Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit serius dan menghabiskan
banyak biaya yang menjadi semakin umum, terutama di negara-negara
berkembang (WHO, 2014). Prevalensi global penderita DM adalah sebesar
8.3% sementara penderita Impaired Glocose Tolerance (IGT) adalah 6.9%
dari total penduduk dunia. Mayoritas 382 juta orang dengan DM berusia
antara 40 dan 59, dan 80% dari mereka hidup di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah (IDF, 2013). DM terjadi ketika pankreas
tidak memproduksi insulin yang cukup, atau ketika tubuh tidak dapat secara
efektif

menggunakan

insulin

yang

dihasilkan.

Hal

ini

menyebabkan

peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah (hiperglikemia) (WHO,2014).


Data IDF menunjukkan Indonesia menempati urutan ke-7 penderita DM
terbanyak yaitu sebesar 8.5 juta kasus DM pada tahun 2013 dan diperkirakan
akan meningkat menjadi peringkat ke-6 dengan jumlah penderita sebesar 14.1
juta di tahun 2035 (IDF, 2014). Sementara data survey riskesdas pada tahun
2013 menunjukkan bahwa prevalensi penderita DM di Indonesia (>15 tahun)
adalah sebesar 2,1%, yang meningkat dari 1,1% di tahun 2007 (Riskesdas,
2013)
Prevalensi DM di Sulawesi Selatan meningkat secara drastic dari 0.9%
di tahun 2007 menjadi 3.9% di tahun 2013, prevalensi di Sulawesi Selatan
menempati urutan ketiga tertinggi setelah Sulawesi Utara dan Sulawesi
Tengah. Di Indonesia, prevalesi penderita DM cenderung lebih tinggi pada

perempuan, pada masyarakat perkotaan dan

pada masyarakat dengan

tingkat pendidikan tinggi dan dengan kuintil indeks kepemilikan tinggi


(Riskesdas, 2013).
Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit dengan komponen stres
oksidatif. Insulin yang tidak dapat bekerja secara optimal menyebabkan
peningkatan glukosa darah atau hiperglikemia yang dapat meningkatkan stres
oksidatif.

Stres

oksidatif

adalah

keadaan

yang

ditandai

oleh

ketidakseimbangan antara oksidan dan antioksidan dalam tubuh. Munculnya


stres oksidatif pada DM terjadi melalui tiga mekanisme, yakni glikasi
nonenzimatik pada protein, jalur poliol sorbitol (aldosa reduktase), dan
autooksidasi glukosa. Perubahan status oksidatif itu ditandai dengan
perubahan aktivitas antioksidan endogen serta meningkatnya kerusakan
biomolekul secara oksidatif. Oleh karena itu diperlukan antioksidan eksogen
sebagai penghambat kerusakan oksidatif di dalam tubuh. Penderita diabetes
memerlukan asupan antioksidan dalam jumlah besar karena peningkatan
radikal bebas akibat hiperglikemia (Setiawan dan Suhartono, 2005).
Ubi jalar merupakan bahan makanan yang banyak dijumpai di
Indonesia. Tanaman ini tumbuh subur di hampir semua pulau di Indonesia.
Umumnya yang dimanfaatkan dari tanaman ubi jalar adalah bagian umbinya.
Sulawesi selatan merupakan salah satu propinsi yang memiliki komoditas
pangan ubi jalar yang besar, dimana produksi ubi jalar pada tahun 2012
mencapai 94.473 ton (BPS, 2013)
Ubi jalar ungu (Ipomea batatas L.) potensial sebagai sumber
antosianin yang dapat berfungsi sebagai antioksidan, antimutagenik, dan
antikarsinogenik (Lim, 2012; Montilla et al 2011 ; Husna dkk 2011; Islam et al

2014). Ubi jalar ungu pekat mengandung antosianin sebesar 61,85 mg/100 g,
17 kali lebih besar dibandingkan dengan kandungan antosianin ubi jalar ungu
muda yaitu 3,51 mg/100g. Proses pengolahan menurunkan kandungan
antosianin ubi jalar ungu segar, tetapi produk yang dihasilkan tetap
menyisakan kandungan antosianin sebagai sumber antioksidan. Penurunan
kandungan antosianin ditemukan pada produk olahan dari ubi jalar ungu
seperti ubi kukus, keripik, ubi goreng, dan tepung ubi jalar ungu (Husna dkk
2011). Penurunan total antosianin adalah sebesar 1,78 kali setelah ubi jalar
ungu digoreng (Tokuzoglu and Yilgirim, 2012)
Antosianin digunakan sebagai pewarna alami pada produk makan dan
minuman sehingga dapat mengganti penggunaan pewarna sintetis pada
produk pangan, pigmen antosianin juga dapat berperan sebagai penangkal
radikal bebas yang berfungsi sebagai antioksidan dalam tubuh (Samber dkk
2011). Pigmen antosianin dan flavonoid lainnya diduga diproduksi dalam
sistem kultur sel tanaman dapat memberikan keuntungan besar untuk
penelitian kesehatan dan gizi karena mereka cepat dan mudah terisolasi dan
ditemukan dalam buah-buahan utuh yang mudah untuk biolabeling sehingga
proses metabolik dapat diselidiki setelah konsumsi (Lila, 2004).
Beberapa penelitian menunjukkan manfaat anthocyanin

dalam

menurunkan kadar glokosa dalam darah. Penelitian yang dilakukan oleh


Grace et al menggunakan blueberry yang diketahui mengandung anthosianin
yang tinggi menunjukkan bahwa anthocyanin dari blueberry tersebut memiliki
potensi untuk mengurangi gejala hiperglikemia pada tikus diabetes (Grace et
al, 2009). Sementara penelitian oleh Nizamutdinova et al menggunakan

ekstrak antosianin dari kulit biji kedelai hitam menunjukkan penurunan kadar
glukosa dan meningkatkan fungsi hemodinamik jantung. Selain itu antosianin
tidak hanya meningkatkan penurunan tingkat insulin pada tikus yang telah
diberikan streptozotocin, tetapi juga menurunkan kadar trigliserida yang
disebabkan oleh injeksi streptozotocin dalam serum (Nizamutdinova, et al,
2009).
Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melihat
efek ekstrak anthocyanin yang terkandung dalam ubi jalar ungu pada kadar
glukosa darah manusia.
B. Rumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah Bagaimana pengaruh
pemberian ekstrak antosianin dari ubi jalar ungu terhadap penurunan kadar
glukosa darah.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
1. Untuk menilai efek ekstrak antosianin dari ubi jalar ungu pada kadar
glukosa darah
Tujuan Khusus :
1.
Menilai perubahan kadar glukosa darah setelah pemberian ekstrak
2.

ubi jalar ungu


Menilai besar perbedaan perubahan kadar glokusa darah sebelum
dan setelah menerima ekstrak antosianin dari ubi jalar ungu

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis, menjadi dasar pertimbangan untuk pemanfaatan ubi jalar
ungu dalam menanangi kejadian hyperglikemia dalam masyarakat.

2. Manfaat ilmiah, memberikan sumbangan pemikiran yang kreatif, aplikatif


dan ilmiah yang dapat bermanfaat bagi dunia kesehatan dan gizi sebagai
tambahan pangan yang dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kadar
glukosa dalam darah pada penderita hiperglikemia.
3. Manfaat lain, sebagai upaya pengembangan pangan alternatif yang
berbasis umbi-umbian dalam hal ini adalah ubi jalar ungu.
E. Keaslian Penelitian

Anda mungkin juga menyukai