengan lebih mudah antara perusahaan lokal dengan perusahaan negara lain. IFRS yang diterbitkan
oleh International Accounting Standards Board (IASB) untuk memenuhi kebutuhan akan standar pelaporan keuangan
yang berkualitas. Beberapa manfaat utama penerapan IFRS antara lain:
a. Efisiensi biaya bisnis dapat diwujudkan karena diterapkannya sistem akuntansi global konsisten dan seragam;
b. Pengamanan/perlindungan kepentingan publik lebih terjaga;
c. Investor akan mengandalkan informasi keuangan mana pun asal berdasarkan standar yang sama;
d. Memberi peluang ekspansi ekonomi yang lebih besar.

3. PERMINTAAN DAN PENAWARAN ATAS TEORI AKUNTANSI


Studi oleh Zeff [1974, hlm. 177] menyatakan bahwa literatur akademis sangat sedikit sekali pengaruhnya terhadap
praktik dan kebijakan akuntansi. Justru seringkali teori akuntansi malah dijadikan sebagai penopang gagasan, bukan
sebagai pandangan murni. Horngren [1973, hlm. 61] justru lebih jauh mengatakan bahwa standar akuntansi merupakan
produk politik yang dibuat sedemikian sempurna seperti sekarang ini.
Pemahaman mengapa teori akuntansi menjadi seperti sekarang ini membutuhkan pemahaman atas proses politik. Pada
awalnya terdapat persaingan antar individu dalam menggunakan kekuasaannya untuk melakukan transfer kekayaan.
Karena prosedur akuntansi adalah sarana yang dapat memungkinkan transfer tersebut, maka pihak yang bersaing tadi
membutuhkan teori yang dapat memuluskan kepentingan mereka. Karena kepentingan orang yang satu berbeda dengan
yang lain, maka muncullah teori-teori akuntansi yang berbeda-beda, dimana masing-masing teori mengakomodir
kepentingan masing-masing.
Namun, tentunya kepentingan tersebut tentu harus didandani sedemikian rupa sehingga tidak memunculkan kecurigaan.
Publik tentu akan menentang jika suatu praktik adalah nyata-nyata bertujuan untuk menempuh kepentingan pribadi.
Oleh karenanya, teori akuntansi yang berkembang selalu mebawa embel-embel kepentingan publik. Sehingga teori
akuntansi seolah muncul demi pembenaran kepentingan pribadi, dengan topeng kepentingan publik. Karena
tergantung pada proses politik, maka teori akuntansi juga tergantung pada seberapa luas peran pemerintah dalam
perekonomian.
A. PERMINTAAN ATAS TEORI AKUNTANSI
1. Permintaan atas Teori Akuntansi dalam Unregulated Economy
Laporan keuangan (audited) merupakan sesuatu yang harus dibuat oleh manajer perusahaan, yang diwajibkan oleh
pemerintah dan juga oleh pemilik perusahaan. Agency costs muncul karena kepentingan manajer tidak selalu sejalan
dengan kepentingan pemilik, contohnya dalam pembagian dividen. Dalam hal dividen, kadang manajer (jika dia juga
memiliki saham) lebih cenderung untuk memperbesar pembagian dividen dalam suatu waktu tertentu dimana pemegang
saham yang lain mungkin memiliki perbedaan harapan.
Hal ini diantisipasi oleh kreditor dan pemegang saham dengan adanya diskon atas obligasi atau saham yang diterbitkan,
sehingga manajer menerima dana di bawah nilai tertulisnya, yang bisa jadi berbeda jikalau sang manajer adalah sekaligus
pemilik perusahaan. Perbedaan inilah yang disebut oleh Jensen dan Meckling [1976, hlm. 308] sebagai "residual loss."
Karena manajer menanggung residual loss, manajer harus meyakinkan pemilik perusahaan bahwa manajer tidak akan
melakukan hal-hal yang mereka khawatirkan. Di sinilah kemudian muncul pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan
pengawasan. Di sisi lain, mengingat manajer juga perlu meningkatkan pendapatan pribadinya melalui kinerja perusahaan
yang efisien, maka di sinilah akan didapati titik keseimbangan (equilibrium) seberapa besar biaya yang diperlukan dalam
rangka pengawasan.

Contoh yang dapat menjelaskan hubungan antara agency costs dan prosedur akuntansi adalah skema kompensasi
manajemen pada abad 19. Pada saat itu, penghasilan manajer tergantung pada profit yang diperoleh perusahaan,
dimana profit merupakan murni net operating cash flows karena belum digunakannya akuntansi akrual.Namun profit
itu sendiri merupakan hal yang dapat dimanipulasi oleh manajer. Manajer bisa saja melaporkan biaya yang kecil,
sehingga membuat profit menjadi besar dan pembayaran dividen juga meningkat (menambah kekayaan pemilik
perusahaan). Oleh karena itu, beberapa kesepakatan dibuat untuk mencegah hal ini, yaitu:
Pembayaran dividen dibatasi dengan adanya proporsi tertentu, sehingga memunginkan adanya buffer.
Sejumlah dana tertentu harus disediakan jika akan membayar dividen.
Aset tetap dikenai penyesuaian nilai (mirip dengan depresiasi).
Fungsi Teori Akuntansi
a. Kebutuhan pedagogik (pendidikan).
Prosedur akuntansi dirancang untuk mengurangi agency costs itu sendiri sangat bervariasi, maka prosedur akuntansi
juga beragam baik teknik maupun formatnya. Hal ini menyulitkan dalam memberikan pengajran tentang praktik
akuntansi. Akhirnya, para pengajar akuntansi mengambangkan aturan yang memudahkan dalam pembelajaran dan
mengklasifikasikan variasi yang dijumpai dalam praktik. Para ahli mempelajari sistem-sistem yang ada dan
menyimpulkan perbedaan dan persamaannya. Hal ini seolah menakankan agar perusahaan dengan karakteristik yang
sama juga mengikuti prosedur akuntansi yang telah ditetapkan.
b. Kebutuhan informasi
Dalam unregulated economy, ahli teori akuntansi tidak hanya diminta untuk menggambarkan variasi-variasi dalam
praktik akuntansi. Terdapat juga permintaan untuk memprediksi efek dari akuntansi tersebut bagi manajer dan auditor
dalam kaitannya dengan hukum. Perjanjian antara auditor dengan pemilik perusahaan kurang lebih menyatakan bahwa
auditor harus bertanggung jawab jika gagal mengungkap pelanggaran yang dilakukan oleh manajer. Hal ini menyebabkan
auditor merasa harus mengetahui mengapa manajemen memilih prosedur akuntansi yang dipakainya dan bagaimana
hubungannya terhadap agency costs. Oleh karena itu, auditor akan dapat memberikan masukan yang bernilai dalam hal
itu.
c. Kebutuhan justifikasi
Teori akuntansi yang sudah mencakup bagaimana peluang-peluang dan kecenderungan manajer dalam
memanipulasi informasi, secara lebih lanjut dapat digunakan sebagai argumen yang langsung dapat digunakan sebagai
dasar pengujian atas praktik yang dilakukan oleh manajer.
2. Permintaan atas Teori Akuntansi dalam Regulated Economy
a. Akuntansi dan proses politik
Sektor bisnis berperan ganda dalam hubungannya dengan pemerintah, yaitu sebagai sumber pendapatan pemerintah
(misalnya pajak) sekaligus sebagai pihak penerima pengeluaran (transfer) pemerintah (misalnya belanja, subsidi). Secara
langsung, lembaga akuntansi suatu negara secara seragam mengatur segala yang berkaitan dengan laporan keuangan.
Malah secara lebih jauh, hal ini juga akan berpengaruh pada lembaga lain di luar perusahaan, misalnya bank dan
perusahaan asuransi. Secara tidak langsung, laporan-laporan keuangan tersebut akan digunakan sendiri oleh pemerintah
untuk bahan masukan dalam pengambilan keputusan atau penerbitan peraturan. Sehingga kemudian akhirnya
terpilihlah prosedur akuntansi yang sesuai, yang dapat mengurangi biaya yang ditanggung dan meningkatkan
pendapatan pemerintah selaku rehulator dan legislator.Karena pentingnya badan ini bagi bisnis mereka, maka tidak
mengherankan jika kemudian terjadi lobi-lobi atas suatu standar akuntansi kepada lembaga-lembaga akuntansi di negara
tersebut.
b. Akibat intervensi pemerintah terhadap permintaan atas teori akuntansi
Peraturan-peraturan pemerintah terkait bisnis meningkatkan permintaan informasi dan permintaan informasi atas
teori akuntansi. Sebagai contoh, dalam buku-buku akuntansi dasar pun kini sudah dikenal adanya pajak penghasilan, dan
sebagainya. Begitu juga dengan permintaan justifikasi. Pihak pro-pemerintah maupun kontra pemerintah harus
memberikan argumen dalam pembelaan posisi mereka sehingga hal ini dapat merubah prosedur akuntansi.
B. KETERSEDIAAN TEORI AKUNTANSI
Sebagian besar ahli teori mungkin mempercayai bahwa salah satu tujuan dari penelitian mereka, dan alasan kenapa
mereka menyediakan teori, adalah untuk menyediakan pengetahuan yang pada akhirnya akan meningkatkan praktik
akuntansi. Mereka tidak akan menganggap diri mereka sedang menyediakan alasan. Tapi kami beranggapan bahwa
permintaan atas teori akuntansi yang paling utama pada saat ini, adalah permintaan untuk pembenaran, atau alasan.
Bila proposisi empirisnya telah benar, maka pertanyaannya adalah : seresponsif apakah pihak penyedia (penelitian
akuntansi) untuk merubah sikap dan jumlah barang ekonomis yang sedang diminta?
Selama terdapat banyak pihak yang dapat menyediakan berbagai macam teori yang beragam dengan biaya yang cukup
rendah, maka para penyedia akan sangat responsif terhadap permintaan para customer (pihak yang berkepentingan)
menentukan hasil dari penelitian akuntansi melalui insentif yang mereka sediakan untuk para ahli teori. Semakin besar
nama baik dan kemampuan artikulasi dari seorang peneliti akuntansi, semakin besar kemungkinan bahwa para praktisi,
pembuat peraturan, dan akademisi lainnya akan mengetahui hasil kerjanya, dan semakin besar aliran pelajar dan donasi
ke universitasnya. Kontroversi dalam akuntansi muncul ketika yang berkepentingan tidak setuju dengan standar
akuntansi. Sebagai contoh, kontroversi LIFO terjadi ketika Mahkamah Agung melarang metode base stok dalam menilai
peralatan untuk keperluan perpajakan, dan institusi minyak bumi America menyarankan LIFO sebagai penggantinya, hal
tersebut akan mengurangi nilai pajak dari anggotanya. Layanan pendapatan internal menolaknya dikarenakan eveknya
kepada pendapatan. Setiap pihak meminta kekurangan dan kelebihan dari teori LIFO, yang nantinya akan dihasilkan juga.
Hubungan antara penyedia teori akuntansi dengan customer lebih dari sekedar kutip mengutip. Partner di perusahaan
akuntansi, birokrat di lembaga pemerintahan, dan manajer perusahaan akan mencari peneliti akuntansi yang memiliki
kefasihan dan secara konsisten menyarankan praktik tertentu, yang kebetulan sejalan dengan keinginan para praktisi,
birokrat, dan manager, dan akan menginginkan peneliti tersebut sebagai konsultannya, atau menjadi saksi ahli, atau
membiayainya untuk melakukan penelitian atas masalah akuntansi tersebut. Konsistensi pada pekerjaan si peneliti

membuat si pihak yang membiayai pekerjaan tersebut untuk dapat memprediksi dengan lebih akurat hasil akhirnya.
Karenanya, biaya penelitian dan konsultasi cenderung mengalir ke mereka yang paling fasih dan konsisten dalam praktik
akuntansi dimana ada orang yang berkepentingan yang mendapatkan keuntungan dari mengadopsi atau menolak praktik
akuntansi ini
Kecenderungan dari pihak yang berkepentingan untuk mencari peneliti yang menunjang posisi mereka akan
menghasilkan kelangsungan yang bias. Bias ini diperkenalkan oleh mereka yang berkepentingan. Kami bukannya mau
merendahkan motiv dari peneliti akuntansi yang menganjurkan praktik tertentu. Malahan, semakin konsisten posisi si
peneliti dan semakin besar integritasnya, semakin besar juga tunjangan yang dia berikan kepada posisi si yang
berkepentingan.
Penafsiran berbeda (dan tidak konsisten) pada setiap standar akuntansi karena sebuah standar adalah hasil dari aksi
politik. Hasilnya bergantung pada biaya relatif yang mau dikeluarkan oleh berbagai pihak terkait untuk mencapai tujuan
mereka, dan biaya ini akan berbedatergantung pada keuntungan yang diharapkan. Penafsiran yang diberikan pada
sebuah standar adalah penafsiran dari pihak pemenang. Dan bila terdapat perbedaan, seperti pendapat APB pada
kombinasi bisnis, gabungan penafsiran akan digunakan. Pihak yang sama tidak akan menang di setiap topik, bahkan
banyak pihak yang bahkan tidak terlibat di setiap topik, bahkan, pihak yang berkepentingan (seperti perusahaan
asuransi) lebih dibatasi untuk memberikan penafsiran yang konsisten di setiap topik. Maka, kami mengamati sebuah
pihak yang mendukung penafsiran historical cost pada satu kasus dan penafsiran pasar pada kasus lainnya
Bila biaya transaksi politik sangat tinggi hingga ada permintaan untuk mendapatkan alasan yang dapat digunakan
sebagai senjata yang berguna di arena politik, bila permintaan untuk teori akuntansi tersebut didominasi oleh
permintaan untuk adanya alasan, dan bila permintaan menentukan produksi, teori akuntansi akan diciptakan oleh
debat politik, dan bukan sebaliknya. Kami akan mengamati sifat dari teori akuntansi yang berubah sesuai dengan
perubahan topik politik. Teori akuntansi akan berubah seiring dengan topik politik, atau pun tanpa mengikuti topik
politik. Kami tidak akan mengamati teori akuntansi yang umumnya menuju pada aksi politik
Berbeda dengan prediksi sebelumnya yang kami harapkan pada teori alternatif pada teori akuntansi, satu satunya teori
alternatif yang bahkan hanya dapat ditentukan sebagian adalah teori pada literatur akuntansi digunakan untuk
mendukung kepentingan publik (mereka mendukung politisi dan birokrat dalam menghasilkan peraturan untuk terus
mendukung kepentingan publik).
C. THE EMPIRICAL RELATIONSHIP BETWEEN GOVERNMENT INTERVENTION AND ACCOUNTING THEORY
3 jenis undang-undang yang dianggap memiliki pengaruh yang nyata terhadap perkembangan teori akuntansi:
a. Undang-undang yang mengatur tentang regulasi perkeretaapian
b. Undang-undang tentang pajak penghasilan, dan
c. Undang-undang tentang surat berharga
Tujuan utama dari observasi terhadap 3 undang-undang ini adalah untuk menyajikan prima facie (sebuah fakta yang
dianggap benar sampai hal tersebut dibuktikan salah) untuk mendukung hipotesis yang menyatakan bahwa teori
akuntansi telah berubah setelah penetapan peraturan pemerintah. Observasi atas tiga jenis peraturan dapat dilihat pada
penjelasan berikut:
a. Peraturan Perkeretaapian (Railroad Legislation)
Secara khusus, perkembangan kereta api di Amerika Serikat dan Inggris memiliki pengaruh sangat kuat terhadap
perkembangan akuntansi penyusutan (depreciation accounting) dan pengalokasian penyusutan sebagai beban.
Perdebatan terjadi pada saat timbul keinginan untuk mengalokasian penyusutan sebagai beban. Terkait dengan
perkembangan dan perdebatan tentang akuntansi penyusutan tersebut, terdapat dua pertanyaan penting yang perlu
dijawab:
1)
The reason of the debate
Ahli akuntansi yang melakukan meneliti penyebab perdebatan adalah Littleton yang menyatakan
bahwa terdapat dua syarat yang harus terpenuhi dalam perkembangan akuntansi penyusutan yaitu
perusahaan dalam dengan bentuk perseroan terbatas serta aset yang memiliki umur ekonomis yang
panjang. Perusahaan dengan bentuk PT diperlukan karena akan mengarah pada dibuatnya perjanjian yang
membatasi deviden atas keuntungan dan akan menciptakan permintaan atas laporan keuangan yang
melaporkan adanya keuntungan. Sedangkan aset dengan umur ekonomis yang panjang menjadi syarat
wajib karena tanpa adanya aset tersebut maka tidak diperlukan perhitungan penyusutan untuk
menentukan keuntungan.
Watts&Zimmerman kemudian berpendapat bahwa analisis yang disampaikan oleh Littleton tidak
lengkap karena dua hal. Pertama, agency costs of debt and equity sudah ada dengan atau tanpa adanya
perusahaan dengan bentuk perseroan terbatas. Perjanjian dividen sendiri sudah ditemukan di Inggris pada
tahun 1620 dan jauh sebelum adanya bentuk perseroan terbatas. Watts&Zimmerman kemudian
memperbaiki pendapat dari Littleton dengan mengganti syarat perusahaan harus berbentuk perseroan
terbatas menjadi keberadaan dari perjanjian dividen. Kedua, perjanjian dividendan aset yang berumur
panjang tidak serta merta mengakibatkan penyusutan diperlakukan sebagai beban. Penyusutan tidak perlu
dikurangkan secara sistematis selama terdapat sejumlah pendapatan yang ditahan pada masa lalu untuk
menutupi penyusutan aset tetap pada saat ini. Pada awal abad kedua puluh, penyusutan tidak dianggap
sebagai beban melainkan dianggap sebagai alokasi dari keuntungan. Ketidaklengkapan ini menimbulkan
pemikiran bahwa analisis Littleton tidak didukung secara empiris.
Littleton menyadari bahwa analisisnya tidak konsisten dengan peristiwa yang diamati dan bahwa
ada variabel lain yang harus bisa menjelaskan tentang tidak adanya perhatian terhadap beban penyusutan
dalam teori dan praktik akuntansi pada abad ketujuh belas.Littleton kemudian menyatakan bahwa variabel
yang hilang adalah pengetahuan. Watts&Zimmerman berpendapat bahwa penjelasan yang lebih masuk akal
adalah biaya perjalanan dan tarif ditentukan oleh pemerintah dengan berdasarkan keuntungan dalam kasus
industri perkeretaapian. Hal ini berbeda dengan regulasi tarif yang biasanya diterapkan pada jenis angkutan
lain. Anggaran dasar perusahaan kereta api biasanya memiliki pasal atau ketentuan tentang penyesuaian
tarif berdasarkan keuntungan.

Isu politik tentang keuntungan perusahaan kereta api menyebabkan beberapa negara bagian di
Amerika Serikat menyetujui undang-undang yang mengatur tentang pengendalian harga yang terlalu tinggi
di industri kereta api. Beberapa undang-undang negara bagian yang pertama kali diterbitkan meminta
adanya pernyataan ketentuan untuk laporan penyusutan secara tahunan namun tidak mendefinisikan
mengenai bagaimana seharusnya ketentuan tersebut harus dibuat. Meskipun kereta api merupakan target
utama dari peraturan yang dibuat, tarif dari utilitas publik lainnya seperti perusahaan listrik dan
perusahaan air juga ikut diatur pada abad kesembilan belas.
Watss&Zimmerman mengemukakan hipotesis bahwa regulasi tentang tarif (terutama kereta api)
menciptakan permintaan untuk teori yang merasionalisasikan penyusutan sebagai beban. Tanpa adanya
peraturan maka penyusutan tidak perlu untuk dibebankan dan dikurangkan secara sistematis setiap tahun
dalam penentuan laba bersih perusahaan. Bagaimanapun juga, karena regulasi tarif dibenarkan dalam
rangka menghindari terjadinya keuntungan ekonomis oleh pihak yang memonopoli, regulasi menciptakan
justifikasi bagi penyusutan untuk dibiayakan atas keuntungan setiap tahun. Lebih jauh lagi, karena
perundang-undangan biasanya didasarkan pada alasan ekonomi maka teori penyusutan muncul dengan
dituliskan dalam rangka biaya ekonomi.
2)
The timing of the debate
Watts&Zimmerman menyatakan hipotesis bahwa waktu terjadinya perdebatan telah mendukung
hipotesis yang mereka buat yang menyatakan bahwa tindakan politik telah menghasilkan teori akuntansi
dan bukan sebaliknya. Anggaran dasar perkeretaapian di Amerika Serikat pada tahun 1830-an telah
memasukkan ketentuan untuk mengatur keuntungan. Anggaran dasar tersebut telah ada sebelum
terjadinya debat yang membahas tentang literatur akuntansi. Selain itu, langkah James Morrison yang
memerintahkan parlemen untuk mengatur keuntungan di Inggris juga terjadi sebelum terjadi perdebatan.
b. Undang-Undang Pajak Penghasilan (Income Tax Acts)
Selain mempengaruhi praktik akuntansi, undang-undang perpajakan juga berpengaruh terhadap teori akuntansi
terutama terhadap penyusutan. Pada dekade 1880-an, penerapan penyusutan sebagai beban hanya terdapat pada
literatur akuntansi di bidang perkeretaapian. Kondisi ini berbeda dengan penerapan penyusutan di Inggris yang telah
melakukan penerapan penyusutan pada berbagai bidang secara umum. Hal ini diketahui setelah Watts dan
Zimmerman melakukan pengamatan terhadap serangkaian jurnal dan buku bacaan di Inggris.
Literatur di Inggris dijelaskan bahwa termotivasi oleh sebuah persoalan tentang pembayaran dividen dari
modal dan bahwa perhatian utama akuntan untuk memperjelas teori dan kedua, untuk lebih memahami tanggung
jawab mereka dalam hal ini.
Watts dan Zimmerman berpendapat bahwa alasan adanya ketertarikan secara umum terhadap penyusutan untuk
semua perusahaan (tidak hanya atas perusahaan kereta api) pertama kali timbul di tanah Inggris pada tahun 1880-an
karena sebelum tahun 1978, undang-undang perpajakan Inggris tidak mengatur/memperbolehkan penyisihan atas
penyusutan. Undang-undang perpajakan Inggris diubah pada tahun 1978 untuk mengizinkan pengurangan sejumlah
biaya yang sesuai (reasonable) atas pengurangan nilai dari mesin dan pabrik yang diakibatkan karena adanya
keausan (wearandtear). Namun, istilah penyusutan belum disebutkan pada undang-undang dan tidak ada biaya
yang boleh diperhitungkan terkait dengan adanya keusangan (obsolescence). Aturan perpajakan ini memunculkan
alasan tambahan untuk perdebatan mengenai konsep penyusutan tahunan dan pengukurannya.
Pemberlakuan undang-undang pajak di Amerika menjadi pemicu diskusi tentang waktu/masa penyusutan serta
diskusi tentang konsep dan akuntansi pendapatan. Dalam kasus hukum tentang dividen atas laba (dividends out of
profits), penyusutan dianggap sebagai sebuah metode penilaian. Apakah nilai penyusutan sudah sesuai atau
mencukupi akan diputuskan kemudian dalam hal terjadi perselisihan. Pemberlakuan undang-undang perpajakan
akan lebih ekonomis jika penilaian secara periodik digantikan dengan proporsi yang berubah berdasarkan biaya
perolehan (an arbitrary proportion of historical cost). Hal tentang penghematan ini telah diakui pada literatur yang
diterbitkan sebelumnya dan sepertinya menjadi alasan mengapa penyusutan yang dapat mengurangi pajak
penghasilan di Amerika Serikat dan Inggris dilakukan berdasarkan biaya perolehan. Tuntutan terhadap rasionalisasi
atas metode penyusutan dan hal akrual lainnya yang terdapat pada peraturan perpajakan kemudian menghasilkan
matching concept dan realization concept.
Selain metode penyusutan, perdebatan di Inggris mengenai jangka waktu penyusutan juga mengkonfirmasi
hipotesis Watts&Zimmerman bahwa tindakan politik menyebabkan perubahan pada teori akuntansi. Hal ini terlihat
dari pemberlakuan keringanan pajak atas pengurangan penyusutan pada tahun 1978 yang mempelopori terjadinya
perdebatan pada masa 1880-an.
Pada bagian akhir pembahasan akan dampak peraturan pajak penghasilan, Watts&Zimmerman menyatakan
bahwa perkembangan profesi akuntan sepertinya dapat menjelaskan mengenai perbedaan waktu akan perhatian
terhadap masalah penyusutan antara Amerika Serikat dengan Inggris. Organisasi profesional di Inggris mulai
mengalami perkembangan pada tahun 1970-an sedangkan di Amerika Serikat baru mengalami perkembangan pada
masa 1890-an. Oleh karena itu, penulis tidak bisa melakukan pengamatan perdebatan terkait penyusutan yang
terjadi sebelum masa tersebut baik di Inggris maupun Amerika Serikat.
Hipotesis yang disampaikan oleh Watts&Zimmerman tentang perkembangan profesi masih memiliki kelemahan
dalam beberapa hal. Pertama, meskipun organisasi profesi di Inggris baru dibentuk pada tahun 1854, terdapat bukti
yang menunjukkan bahwa praktik akuntansi telah dilakukan secara individu (terutama pengacara) pada abad
kedelapan belas dan diyakini bahwa akuntansi sudah dipraktikkan oleh para pengacara dalam jangka waktu yang
lebih lama. Kedua, ketiadaan profesi akuntansi secara formal tidak menghambat kemunculan literatur tentang
penyusutan di bidang perkeretaapian baik di Amerika Serikat dan Inggris pada tahun 1840-an dan 1850-an. Ketiga,
pembentukan organisasi profesional itu sendiri sedikit banyak merupakan aksi politik dan memiliki kepentingan
politik. Akuntan memiliki dorongan untuk mencoba mempengaruhi keputusan pemerintah terkait praktik akuntansi.
c. Undang-Undang Surat Berharga (Securities Acts)
dampak penting terhadap literatur akuntansi yaitu:
1)
Undang-undang ini menyebabkan pergeseran tujuan akuntansi menjadi information objective
Sebelum pemberlakuan Securities Acts, penyusun teori akuntansi cenderung menjelaskan dan
mendasarkan rekomendasi/keputusan atas beberapa tujuan akuntansi.Pada era unregulated economy,

penekanan terjadi atas fungsi pengendalian serta peran kepengurusan (stewardship role). Beberapa ahli
dalam tulisannya memiliki pendapat terkait dengan tujuan utama dari akuntansi. H. C. Daines menyatakan
bahwa tujuan utama dari akuntansi sebelum adanya Securities Acts adalah menggambarkan pendapatan
mana yang secara hukum tersedia untuk dividen.Henry H. Sweeney menyatakan bahwa tujuan dasar dari
akuntansi harus meliputi usaha untuk memisahkan antara modal (capital) dan pendapatan (income).
Tujuan tersebut memberikan jalan kepada pemegang stewardship role, yaitu manajer, untuk dianggap
sebagai pengguna utama akuntansi.
Pemberlakuan Securities Act memberikan arah lain terhadap teori akuntansi. Fungsi utama akuntansi
bukan lagi terkait pengendalian maupun stewardship role melainkan penyediaan informasi kepada investor
dan kreditur dalam rangka membantu kedua pihak tersebut untuk menentukan pilihan investasi secara
rasional.Watts&Zimmerman menyebut hal ini sebagai Information Objective. Salah satu dokumen awal
yang menggambarkan penekanan terhadap keputusan investor adalah Tentative Statement on Accounting
Principles yang dikeluarkan AAA pada tahun 1936. Dokumen tersebut membahas tentang metode
akuntansi yang bisa merugikan investor termasuk revaluasi yang menyebabkan kenaikan harga aset.
Literatur yang disusun setelah Securities Acts menegaskan bahwa tujuan akuntansi telah berubah dari
menyajikan informasi keuangan bagi manajemen dan kreditur menjadi penyediaan informasi keuangan
kepada investor dan stakeholders.
Dokumen A Statement of Basic Accounting Theory yang dikeluarkan oleh AAA pada tahun 1966 dengan
lebih tegas menempatkan information objective sebagai tujuan pertama di antara empat tujuan dari
akuntansi. Tujuan yang terdapat pada A Statement of Basic Accounting Theory adalah:
a) To provide information for decision concerning limited resources by individuals acting in their own
behalf, such as the stockholders or creditors of a firm, by agents serving in fiduciary capacities, or by
individuals or groups in business firms, in government, in not-for-profit organizations and elsewhere
b) To effectively direct and control an organizations human and material resources,
c) To maintain and report on the custodianship or resources,
d) to facilitate the operations of an organized society for the welfare of all.
Dokumen dan tulisan terbaru semakin menegaskan dominansi dari tujuan penyajian informasi.
Pada dokumen terbaru, manajemen sudah tidak dimasukkan ke dalam pengguna utama laporan keuangan.
Organisasi akuntan telah berhasil melakukan pembagian dengan baik antara internal dan eksternal dengan
fokus pada eksternal.
Hipotesis mengenai dominansi informationobjective yang disebabkan oleh Securities Acts tidak
hanya didukung oleh kecenderungan penulis di era modern yang menyebutkan kepentingan publik sebagai
salah satu tujuan di samping theinformationobjective tetapi juga kecenderungan untuk membuktikan
bahwa pemenuhan tujuan informasi sangat diperlukan demi kepentingan publik. Hubungan yang dekat
antara tujuan informasi dan kepentingan publik ditunjukkan oleh argumen yang mengemuka baru-baru ini
bahwa informasi informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah barang publik dan sebagai
konsekuensi adalah kemungkinan terjadinya ketidakcukupan informasi dari sudut pandang masyarakat.
2) The Search for Accounting Principles (Undang-undang ini mendorong sebuah pencarian terhadap prinsip-prinsip
akuntansi)
Literatur yang dibuat dan diterbitkan sebelum adanya Undang-Undang Surat Berharga pada tahun 1933
sebagian besar membahas mengenai praktik akuntansi dan rekomendasi yang diberikan biasanya berdasarkan
rasionalisasi dari praktik akuntansi. Pada masa itu, hanya sedikit yang dilakukan para pakar untuk membangun
sebuah teori tentang akuntansi. Watts&Zimmerman juga mengutip tulisan John B. Canning yang menyatakan bahwa
akuntan tidak memiliki sistem pemikiran filosofis yang lengkap tentang pendapatan. Pernyataan tersebut
menggambarkan betapa akuntan pada masa itu sangat terfokus pada praktik dan tidak mengembangkan prinsipprinsip yang mendasari praktik akuntansi.
Tulisan-tulisan mengenai praktik akuntansi yang disusun sebelum Securities Acts tidak memberikan hal
baru. Sistem ekonomi yang tidak mengatur mengenai pelaporan perusahaan membuat semua keputusan atau
rekomendasi terkait akuntansi hanya berdasarkan praktik akuntansi yang dilaksanakan oleh masing-masing
perusahaan. Dalam sistem seperti ini, teoris tidak perlu menyusun rekomendasi yang bisa diikuti atau diterapkan
oleh seluruh perusahaan dan hanya perlu memberikan rekomendasi bagi sebuah perusahaan secara spesifik. Ahli
teori hanya berharap bahwa rekomendasinya diterapkan pada perusahaan lain berdasarkan kepentingan pribadi.
Undang-Undang tentang Surat Berharga kemudian menyajikan gagasan yang bertolak belakang dengan
pemikiran sebelumnya di mana pengungkapan wajib (required disclosure) diperlukan demi kepentingan publik
karena pengungkapan akan membuat pasar modal berjalan lebih efisien. Watts&Zimmerman mengamati bahwa teori
baru ini tidak berkembang secara umum sebelum pemberlakuan undang-undang tentang surat berharga. Justifikasi
yang digunakan atas required disclosure adalah bahwa dorongan pribadi untuk mengadopsi rekomendasi/keputusan
akuntansi tidaklah mencukupi. Oleh karena itu, praktik akuntansi yang berlaku pada saat itu tidak bisa digunakan
sebagai dasar untuk rekomendasi atau pengambilan keputusan. Justifikasi ini menetapkan bahwa teori akuntansi
merupakan hal yang terpisah dari praktik akuntansi serta dimungkinkan untuk menyusun sebuah teori akuntansi
tanpa referensi dari praktik akuntansi.
Justifikasi atas required disclosure menyebabkan SEC menuntut pemberlakuan teori akuntansi karena SEC
tidak bisa menetapkan regulasi untuk reformasi di bidang akuntansi hanya berdasarkan praktik akuntansi. SEC
membutuhkan sebuah teori atau sekumpulan prinsip akuntansi untuk membenarkan keputusan mereka. Permintaan
dari SEC ini membuat para ahli teori akuntansi yang terbiasa mengembangkan peraturan berdasarkan praktik yang
ada menjadi bingung. Setelah SEC menyerukan pentingnya prinsip akuntansi sebagai dukungan terhadap otoritas,
tulisan-tulisan akuntansi mulai membahas mengenai prinsip akuntansi.Perkembangan mengenai prinsip-prinsip
akuntansi di Inggris mengalami fase yang serupa dengan Amerika Serikat di mana pencarian prinsip akuntansi
diawali dari tekanan pemerintah yang timbul akibat berbagai krisis finansial yang terjadi.
D. KESIMPULAN
Watts&Zimmerman memiliki pandangan bahwa teori akuntansi memiliki peran yang penting dalam menentukan
isi dari laporan keuangan meskipun hal tersebut mungkin bukanlah peran yang diharapkan oleh para ahli teori. Teori

akuntansi terbukti telah menjadi taktik yang berguna untuk memperkuat/mendukung gagasan atau pendapat yang
diajukan seseorang. Teori akuntansi bukan lagi berfungsi untuk menyediakan kerangka yang mendasari penyebaran
praktik pelaporan keuangan yang disusun oleh badan pembuat standar. Teori akuntansi juga berperan sebagai
justifikasi dalam kaitannya dengan masalah pendidikan dan informasi di mana peran justifikasi tersebut semakin
meningkat seiring dengan intervensi pemerintah. Fungsi utama dari teori akuntansi pada saat ini adalah untuk
menyediakan alasan yang ditujukan untuk memenuhi tuntutan yang tercipta dari proses politik. Hal ini membuat
teori akuntansi berkembang menjadi lebih normatif.
Watts&Zimmerman menambahkan pada akhir kesimpulannya bahwa tidak ada teori normatif di bidang
akuntansi yang berlaku saat ini yang mampu menjelaskan atau digunakan untuk menjustifikasi seluruh standar
akuntansi karena:
1.
Standar akuntansi dibenarkan menggunakan teori oleh kelompok kepentingan yang memperoleh
keuntungan dari standar.
2.
Kelompok kepentingan menggunakan teori/alasan yang berbeda untuk permasalahan yang berbeda.
3.
Kelompok kepentingan yang berbeda menguasai atau berhasil memenangkan permasalahan-permasalahan
yang berbeda.
Sementara teori tentang kepentingan pribadi dapat menjelaskan mengenai standar akuntansi, teori seperti itu tidak
dapat digunakan untuk menjustifikasi standar akuntansi karena teori kepentingan pribadi (self-interesttheory) tidak
dapat diterima secara politik. Konsekuensi yang terjadi atas hal tersebut adalah bukan hanya tidak adanya teori
akuntansi yang bisa diterima secara umum untuk menjustifikasi standar akuntansi tetapi juga tidak akan pernah ada
teori akuntansi yang dapat diterima oleh seluruh pihak secara umum.

4. PENGUKURAN YANG AKURT DAN PRESISI

Akurasi menunjukkan kedekatan hasil pengukuran dengan nilai sesungguhnya, presisi menunjukkan seberapa dekat perbedaan nilai
pada saat dilakukan pengulangan pengukuran

.Ilustrasi di samping digunakan untuk menjelaskan perbedaan antara akurasi dan presisi. Dalam
ilustrasi ini, pengukuran berulang diibaratkan dengan anak panah yang menembak target beberapa
kali. Akurasi menggambarkan kedekatan panah panah dengan pusat sasaran. Panah yang
menancap lebih dekat dengan pusat sasaran dianggap lebih akurat. Semakin dekat sistem
pengukuran terhadap nilai yang diterima, sistem dianggap lebih akurat.

Jika sejumlah besar anak panah ditembakkan, presisi adalah ukuran kedekatan dari masingmasing anak panah dalam kumpulan tersebut. Semakin menyempit kumpulan anak panah
tersebut, sistim dianggap semakin presisi.

Pengukuran yang Dapat Diandalkan


Seringkali kita diharuskan untuk menjamin keandalan dalam mengukur unsur-unsur seperti aset, kewajiban, pendapatan dan
beban diakui di laporan keuangan. Apa yang dimaksud dengan pengukuran yang dapat diandalkan ini? Keandalan merujuk pada
konsistensi sebuah hasil yang berulang. Dalam statistik, keandalan menghendaki pengukuran yang dapat berulang atau dapat dihasilkan
kembali, dengan demikian menunjukkan konsistensinya.
Keandalan menggabungkan dua aspek yaitu ketepatan dan kepastian pengukuran. Aspek pengukuran menyangkut presisi
pengukuran. Istilah presisi ini sering digunakan dalam dua konteks. Pertama. mungkin merujuk ke suatu angka. Kedua, ia dapat
merujuk ke operasi pengukuran, dalam hal ini berkaitan dengan:
a. tingkat penyempurnaan operasi atau kinerjanya
b. kesepakatan dari hasil antara penggunaan berulang dari operasi pengukuran seperti yang diterapkan ke properti yang
diberikan
Berdasarkan dua istilah tersebut, kita dapat mengatakan bahwa realibity pengukuran berkaitan dengan presisi dengan mana
suatu properti tertentu diukur dengan menggunakan satu set operasi
Pengukuran yang Akurat
Meskipun suatu prosedur pengukuran mungkin sangat handal, pengukuran tersebut bisa jadi tidak menghasilkan hasil yang
akurat. Konsistensi dari hasil, presisi dan kehandalan belum tentu menghasilkan akurasi. Alasannya adalah akurasi berhubungan
dengan seberapa dekat suatu pengukuran dengan nilai sebenarnya (true value) dari atribut yang diukur.
Hal-hal fundamental seperti panjang suatu objek dapat ditentukan secara akurat dengan membandingkan objek tersebut
dengan standar yang mewakili true value dari objek tersebut, kita dapat menggunakan penggaris misalnya sebagai standar tersebut.
Masalahnya adalah bagi banyak pengukuran true valuenya tidak diketahui. Untuk menentukan akurasi dalam akuntansi, kita
perlu mengetahui atribut apa yang harus kita ukur untuk mencapai tujuan dari pengukuran tersebut. Tujuan dari akuntansi
menyebutkan kegunaan dari suatu informasi, karena itu akurasi dari suatu pengukuran berhubungan dengan gagasan pragmatis dari
kegunaan itu sendiri, akan tetapi akuntan tidak memiliki kesepakatan mengenai standar yang spesifik dan kuantitatif yang tersirat.
Kita dapat menghitung biaya persediaan menggunakan FIFO dan mengulang perhitungannya sampai beratus kali dan
mendapat jawaban yang sama, tapi itu bukan berarti jawabannya akurat, kecuali dalam hal pengecekan kesalahan aritmatika. Alih-alih
menggunakan istilah akurat yang sangat sering dipahami sebagai ketepatan aritmatis, mungkin lebih bijaksana untuk menggunakan
istilah dari ilmuwan sosial yaitu validitas.
5. MENGAPA AKUNTAN TERUS MENGGUNAKAN HISTORICAL COST ACCOUNTING?
MENGAPA TIDAK MENYESUAIKAN ASET PERUSAHAAN DAN KEWAJIBAN DENGAN NILAI PASAR, KARENA NILAI TERSEBUT
AKAN LEBIH BERGUNA BAGI INVESTOR YANG BERUSAHA MENAKSIR NILAI PERUSAHAAN?
Alasan utamanya adalah estimasi handal atas nilai pasar dari hampir semua aset perusahaan secara umum sulit dan sering tidak
mungkin diperoleh. Nilai pasar aset individual bergantung pada variabel-variabel seperti jumlah yang dibeli, kondisi pasar ketika
dibeli, dan ketersediaan kutipan harga yang handal.
Beberapa aset, khususnya barang dalam proses untuk persediaan akan memiliki nilai pasar ketika barang tersebut terjual. Aset seperti
tanah, gedung, dan peralatan sering tidak memiliki nilai pasar tertentukan secara efektif sampai aset tersebut dijual atau
diganti.

Aset bertujuan khusus (tools dan program software komputer) sering tidak memiliki nilai pasar tertentukan atau kos
pengganti yang terukur.

Banyak aset yang tergantikan oleh adanya teknologi baru. Misalnya kabel telepon diganti dengan wireless fiber optic
atau transmisi satelit.

Susah juga menilai aset tak berwujud seperti penelitian dan pengembangan (R&D), periklanan, pelatihan personel,
merek dagang, dan goodwill, yang sering tidak dibeli dan dijual secara terpisah dari perusahaan yang
mengembangkannya.
Meskipun demikian, tidak menghalangi semua upaya profesi akuntansi untuk menciptakan realitas ekonomi yang lebih luas dalam
laporan keuangan auditan. Tapi hasil dari usaha tersebut bersifat instruktif.
Contohnya: SEC mewajibkan penggunaan kos pengganti aset tetap pada tahun 1976, perusahaan menyatakan bahwa penerapan
tersebut kosnya besar (bahkan sia-sia) seperti yang disyaratkan dalam FAS 33 pada tahun 1978, sehingga lebih baik menggunakan
penyajian dengan tingkat harga yang disesuaikan pada statemen tambahan (supplementary statement).
Beberapa argument yang mempertahankan Historical Cost Accounting:
1. Biaya historis relevan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Sebagai manajer yang membuat keputusan mengenai komitmen masa depan, mereka mem-butuhkan data transaksi masa lalu. Mereka
harus dapat melakukan review atas upaya masa lalu mereka dan ukuran dari upaya ini adalah biaya historis.
2. Biaya historis didasarkan pada transaksi yang aktual, bukan hanya transaksi yang mungkin terjadi.
Dalam akuntansi biaya historis, dilakukan pencatatan atas transakasi yang aktual. Oleh karena itu disediakan sebuah pencatatan
untuk mendukung angka-angka yang disajikan pada laporan keuangan.
3. Sepanjang sejarah, laporan keuangan berdasarkan biaya historis telah berguna.
Mautz menyatakan:
Jika orang-orang yang membuat keputusan manajemen dan investasi belum menemukan bahwa laporan keuangan berdasarkan biaya
historis berguna selama bertahun-tahun, perubahan akuntansi akan sejak lama dibuat.

4. Pemahaman terbaik konsep profit adalah kelebihan dari harga jual terhadap harga perolehan/ historical cost.
Gagasan profit diterima sebagai ukuran keberhasilan kinerja. Mautz menyatakan bahwa mengejar keuntungan mengharuskan
penggunaan waktu yang cukup, tempat dan bentuk yang ditambahkan ke bahan, produk atau jasa yang dibeli sehingga mereka bisa
dijual di atas biaya. Keputusan mengenai apakah akan melanjutkan lini produk atau divisi atau pabrik ter-gantung untuk sebagian besar
pada apakah ada sebaran yang menguntungkan antara pen-dapatan dan biaya.
5. Akuntan harus menjaga integritas data mereka terhadap modifikasi internal.
6. Seberapa bergunanyakah informasi keuntungan berdasarkan biaya saat ini atau exit price?
Apakah berguna untuk menunjukkan keuntungan sebagai kenaikan nilai suatu aset yang dimiliki perusahaan yang tidak berniat untuk
dijual?
7. Perubahan harga pasar dapat diungkapkan sebagai data tambahan.
Dalam banyak kasus, para pendukung biaya historis berpendapat bahwa biaya historis tidak memiliki perbedaan yang material dengan
current cost. Tambahan data pada harga saat ini adalah cara yang praktis dan efisien dalam berhadapan dengan informasi tersebut
tanpa harus bergeser dari basis biaya historis ke basis current cost.
8. Tidak ada bukti yang cukup untuk membenarkan penolakan terhadap akuntansi biaya historis.
Akuntan tradisional berpendapat bahwa tidak ada bukti empiris yang meyakinkan yang menunjukkan bahwa informasi biaya saat ini
atau informasi akuntansi exit price lebih berguna daripada informasi biaya historis. Sebagian besar studi penelitian menunjukkan
bahwa data biaya saat ini tidak memberikan banyak informasi dibanding data biaya historis.
Statement No. 157 tentang Fair Value Measurements.
This Statement defines fair value, establishes a framework for measuring fair value in generally accepted accounting principles (GAAP), and
expands disclosures about fair value measurements. This Statement applies under other accounting pronouncements that require or
permit fair value measurements, the Board having previously concluded in those accounting pronouncements that fair value is the
relevant measurement attribute. Accordingly, this Statement does not require any new fair value measurements. However, for some entities,
the application of this Statement will change current practice.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Meskipun dalam standar pelaporan keuangan internasional penilaian pasar dilakukan dengan pendekatan nilai wajar,
pendekatan ini dilakukan tidak beraturan karena pada dasarnya lembaga pengatur akuntansi tidak memiliki konsep penilaian, capital
maintenance, atau pengukuran pendapatan.Staubus berpendapat bahwa mereka tidak benar-benar menerapkan teori decisionusefulness.Akan tepapi mereka menerapkan istilah mereka sendiri yaitu atribut dari aset atau hutang daripada metode pengukuran
yang unik.Hal inilah yang menimbulkan sistem pengukuran campuran.
Miller dan Loftus berpendapat bahwa penggunaan informasi mengenai harga pasar atau nilai sekarang membuat laporan
keuangan semakin relevan.Meskipun itu, mereka mengatakan bahwa pengambilan sebagian dari standar-standar mengakibatkan
kekurangan konsistensi dalam penentuan dasar penilaian.Hal inilah mereka maksudkan sebagai sistem pengukuran campuran dan
kekurangan konsistensi.uraian dibawah menunjukkan pergeseran dari nilai historis dan penggunaan pengukuran yang berbeda dalam
standar akuntansi internasional:
IAS2/AASB 102 : mengijinkan pengukuran persediaan dengan net realisable value bahkan jika nilainya diatas cost untuk
produsen 'produk persediaan pertanian, hutan, mineral, dan broker' persediaan komoditas.
IAS 16/AASB 116 : Peralatan (Property plant and equipment) dinilai berdasarkan nilai historis atau nilai setelah revaluasi dimana nilai
setelah revaluasi adalah nilai wajar dikurangi akumulasi depresiasi sebelumnya dan kerugian impairment.
IAS 16/ AASB 117 : leasehold interes tanah dihitung sebagai investment property dan diukur pada nilai wajar dengan perubahan nilai
diakui sebagai laba atau rugi pada laporan laba rugi
IAS 19 / AASB 119 : pengukuran curtailment gain or loss meliputi : a) perubahan nilai sekarang dari benefit obligation yang telah
ditentukan b)perubahan dalam nilai wajar atas aset peralatan c) bagian pro rata yang berkaitan dengan laba atau rugi aktuaria
IAS 29/AASB 129 : penyesuaian atas laporan keuangan dari suatu entitas yang beroperasi dapa hiperinflasi ekonomi dapat dilakukan
dengan index level harga umum
IAS 36 / AASB 136 : impairment aset dimana aset dinilai dalam nilai yang dapat dipulihkan, yang lebih tinggi dari nilai aset yang
digunakan Current Cash Equivalent
IAS 36/ AASB 136 : memperlakukan nilai residu dari aset sebagai current cash equivalent.
IAS 37/ AASB 137 : pengukuran provisi ditentukan berdasarkan metode nilai sekarang yang diharapkan
IAS 40/ AASB 140 : Investasi properti dapat diukur dengan pilihan a)impairment berdasarkan depresiasi cost b) nilai wajar dengan
perubahan dimasukkan dalam laporan laba rugi sebagai laba atau rugi

6.

POSITIVE AND NORMATIVE THEORY WORKING TOGETHER IN THIS CENTURY.

Positive and normative theory working together in this century.


Hendriksen memiliki dua poin tentang teori:
1. seperangkat hubungan dari prinsip hipotesis, konseptual, dan pragmatis yang membentuk kerangka umum dari sebuah
referansi untuk suatu bidang penelitian.
2. penalaran logis dalam bentuk seperangkat prinsip luas yang memberikan kerangka acuan umum dimana praktik akuntansi
dapat dievaluasi dan mengarahkan pengembangan praktik dan prosedur baru
teori akuntansi normatif dan teori akuntansi positif merupakan klasifikasi teori akuntansi jika dilihat dari pebentukannya.
Teori akuntansi normative disebut juga teori preskriptif, yang mencoba menjawab pertanyaan apa yang semestinya (what should
be). Disini akuntansi menggunakan judgement untuk memprediksikan masa depan ekonomi perusahaan dan investor
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan
akuntansi serta penggunaan kebijakan akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori
akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi praktikpraktik akuntansi.
Pendekatan positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan akuntansi menurut Watt Zimmerman (1986)

Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan spesifik.

Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi

Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.

Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam memprediksi pilihan akuntansi.

Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dan menekankan pada prediksi serta penjelasan terhadap fenomena,
Baik teori normatif maupun positif memberikan kontribusi dalam perkembangan teori akuntans hngga saat ini.
Pendekatan Teori Akuntansi Positif menghasilkan taksonomi akuntansi sebagai Sains. Sedangkan pendekatan Teori Akuntansi Normatif
menghasilkan taksonomi akuntansi sebagai art. Yang keduanya sama sama diakui sebagai sarana pendekatan teori akuntansi.
When to use?
Praktik positive accounting terbaik digunakan saat menjelaskan event keuangan terdahulu begitupula menjelaskan penyebab dari posisi
keuangan perusahaan saat ini (menjelaskan misal kenapa perusahaan rugi dibanding tahun lalu baik dari beban atau pendapatan,
digunakan untuk membentuk dokumen keuangan).
Praktik normative digunakan terbaik saat menjelaskan mencoba memprediksi kebijakan keuangan masa depan berdasarkan teori yang
ada. (Misi perusahaan atau strategi pasar perusahaan bisa dilihat sebagai normative pula karena merefleksikan masa depan yang ingin
dituju)
Working Together
Teori Akuntansi Normatif yang berbentuk Praktik Akuntansi Berterima Umum (PABU) merupakan acuan teori dalam memberikan jalan
terbaik untuk meramalkan berbagai fenomena akuntansi dan menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam
dunia nyata yang meruipakan fungsi pendekatan Teori Akuntasi Positif. Tidak menutup kemungkinan, fakta yang ada di dunia nyata
(praktek akuntansi) akan mempengaruhi Teori Akuntansi Normatif.

Anda mungkin juga menyukai