Anda di halaman 1dari 9

1.

Uji Validitas Tes


Untuk meninjau validitas soal obyektif kita dapat menggunakan rumus:
M M t p
pbi = p
St
q

Y
Y2
18
324
12
144
14
196
12
144
15
225
11
121
18
324
15
225
18
324
10
100
17
289
16
256
16
256
14
196
15
225
19
361
13
169
14
196
16
256
17
289
Subje
k
R21
(1R22
R23
R24
dan
R25
R26
dan
taraf
R27
0,3120.
R28
menguji
R29
sebagai
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39
R40

Subjek pbi X=
R1 Mp 1
R2
1
R3
1
R4
1
R5
0
R6
0
Mt =
R7
1
R8
0
R9
1
R10 St 0=
R11
1
R12
1
R13
1
R14
1
R15
1
p =
R16
1
R17
1
R18
0
R19
1
R20
0
q =

X
XY
18
12
14
12
0
0
18
0
18
0
17
16
16
14
15
19
13
0
16
0

1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
26

14
12
16
16
11
10
18
5
17
8
13
13
19
14
17
14
17
13
11
15
573

Keterangan:
Koefisien validitas
=Rata rata dari subyek
yang menjawab benar
nomor
yang
dicari
XY

validitasnya ( X )
Rata
(
Y2

XY

rata

Y)

skor

total

Standar deviasi skor total


2
( Y )
2
Y
N

proporsi
siswa
yang
menjawab benar nomor
yang dicari validitasnya
X)
(
N

196
144
256
256
121
100
324
25
289
64
169
169
361
196
289
196
289
169
121
225
8579

14
12
16
0
11
0
18
0
17
0
0
13
19
0
17
14
17
0
11
0
397

proporsi
siswa
yang
menjawab salah nomor
yang di cari validitasnya
p)
Dengan banyak soal 20
responden R sebanyak 40
siginifikan 5%, maka rtabel =
Sebagai contoh, kita akan
validitas
berikut :

soal

no

10

Reliabilitas T

Sehingga
M M t
pb (10)= p
St

p
=
q

397 573

26
40

8579

573 2
40

= 0,385
pb (10)=0,385> r tabel =0,312

Karena

26
40 15,26914,325 0,65
=
14
3,3392
35
40

, maka soal no 10 dikatakan VALID .

2. Uji Reliabilitas Tes


Untuk meninjau validitas soal obyektif kita dapat menggunakan rumus K-R.20 :
t2 pq
n
r 11 =
n1
t2

( )(

dimana:
r 11

= reliabilitas tes secara keseluruhan

= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar

= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ( q=1 p )

pq
n

= jumlah hasil perkalian antara p dan q

= banyaknya item

t = standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians)


Standar deviasi (

t=

Subj
ek
R1
R2
R3
R4

) untuk skor total, dengan menggunakan rumus:

k X 2( X )2
k (k 1)

1
1
1
0
0

2
0
1
1
0

6
1
1
0
1

Butir Soal Valid


7
8
9
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
0
0

10
1
1
1
1

13
1
0
1
1

16
1
0
1
0

17
1
1
0
1

X2

9
6
6
5

81
36
36
25

R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20
R21
R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39
R40
Np
p
q
pq

0
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
0
1
1
0
1
23
0,575
0,425

1
1
1
1
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
0
0
1
1
28
0,7

1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
30
0,75

1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
1
1
0
1
0
1
1
28
0,7

1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
28
0,7
0,3

1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
0
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
28
0,7

0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
26
0,65

0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
0
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
0
1
29
0,725

0,3

0,25

0,3

0,3

0,35

0,275

0,24438 0,21

0,187
5

0,21 0,21 0,21

0,227
5

0,1993
8

1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
0
1
0
1
1
0
0
1
1
1
1
1
0
1
1
28
0,7

1
0
1
0
1
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
0
1
32
0,8

7
5
9
6
9
3
10
8
8
6
8
9
8
6
8
8
6
7
10
8
6
4
10
0
9
4
5
7
10
7
9
7
8
5
5
9
280

p
0,3 0,2 q
=
2,06
0,21 0,16
875

49
25
81
36
81
9
100
64
64
36
64
81
64
36
64
64
36
49
100
64
36
16
100
0
81
16
25
49
100
49
81
49
64
25
25
81
2142

t=

k X 2( X )2
40. 2142(280)2
=
=2,161 t2=4,667
k (k 1)
40 (39)

t2 pq
n
10
r 11 =
=
2
n1
9
t

( )(

)(

)( 4,6672,068
)=0,618
4,667

Sehingga, berdasarkan tolak ukur derajat reliabilitas alat evaluasi oleh J.P. Guiford
(1956: 145) berikut:
r 11 0,20

: derajat reliabilitas sangat rendah

0,20<r 11 0,40

: derajat reliabilitas rendah

0,40<r 11 0,60

: derajat reliabilitas sedang

0,60<r 11 0,80

: derajat reliabilitas tinggi

0,80<r 11 1

: derajat reliabilitas sangat tinggi

maka soal tes dikatakan memiliki derajat reliabilitas tinggi.


3. Menentukan Indeks Kesukaran Tes
Untuk menentukan indeks kesukaran soal obyektif kita dapat menggunakan rumus:
P

NP
N

Keterangan:
P = indeks kesukaran,
NP
N

= banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar, dan

= jumlah seluruh siswa peserta tes.

Dan kita akan meinterpretasikan berdasarkan penafsiran (interpretasi) terhadap angka


indeks kesukaran item menurut Robert L. Thorndike dan Elizabeth Hagen dalam
bukunya berjudul Measurement and Evaluation in Psychology and Education
mengemukakan sebagai berikut:

Besarnya P

Interpretasi

Kurang dari 0,30

Terlalu Sukar

0,30 - 0,70

Cukup (Sedang)

Lebih dari 0,70

Terlalu mudah

Sebagai contoh, kita akan menentukan indeks kesukaran soal no 10 sebagai berikut
:
Subje
k
R1
R2
R3
R4
R5
R6
R7
R8
R9
R10
R11
R12
R13
R14
R15
R16
R17
R18
R19
R20

10

R21

1
1
1
1
0
0
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
0
1
0

R22
R23
R24
R25
R26
R27
R28
R29
R30
R31
R32
R33
R34
R35
R36
R37
R38
R39
R40
Np
P

1
1
1
0
1
0
1
0
1
0
0
1
1
0
1
1
1
0
1
0
26
0,65

Sehingga dapat kita cari :


P

N P 26

0,65
N 40

(Sedang)

4. Menentukan Daya Pembeda Tes


Dalam menentukan daya pembeda suatu butir soal dapat dihitung dengan
menggunakan persaman:
DP

B A BB

JA JB

Keterangan :
DP

:merupakan indeks daya pembeda

BA

: banyaknya peserta tes kelompok atas yang menjawab soal dengan benar

BB

: banyaknya peserta tes kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar,

JA

: banyaknya peserta tes kelompok atas

JB

: banyaknya peserta tes kelompok bawah.

Dengan kualifikasi indeks daya pembeda


Besarnya Nilai Indeks
Diskriminasi (DP)
Kurang dari 0,20

Klasifikasi
Poor

Interpelasi
Butir item yang bersangkutan daya
pembedanya lemah sekali (jelek),
dianggap

0,20 DP < 0,40

Satisfactory

tidak

memiliki

daya

pembeda yang baik.


Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang cukup

0,40 DP < 0,70

Good

(sedang).
Butir item yang bersangkutan telah

0,70 DP < 1,00

Excellent

memiliki daya pembeda yang baik.


Butir item yang bersangkutan telah
memiliki daya pembeda yang baik

Bertanda negatif

sekali.
Butir item yang bersangkutan daya
pembedanya negatif (jelek sekali).

Sebagai contoh, kita akan menentukan daya pembeda soal no 10 sebagai berikut :
Klmpk
Atas
R16 1
R33 1
R1 1
R7 1
R9 1
R27 1
R11 1
R20 0
R29 1
R35 1
R37 1
1
BA
0

Sehingga didapat:

Klmpk
Bawah
R38 0
R2 1
R4 1
R22 1
R6 0
R25 1
R39 1
R10 0
R26 0
R30 0
R28 0

BB

DP

B A BB 10 5 5

0,454
JA JB
11
11

Dengan kata lain, soal no 10 masuk katagori Good.

5. Menentukan Efektivitas Option


Dalam menentukan efektivitas option dari suatu butir soal dapat ditentukan dengan
kriteria :
a. Untuk option kunci
Jumlah pemilih kelompok atas harus lebih banyak daripada jumlah pemilih
kelompok bawah, yaitu siswa yang pandai lebih banyak yang menjawab benar
daripada siswa yang bodoh.
Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah lebih dari 0,25 tetapi tidak
lebih dari 0,75 dari seluruh siswa pada kelompok atas dan kelompok bawah. Jika
jumlah tersebut kurang dari 0,25 berarti sebagian besar testi kelompok atas dan
kelompok bawah menjawab salah untuk soal tersebut. Soal yang dikategorikan
sukar atau terlalu sukar. Sebaliknya jika jumlah tersebut lebih dari 0,75 soal itu
termasuk kategori mudah atau terlalu mudah.
b. Untuk option pengecoh
Jumlah pemilih kelompok atas lebih sedikit daripada jumlah pemilih kelompok
bawah. Hal ini berarti untuk jawaban yang salah, siswa yang bodoh lebih banyak
yang memilih daripada siswa yang pandai. Idealnya siswa pandai tidak memilih
jawaban yang salah dan siswa bodoh memilihnya.
Jumlah pemilih kelompok atas dan kelompok bawah minimal sebanyak 0,25 dari
seperdua jumlah option pengecoh kali jumlah kelompok atas dan kelompok
bawah. Dirumuskan dalam formula matematika menjadi :
J
+J
0,25
(J

+J

dengan J
J

PB

PA

= jumlah pemilih kelompok atas,

= jumlah pemilih kelompok bawah,

n = banyak option pengecoh,


S
J A = jumlah subjek pada kelompok atas,

SB

= jumlah subjek pada kelompok bawah.

Jika peserta tes mengabaikan semua option (tidak memilih) disebut omit. Option
disebut efektif jika omit ini jumlahnya tidak lebih dari 10% jumlah siswa pada
kelompok atas dan kelompok bawah.
Sebagai contoh, kita akan menentukan efektivitas option pada soal no 10 sebagai
berikut :
Soal no 10 terdiri dari 5 option(A, B, C, D, E) dengan E sebagai option kuncinya.

A
B
C
D
E
Om
it

1
0
0
0
0
2
0
1
1
3
1
0
5
0
0

Kelompok Atas
Kelompok Bawah
Kelompok Atas
Kelompok Bawah
Kelompok Atas
Kelompok Bawah
Kelompok Atas
Kelompok Bawah
Kelompok Atas
Kelompok Bawah
Kelompok Atas
Kelompok Bawah

J S A +J S
0,25

1
1
( B)=0,25
( 11+ 11 )
2 ( n1 )
2 ( 41 )

22
24

=0,0833

Option A, banyak pemilih option A pada kelompok atas=kelompok bawah = 0,


sehingga option A tidak efektif.
Option B, banyak pemilih option B pada kelompok atas< kelompok bawah, dan
JPA+JPB=0+2=2 > 0,0833 sehingga option B efektif.
Option C, banyak pemilih option C pada kelompok atas< kelompok bawah, dan
JPA+JPB=0+1=1 > 0,0833 sehingga option C efektif.
Option D, banyak pemilih option D pada kelompok atas< kelompok bawah, dan
JPA+JPB=1+3=4 > 0,0833 sehingga option D efektif.
Option E, banyak pemilih option kunci E pada kelompok atas > kelompok bawah,
dan JPA+JPB=10+5=15 > (0,25).22=5,5 sehingga option E efektif.

Anda mungkin juga menyukai