Anda di halaman 1dari 7

Makalah Seminar Kerja Praktek

GLIDE SLOPE WILCOX MARK 10


SEBAGAI INSTRUMENT LANDING SYSTEM
Dudi Dwijayanto (L2F 607 022)
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
ABSTRAK
Glide Slope adalah salah satu jenis peralatan navigasi bandara yang berupa transmiter yang berguna untuk
membantu atau memandu pesawat dalam proses pendaratan yaitu tentang sudut pendaratan yang tepat pada titik
pendaratan. Sudut yang tepat untuk mendaratkan sebuah pesawat adalah sebesar 3 0 dengan toleransi antara 2,80
sampai 3,20 . Pesawat terbang yang telah dilengkapi dengan peralatan ILS (Instrument Landing System) mempunyai
suatu alat yang dinamakan indikator kockpit pesawat. Indikator kockpit pesawat dengan peralatan glide slpoe sangat
berhubungan sekali untuk pendaratan pesawat. Ketika pesawat telah berada pada posisi sudut pendaratan dan
perpanjangan centerline landasan akan menerima sinyal modulasi 90 Hz dan 150 Hz yang sama besarnya. Pada
indikator kockpit pesawat dinamakan DIFFERENCE IN DEPTH OF MODULATION = 0 (DDM = 0). Sinyal-sinyal
tersebut akan di ubah menjadi level sinyal DC dengan polaritas berlawanan yang kemudian di teruskan ke zero
display pada indikator kockpit pesawat. Selama level modulasi sama besar, maka indikator kockpit pesawat pada
display akan menampilkan garis lurus horizontal, artinya pesawat telah berada pada sudut 30 untuk mendaratkan
pesawat. Bila indikator pada kockpit pesawat berada di atas garis horizontal, berarti pesawat berada di bawah sudut
pendaratan, sedangkan bila indikator kockpit pesawat berada di bawah garis horizontal, berarti pesawat berada di
atas sudut pendaratan.
Kata kunci: glide slope, sudut 30, indikator kockpit pesawat.

I.
1.1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan di bidang transportasi pada
saat ini semakin pesat yang didukung oleh
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, salah
satu dampak positifnya adalah dengan mudah kita
dapat menjangkau tempat-tempat yang jauh
letaknya dengan fasilitas transportasi yang ada.
Dengan fasilitas transportasi tersebut diharapkan
dapat pula mendukung sektor lain yang berkaitan
untuk kemajuan pembangunan.
Bandar udara sebagai fasilitas yang
menyelenggarakan operasi pengangkutan udara
mempunyai tugas pokok dalam pelayanan dan
keselamatan jasa penerbangan harus didukung
oleh sarana-sarana penunjang operasi diantaranya
fasilitas navigasi udara, fasilitas telekomunikasi
serta fasilitas audio visual dan komputer.
Mengingat pentingnya unsur keselamatan
dalam jasa penerbangan, maka fasilitas navigasi
harus selalu dalam keadaan siap pakai baik
keadaaan peralatan maupun operator dari
peralatan tersebut. Hal ini akan menjadi bagian
terpenting apabila keadaan cuaca buruk dimana
jarak pandang pilot terbatas terhadap kondisi
sekitar. Pada keadaan ini pilot hanya dapat
menggunakan rambu-rambu perlampuan landasan
(visual aid navigation) dan komunikasi radio,
pesawat akan dipandu untuk mencapai tempat
yang sesuai untuk melakukan pendaratan dengan
selamat. Mengingat pentingnya sarana tersebut,
harus didukung oleh peralatan transmisi yang
handal dalam segala keadaan. Bandara Adi
Sumarmo memiliki peralatan glide slope yang di
gunakan untuk membantu pendaratan pesawat
tanpa memperhatikan dengan visual atau

penglihatan. Berdasarkan hal tersebut, maka


penulis tertarik untuk mengambil topik tentang
glide slope yang berguna untuk memberikan sudut
pendaratan yang tepat kepada pesawat agar
mendarat dengan tepat di landasan.
1.2

Tujuan
Tujuan dari Kerja Praktek di PT. Angkasa
Pura I Bandar Udara Adi Sumarmo Surakarta
adalah :
1. Untuk mengetahui dan mempelajari Glide
Slope Wilcox Mark 10 sebagai salah satu
Instrument Landing System (ILS).
1.3

Pembatasan Masalah
Pada penulisan laporan kerja praktek ini
hanya di batasi mengenai:
1. Deskripsi Instrument Landing System (ILS)
2. Deskripsi Glide Slope Wilcox Mark 10
3. Blok diagram Glide Slope Wilcox Mark 10
4. Indikator kockpit pesawat
5. Pola radiasi antena Glide Slope Wilcox
Mark 10
II.

FASILITAS INSTRUMENT LANDING


SISTEM (ILS)
2.1. Localizer
Sistem Localizer menghasilkan sebuah pola
dari modulasi audio RF sebagai informasi
centerline landasan dengan posisi modulasi 90 Hz
dan 150 Hz. Receiver ILS pada pesawat apabila di
sebelah kanan perpanjangan centerline modulasi
150 Hz lebih mendominasi dari 90 HZ dan
mengahasilkan defleksi dari pointer indicator
pesawat ke kiri, begitu juga sebaliknya apabila
pesawat berada di sebelah kiri. Perpindahan

indicator ke kanan maupun ke kiri dari


perpanjangan centerline landasan di gunakan
untuk memandu pesawat pada posisi yang benar
(centerline landasan).
Glide Slope
Glide Slope menghasilkan sebuah pola
untuk memberikan panduan sudut vertikal, yaitu
memberikan informasi tentang sudut pendaratan
yang tepat. Antena memancarkan frekuensi carrier
yang di modulasi secara AM dengan dua sinyal
audio yaitu 90 Hz dan 150 Hz. Pesawat yang akan
mendarat akan mendapatkan sebuah indikator dari
receiver ILS yang mengindikasikan sinyal audio
90 Hz dan 150 Hz yang sama agar tidak membuat
defleksi penyimpangan pada pointer indikator
pesawat.
Jika pesawat di atas jalurnya maka 90 Hz
akan lebih mendominasi 150 Hz dan
menghasilkan defleksi pointer indicator pesawat
ke bawah, sedangkan jika berada di bawah
jalurnya maka 150 Hz akan lebih mendominasi
daripada 90 Hz dan memberikan defleksi pointer
indicator pesawat ke atas. Perpindahan indicator
baik ke atas maupun ke bawah Glide Slope
digunakan oleh pilot maupun auto pilot untuk
memandu pesawatnya ke jalur yang tepat.
2.2.

Marker Beacon
Transmitter Marker Beacon dimodulasikan
pada 75 Hz yang merupakan penegasan jarak ke
threshold sepanjang akhir pendekatan. Marker
Beacon di identitaskan dengan perbedaan pada
frekuensi dan suara yang di terima oleh cockpit
pesawat.
Marker Beacon dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
a. Outer Marker
b. Middle Marker
c.Inner Marker
Dalam beberapa hal Marker Beacon tidak di
pasang. Misalkan, bila pendekatan ke landasan
untuk pendaratan terdapat laut. Dalam hal ini
sebagai gantinya dapat di pasang DME pada Glide
Slope.
2.3.

GLIDE SLOPE WILCOX MARK 10


SEBAGAI INSTRUMENT LANDING
SYSTEM
3.1. Deskripsi Glide Slope Wilcox Mark 10
Glide Slope adalah salah satu jenis peralatan
navigasi bandara berupa suatu peralatan transmiter
yang berguna untuk membantu atau memandu
pesawat tentang sudut pendaratan yang tepat pada
titik pendaratan. Sudut yang tepat untuk
mendaratkan sebuah pesawat adalah sebesar 30.

Bandara Adi Sumarmo mempunyai Glide slope


yang bekerja pada frekuensi 329,9 MHz.
Prinsip kerja dari peralatan glide slope
adalah untuk memberikan panduan sudut vertikal,
yaitu memberikan informasi tentang sudut
pendaratan yang tepat. Antena memancarkan
frekuensi carrier yang di modulasi secara AM
dengan dua sinyal audio yaitu 90 Hz dan 150 Hz.
Pesawat yang akan mendarat akan mendapatkan
sebuah indikator dari receiver ILS yang
mengindikasikan sinyal audio 90 Hz dan 150 Hz
yang sama agar tidak membuat defleksi
penyimpangan pada pointer indikator pesawat.
Blok Diagram Glide Slope Wilcox Mark
10
Suatu peralatan glide slope mempunyai tiga
macam jenis kategori, yaitu kategori I, kategori II,
dan kategori III. Prinsip kerja dari semua kategori
tersebut sebenarnya adalah sama, tetapi ada sedikit
penambahan suatu komponen pada beberapa
kategori tersebut. Pada gambar 3.1 adalah suatu
blok diagram untuk jenis kategori I, yaitu sebuah
peralatan tunggal, frekuensi tunggal dan sebuah
peralatan tunggal serta frekuensi ganda kategori I
Glide Slope station. Pada gambar 3.2 adalah suatu
blok diagram untuk jenis kategori II, yaitu sebuah
peralatan ganda, frekuensi tunggal dan sebuah
peralatan ganda, serta frekuensi ganda kategori II
Glide Slope station. Pada gambar 3.3
menggambarkan sebuah blok diagram untuk jenis
kategori III, yaitu sebuah peralatan ganda,
frekuensi tunggal dan sebuah peralatan ganda,
serta frekuensi ganda kategori III Glide Slope
station.
3.2.

Gambar 3.1 Glide Slope kategori I

III.

Gambar 3.2 Glide Slope kategori II

Bila pesawat bergeser dari sudut


pendaratan, akan menerima sinyal yang berbeda
level modulasinya, maka indikator akan bergerak
ke atas atau ke bawah dari sisi tengah atau titik
acuan indikator.

Gambar 3.3 Glide Slope kategori III

Bagian bagian dari glide slope seperti


terlihat pada gambar 3.1, 3.2, 3.3 adalah sebagai
berikut:
Glide Slope Synthesizer Assembly
Audio Generator CCA
Glide Slope Modulator / Power
Amplifier Assembly
Local Control dan Status Unit CCA
(LCSU CCA)
Monitor CCA
Remote Maintenance Monitor CCA
(RMM CCA)
Front Panel CCA
Interface CCA
Power Supply
Transfer Switch Assembly
Glide Slope Distribution Unit and
Combining Unit (DUCU)
Indikator Kockpit Pesawat
Di dalam pesawat terbang yang telah di
lengkapi dengan peralatan ILS (Instrument
Landing System), terdapat suatu alat yang di
namakan indikator kockpit pesawat. Fungsi dari
alat tersebut adalah sebagai patokan pada pesawat
apakah pesawat tersebut telah sesuai pada jalur
penerbangannya ketika akan mendarat. Dengan
kata lain, pesawat tersebut berjalan tidak
menyimpang dari jalur pesawat ketika akan
mendarat.
Prinsip kerja dari indikator kockpit pesawat
adalah bila pesawat pada posisi sudut pendaratan
dan perpanjangan centerline landasan, akan
menerima sinyal modulasi 90 Hz dan 150 Hz yang
sama besarnya. Hal ini disebut dengan
DIFFERENCE IN DEPTH OF MODULATION =
0 (DDM = 0). Setelah pesawat mendeteksi kedua
sinyal audio tersebut, sinyal-sinyal ini akan di
ubah menjadi level sinyal DC dengan polaritas
yang berlawanan yang kemudian di teruskan ke
zero display pada instrument panel pesawat.
Selama level modulasi sama maka hasilnya adalah
sinyal dengan level 0 (zero) dan indikasi pada
display pesawat pada posisi tengah.
3.3.

Gambar 3.4 Indikator Kockpit Pesawat

Pada gambar 3.4 terlihat bahwa bila


pesawat menyimpang ke atas atau masih tinggi
dari sudut pendaratan, maka indikator akan
bergerak ke bawah, dan bila pesawat menyimpang
terlalu rendah dari sudut pendaratan, indikator
kockpit akan bergerak ke atas. Penunjukkan
indikator kockpit tersebut memberitahukan bahwa
pesawat supaya di arahkan kembali ke posisi sudut
pendaratan yang tepat.
Pola Radiasi Antena Glide Slope Wilcox
Mark 10
Sistem antena pada glide slope mempunyai
jangkauan penerimaan frekuensi sampai 10
nautical mile dengan sudut perpanjangan pada
garis pusat landasan. Antena array meradiasi atau
memancarkan sinyal-sinyal UHF yang berbeda
untuk dapat memenuhi persyaratan pada
penampilan antena array, yaitu sinyal CSB
(carrier side band) dan sinyal SBO (side band
only).
Terdapat tiga macam bentuk atau pola
radiasi pada antena sistem glide slope , yaitu:
bentuk radiasi null reference, bentuk radiasi
sideband reference, dan bentuk radiasi capture
effect pada elemen antena dipole glide slope. Tiga
macam bentuk antena sistem glide slope dapat di
lihat pada gambar 3.5.
3.4.

a.

b.

c.

Gambar 3.5 Bentuk Antena Glide Slope.

a. Capture effect, b. side band reference, c. Null


reference
Pola Radiasi Null Reference Glide Slope
Pola radiasi Null Reference Glide Slope
adalah pola radiasi yang paling sederhana pada
antena glide slope karena di peruntukkan atau di
khususkan pada kondisi yang memenuhi beberapa
3.4.1.

syarat tertentu. Beberapa syarat tertentu tersebut


yaitu kerataan tanah yang ideal tanpa adanya
halangan (obtakel) atau area di depan antena glide
slope benar-benar rata. Pada gambar 3.6 terlihat
bahwa pola radiasi null reference pada glide slope
memang di manfaatkan atau di fungsikan untuk
area yang benar-benar rata tanpa halangan. Pola
radiasi null reference pada glide slope
menggunakan antena carrier yang berfungsi untuk
meradiasi sinyal CSB dan antena side band yang
berfungsi untuk meradiasi sinyal SBO. Bentuk
sinyal untuk pola radiasi null reference terlihat
pada gambar 4.7.

Gambar 3.6 Pola Radiasi Null Reference Glide


Slope

Gambar 3.7 Bentuk Sinyal pola radiasi Null


Reference.

Ada dua parameter yang menjadikan


bandara tersebut menggunakan pola radiasi null
reference pada glide slope, yaitu sudut glide path
dan pertimbangan lapangan.
Sudut Glide Path
Ketinggian antena bagian atas di atas bagian
bawah atau dasar pesawat sangat menentukan
sudut glide path. Antena side band di letakkan
pada posisi kira-kira 2 kali dari antena carrier,
sehingga null reference antara pertama dan kedua
dari keping side band sama dengan keping loop
maksimum yang pertama. Pada lapangan yang
ideal, jarak ketinggian antena bagian atas adalah
24,2 kaki sampai 33,7 kaki, sedangkan untuk
sudut pada glide slope adalah 3,5 derajat sampai
2,5 derajat masing-masing untuk sudut glide path
pada pengaturan lebar, pengaturan phase, serta
prosentase modulasi relatif bebas. Keseimbangan
modulasi berbeda dengan ketinggian antena side
band, karena hanya keseimbangan modulasi yang
dapat mempengaruhi sudut glide path serta
keseimbangan pada parameter modulasi dapat
dengan mudah dapat di monitor.

Pertimbangan Lapangan
Sinyal di ruang angkasa yang di hasilkan
oleh sistem glide slope null reference pada
beberapa bandara mungkin tidak dapat di terima.
Pada keadaan tersebut, jenis lapangan agar dapat
menjadi kriteria yang dapat diterima tingkat
biayanya akan menjadi mahal, sehingga lebih di
utamakan metode-metode alternatif untuk dapat
menghasilkan sinyal pada glide path.
Pada keadaan ini, terdapat dua daerah yang
harus di pertimbangkan dengan tepat dan akurat.
Daerah
pertama
adalah
lapangan
immediate (immediate terrain). Lapangan
immediate berada di depan antena array yang
mengacu pada zona fresnel pertama. Untuk sistem
dengan pola null reference ini meliputi sekitar
3000 kaki yang di ukur dari menara antena
pemancar glide path sepanjang garis paralel pada
garis pusat landasan immediate, yang meliputi
zona fresnel pertama pada lapngan yang tidak
beraturan (irregular terrain). Sistem glide slope
untuk pola radiasi null reference mungkin tidak
membentuk sinyal yang baik. Hal ini terjadi
karena terdapat pembatasan yang sangat keras
pada setiap sistem antena glide slope yang terjadi
dimana zona fresnel pertama adalah 1000 kaki.
Daerah kedua adalah daerah terjauh dari
ujung landasan yang berjarak kira-kira 5 mil (8
km) atau lebih dari ambang pintu landasan.
Daerah panjang kedua meliputi daerah slope
bagian atas antara 5 mil dari ujung landasan yang
dapat menyebabkan pembengkokan yang keras
pada susunan glide path. Bengkokan dan
scalloping di hasilkan oleh cerminan dari slope
bagian atas sampai hasil garis path (pathline
result)
pada
cancelasi
pembatalan dan
penambahan sinyal RF. Refleksi ini juga akan
menghasilkan bentuk atau pola tipe-tipe glide path
yang lain. Hal ini terjadi karena sebuah daerah
slope up yang berjarak 5 mil akan dipantulkan
kembali oleh sinyal glide slope.
3.4.2. Pola Radiasi Sideband Reference Glide
Slope
Pola radiasi sideband reference adalah
pola radiasi yang menggunakan antena bawah
yang tingginya lebih rendah daripada pola radiasi
null reference. Hasil daripada pola tersebut akan
lebih mendekati pada persyaratan lapangan.
Prinsip dari sistem sideband reference adalah
menggunakan 2 antena yang berjarak kira kira
3:1 dari rasio ketinggian untuk dapat meradiasi
sinyal sideband dengan sudut sebesar 1800. Sinyal
sideband ini saling bergabung di angkasa untuk
dapat menghasilkan sebuah struktur lobe vertikal
yang sama dengan struktur lobe reference.

Pola Radiasi Capture Effect Glide Slope


Pola radiasi capture effect glide slope
adalah pola radiasi pada antena yang mempunyai
tiga buah antena dan mempunyai ketinggian 60
kaki. Pola radiasi tersebut sering disebut dengan
frekuensi ganda. Pada gambar 4.11 terlihat bahwa
dua antena yang lebih rendah tingginya sama
dengan sistem pada pola radiasi null reference.
Tinggi dari antena di atasnya adalah 3 kaki dari
antena yang lebih bawah.
3.4.3.

Gambar 3.8 Pola Radiasi Sideband Glide Slope

Gambar 3.9 Bentuk Sinyal Pola radiasi


Sideband

Pada gambar 3.8 dan gambar 3.9 terlihat


bahwa sinyal carrier di bawa menuju antena yang
lebih bawah. Zona pada fresnel di perpendek
karena antena-antena sistem sideband reference di
perkirakan lebih dekat dengan tanah.
Sistem pola radiasi sideband reference
mempunyai keuntungan dan kerugian dalam
penerapannya di lapangan. Beberapa keuntungan
dari pola radiasi sideband reference adalah pola
radiasi sideband reference dapat di gunakan atau
di terapkan pada panjang landasan yang cukup
tetapi zona fresnel nya benar-benar pendek.
Dengan menempatkan peralatan peralatan yang
sesuai dengan kebutuhan serta sudut glide path
yang sesuai untuk pendaratan pesawat, zona
fresnel pertama yang panjangnya sekitar 700 kaki
dapat di atasi.
Keuntungan yang lainnya adalah antena
dengan pola radiasi sideband reference dapat di
letakkan lebih dekat dengan landasan tanpa
menghalangi kriteria yang ada. Sebagian besar
bandara di Indonesia mempunyai landasan
lapangan yang relatif bagus antara 250 kaki
sampai 300 kaki tetapi masih dalam keadaan jelek
antara 400 kaki sampai dengan 500 kaki dari pusat
landasan.
Sedangkan kerugian dari pola radiasi
sideband reference adalah dengan antena yang
lebih pendek, maka sistem sideband reference
lebih sensitif untuk mengubah konduktifitas di
tanah daripada dengan dua sistem atau pola radiasi
yang lain. Kerugian ini biasanya hanya ada pada
daerah dengan tingkat kuantitas salju yang lebih
banyak. Pada daerah dengan kondisi jenis ini, pola
radiasi null reference lebih cocok di terapkan
daripada dengan pola radiasi sideband reference.
Hal ini karena di perlukan sebuah counterpoise
untuk mencegah tinggi landasan berubah karena
terjadi penumpukan salju atau hujan.

Gambar 3.10 Pola Radiasi Capture Effect Glide


Slope

Gambar 3.11 Bentuk Sinyal Pola Radiasi


Capture Effect

Prinsip kerja dari pola radiasi capture effect


glide slope ini adalah ketiga buah antena di
letakkan pada posisi amplitudo phase yang lebih
tepat, yang secara bertahap membatalkan path
radiation di bawah path. Sebuah set dari peralatan
pemancar kedua (clearence) di tambahkan pada
sistem glide slope pada sebuah set frekuensi dari
frekuensi assigned carrier untuk menghasilkan
keluaran sebuah sinyal ke atas yang kuat dalam
bentuk yang agak lebih rendah dari bentuk antena.
Pola radiasi capture effect glide slope di
gunakan oleh bandara Adi Soemarmo karena pada
daerah up slope yang terjadi dari ujung landasan
lebih tinggi di bandingkan dengan daerah pada
landasannya. Untuk mendapatkan sudut glide
yang ideal dan tepat maka di gunakanlah pola
radiasi capture effect agar sudut yang di terima
oleh pesawat sewaktu akan mendarat tidak
berubah-ubah.
3.4.3.1. Sinyal Carrier Side Band (CSB)
Pada pola radiasi capture effect glide
slope, sinyal path carrier di letakkan pada posisi
pada bagian bawah dan tengah antena. Pada
gambar 3.11 dan 3.12 terlihat bahwa sinyal antena
carrier bagian tengah adalah 6 dB dan 180 derajat
dengan antena bagian bawah. Sinyal sinyal
antena tengah di kurangi dari sinyal carrier antena
bagian bawah di bawah sudut glide prescribed dan

di tambah atau di perkuat di atas sudut glide pada


bentuk atau pola radiasi pada daerah jauh.

Gambar 4.12 Bentuk sinyal Carrier Side Band


(CSB)

3.4.3.2. Sinyal Side Band Only (SBO)


Pada pola radiasi capture effect, sinyalsinyal SBO di pancarkan ke semua antena. Pada
gambar 3.11 dan 3.13 terlihat bahwa sinyal yang
lebih atas dan lebih bawah antena jaraknya sama
besar satu dengan yang lain. Sinyal-SBO dengan
sinyal-sinyal pada bagian yang lebih atas dan yang
lebih bawah jaraknya di bawah 6 dB dan 180
derajat pada antena tengah.
Susunan radiasi pada daerah jauh, jarak
relatif dari sinyal-sinyal SBO lebih atas dari sinyal
antena bawah yang di kurangi dari sinyal antena
tengah di bawah ketinggian 2 derajat. Pada sudut
glide prescribed, sinyal antena bagian lebih atas
dan bawah sama dengan jarak 180 derajat
meskipun di batalkan.

Gambar 3.13 Bentuk sinyal Side Band Only


(SBO)

3.4.3.3. Sinyal Clearance


Pada gambar 3.11 terlihat bahwa sinyal
sinyal clearance di pasang pada posisi bagian
atas dan bawah antena. Prinsip kerjanya adalah
keluaran
dari
transmitter
clearance
di
modulasikan hanya dengan frekuensi 150 Hz.
Besar dan jarak pada sinyal clearance antara
masing-masing antena harus sama.

Susunan radiasi pada daerah jauh, sinyal


clearance di tambah atau di perkuat masingmasing di bawah ketinggian 2 derajat. Pada sudut
prescribed, sinyal clearance sama besar dan
jaraknya 180 derajat meskipun di batalkan. Sinyalsinyal clearance tersebut di kuasai antara 1 sampai
2 derajat ketinggian. Sinyal sinyal carrier utama
di kuasai oleh sudut evaluasi yang lebih besar.
IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat ditarik bebrapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Instrument Landing System (ILS) adalah alat
bantu navigasi yang berfungsi untuk
memberikan informasi kepada pilot pada
waktu akan mendarat yang sangat efektif
untuk berbagai macam cuaca.
2. Instrument Landing System (ILS) merupakan
gabungan dari pemancar-pemancar alat bantu
navigasi yang terdiri dari localizer, glide slope,
serta marker beacon.
3. Glide Slope adalah salah satu alat bantu
navigasi bandara yang berupa suatu peralatan
transmiter yang berguna untuk membantu
pendaratan pesawat yaitu tentang sudut
pendaratan yang tepat pada landasan.
4. Prinsip kerja dari glide slope adalah untuk
memberikan panduan sudut vertikal, yaitu
memberikan
informasi
tentang
sudut
pendaratan yang tepat
5. Sudut pendaratan yang paling tepat dan ideal
adalah 3 derajat dan pada glide slope DDM
(DIFFERENCE
IN
DEPTH
OF
MODULATION) = 0 pada pesawat.
6. Glide Slope pada Bandar udara Adi Soemarmo
Surakarta mempunyai frekuensi 329,9 MHz
serta menggunakan pola radiasi capture effect
karena daerah sekitar ujung landasan lebih
tinggi di bandingkan dengan daerah landasan
itu sendiri.
4.2. Saran
1. Untuk kerja praktek berikutnya, dapat
mengambil topik atau tema tentang peralatan
AMSC (Automatic Message Switching Center),
system PABX (Phone Automatic Branch
Exchange), atau Flight Data System (FDS).

DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
Fungsi
Kegunaan
Fasilitas
Telekomunikasi, Navigasi Udara dan Listrik.
Dinas Personalia dan Umum PT (Persero)
Angkasa Pura I. 2010. Selayang
Pandang PT (Persero) Angkasa Pura I
Bandar Udara Internasional Adi
Sumamo Surakarta.
Northsop, Wilcox, 1984, Instrument Manual
Localizer and Glide Slope, Kansas City,
Missouri, USA.
http://www.ilmuterbang.com/fasilitas-navigasidan-pengamatan
http://www.ilmuterbang.com/fasilitas-komunikasipenerbangan
http://www.ilmuterbang.com/fasilitas-bantupendaratan
http://www.wikipedia.com/instrument-landingsystem
http://www.hubud.dephub.go.id
http://www.angkasapura1.co.id
BIODATA

Dudi Dwijayanto (L2F 607

022). Lahir di Cilacap, 13


Oktober
1989.
Menempuh
pendidikan di TK Aisyiah 03
Cilacap, SD N 04 Kebonjati
Cilacap, SMP N 1 Cilacap,
SMA N 1 Cilacap, dan sekarang tercatat sebagai
Mahasiswa Teknik Elektro UNDIP, Angkatan
2007,
Konsentrasi
Elektronika
dan
Telekomunikasi. Telah melaksanakan Kerja
Praktek di PT. Angkasa Pura I Bandar Udara Adi
Sumarmo Surakarta.

Semarang, Mei 2010


Menyetujui
Dosen Pembimbing

SUKISWO, ST,MT
NIP 196907141997021001

Anda mungkin juga menyukai