I.
1.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan di bidang transportasi pada
saat ini semakin pesat yang didukung oleh
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, salah
satu dampak positifnya adalah dengan mudah kita
dapat menjangkau tempat-tempat yang jauh
letaknya dengan fasilitas transportasi yang ada.
Dengan fasilitas transportasi tersebut diharapkan
dapat pula mendukung sektor lain yang berkaitan
untuk kemajuan pembangunan.
Bandar udara sebagai fasilitas yang
menyelenggarakan operasi pengangkutan udara
mempunyai tugas pokok dalam pelayanan dan
keselamatan jasa penerbangan harus didukung
oleh sarana-sarana penunjang operasi diantaranya
fasilitas navigasi udara, fasilitas telekomunikasi
serta fasilitas audio visual dan komputer.
Mengingat pentingnya unsur keselamatan
dalam jasa penerbangan, maka fasilitas navigasi
harus selalu dalam keadaan siap pakai baik
keadaaan peralatan maupun operator dari
peralatan tersebut. Hal ini akan menjadi bagian
terpenting apabila keadaan cuaca buruk dimana
jarak pandang pilot terbatas terhadap kondisi
sekitar. Pada keadaan ini pilot hanya dapat
menggunakan rambu-rambu perlampuan landasan
(visual aid navigation) dan komunikasi radio,
pesawat akan dipandu untuk mencapai tempat
yang sesuai untuk melakukan pendaratan dengan
selamat. Mengingat pentingnya sarana tersebut,
harus didukung oleh peralatan transmisi yang
handal dalam segala keadaan. Bandara Adi
Sumarmo memiliki peralatan glide slope yang di
gunakan untuk membantu pendaratan pesawat
tanpa memperhatikan dengan visual atau
Tujuan
Tujuan dari Kerja Praktek di PT. Angkasa
Pura I Bandar Udara Adi Sumarmo Surakarta
adalah :
1. Untuk mengetahui dan mempelajari Glide
Slope Wilcox Mark 10 sebagai salah satu
Instrument Landing System (ILS).
1.3
Pembatasan Masalah
Pada penulisan laporan kerja praktek ini
hanya di batasi mengenai:
1. Deskripsi Instrument Landing System (ILS)
2. Deskripsi Glide Slope Wilcox Mark 10
3. Blok diagram Glide Slope Wilcox Mark 10
4. Indikator kockpit pesawat
5. Pola radiasi antena Glide Slope Wilcox
Mark 10
II.
Marker Beacon
Transmitter Marker Beacon dimodulasikan
pada 75 Hz yang merupakan penegasan jarak ke
threshold sepanjang akhir pendekatan. Marker
Beacon di identitaskan dengan perbedaan pada
frekuensi dan suara yang di terima oleh cockpit
pesawat.
Marker Beacon dibedakan menjadi tiga
jenis, yaitu:
a. Outer Marker
b. Middle Marker
c.Inner Marker
Dalam beberapa hal Marker Beacon tidak di
pasang. Misalkan, bila pendekatan ke landasan
untuk pendaratan terdapat laut. Dalam hal ini
sebagai gantinya dapat di pasang DME pada Glide
Slope.
2.3.
III.
a.
b.
c.
Pertimbangan Lapangan
Sinyal di ruang angkasa yang di hasilkan
oleh sistem glide slope null reference pada
beberapa bandara mungkin tidak dapat di terima.
Pada keadaan tersebut, jenis lapangan agar dapat
menjadi kriteria yang dapat diterima tingkat
biayanya akan menjadi mahal, sehingga lebih di
utamakan metode-metode alternatif untuk dapat
menghasilkan sinyal pada glide path.
Pada keadaan ini, terdapat dua daerah yang
harus di pertimbangkan dengan tepat dan akurat.
Daerah
pertama
adalah
lapangan
immediate (immediate terrain). Lapangan
immediate berada di depan antena array yang
mengacu pada zona fresnel pertama. Untuk sistem
dengan pola null reference ini meliputi sekitar
3000 kaki yang di ukur dari menara antena
pemancar glide path sepanjang garis paralel pada
garis pusat landasan immediate, yang meliputi
zona fresnel pertama pada lapngan yang tidak
beraturan (irregular terrain). Sistem glide slope
untuk pola radiasi null reference mungkin tidak
membentuk sinyal yang baik. Hal ini terjadi
karena terdapat pembatasan yang sangat keras
pada setiap sistem antena glide slope yang terjadi
dimana zona fresnel pertama adalah 1000 kaki.
Daerah kedua adalah daerah terjauh dari
ujung landasan yang berjarak kira-kira 5 mil (8
km) atau lebih dari ambang pintu landasan.
Daerah panjang kedua meliputi daerah slope
bagian atas antara 5 mil dari ujung landasan yang
dapat menyebabkan pembengkokan yang keras
pada susunan glide path. Bengkokan dan
scalloping di hasilkan oleh cerminan dari slope
bagian atas sampai hasil garis path (pathline
result)
pada
cancelasi
pembatalan dan
penambahan sinyal RF. Refleksi ini juga akan
menghasilkan bentuk atau pola tipe-tipe glide path
yang lain. Hal ini terjadi karena sebuah daerah
slope up yang berjarak 5 mil akan dipantulkan
kembali oleh sinyal glide slope.
3.4.2. Pola Radiasi Sideband Reference Glide
Slope
Pola radiasi sideband reference adalah
pola radiasi yang menggunakan antena bawah
yang tingginya lebih rendah daripada pola radiasi
null reference. Hasil daripada pola tersebut akan
lebih mendekati pada persyaratan lapangan.
Prinsip dari sistem sideband reference adalah
menggunakan 2 antena yang berjarak kira kira
3:1 dari rasio ketinggian untuk dapat meradiasi
sinyal sideband dengan sudut sebesar 1800. Sinyal
sideband ini saling bergabung di angkasa untuk
dapat menghasilkan sebuah struktur lobe vertikal
yang sama dengan struktur lobe reference.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
Fungsi
Kegunaan
Fasilitas
Telekomunikasi, Navigasi Udara dan Listrik.
Dinas Personalia dan Umum PT (Persero)
Angkasa Pura I. 2010. Selayang
Pandang PT (Persero) Angkasa Pura I
Bandar Udara Internasional Adi
Sumamo Surakarta.
Northsop, Wilcox, 1984, Instrument Manual
Localizer and Glide Slope, Kansas City,
Missouri, USA.
http://www.ilmuterbang.com/fasilitas-navigasidan-pengamatan
http://www.ilmuterbang.com/fasilitas-komunikasipenerbangan
http://www.ilmuterbang.com/fasilitas-bantupendaratan
http://www.wikipedia.com/instrument-landingsystem
http://www.hubud.dephub.go.id
http://www.angkasapura1.co.id
BIODATA
SUKISWO, ST,MT
NIP 196907141997021001