Anda di halaman 1dari 25

MENTERI DALAM NEGERI

REPUBLIK INDONESIA

Jakarta, 11 Agustus 2005


Nomor
Sifat
Lampiran
Perihal

:
:
:
:

050 / 2020 / SJ
Segera
1 (satu) berkas
Petunjuk Penyusunan Dokumen
RPJP Daerah dan RPJM Daerah

Kepada Yth.
1. Sdr. Gubernur
2. Sdr. Ketua DPRD Propinsi
3. Sdr. Bupati/Walikota
4. Sdr. Ketua DPRD Kab/Kota
diTempat

SURAT EDARAN

Dalam rangka pengintegrasian perencanaan pembangunan Daerah


dalam sistem pembangunan Nasional, seluruh Pemerintah Daerah baik
Provinsi dan Kabupaten/Kota wajib menyusun dokumen perencanaan
pembangunan daerah, berupa Rencana Pembangunan Jangka Panjang
(RPJP) Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Daerah.
Kegiatan penyusunan dokumen perencanaan sebagaimana dimaksud
di atas merupakan pelaksanaan amanat Undang-Undang Nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, dengan memperhatikan UndangUndang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UndangUndang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Sambil menunggu terbitnya Peraturan Pemerintah yang mengatur tata
cara penyusunan dokumen perencanaan, bersama ini disampaikan
petunjuk penyusunan dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah dengan
penjelasan sebagai berikut:
A. Penyusunan Dokumen RPJP Daerah
1. Dalam rangka percepatan penyediaan RPJP Daerah masingmasing Kepala Daerah bersama dengan DPRD supaya melakukan
upaya penyusunan RPJP Daerah.
2. Penyusunan RPJP Daerah perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. RPJP Daerah Provinsi mengacu pada RPJP Nasional;
b. RPJP Daerah Kabupaten/Kota mengacu pada RPJP Daerah
Provinsi;
c. Memperhatikan seluruh aspirasi pemangku-kepentingan
pembangunan melalui penyelenggaraan musrenbang RPJP
Daerah;
d. Apabila RPJP di atasnya belum tersedia, maka penyusunan
RPJP Daerah Provinsi dan atau RPJP Daerah Kabupaten/Kota
dilakukan secara simultan dan terkoordinasi.

Diagram : Tata Cara Penyusunan RPJPD

Rancangan
Visi & Misi

Prediksi Kondisi
Umum Daerah
Geomorfologi &
lingkungan
- Ekonomi & SDA

Rumusan
hasil
kesepakatan
& komitmen

Rancangan
Akhir RPJPD
Rancangan RPJP
Merumuskan
gambaran awal

- Demografi
- Prasarana dan
sarana

Saran,
tanggapan,
Rekomendasi
stakeholders

Visi
- Misi
- Arah
Pembangunan
-

- dll.

Rancangan Arah
Pembangunan
Rencana tata ruang

- Visi

Sosialisasi,
Konsultasi
Publik, dan
jaring
asmara

- Misi

Musrenbang
Jangka
Panjang
Daerah

- Arah
Pembangunan
Arahan
Umum
Fungsi &
peran sub
wilayah/
kawasan

Penetapan
Perda ttg
RPJPD
Peraturan
Daerah ttg
RPJP Daerah

Diagram : Tata Cara Penyusunan RPJM Daerah


Visi, Misi, dan
program KDH
Analisis
Keuangan Daerah

Rumusan
hasil
kesepakatan
& komitmen
stakeholder

dijabarkan

Rancangan Awal
RPJMD
- Strategi
Pemb.Daerah

Prediksi
Kondisi Umum
Daerah

- Arah kebijakan
Umum
- Arah kebijakan
keuangan daerah

- Geografi

- Program prioritas
KDH

- Perekonomian
daerah
- Sosial-Budaya
- Prasarana dan
sarana
- Pemerintahan
Umum
- dll

diacu

Rancangan Renstra
SKPD
- Visi, Misi, Tujuan
- Strategi, kebijakan
- Program, indikasi
kegiatan, dan
pendanaan.
Rancangan
kerangka regulasi
Rancangan
kerangka
pendanaan

Lokasi Kegiatan
Rencana tata ruang

Rancangan
Akhir RPJMD
Rancangan

- Visi, Misi,
Program KDH

RPJMD
- Visi, Misi, Program
KDH
- Arah, kebijakan
keuangan daerah.
- Strategi
Pembangunan
Daerah & Kebijakan
Umum
- Program, indikasi
kegiatan, dan
pendanaan.
Rancangan
kerangka regulasi
Rancangan
kerangka
pendanaan

Musrenbang
Jangka Menengah
Daerah

- Arah,kebijakan
keuangan
daerah.
- Strategi
Pembangunan
Daerah &
Kebijakan
Umum
- Program,
indikasi
kegiatan, dan
pendanaan.
Rancangan
kerangka
regulasi
Rancangan
kerangka
pendanaan
- Program
transisi
- Kaidah
pelaksanaan

Penetapan
Perda ttg
RPJMD
Peraturan
Daerah ttg
RPJM Daerah

3. Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah Provinsi


dilakukan, selambatnya 3 (tiga) bulan setelah penetapan RPJP
Nasional. Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah
Kabupaten/Kota dilakukan, selambatnya 3 (tiga) bulan setelah
penetapan RPJP Daerah Provinsi.
4. Bagi Daerah yang belum dapat menyelesaikan penyusunan dan
atau penetapan RPJP Daerah, maka Kepala Daerah terpilih
berkewajiban melanjutkan penyelesaiannya. Khusus bagi daerahdaerah yang sedang mempersiapkan pelaksanaan Pilkada
Langsung, kegiatan penyusunan Rancangan RPJP Daerah dapat
dilaksanakan oleh penjabat (caretaker) Kepala Daerah.
5. Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah Provinsi
dikonsultasikan kepada Menteri Dalam Negeri cq. Ditjen Bina
Pembangunan Daerah, sebelum ditetapkan. Sedangkan rancangan
Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah Kabupaten/Kota
dikonsultasikan kepada Gubernur cq. Bappeda, sebelum
ditetapkan.
B. Penyusunan Dokumen RPJM Daerah
1. RPJM Daerah hanya disusun oleh Daerah-daerah yang telah
memiliki Kepala Daerah hasil pemilihan langsung.
2. Penyusunan RPJM Daerah dilakukan dengan memperhatikan halhal sebagai berikut:
a. RPJM Daerah Provinsi berpedoman pada RPJP Daerah
Provinsi serta memperhatikan RPJM Nasional dan Standar
Pelayanan Minimal yang telah ditetapkan;
b. RPJM Daerah Kabupaten/Kota berpedoman pada RPJP
Daerah kabupaten/kota serta memperhatikan RPJM Daerah
Provinsi dan Standar Pelayanan Minimal yang telah ditetapkan;
c. Memperhatikan seluruh aspirasi pemangku-kepentingan
pembangunan melalui penyelenggaraan musrenbang RPJM
Daerah;
d. Apabila RPJM Daerah Provinsi belum tersedia, maka
penyusunan RPJM Daerah Kabupaten/Kota memperhatikan
Renstrada Provinsi;
e. Sebelum RPJP Daerah ditetapkan, penyusunan RPJM Daerah
tetap dilaksanakan dengan mengesampingkan RPJP Daerah
sebagai pedoman.
3. Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah dilaksanakan
paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung setelah Kepala Daerah
dilantik.
4. Bagi daerah-daerah yang belum melaksanakan Pilkada langsung,
Renstra Daerah atau Propeda berlaku sebagai dokumen
perencanaan jangka menengah hingga berakhir masa bakti Kepala
Daerah.
5. Apabila dokumen perencanaan jangka menengah habis sebelum
berakhirnya masa jabatan Kepala Daerah, daerah menyusun
Renstra Daerah Transisi/RPJM Daerah Transisi/dokumen
perencanaan setara lainnya, dengan jangka waktu sesuai sisa
masa jabatan Kepala Daerah yang bersangkutan, ditambah 1
(satu) tahun kedepan dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah.

Penyusunan
Renstra
Transisi
perencanaan yang berlaku.

mempedomani

dokumen

6. Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah Provinsi


dikonsultasikan kepada Menteri Dalam Negeri cq. Ditjen Bina
Pembangunan
Daerah,
sebelum
ditetapkan.
Sedangkan,
Rancangan
Peraturan
Daerah
tentang
RPJM
Daerah
Kabupaten/Kota dikonsultasikan kepada Gubernur cq. Bappeda,
sebelum ditetapkan.
C. Fasilitasi dan Pendanaan
Dalam rangka percepatan penyusunan dokumen RPJP Daerah dan
RPJM Daerah, agar dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Dalam penyusunan RPJP Daerah dan RPJM Daerah, Menteri
Dalam Negeri cq. Ditjen Bina Pembangunan Daerah dapat
memberi konsultasi dan bimbingan teknis;
2. Gubernur menugaskan Kepala Bappeda Provinsi untuk:
a. Memfasilitasi
Bappeda
Kabupaten/Kota
agar
dapat
melaksanakan Musrenbang tingkat Kabupaten/Kota dalam
proses penyusunan RPJP Daerah dan RPJM Daerah;
b. Memfasilitasi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dalam
penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota tentang RPJP
Daerah dan RPJM Daerah;
c. Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Departemen
Dalam Negeri cq. Ditjen Bina Pembangunan Daerah dalam
proses penyusunan RPJP Daerah dan RPJM Daerah;
3. Mengalokasikan dana untuk penyusunan dan penetapan RPJP
Daerah dan RPJM Daerah dalam APBD masing-masing
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota.
D. Tata cara penyusunan
Tata cara penyusunan RPJP Daerah dan RPJM Daerah diuraikan
lebih lanjut pada lampiran yang merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Surat Edaran Menteri Dalam Negeri ini.
Laporan pelaksanaan dari Surat Edaran ini di daerah akan menjadi
masukan bagi Pemerintah dalam penyusunan Rancangan Peraturan
Pemerintah tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan
Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.
Demikian untuk menjadi maklum.
MENTERI DALAM NEGERI
H. MOH. MARUF
Tembusan disampaikan kepada Yth. :
1. Bapak Presiden Republik Indonesia (sebagai laporan);
2. Bapak Wakil Presiden Republik Indonesia;
3. Sdr. Para Kepala Bappeda Propinsi, Kabupaten/Kota, di seluruh Indonesia.

LAMPIRAN :
SURAT EDARAN MENTERI DALAM NEGERI
NOMOR 050 / 2020 / SJ TAHUN 2005
TATA CARA PENYUSUNAN RPJP DAERAH DAN RPJM DAERAH

PENDAHULUAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah merupakan suatu
dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun,
selanjutnya akan digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah (RPJM) Daerah untuk setiap jangka waktu 5 (lima) tahunan.
Dokumen perencanaan tersebut adalah bersifat makro yang memuat visi, misi, dan
arah pembangunan jangka panjang daerah, dengan proses penyusunannya harus
dilakukan secara partisipasif dengan melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan.
Dalam upaya penyusunan RPJP Daerah yang dapat mengantisipasi arah
pembangunan untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun kedepan, perlu dilaksanakan
tahapan sebagai berikut:

Pertama, penyiapan rancangan awal RPJM Daerah. Kegiatan ini dibutuhkan guna
mendapatkan gambaran awal dari jabaran visi, misi, dan program Kepala
Daerah terpilih.

Kedua, penyiapan rancangan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah

(rancangan Renstra-SKPD), yang dilakukan oleh seluruh SKPD. Penyusunan


rancangan Renstra-SKPD bertujuan untuk merumuskan visi, misi, tujuan,
strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan
tugas dan fungsi SKPD, agar selaras dengan program prioritas Kepala Daerah
terpilih.

Ketiga,

penyusunan rancangan RPJM Daerah. Tahap ini merupakan upaya


mengintegrasikan rancangan awal RPJM Daerah dengan rancangan RenstraSKPD, yang menghasilkan rancangan RPJM Daerah.

Keempat, musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) jangka menengah

daerah. Kegiatan ini dilaksanakan guna memperoleh berbagai masukan dan


komitmen dari seluruh pemangku-kepentingan pembangunan atas rancangan
RPJM Daerah.

Kelima, penyusunan rancangan akhir

RPJM Daerah, dimana seluruh masukan dan


komitmen hasil Musrenbang Jangka Menengah Daerah menjadi masukan
utama penyempurnaan rancangan RPJM Daerah, menjadi rancangan akhir
RPJM Daerah. Rancangan akhir RPJM Daerah disampaikan oleh Kepala
Bappeda kepada Kepala Daerah terpilih.

Keenam, penetapan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah


(RPJM) Daerah, dibawah koordinasi Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi hukum.
Rancangan akhir RPJM Daerah beserta lampirannya disampaikan kepada
DPRD sebagai inisiatif Pemerintah Daerah, untuk diproses lebih lanjut
menjadi Peraturan Daerah tentang RPJM Daerah.

Untuk itu, tata cara penyusunan RPJP Daerah dan RPJM Daerah diharapkan dapat
membantu daerah dalam penyusunan dokumen perencanaan jangka panjang (RPJP)
Daerah dan jangka menengah (RPJM) Daerah dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan
amanat perundang-undangan.

MAKSUD DAN TUJUAN


Tata Cara Penyusunan RPJP Daerah dan RPJM Daerah ini disusun sebagai
acuan daerah dalam penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah sebagai upaya
mengisi kekosongan peraturan pelaksanaan perundang-undangan.
Dengan mempedomani tata cara ini, diharapkan penyusunan dokumen
perencanaan jangka panjang daerah maupun jangka menengah daerah berjalan
lancar, terpadu, sinkron, dan sinergi sesuai dengan kondisi dan karakteristik daerah
masing-masing.
III. PENGERTIAN
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang
tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
Perencanaan pembangunan daerah disusun untuk menjamin keterkaitan dan
konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Pembangunan Daerah merupakan bagian dari kesatuan sistem pembangunan
Nasional yang dilaksanakan oleh semua komponen masyarakat dan pemerintah
menurut prakarsa daerah dalam kerangka NKRI.
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara
perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan
dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh
unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat Pusat dan Daerah.
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah, yang selanjutnya disingkat RPJP
Daerah adalah dokumen perencanaan periode 20 (dua puluh) tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, yang selanjutnya disingkat RPJM
Daerah adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang
selanjutnya disebut Renstra-SKPD adalah dokumen perencanaan Satuan Kerja
Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahun.
Rencana Pembangunan Tahunan Daerah, yang selanjutnya disebut Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1
(satu) tahun.
Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya
disebut Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja-SKPD) adalah
dokumen perencanaan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 1 (satu)
tahun.
Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode
perencanaan.
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk
mewujudkan visi.

Strategi adalah cara untuk mewujudkan tujuan dirancang secara konseptual,


analitis, realistis, rasional, dan komprehensif. Strategi diwujudkan dalam kebijakan
dan program.
Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk
mencapai tujuan.
Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang
dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga atau masyarakat yang
dikoordinasikan oleh instansi pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta
memperoleh alokasi anggaran.
Program Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah sekumpulan rencana kerja Satuan
Kerja Perangkat Daerah.
Program Lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah sekumpulan rencana kerja
beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah.
Program Kewilayahan dan lintas wilayah adalah sekumpulan rencana kerja terpadu
antar Satuan Kerja Perangkat Daerah mengenai suatu atau beberapa wilayah,
Daerah, atau kawasan.
Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau beberapa
satuan kerja, sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program
dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya, baik yang berupa
personil (SDM), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau
kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai
masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.
Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah tolok ukur kinerja
daerah untuk menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat.
Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat Musrenbang
adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah.
Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan di Daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota adalah Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang
selanjutnya disebut Kepala Bappeda.

IV. RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) DAERAH.


A. DAFTAR ISI DAN SUBSTANSI BAHASAN RPJP DAERAH.
Sistematika penulisan RPJP Daerah adalah sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

(Latar belakang pembentukan Daerah; pengertian RPJP Daerah; dan


proses penyusunan RPJP Daerah).

1.2. Maksud dan Tujuan

(Menjabarkan maksud dan tujuan dari penyusunan RPJP Daerah,


menjadi pedoman dalam penyusunan rencana pembangunan jangka

menengah daerah, dan menjadi acuan dalam penyusunan RPJP


Daerah Kabupaten/Kota).
1.3. Landasan Hukum

(Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, dan peraturan perundangan


lainnya termasuk Undang-Undang pembentukan daerah dan rencana
tata ruang wilayah).

1.4. Hubungan RPJP Daerah Dengan Dokumen Perencanaan


Lainnya

(Mengacu pada arah pembangunan pada RPJP Nasional/Provinsi,


memperhatikan
tujuan dibentuknya daerah, memperhatikan
Rencana Tata Ruang Wilayah dan Rencana Tata Ruang Pulau).

1.5. Sistematika Penulisan

(Menguraikan pokok bahasan dalam penulisan RPJP Daerah ini).

BAB II. KONDISI, ANALISIS DAN PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH


2.1. KONDISI DAN ANALISIS

2.1.1. Geomorfologi dan Lingkungan Hidup


Input:
Bahasan kondisi masa lampau (minimal 10 tahun ke belakang):
- permasalahan
- capaian/keberhasilan
Analisis:
- proyeksi peluang
- proyeksi ancaman
- proyeksi permasalahan
- proyeksi keberhasilan
Output
Prediksi Kondisi Geomorfologi dan Lingkungan Hidup
2.1.2. Demografi
Input:
Bahasan kondisi masa lampau (minimal 10 tahun ke belakang):
- permasalahan
- capaian/keberhasilan
Analisis:
- proyeksi peluang
- proyeksi ancaman
- proyeksi permasalahan
- proyeksi keberhasilan
Output
Prediksi Kondisi Demografi
2.1.3. Ekonomi dan Sumber Daya Alam
Input:
Bahasan kondisi masa lampau (minimal 10 tahun ke belakang):
- permasalahan
- capaian/keberhasilan

Analisis:
- proyeksi peluang
- proyeksi ancaman
- proyeksi permasalahan
- proyeksi keberhasilan
Output
Prediksi Kondisi Ekonomi dan Sumber Daya Alam
2.1.4. Sosial Budaya dan Politik
..................................
2.1.5. Prasarana dan sarana
..................................
2.1.6. Pemerintahan
..................................
2.1.7. Data/informasi lainnya yang mendukung dan dianggap
penting.
..................................
2.2. PREDIKSI KONDISI UMUM DAERAH

(Merupakan prediksi kondisi daerah pada periode 20 tahun dengan


selang waktu 5 tahunan berdasarkan sintesa hasil analisis).

BAB III. VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH


3.1. Visi

(Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada


akhir periode perencanaan, untuk mewujudkan satu sasaran yang
mungkin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Visi bukan merupakan
jargon dan atau motto).

3.2. Misi

(Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan


dilaksanakan untuk mewujudkan visi).

3.3. Arah Pembangunan Daerah

(Arah Pembangunan Daerah adalah strategi untuk mencapai tujuan


pembangunan jangka panjang daerah, yang meliputi:
1. Arahan Umum Pembangunan Jangka Panjang, utamanya
memuat kaidah dan strategi pelayanan umum pemerintahan dan
pelayanan dasar yang menjadi tanggungjawab dan kewajiban
Pemerintah Daerah.
2. Peran sub-wilayah pembangunan di daerahnya yang mengacu
pada Rencana Tata Ruang Wilayah ).

BAB IV. PENUTUP

(RPJP Daerah menjadi pedoman bagi seluruh pemangku-kepentingan pembangunan


dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebagai koridor dalam penyusunan
visi, misi dan program calon Kepala Daerah, dan pedoman dalam penyusunan RPJM
Daerah)
B. TATA CARA PENYUSUNAN
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah merupakan tujuan
dibentuknya pemerintahan daerah provinsi sesuai Undang-Undang tentang
Pembentukan Daerah dalam bentuk visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang
mengacu arah pembangunan Nasional pada RPJP Nasional bagi provinsi, dan arah
pembangunan daerah pada RPJP Daerah Provinsi bagi kabupaten/kota sesuai
kondisi dan karakteristik daerah. RPJP Daerah disusun dengan tahapan dan
langkah-langkah sebagai berikut:

Tahap pertama

Penyiapan Rancangan RPJP Daerah

Umum :
Penyiapan rancangan RPJP Daerah untuk mendapatkan gambaran awal dari visi,
misi, dan arah pembangunan daerah yang merupakan tanggung jawab Kepala
Bappeda, dan selanjutnya menjadi bahan bahasan dalam Musrenbang Jangka
Panjang daerah. Rancangan RPJP Daerah dimaksud dilampiri dengan hasil analisis
yang menggambarkan kondisi umum daerah dalam periode perencanaan 20 tahun
kedepan, sebagai bahan masukan bagi para pemangku kepentingan (stakeholders)
pembangunan merumuskan dan menyepakati visi, misi, dan arah pembangunan
daerah.
Langkah-langkah :
Membentuk Tim Fasilitasi RPJP Daerah untuk semua tahapan perencanaan,
dengan komposisi mempertimbangkan lingkup bidang yang akan dianalisis;
Menyusun rencana kerja penyiapan dokumen RPJP Daerah;
Menyiapkan Daftar Isi RPJP Daerah. (Lihat Butir A. tersebut di atas);
Menyiapkan data kondisi umum daerah dan melakukan analisis dalam menyusun
prediksi kondisi umum daerah kedepan. (Lihat Form IV.1. Teknik Proyeksi
Kondisi Umum Daerah );
Menyusun rancangan Visi dan Misi Daerah. (Lihat Form IV.2. Teknik perumusan
Visi dan Misi );
Menyusun rancangan Arah Pembangunan Daerah. (Lihat Form IV.3. Teknik
Perumusan Arah Pembangunan Daerah);
Melakukan sosialisasi, konsultasi publik, dan atau penjaringan aspirasi
pemangku-kepentingan (stakeholders) pembangunan atas rancangan RPJP
Daerah.
Tahap kedua

: Penyelenggaraan Musrenbang Jangka Panjang Daerah.

Umum :
Musrenbang Jangka Panjang Daerah merupakan forum konsultasi dengan para
pemangku-kepentingan pembangunan untuk membahas rancangan visi, misi dan
arah pembangunan yang telah disusun, dibawah koordinasi Kepala Bappeda;
Mendapatkan komitmen para pemangku-kepentingan pembangunan yang
menjadi bahan masukan dalam penyempurnaan rancangan RPJP Daerah.

Langkah-langkah :
a. Dokumen yang disiapkan :
RPJP Nasional/Provinsi dan analisisnya yang akan digunakan dalam pembahasan
rancangan RPJP Daerah;
Rancangan RPJP Daerah serta data dan hasil analisis kondisi umum daerah;
Dokumen hasil sosialisasi, konsultasi, dan penjaringan aspirasi dari para
pemangku-kepentingan pembangunan terhadap rancangan RPJP Daerah;
b. Persiapan:
Panduan pelaksanaan yang memuat durasi, tanggal/waktu pelaksanaan,
mekanisme, dan susunan acara dengan kelompok bahasan sebagai berikut:
9 Pemaparan dan penyepakatan prediksi kondisi umum daerah;
9 Pemaparan dan penyepakatan visi dan misi daerah;
9 Pemaparan dan penyepakatan arah pembangunan daerah.
Mengirim surat undangan kepada peserta.
c. Pelaksanaan:
Pemaparan kondisi umum daerah dan analisisnya, serta penyepakatan prediksi
daerah;
Pemaparan dan penyepakatan visi dan misi daerah;
Pemaparan dan penyepakatan arah pembangunan daerah;
Merumuskan hasil kesepakatan para pemangku-kepentingan pembangunan;
Membacakan hasil rumusan oleh Kepala Bappeda.
d. Keluaran:
Materi kesepakatan dan komitmen hasil Musrenbang Jangka Panjang Daerah
sebagai bahan utama penyempurnaan rancangan RPJP Daerah.
e. Peserta:
Para Satuan Kerja Perangkat Daerah, anggota DPRD, instansi/lembaga
daerah, TNI dan POLRI, Pengadilan dan Kejaksaan, para pemangkukepentingan pembangunan daerah lainnya, serta wakil Kementerian/Lembaga
yang terkait.
Bagi daerah provinsi selain unsur-unsur terkait diatas, berkewajiban
mengikutsertakan wakil Bappeda Kabupaten/Kota di wilayahnya.
Bagi daerah kabupaten/kota selain unsur-unsur terkait diatas, berkewajiban
mengikutsertakan wakil Bappeda Provinsi.
Selain unsur-unsur peserta di atas, dapat juga diikutsertakan pihak-pihak lain
yang dianggap penting.
f. Nara Sumber:
Kepala Bappeda sebagai penyampai Rancangan RPJP Daerah;
Fasilitator/Tenaga Ahli yang mendukung penyusunan rancangan RPJP
Daerah;
Fasilitator/Tenaga Ahli dalam memfasilitasi pembahasan dan pengambilan
keputusan dalam Musrenbang Jangka Panjang Daerah.
Tahap Ketiga

: Penyusunan rancangan akhir RPJP Daerah

Umum :
Penyusunan rancangan akhir RPJP Daerah merupakan tanggung jawab Kepala
Bappeda, dengan bahan masukan utama hasil kesepakatan Musrenbang Jangka
Panjang Daerah. Rancangan akhir ini disampaikan kepada Kepala Daerah, dan
selanjutnya diproses untuk ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

Langkah-langkah :
a. Menyusun rancangan akhir RPJP Daerah dengan memuat kesepakatan hasil
Musrenbang Jangka Panjang Daerah dibantu Tim Fasiltasi.
b. Menyusun naskah akademis rancangan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah
dibantu Tim Fasilitasi dan Kepala SKPD yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsi hukum.
c. Menyampaikan rancangan akhir RPJP Daerah beserta naskah akademis dan naskah
kesepakatan hasil Musrenbang Jangka Panjang Daerah kepada Kepala Daerah.
Tahap Keempat

: Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah

Umum :

Untuk memenuhi perundang-undangan yang berlaku, maka RPJP Daerah


provinsi ditetapkan dengan Peraturan Daerah selambatnya 3 (tiga) bulan setelah
penetapan RPJP Nasional. Penetapan Peraturan Daerah tentang RPJP Daerah
kabupaten/kota dilakukan, selambatnya 3 (tiga) bulan setelah penetapan RPJP
Daerah provinsi. Dengan demikian RPJP Daerah merupakan dokumen perencanaan
jangka panjang daerah yang menjadi pedoman dalam penyusunan RPJM Daerah.

Langkah-langkah :
a. Menyiapkan Surat Kepala Daerah, perihal penyampaian naskah rancangan Peraturan
Daerah tentang RPJP Daerah oleh Kepala SKPD yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsi hukum, beserta lampirannya kepada DPRD sebagai
inisiatif Pemerintah Daerah.
b. Sebelum RPJP Daerah ditetapkan menjadi Peraturan Daerah perlu:
Melakukan konsultasi dengan Menteri Dalam Negeri cq. Ditjen Bina
Pembangunan Daerah untuk RPJP Daerah provinsi.
Melakukan konsultasi dengan Gubernur cq. Bappeda Provinsi untuk RPJP Daerah
kabupaten/kota.
Alur pikir tata cara penyusunan dapat dilihat pada Diagram Tata Cara
RPJP Daerah pada halaman berikut ini.

Penyusunan

FORM IV.1. TEKNIK PROYEKSI KONDISI UMUM DAERAH


Umum :
Teknik Proyeksi adalah metoda untuk mendapatkan prediksi masa depan. Analisis secara
kuantitatif dapat menggunakan metoda regresi yaitu regresi linier atau berganda.
Sedangkan analisis kualitatif dilakukan dengan menggunakan logika teknik proyeksi secara
matematis dengan memenuhi prinsip-prinsip:
Menentukan objek yang akan diproyeksi secara utuh, merupakan suatu entitas yang
independen, dapat dikenali kecenderungannya sepanjang waktu;
Melakukan pengamatan runtun waktu (time-series) minimal sama dengan 10 tahun
atau lebih besar;
Mengamati kecenderungan atau faktor pengubah secara kualitatif maupun kuantitatif;
Melakukan ekstrapolasi atau prediksi ke depan, untuk mendapatkan proyeksi kondisi
masa depan;
Melakukan prediksi kondisi masa depan yang berkaitan dengan objek-objek amatan.

Langkah-langkah
a. Menentukan objek yang akan diproyeksi secara utuh, yaitu suatu entitas yang dapat
dikenali kecenderungan (trend) perkembangannya sepanjang waktu. Untuk
kepentingan analisis, minimal objek amatan adalah:
Geomorfologi dan Lingkungan Hidup;
Demografi;
Ekonomi dan Sumber Daya Alam;
Sosial Budaya dan Politik;
Prasarana dan sarana;
Pemerintahan.
b. Melakukan pengamatan runtun waktu (time-series) terhadap objek amatan tersebut di
atas, minimal sama dengan 10 tahun atau lebih besar;
c. Analisis Kuantitatif
Menentukan (beberapa) sub-objek amatan sebagaimana disebutkan huruf a. diatas;
Menentukan besaran kuantitatif yang dapat digunakan (a.l. metoda regresi dalam
melakukan prediksi kondisi objek amatan tersebut);
Melakukan analisis regresi untuk memproyeksikan untuk 20 tahun ke depan dengan
selang amatan tiap 5 tahun;
Memprediksi kondisi masa depan dengan cara melakukan ekstrapolasi;
Melakukan kajian korelasi antar objek amatan.
d. Analisis Kualitatif:
Menentukan sub-objek amatan berdasarkan butir a. di atas yang dianggap penting,
diperlukan keberadaannya, dan atau diperkirakan akan tetap ada (exist) hingga
akhir tahun rencana.
Mengkaji kecenderungan setiap sub-objek amatan, dimana sepanjang waktu
pengamatan dapat:
9 menjadi lebih besar atau lebih kecil;
9 menjadi lebih baik atau lebih buruk;
9 jenisnya menjadi semakin bervariasi atau berkurang variasinya;
9 Semakin terkendali (dapat dikelola) atau semakin tidak terkendali (tidak dapat
dikelola).
Memprediksi kondisi di masa depan, dengan cara:
9 melakukan perbandingan (comparation) dengan daerah lain yang bertipologi
sama dan tahapan perkembangannya sudah lebih maju;
9 mengamati kecenderungan yang ada sepanjang waktu, dan melakukan
ekstrapolasi (memperpanjang kecenderungan tersebut ke masa depan
melampaui tahun pengamatan dan memprediksi akibatnya pada objek amatan);
9 mempertajam ekstrapolasi dengan pertanyaan:
o apakah di akhir tahun proyeksi (setelah 20 tahun) objek amatan masih ada?;
o apakah objek amatan semakin terkendali atau sebaliknya?;
o apakah faktor pengubah yang membuat kecenderungan bekerja secara
konsisten?;
o tindakan apa yang diperlukan agar faktor penentu kecenderungan atau faktor
pengubah tersebut dapat dikelola?.
Melakukan analisis keterkaitan antar objek amatan dan melakukan analisis sebab
akibat antar objek amatan tersebut.

e. Sintesa Analisis Kuantitatif dan Kualitatif


Membuat kesimpulan:
Prediksi kondisi masing-masing objek amatan untuk 20 tahun ke depan, dengan
mengupayakan kesiapan SDM, khususnya di pihak Pemerintah Daerah untuk
menanggulangi masalah dan mencapai visi yang dituju.
Melakukan sintesa prediksi Kondisi Umum Daerah 20 tahun ke depan.
Catatan:
Metoda sebagaimana tersebut di atas merupakan salah satu metode mendapatkan
gambaran kondisi daerah di masa depan, untuk memudahkan para pemangku kepentingan
menyepakati arah pembangunan yang akan dirumuskan dalam RPJP Daerah. Maka dari itu
daerah dapat menggunakan metoda pendekatan lain sepanjang dalam analisisnya
menggambarkan asumsi dan kondisi masa depan yang terukur, terarah dan dapat
dipertanggungjawabkan.

FORM IV.2. TEKNIK PERUMUSAN VISI DAN MISI.


A. Teknik Perumusan Visi
Umum :
1. Visi disusun dengan cara mempertimbangkan sintesa kondisi umum daerah dan arah
pembangunan dalam RPJP Nasional/Provinsi.
2. Visi mencerminkan gambaran tentang fungsi dan peran daerah dalam konteks
pembangunan daerah/wilayah.
Fungsi : kegiatan yang membuat kehidupan internal daerah berlangsung efektif.
Peran : kegiatan daerah yang memiliki pengaruh dan turut mendukung kemajuan
daerah dalam konstelasi wilayah yang lebih luas.
3. Visi dirumuskan secara singkat dan padat, namun tidak tertutup kemungkinan
rumusan visi tesebut dilengkapi dengan uraian singkat yang menjelaskan maksud
kata, kalimat dan atau anak kalimat.
Langkah-langkah:
a. Mengumpulkan informasi yang diperlukan untuk merumuskan visi, antara lain:
1) Informasi Normatif, berupa:
rumusan visi daerah yang sudah pernah disusun;
nilai-nilai lokal yang masih didukung/dianut dan relevan untuk menjadi visi
RPJP Daerah;
peran dan fungsi daerah sebagaimana disebutkan dalam RPJP
Nasional/Provinsi, atau sementara RPJP Nasional/Provinsi belum memberikan
arahan, dimungkinkan penyepakatan secara lokal; dan
informasi lainnya berupa nilai-nilai yang dapat dijadikan landasan visi daerah.
2) Informasi Teknis, berupa:
Kondisi umum daerah masa kini; dan
Prediksi kondisi umum daerah ke depan.
3) Informasi visioner, berupa pandangan para tokoh masyarakat, pakar, dan atau
akademisi, tentang rumusan gambaran daerah masa depan;

b. Merumuskan beberapa pilihan visi dengan memperhatikan butir a.1) s/d a.3),
dengan pendekatan:
singkat, padat, jelas, dan mudah dimengerti;
melihat kesesuaian dengan potensi dan kecenderungan pertumbuhan daerah;
melihat kesesuaian dengan peran dan fungsi daerah;
mencerminkan kondisi yang realistis, dapat dicapai dan terukur.
c. Menentukan visi daerah, dengan cara:
membuat pembobotan atau skoring terhadap setiap visi dengan kriteria dalam
butir b. tersebut di atas; dan atau
ditentukan dengan pemilihan suara terbanyak dari perumus/peserta yang ada.
d. Bila diperlukan, menambahkan penjelasan atas rumusan visi daerah yang sudah
disusun secara singkat dan padat tersebut.
B. Teknik Perumusan Misi
Umum :
1. Misi disusun untuk mencapai visi dengan cara memperhatikan visi, kondisi umum
daerah, dan arah pembangunan dalam RPJP Nasional/Provinsi.
2. Misi mencerminkan upaya-upaya menjalankan fungsi dan peran daerah.
Fungsi : kegiatan yang membuat kehidupan internal daerah berlangsung efektif.
Peran : kegiatan Daerah yang memiliki pengaruh dan turut mendukung kemajuan
daerah dalam konstelasi wilayah yang lebih luas.
Langkah-langkah :
a. Mengkaji visi yang telah ditetapkan;
b. Menyiapkan misi dalam beberapa bentuk uraian untuk mencapai visi;
c. Memastikan misi merupakan sekumpulan kegiatan yang menjadi prasyarat
mewujudkan visi;
d. Mengkaji faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan
memperhatikan hasil analisis prediksi kondisi umum daerah kedepan;

misi,

dalam
dengan

e. Menjaring aspirasi dari semua pelaku pembangunan;


f. Merumuskan misi dalam beberapa bentuk dan pilihan, dalam ungkapan yang singkat,
padat, dan didahului dengan kata kerja;
g. Memperhatikan hasil kajian dan menilai misi daerah tidak bertentangan atau memiliki
konflik secara internal dan atau eksternal;
h. Menyepakati rumusan misi yang dipilih.

FORM IV.3 TEKNIK PERUMUSAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH


Umum :
Arah Pembangunan Daerah adalah strategi untuk mencapai tujuan pembangunan jangka
panjang daerah, sebagai pengejawantahan misi yang disepakati oleh seluruh pemangkukepentingan pembangunan daerah untuk menjadi koridor pembangunan dalam jangka
waktu 20 (dua puluh) tahun, meliputi:
1. Arahan Umum Pembangunan Jangka Panjang, utamanya memuat kaidah dan strategi
pelayanan umum pemerintahan dan pelayanan sosial dasar yang menjadi tanggung
jawab dan kewajiban Pemerintah Daerah.
2. Fungsi dan Peran sub-wilayah pembangunan di daerahnya yang mengacu pada
Rencana Tata Ruang Wilayah.
Langkah-langkah :
a. Mengidentifikasikan objek pembangunan dalam rumusan misi;
b. Mengelompokkan
keterkaitannya;

objek

pembangunan

berdasarkan

kesamaan

karakter

dan

c. Merumuskan pilihan arah pembangunan untuk setiap kelompok objek pembangunan


untuk mewujudkan misi dan visi;
d. Menentukan arah pembangunan masing-masing kelompok objek pembangunan;
e. Menyepakati arah pembangunan untuk setiap kelompok objek pembangunan;
f. Menyepakati pembagian sub-wilayah/kawasan sesuai arahan rencana tata ruang
wilayah;
g. Menjabarkan arah pembangunan ke dalam sub wilayah/kawasan.

FORM V.1. ANALISIS KEUANGAN DAERAH


Umum
Arah Kebijakan Keuangan Daerah adalah kebijakan penyusunan program dan indikasi
kegiatannya pada pengelolaan pendapatan dan belanja daerah secara efektif dan efisien.
Untuk memenuhi kebutuhan uraian Arah Kebijakan Keuangan Daerah tersebut maka data
yang diperlukan, antara lain mengenai:
a. Sumber pendapatan daerah dan sejarah perkembangannya;
(Data Sumber pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah maupun Dana

Perimbangan (Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, DAU, DAK), Bantuan Luar Negeri,
Penjualan Obligasi, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah).

b. Alokasi belanja daerah dan sejarah perkembangannya;

(Data Alokasi Belanja Daerah berupa belanja wajib yaitu pengeluaran-pengeluaran


biaya yang harus dilakukan dan tidak bisa dihindari, terdiri dari semua a) belanja
operasi dan pemeliharaan; dan b) belanja modal yang dianggap prioritas).

c. Kebijakan umum anggaran.


(Data kebijakan umum anggaran, meliputi informasi mengenai upaya pengembangan

pendapatan daerah dan


daerah).

alokasi belanja yang telah dikeluarkan oleh pemerintah

Dalam menyusun Arah Kebijakan Keuangan Daerah, dilakukan melalui tahapan dan
langkah-langkah sebagai berikut:

Tahap pertama

: Analisis Dalam Penentuan Kebijakan Arah Pengelolaan


Pendapatan Daerah.

Langkah-langkah :
a. Melakukan Analisis Pengembangan Sumber Pendapatan Daerah
1) Menentukan asumsi atau perkiraan pertumbuhan perekonomian
mempengaruhi pengembangan sumber pendapatan, melalui:

yang

Pengumpulan data/informasi minimal 5 tahun terakhir mengenai:


- Data Sensus Penduduk
- Kabupaten/Kota Dalam Angka
- Indeks Harga Konsumen
- PDRB
- Propeda
- Data-data statistik resmi lainnya.
Proyeksi lima tahun ke depan untuk memperkirakan laju pertumbuhan penduduk,
inflasi, laju pertumbuhan perekonomian menurut sektor primer, sekunder, dan
tersier, dan tingkat suku bunga daerah.
Menetapkan parameter/variabel mengenai proyeksi jumlah penduduk, laju inflasi,
laju pertumbuhan ekonomi daerah menurut sektor primer, sekunder dan tersier,
income per capita dalam menentukan kewajaran.
2) Pengembangan Sumber Pendapatan Daerah.
Membuat daftar sumber pendapatan daerah dalam periode lima tahun terakhir;
Mengidentifikasi hasil temuan bentuk-bentuk sumber pendapatan baru, dengan
menggunakan asumsi pertumbuhan pada angka 1 di atas;
Melakukan kajian dan analisis terhadap bentuk-bentuk sumber pendapatan yang
baru dan dianggap potensial dikembangkan;
Merumuskan jenis-jenis kebijakan yang perlu diterbitkan serta menyusun program
dan indikasi kegiatan guna merealisasikan pengembangan sumber pendapatan
baru daerah, berikut pembiayaan pelaksanaannya.

b. Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah


1)

Mengetahui seluruh beban/kewajiban pinjaman, dilakukan dengan cara:


Membuat daftar pinjaman daerah yang masih wajib dibayar, dirinci menurut:
o jenis-jenis pinjaman;
o tujuan penggunaan pinjaman;
o nama lembaga pemberi pinjaman;
o jangka waktu dan masa tenggang;
o besaran kewajiban (angsuran pokok dan bunga pinjaman), dan biaya lainnya.
Membuat prakiraan besaran kewajiban dari seluruh pinjaman dalam bentuk
perhitungan besaran kewajiban dan biaya lainnya.
Merumuskan kebijakan penyelesaian terhadap beban/kewajiban pinjaman melalui
konsultasi dengan instansi/lembaga terkait, dan lembaga pemberi pinjaman.

2) Menentukan DSCR (Debt Service Covarage Ratio) untuk mengetahui peluang


Pemerintah Daerah dalam menentukan rencana pinjaman baru, dengan cara
membandingkan antara jumlah pendapatan daerah terhadap seluruh besaran
kewajiban pinjaman dan biaya lainnya setiap tahun anggaran, melalui rumusan:
Menentukan nilai pendapatan daerah
Y = P + M - OM

( Y = Pendapatan Daerah.
( P = Pendapatan Asli Daerah.
( M = Pajak Daerah, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan,
penerimaan SDA, dan bagian daerah lainnya.
( OM= Belanja Operasi dan Pemeliharaan, serta Belanja Modal yang harus
dipenuhi/tidak bisa dihindarkan dalam tahun anggaran ybs.
Menentukan nilai DSCR, dengan rumus:

DSCR =
(
(

Y
C
C = besaran kewajiban pinjaman ditambah biaya lainnya.
Y = Pendapatan Daerah.

3) Merumuskan arah kebijakan kemampuan pinjaman daerah, sebagai berikut;


DSCR > 2,5; Daerah dapat melakukan pinjaman baru;

DSCR = 2,5; Daerah dapat melakukan pinjaman baru, dengan syarat untuk
proyek/kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan (cost recovery);

DSCR < 2,5; Daerah tidak dapat melakukan pinjaman baru.

Prasyarat tersebut di atas wajib dilakukan daerah pada setiap tahun ingin
melakukan pinjaman baru;

Merumuskan arah kebijakan kemampuan pinjaman daerah, program dan indikasi


kegiatannya.

c. Alternative sumber pembiayaan dari penjualan/penerbitan obligasi.


1) Menentukan jumlah pendanaan yang diperlukan melalui skema obligasi;
2) Melakukan perbaikan kinerja dan laporan keuangan daerah melalui pembenahan
administrasi pengelolaan keuangan daerah untuk memenuhi persyaratan peraturan
perundangan dalam penerbitan obligasi, dengan pilihan jenis obligasi:
- Obligasi Umum (General Bond);
- Obligasi Pendapatan (Revenue Bond);
- Obligasi Campuran (Double Barreled Bond).
3) Melakukan perhitungan nilai dan komposisi obligasi yang akan diterbitkan;
4) Menjalankan prosedur yang ditentukan untuk menerbitkan obligasi pemerintah
daerah;
5) Menginventarisasi kebijakan, program, dan indikasi kegiatan yang diperlukan untuk
lima tahun ke depan, sebagai masukan untuk arah kebijakan keuangan daerah.
Tahap Kedua

: Analisis Dalam Penentuan Kebijakan Arah Belanja Daerah

Langkah-Langkah :
a.

Melakukan Analisis Belanja

1)

Menganalisis proporsi belanja wajib, dilakukan dengan:


Pengumpulan data APBD periode lima tahun terakhir;

2)

Menyiapkan informasi/data proporsi komponen belanja antara belanja


operasional dan pemeliharaan dengan belanja modal, dengan rincian program
dan kegiatannya untuk setiap tahun anggaran;

Melakukan estimasi belanja lima tahun ke depan, dengan menggunakan


parameter/variabel yang sudah ditentukan pada Tahap Pertama butir a.1) di
atas.

Merumuskan arah kebijakan, konfigurasi program, dan indikasi kegiatan belanja


jangka menengah yang dituangkan dalam RPJM Daerah.

Menyusun unit harga satuan, serta arah kebijakan dalam pengadaan barang dan
jasa yang dilakukan dengan:
Melakukan analisis unit harga satuan dari tahun ke tahun dengan
memperhatikan tingkat inflasi;

Mengkaji dampak kebijakan Pemerintah yang mempengaruhi terhadap beban


keuangan daerah (misal: kenaikan BBM, perubahan struktur gaji pegawai, dan
lainnya);

Mengestimasi unit harga satuan dengan melakukan proyeksi, menggunakan


parameter/variabel yang sudah ditentukan pada Tahap Pertama butir a.1) untuk
lima tahun kedepan;

Menentukan deviasi unit harga satuan untuk setiap tahun estimasi;

Merumuskan arah kebijakan untuk


dalam pengadaan barang dan jasa.

unit harga satuan yang akan digunakan

b. Pengembangan Ekonomi Lokal


1) Analisis Kebijakan Fasilitasi Ekonomi Lokal
Memetakan sumber daya daerah yang potensial untuk dapat dikembangkan
berdasarkan hasil analisis kondisi umum daerah;

Mengidentifikasi program pengembangan ekonomi lokal yang telah


dikembangkan oleh masyarakat beserta bentuk kegiatannya;
Menyusun rencana tindak
untuk merealisasikan program pengembangan
ekonomi lokal yang telah berkembang maupun yang potensial untuk dapat
dikembangkan berupa:
9 Bentuk-bentuk program pengembangan ekonomi lokal yang telah
berkembang, terdiri dari bidang produksi, bidang distribusi, bidang
pemasaran, bidang teknologi, bidang permodalan, dan bidang lainnya;
9 Bentuk-bentuk program pengembangan ekonomi lokal yang potensial untuk
dapat berkembang, terdiri dari bentuk pengelolaan, bentuk kegiatan usaha,
permodalan, peluang pasar, penyerapan tenaga kerja, dan lain sebagainya.
Merumuskan arah kebijakan keuangan daerah untuk mendukung pelaksanaan
fasilitasi ekonomi lokal.

2) Kemitraan Pemerintah dan Swasta


Menginventarisasi potensi unggulan sumber daya daerah yang dapat
dikerjasamakan dengan swasta sebagai asset daerah yang terdiri dari asset yang
belum disewa, asset yang dipisahkan dari BUMD, dan asset yang sudah
dikerjasamakan dengan swasta;

Mengidentifikasi
kelayakannya;

Menginventarisasi bentuk kemitraan atau kerja sama usaha pemerintahswasta


yang dapat dilaksanakan dan tidak melanggar ketentuan yang berlaku;

Menetapkan bentuk usaha yang bersifat cost recovery dan non cost recovery,
berdasarkan perhitungan besaran pembiayaan yang dibutuhkan dan kemampuan
keuangan daerah.

Merumuskan bentuk kebijakan pelaksanaan kemitraan Pemerintah-swasta.

Tahap Ketiga

rencana usaha yang akan dibangun dilengkapi dengan studi

: Analisis Dalam Penentuan Kebijakan Umum Anggaran

Langkah- Langkah :
a. Menentukan kebijakan arah pengelolaan pendapatan daerah melalui:
Menetapkan kebijakan pengembangan sumber pendapatan daerah;
Menetapkan kebijakan rencana pinjaman daerah;
Menetapkan kebijakan rencana penerbitan obligasi.
b. Menentukan kebijakan arah belanja daerah melalui:
Menetapkan kebijakan belanja daerah;
Menetapkan kebijakan fasilitasi ekonomi lokal;
Menetapkan kebijakan rencana kemitraan pemerintah-swasta.
c. Merumuskan dan menetapkan program dan indikasi kegiatan yang berkaitan dengan
pendapatan daerah sebagai penjabaran kebijakan pada butir a, dan belanja daerah

sebagai penjabaran kebijakan pada butir b, untuk periode 5 tahun dalam bentuk
tahunan;
d. Menerapkan kebijakan pada penyusunan program dan indikasi kegiatannya untuk
pengelolaan pendapatan dan belanja daerah sehingga efektif dan efisien.
FORM V.2. TATA CARA PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA STRATEGIS-SKPD
(RENSTRA-SKPD)
Rancangan Renstra SKPD disusun berpedoman pada rancangan awal RPJM Daerah dengan
urutan tahapan dan langkah-langkah sebagai berikut:
Tahap Pertama

: Mempelajari Visi, Misi dan Program Kepala Daerah


terpilih.

Umum:
Kepala SKPD mempelajari dampak visi, misi dan program calon Kepala Daerah terpilih
terhadap tugas dan fungsi SKPD yang dipimpinnya.
Langkah-langkah :
a. Kepala SKPD mengkaji implikasi visi, misi, dan program calon Kepala Daerah terpilih,
terhadap tugas pokok dan fungsi SKPD yang dipimpinnya dalam bentuk:
Memberikan penilaian keterkaitan visi, misi dan program dalam Renstra-SKPD pada
periode lalu;

Mengidentifikasi program Kepala Daerah terpilih terhadap capaian kinerja program


SKPD periode sebelumnya;

Membuat kesimpulan yang menjelaskan:


i. Hasil identifikasi perubahan program dan kegiatan SKPD sebagai akibat visi,
misi, dan program calon Kepala Daerah terpilih;
ii. Bentuk upaya menjaga kelanjutan capaian kinerja SKPD yang sudah baik, serta
rumusan kegiatan penting yang belum terlaksana pada periode sebelumnya;
iii. Hasil telaahan program dan kegiatan yang bekerja sama dengan SKPD lain
maupun pihak ketiga;
iv. Hasil telaahan sebaran kegiatan (lokasi) dengan memperhatikan arahan dalam
rencana tata ruang.

b. Merumuskan kesimpulan pada butir a sebagai bahan dalam pembahasan rancangan


awal RPJM Daerah dan penyusunan rancangan Renstra-SKPD.
Tahap Kedua

: Menyusun Rancangan Renstra SKPD

Umum:
Kepala SKPD menyusun rancangan Renstra-SKPD berpedoman pada Rancangan Awal RPJM
Daerah yang telah disepakati bersama.

Langkah-langkah:
a. Menerima secara resmi rancangan awal RPJM Daerah dari Kepala Bappeda;
b. Merumuskan visi dan misi SKPD terhadap jabaran visi, misi, dan program Kepala
Daerah terpilih, dengan memperhatikan hasil kesimpulan pada Tahap Pertama butir b;
c. Melakukan kajian strategis untuk menetapkan strategi dalam merumuskan kelompok
tujuan dan kebijakan dalam pencapaian visi dan misi SKPD, sesuai tugas dan
fungsinya. Kajian tersebut menggunakan metode analisis yang mempertimbangkan
lingkungan eksternal (program Kepala Daerah terpilih, kondisi objek urusan SKPD, dan
lainnya) dan lingkungan internal (kondisi internal SKPD; SDM, peralatan, kebijakan, dll).
Kajian tersebut dilengkapi dengan hasil evaluasi Renstra-SKPD (Renstra Dinas) periode
sebelumnya;
d. Menyusun program sebagai penjabaran kebijakan ke dalam kelompok tujuan, dalam
bentuk program-program sesuai kewenangan lokalitas SKPD, lintas SKPD, dan program
kewilayahan sebagai pelaksanaan tugas dan fungsinya.
e. Menyusun rencana kegiatan yang merupakan penjabaran dari program lokalitas SKPD,
lintas SKPD, dan program kewilayahan yang dilengkapi indikasi pendanaan, serta
dilampiri rencana kerangka regulasi dan kerangka pendanaan bersifat indikatif; Lihat
Tabel 5.3 dan Tabel 5.4.
f. Menetapkan lokasi rancangan kegiatan dengan memperhatikan rencana tata ruang;
g. Muatan butir b, c, d, e dan f tersebut diatas menjadi muatan dalam rancangan Renstra
SKPD, disampaikan kepada Kepala Bappeda sebagai masukan untuk menyusun
Rancangan RPJM Daerah sebagai bahan utama dalam Musrenbang Jangka Menengah
Daerah.
Tahap Ketiga

: Sistematika Penulisan Renstra-SKPD

DAFTAR ISI
BAB I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Landasan Hukum
D. Hubungan Renstra-SKPD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
E. Sistematika Penulisan

BAB II.

TUGAS DAN FUNGSI SKPD


A. Struktur Organisasi
B. Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan
C. Tugas dan Fungsi
D. Hal lain yang dianggap penting

BAB III. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH


A. Kondisi Umum Daerah Masa Kini

(sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD, berupa Standar Pelayanan Minimum
dan hasil capaian kinerja)

B. Kondisi Yang Diinginkan dan Proyeksi ke depan


(sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD, berupa Standar Pelayanan Minimum

dan hasil kinerja yang ingin dicapai)

BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN


A. Visi dan Misi SKPD
B. Tujuan

(merupakan penjabaran visi SKPD yang lebih spesifik dan terukur sebagai
upaya mewujudkan visi dan misi pembangunan jangka menengah dan
dilengkapi dengan rencana sasaran yang hendak dicapai);

C. Strategi

(Strategi adalah cara untuk mewujudkan tujuan, dirancang secara


konseptual, analitis, realistis, rasional, dan komprehensip. Strategi
diwujudkan dalam kebijakan dan program oleh SKPD yang bersangkutan).

D. Kebijakan
(arah yang diambil oleh SKPD dalam menentukan bentuk

konfigurasi
program dan kegiatan untuk mencapai tujuan. Menurut targetnya, kebijakan
terdiri atas: 1) kebijakan internal, yaitu kebijakan SKPD dalam mengelola
pelaksanaan program-program pembangunan, dan 2) kebijakan ekternal,
yaitu kebijakan yang diterbitkan oleh SKPD dalam rangka mengatur,
mendorong, dan memfasilitasi kegiatan masyarakat).

BAB V. PROGRAM DAN KEGIATAN


(merupakan penjelasan yang bersifat umum dari program dan kegiatan beserta

indikasi pendanaan dan sumbernya, baik yang berasal dari APBD setempat,
APBD Provinsi, APBN, dan sumber pendanaan lainnya yang sah, dalam priode
lima tahun dan tahunan, dirinci menurut lokalitas SKPD, lintas SKPD, dan
kewilayahan dengan rincian sebagaimana terlampir dalam Tabel 5.3 dan Tabel
5.4)
A. Program dan Kegiatan Lokalitas Kewenangan SKPD
(program dan kegiatan yang akan dilaksanakan SKPD, termasuk program
lintas SKPD dan kewilayahan).
B. Program dan Kegiatan Lintas SKPD

(program dan kegiatan lintas SKPD, dengan penjelasan mitra SKPD yang
terlibat serta koordinator atau penanggung jawabnya).

C. Program dan Kegiatan Kewilayahan

(program dan kegiatan kewilayahan, dengan penjelasan bentuk kerja sama


dengan Pemerintah Daerah lainnya terlibat).

BAB VI.

PENUTUP
(memuat kaidah pelaksanaan yang meliputi penjelasan antara lain Renstra-SKPD
merupakan pedoman dalam penyusunan Renja-SKPD, penguatan peran para
stakeholders dalam pelaksanaan renja SKPD, dan merupakan dasar evaluasi dan
laporan pelaksanaan atas kinerja tahunan dan lima tahunan, serta catatan dan
dan harapan Kepala SKPD)

LAMPIRAN

Catatan :

Setelah RPJM Daerah ditetapkan dengan Peraturan Daerah, maka Kepala SKPD melakukan
penyempurnaan rancangan Renstra-SKPD menjadi RenstraSKPD dan menetapkannya
dengan Peraturan Kepala SKPD.

Anda mungkin juga menyukai