PENDAHULUAN
1.1
sirosis
hepatis
akibat
perubahan
morfologi
dapat
Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari sirosis hati?
2. Apa klasifikasi dari sirosis hati?
3. Bagaimana etiologi dari sirosis hati?
4. Bagaimana patofisiologi dari sirosis hati?
5. Bagaimana manifestasi klinis sirosis hati?
6. Apa komplikasi dari sirosis hati?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis sirosis hat?
8. Bagaimana pathway sirosis hati?
9. Bagaimana konsep asuhan keperawatan dari sirosis hati?
1.2
Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
Setelah membaca makalah ini, mahasiswa diharapkan dapat memperoleh
pengetahuan mengenai sirosis hati dan komplikasinya dan mampu
memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif kepada pasien.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi dari sirosis hati
2. Untuk mengetahui sirosis hati
3. Untuk mengetahui etiologi dari sirosis hati
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari sirosis hati
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis sirosis hati
6. Untuk mengetahui komplikasi dari sirosis hati
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis sirosis hati
8 Untuk mengetahui pathway sirosis hati
9. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dari sirosis hai
BAB 2
KONSEP TEORI
2.1
terjadi dalam hati sekitar saluran empedu. Tipe ini biasanya terjadi akibat
obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).
4. Sirosis cardiac. Sirosis ini merupakan sirosis sekunder yang muncul
akibat gagal jantung dengan kongesti vena hepar yang kronis.
2.4
Patofisiologi
Konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor penyebab
yang utama. Sirosis terjadi paling tinggi pada peminum minuman keras.
Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein turut
menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang
berlebihan merupakan faktor penyebab utama pada perlemakan hati dan
konsekuensi yang ditimbulkannya. Namun demikian, sirosis juga pernah
terjadi pada individu yang tidak memiliki kebiasan minum dan pada
individu yang dietnya normal tapi dengan konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat kimia tertentu
(karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor) atau infeksi
skistosomiastis dua kali lebih banyak daripada wanita dan mayoritas pasien
sirosis berusia 40 60 tahun.
Sirosis laennec merupakan penyakit yang ditandai oleh nekrosis
yang melibatkan sel-sel hati dan kadang-kadang berulang selama perjalanan
penyakit sel-sel hati yang dihancurkan itu secara berangsur-angsur
digantikan oleh jaringan parut yang melampaui jumlah jaringan hati yang
masih berfungsi. Pulau-pulau jaringan normal yang masih tersisa dan
jaringan hati hasil regenerasi dapat menonjal dari bagian-bagian yang
berkonstriksi sehingga hati yang sirotik memperlihatkan gambaran mirip
paku sol sepatu berkepala besar(hobnail appearance) yang khas.
Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang insidus dan
perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga kadang-kadang melewati
rentang waktu 30 tahun/lebih.
2.5
Manifestasiklinis
Stadium awal sirosis sering tanpa gejala sehingga kadang
ditemuakan pada waktu pasien melakukan pemeriksaan kesehatan rutin atau
5
karena penyakit lain. Gejala awal sirosis meliputi perasaan mudah lelah dan
lemas, selera makan berkurang, perasaan perut kembung, mual, BB
menurun, pada laki laki dapat timbul impotensi, testis mengecil, buah
dada membesar, hilangnya dorongan seksualitas. Bila sudah lanjut gejala
gejala ini lebih menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati
dan hipertensi porta, meliputi hilangnya rambut badan, gangguan tidur, dan
demam tak begitu tinggi. Mungkin diserti adanya gangguan pembekuan
darah, pendarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus haid, ikterus dengan air
kemih berwarna seperti teh pekat, muntah darah atau melena, serta
perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi,
2.6
sampai koma.
Komplikasi
Komplikasi yang sering timbul pada penderita sirosis hati diantaranya
adalah:
1. Perdarahan Gastrointestinal
Setiap penderita Sirosis Hepatis dekompensata terjadi hipertensi
portal, dan timbul varises esophagus. Varises esophagus yang terjadi pada
suatu waktu mudah pecah, sehingga timbul perdarahan yang massif. Sifat
perdarahan yang ditimbulkan adalah muntah darah atau hematemesis
biasanya mendadak dan massif tanpa didahului rasa nyeri di epigastrium.
Darah yang keluar berwarna kehitam-hitaman dan tidak akan membeku,
karena sudah tercampur dengan asam lambung. Setelah hematemesis selalu
disusul dengan melena (Sujono Hadi). Mungkin juga perdarahan pada
penderita Sirosis Hepatis tidak hanya disebabkan oleh pecahnya varises
esophagus saja. FAINER dan HALSTED pada tahun 1965 melaporkan dari
76 penderita Sirosis Hepatis dengan perdarahan ditemukan 62% disebabkan
oleh pecahnya varises esofagii, 18% karena ulkus peptikum dan 5% karena
erosi lambung.
2. Koma hepatikum
Komplikasi yang terbanyak dari penderita Sirosis Hepatis
adalah koma hepatikum. Timbulnya koma hepatikum dapat sebagai akibat
dari faal hati sendiri yang sudah sangat rusak, sehingga hati tidak dapat
melakukan fungsinya sama sekali. Ini disebut sebagai koma hepatikum
glomeluronefritis
kronik,
pielonefritis,
Pemeriksaan Penunjang
sistitis,
perikarditis,
2.8 Penatalaksanaan
Etiologi
sirosis
mempengaruhi
penanganan
sirosis.
Terapi
sebagai terapi dini partama diberikan 100 mg secara oral setiap hari selama
1 th. Namun pemberian lamivudin setelah 9-12 bulan menimbulkan mutasi
YMDD sehingga terjadi resistensi obat. Interferon alfa diberikan secara
suntikan subkutan 3 MIU, 3x seminggu selama 4-6 bulan.
Pada hepatitis C kronik kombinasi interferon dengan ribavirin
merupakan terapi standar. Interferon diberikan secara suntikan subkutan
dengan dosis 5 MIU 3x seminggu dan dikombinasi libivirun 800-1000
mg/hari sela 6 bulan. Pada pengobatan fibrosis hati, pengobatan anti
fiibrotik pada saat ini lebih mengarah kepada peradangan dan tidak terhadap
fibrosis. Dimasa datang, menempatkan sel stelata sebagai target pengobatan
dan mediator vibrogenik akan merupakan terapi utama. Pengobatan untuk
mengurangi aktifitas dari sel stelata bisa merupakan salah satu pilihan.
Interferon mempunyai aktifitas antifibrotik yang dihubungkan dengan
pengurangan aktifasi sel stelata. Kolkisin memiliki efek anti peradangan dan
mencegah pembentukan kolagen, namun belum terbukti dalam penelitian
sebagai anti fibrosis dan sirosis. Metotreksat dan vit.A juga dicobakan
sebagai antivibrosis. Selain itu, obat obatan herbal juga sedang dalam
penelitian.
10
11
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
1. Identitas Klien meliputi : Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada
kaum laki-laki jika dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1
dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 59 tahun.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan Utama : Penyakit ini dapat berjalan tanpa keluhan dan dapat juga
dengan atau tanpa gejala klinik yang jelas. Mula-mula timbul kelemahan
badan, rasa cepat payah yang makin menghebat, nafsu makan menurun,
penurunan berat badan, badan menguning (ikterus), demam ringan,
sembab tungkai dan pembesaran perut (asites).
12
tegang, mual muntah, tidak ada nafsu makan, demam dan lain-lain.
Riwayat kesehatan masa lalu : Apakah pasien pernah dirawat dengan
penyakit yang sama atau penyakit lain yang berhubungan dengan penyakit
hati, sehingga menyebabkan penyakit Sirosis hati karena sirosis hati
merupakan penyakit kelainan hati dari komplikasi pada sakit hati primer
yang sebelumnya telah ada. Apakah pernah sebagai pengguna alkohol
dalam jangka waktu yang lama disamping asupan makanan dan perubahan
13
kesadaran)
salah
satunya
bingung, , koma.
dengan
adanya
anemia
14
Ruang/kelas
No. Reg
DATA
:
:
ETIOLOGI
Intake inadekuat
DS:
MASALAH
Perubahan
Nutrisi: kurang
dari kebutuhan
makan menurun
DO:
Pasien tidak nafsu makan,
mual/muntah
A:
BB SMRS = 39 kg
15
BB MRS = 35 kg
TB = 149 cm
B: Hasil pemeriksaan laborat,
penurunan kadar protein dalam
darah tdk dlm batas normal (<3,5
mg/dl), Hb menurun (<10 mg/dl)
C: Turgor kulit menurun
(kembali > 2 dtk). Mukosa bibir
kering.
D: Penurunan nafsu makan,
Porsi makan tidak habis
2
Gangguan
DS:
Pasien
Penurunan
mengatakan
perutnya protein
plasma
volume cairan;
lebih dari
kebutuhan
tubuh
DO:
Distensi vena jugularis 5 3
cmH2O, asites, balance cairan 500 ml/24 jam, Ht : 23 %,
protein total 4,6 mmol, Cl;110,
ketidakseimbangan elektrolit,
16
DS:
Penurunan turgor
Kerusakan
kulit
integritas kulit
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake
inadekuat
2. Gangguan volume cairan; lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan terganggunya mekanisme pengaturan (penurunan plasma
protein)
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan turgor kulit menurun.
Tujuan/ KH
Setelah dilakukan
Intervensi
1. Ukur masukan diet
Rasional
1. Memberikan
tindakan
harian dengan
informasi tentang
keperawatan 2x24
jumlah kalori.
kebutuhan
jam dengan
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi
terpenuhi secara
adekuat
Kriteria Hasil:
-Menunjukkan
peningkatan berat
pemasukan/defisie
2. Timbang sesuai
indikasi.
Bandingkan
perubahan status
cairan, riwayat berat
badan, ukuran kulit
nsi
2. Mungkin sulit
untuk
menggunakan BB
sebagai indikator
langsung status
nutrisi karena ada
trisep.
badan
gambaran
(keseimbangan
edema/asites.
17
Ttd
pemeriksaan
nutrisi) mencapai
berguna dalam
mengkaji
laboratorium
perubahan massa
normal.
-Nafsu makan
meningkat.
lemak subcutan.
3. Diet yang tepat
penting untuk
penyembuhan.
Pasien mungkin
makan lebih baik
bila keluarga
terlibat dan
makanan yang
pasien.
Pertimbangkan
pilihan makanan
yang disukai.
4. Berikan tambahan
disukai sebanyak
mungkin.
4. Tambahan garam
garam bila
meningkatkan rasa
diizinkan; hindari
makanan dan
yang mengandung
membantu
amonium.
meningkatkan
selera makan;
amonia potensial
5. Berikan makanan
halus, hindari
resiko ensefalopati.
5. Perdarahan dari
makanan kasar
varises esofagus
sesuai indikasi.
6. Berikan perawatan
siriosis berat.
6. Pasien cenderung
mengalami luka
atau perdarahan
18
dimana menambah
anoreksia.
7. Makanan tinggi
kalori dibutuhkan
pada kebanyakan
pasien yang
pemasukannya
dibatasi,
karbohidrat
memberikan energi
siap pakai. Lemak
diserap dengan
buruk karena
disfungsi hati dann
mungkin
memperberat
ketidaknyamanan
abdomen. Protein
diperlukan pada
perbaikan kadar
protein serum
untuk menurunkan
edema dan untuk
meningkatkan
2.
tindakan
haluaran, catat
status volume
keperawatan 2x24
keseimbangan
sirkulasi,
jam dengan
Tujuan :
positif. Timbang
terjadinya/perbaika
n perpindahan
Setelah dilakukan
19
pemulihan balance
dan catat
peningkatan lebih
terhadap terapi.
adekuat
Peningkatan berat
badan sering
menunjukkan
terjadi kelebihan
retensi cairan
cairan, Tanda-tanda
vital stabil, Asupan
2. Auskultasi paru,
dan haluaran
seimbang, Edema
bekurang, Tonus
tambahan.
<2 detik
lanjut.
2. Peningkatan
kongesti pulmonal
dapat
mengakibatkan
konsolidasi,
gangguan
pertukaran gas, dan
komplikasi,
3. Ukur lingkar
abdomen per hari.
contoh: edema
paru.
3. Menunjukkan
akumulasi cairan
(asites) diakibatkan
oleh kehilangan
4. Awasi albumin
serum dan elektrolit
(kalium & natrium).
protein
plasma/cairan
kedalam area
peritoneal.
4. Penurunan albumin
serum
mempengaruhi
tekanan osmotik
koloid plasma,
mengakibatkan
pembentukan
20
edema. Penurunan
aliran darah ginjal
menyertai
5.
peningkatan ADH
dan kadar
aldosteron dan
penggunaan
diuretik dapat
menyebabkan
berbagai
perpindahan/ketida
6. Kolaboraasi
pemberian albumin
bebas garam/plasma
k seimbangan
elektrolit.
5. Natrium mungkin
ekspander sesuai
dibatasi untuk
indikasi.
meminimalkan
retensi cairan
dalam area
ekstravaskuler.
Pembatasan cairan
7. Kolaborasi
pemberian obat
sesuai indikasi:
misal diuretik
(spironolakton/aldsct
on; furosemid/ lasix.
perlu untuk
memperbaiki/menc
egah hiponatremi.
6. Albumin mungkin
diperlukan untuk
meningkatkan
tekanan osmotik
koloid dalam
kompartemen
vaskuler, sehingga
meningkatkan
volume sirkulasi
21
efektif dan
penurunan
terjadinya asites.
7. Digunakan untuk
mengontrol edema
dan asites.
Mengambat efek
aldosteron,
meningkatkan
eksresi air sambil
menghemat
kalium, bila terapi
konservatif dengan
tirah baring dan
pembatasan
natrium tidak
3.
Setelah dilakukan
1. Awasi frekuensi,
mengatasi.
1. Pernapasan
tindakan
kedalaman, dan
dangkal
keperawatan 2x24
upaya pernapasan.
cepat/dispnea
jam dengan
Tujuan :
mungkin ada
sehubungan
Tujuan: perbaikan
dengan hipoksia
status pernafasan
Kriteria Hasil:
dan atau
2. Auskultasi bunyi
Mempertahankan
pola pernapasan
mengi, ronkhi.
akumulasi cairan
dalam abdomen.
2. Menunjukkan
terjadinya
komplikasi,
sianosis, dengan
contoh: adanya
bunyi tambahan
kapasitas vital
menunjukkan
22
dalam rentang
akumulasi
normal.
cairan/sekresi, tak
3. Selidiki perubahan
tingkat kesadaran.
ada /menurunnya
bunyi atelektasis),
meningkatkan
resiko infeksi.
3. Perubahan mental
dapat
4. Pertahankan kepala
menunjukkan
hipoksemia dan
Posisi miring.
gagal pernapasan,
yang sering
disertai koma
hepatik.
4. Memudahkan
pernapasan dengan
menurunkan
tekanan pada
diafragma dan
meminimalkan
ukuran aspirasi
dada
sekret.
5. Membantu
7. Berikan tambahan
oksigen sesuai
indikasi.
8. Siapkan untuk/bantu
untuk prosedur,
contoh: parasintesis.
terjadinya
komplikasi paru.
7. untuk
mengobati/menceg
23
ah hipoksia. Bila
pernapasan
/oksigenasi tidak
adekuat, ventilasi
mekanik sesuai
kebutuhan.
8. Kadang-kadang
dilakukan untuk
membuang cairan
asites bila keadaan
pernapasan tidak
mebaik dengan
tindakan
24
BAB 4
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Sirosis hati merupakan penyebab kematian (setelah penyakit
kardiovaskuler dan kanker). Penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai
pada kaum laki-laki jika dibandingkan dengan kaum wanita sekita 1,6 : 1
dengan umur rata-rata terbanyak antara golongan umur 30 59 tahun
dengan puncaknya sekitar 40 49 tahun.
Sirosis Hepatis adalah penyakit yang ditandai oleh adanya
peradangan difus dan menahun pada hati, diikuti dengan proliferasi jaringan
ikat, degenerasi, dan regenerasi sel sel hati sehingga susunan parenkim
hati terganggu (rusak). Etiologi penyakit Sirosis hepatis belum diketahui
secara jelas, namun terdapat factor predisposisi yakni diantaranya pasien
dengan riwayat penyakit hepatitis, alkoholik, malnutrisi, dll. Untuk
menegakkan diagnosa sirosis hepatis dapat diperoleh dari gejala klinis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan darah maupun
pemeriksaan radiologis, pemeriksaan USG, dan pemeriksaan CT scan.
Pnatalaksanaan Sirosis hepatis tergantung kondisi, komplikasi, dan
prognosisnya.
4.2
Saran
1. Bagi mahasiswa semoga makalah ini dapat membantu kita semua dalam
berbagai ilmu pada proses pembelajaran.
2. Diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada
pasien dengan sirosis hepatis dan komplikasinya
25
asuhan
Kedokteran (EGC).
26