PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi
terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka tidak mengherankan jika semua negara
baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai
pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai
cara pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan
terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi.
Seiring dengan kemajuan teknologi, manusia terus melakukan perubahanperubahan dalam hal pengolahan bahan makanan. Hal ini wajar sebab dengan
semakin berkembangnya teknologi kehidupan manusia semakin hari semakin sibuk
sehinngga tidak mempunyai banyak waktu untuk melakukan pengolahan bahan
makana yang hanya mengandalkan bahan mentah yang kemudian diolah didapur.
Dalam keadaaan demikian, makanan cepat saji (instan) yang telah diolah dipabrik
atau telah diawetkan banyak manfatnya bagi masyarakat itu sendiri. Permasalahan
atau petanyaan yang timbul kemudian adalah apakah proses pengawetan, bahan
pengawet yang ditambahkan atau produk pangan yang dihasilkan aman dikonsumsi
manusia? Banyaknya kasus keracunan makanan yang terjadi dimasyarakat saat ini
mengindikasikan adanya kesalahan yang dilakukan masyarakat ataupun makaan
dalam mengolah dan mengawetkan bahan makanan yang dikonsumsi. Problematika
mendasar pengolahan makanan yang dilakukan masyarakat lebih disebabkan budaya
pengelohan pangan yang kurang berorientasi terhadap nilai gizi, serta keterbatasan
pengetahuan sekaligus desakan ekonomi sehingga masalah pemenuhan dan
pengolahan bahan pangan terabaikan, Industri makanan sebagai pelaku penyedia
produk makanan seringkali melakukan tindakan yang tidak terpuji dan hanya
berorientasi profit oriented dalam menyediakan berbagai produk di pasar sehinngga
hal itu membuka peluang terjadinya penyalahgunaan bahan dalam pengolahan bahan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Keuntungan enkapsulasi
3
interaksi
negatif
dengan
senyawa
lain
(misalnya,
lumping,
meningkatkan
flowability,
kompresi,
dan
sifat
minyak peppermint, minyak bawang putih maupun bawang bombay, minyak bumbubumbu. Ketertarikan pemanfaatan enkapsulasi dalam bumbu-bumbu terutama dalam
proses pembuatan saus. Mikroenkapsulasi perasa pada umumnya menggunakan spray
drying meskipun spray cooling/chilling, extrusion, inculsion complexation juga
sering digunakan. Spray drying paling sering digunakan untuk enkapsulasi karena
selain murah dalam ongkos produksi juga menghasilkan butiran (powder) yang lebih
seragam ukurannya. Bahan-bahan yang umum digunakan untuk menyimpan perasa
adalah bahan yang mengandung gula, seperti pati dan gum. Di dalam minyak sitrus
terdapat perasa yang meliputi lemon, orange, grape, lime, dan grapefruit. Enkapsulasi
minyak sitrus yang disimpan dalam maltodextrin menggunakan proses spray drying
memiliki kestabilan yang lebih baik dari pada minyak yang tidak dillindungi. Minyak
sitrus sangat mudah mengalami proses oksidasi karena adanya ikatan tidak jenuh
pada struktur mono dan sesquiterpenoid-nya. Proses oksidasi menghasilkan rasa yang
4
Asam
Asam askorbat dapat meningkatkan penyerapan zat besi dari usus dengan
mereduksi zat besi menjadi senyawa yang lebih mudah larut dan mudah diserap.
Meskipun demikian, asam askorbat merupakan senyawa yang sangat tidak stabil dan
mudah hancur dalam pengolah oleh suhu, pH, oksigen dan sinar ultraviolet. Teknik
mikroenkapsulasi merupakan aplikasi yang baik untuk mengatasi kekurangan dari
asam askorbat. Bahan pelapis yang digunakan adalah polyglycerol monostearate
(PGMS) dan Medium Chain Triglyceride (MCT).
Asam dapat menghasilkan bau yang tidak sedap ketika ditambahkan secara
langsung ke makanan. Dengan mikroenkapsulasi, asam dapat ditambahkan pada
makanan tanpa bau mencolok hingga kadar tertentu, dimana tanpa mikroenkapsulasi
pada kadar yang sama memberikan bau mencolok. Manfaat dari enkapsulasi asam
adalah untuk mengatur saat pelepasan, melindungi dari panas dan cahaya.
c.
Enzim
Minyak atsiri
Masih adanya kekurangan produk rempah-rempah dalam bentuk minyak atsiri
maupun oleoresin mendorong para ahli mengolah lebih lanjut kedua produk tersebut.
Pengembangan lebih lanjut dari oleoresin atau minyak atsiri diantaranya adalah
dengan teknik enkapsulasi. Dalam teknik ini flavor (misalnya minyak atsiri atau
oleoresin) diperangkap dalam suatu pelapis polimer, membentuk mikrokapsul bulat
dengan ukuran antara puluhan mikron sampai beberapa milimeter. Isi atau flavor
6
semprot
adalah
Tujuan iradiasi
Untuk mengurangi kehilangkan akibat kerusakan dan pembusukan, serta
Teknik iradiasi
Jenis iradiasi pangan yang dapat digunakan untuk pengawetan bahan pangan
adalah radiasi elektromagnetik yaitu raidasi yang menghasilkan foton berenergi tinggi
sehingga sanggup menyebabkan terjadinya ionisasi dan eksitasi pada materi yang
dilaluinya. Jenis iradiasi ini dinamakan radiasi pengion, contoh radiasi pengion
adalah radiasi partikel , , dan gelombang elektromagnetik . Apabila suatu zat
dilalui radiasi pengion, energy yang melewatinya akan diserap dan menghasilkan ion.
Energy yang melewatinya akan diserap dan menghasilkan pasangan ion. Energy yang
diserap oleh tumbukan radiasi dengan partikel bahan pangan akan menyebabkan
eksitasi dan ionisasi beribu atom dalam lintasannya yang akan terjadi dalam waktu
kurang dari 0,001 detik.
4.
Sumber iradiasi
terbentuknya senawa radioaktif pada bahan pangan. Sampai saat ini sumber iradiasi
yang banyak digunakan adalah 60Co dan 137Cs.
5.
Dosis iradiasi
Dosis (kGy)
0,05-0,15
Produk
Kentang, bawang putih,
bawang bombay, jahe.
0,15-0,50
parasit
Serealia, kacang-kacangan,
buah segar dan kering.
Perlambatan proses
0,50-1,00
1,00-3,00
Pembasmian
1,00-7,00
Fisiologis
Dosis sedang ( 1-10 kGy )
mikroorganisme perusak
dan pathogen
Anggur (meningkatkan
sari), sayuran kering
(mengurangi waktu
pemaskan)
dan komponennya
Target iradiasi ada 3 kelompok :
1. Kelompok I ( Dosis rendah sampai 1 kGy )
Untuk menghambat perkecambahan, membunuh serangga.
2. Kelompok II ( Dosis 1-10 kGy )
Untuk memperpanjang umur simpan bahan makanan segar, membunuh
mikroorganisme pathogen, memperbaiki bahan pangan sehingga mudah untuk
diolah lebih lanjut.
10
3. Kelompok III
Usaha untuk sterilisasi komersial terhadap makana kering dan untuk
dekontaminasi dari beberapa makanan yang mengalami pemanasan dan
pengalengan.
Dosis yang digunakan secara umum adalah ;
1. 0,15- kGy 0,30 kGy
Untuk membasmi serangga.
2. 0,25 kGy 0,50 kGy
Sebagai fumigan kimia untuk disinfeksi sperti padi-padian.
3. 0,15 kGy
Disinfeksi ikan kering dan curing ikan, rempah-rempah, dan bahan baku
obat tradisional.
4. 0,1 kGy
Penghambatan pertunasan pada bawang merah, umbi kentang, bawang
putih.
5. 1,0 kGy
Untuk menghambat pemasakan pada pisang, strawberi, mangga papaya,
6.
jamur.
Prinsip iradiasi pangan
Skema proses pengolahan bahan pangan dengan iradiasi
Sinar X, gamma, berkas elektron
Sumber Iradiasi
Bahan Pangan
Penjelasan skema :
Terlihat bahwa sumber iradiasi (sinar X, gamma dan berkas elektron)
mengenai bahan pangan. Apabila hal ini terjadi maka akan menimbulkan eksitasi,
ionisasi dan perubahan komponen yang ada pada bahan pangan tersebut. Apabila
perubahan terjadi pada sel hidup, maka akan menghambat sintesis DNA yang
menyebabkan proses terganggu dan terjadi efek biologis. Efek inilah yang digunakan
sebagai dasar untuk menghambat tumbuhan mikroorganisme pada bahan pangan.
Apabila jaringan hidup di iradiasi maka energi ionisasi akan mengakibatkan
perubahan kimia yang berpengaruh terhadapt proses metabolisme dari jaringan
tersebut.
7.
Pemakaian iradiasi
Untuk memastikan terdapatnya tingkat keamanan yang diperlukan. Peraturan
tentang iradiasi pangan adalah Peraturan Menteri Kesehatan RI No.826 tahun 1987
dan No. 152 tahun 1995. Peraturan tersebut selanjutnya digunakan sebagai bahan
acuan dalam penyusunan Undang-Undang Pangan No.7 tahun 1996.
C. Pengolahan Atau Pengawetan Pangan Dengan Emulsi
1. Pengertian
Emulsi adalah campuran dua zat yang saling melarut, salah satu zat cair
ituterdispersi (fase terdispersi) dalam zat cair lain (fase kontinyu) dalam bentuk butirbutir yang sangat halus, emulsi adalah termodinasmis tidak stabil karena kontak yang
kurang baik antara minyak dan molekul air (Friberg, 1997), dan sebagai akibat
struktur fisik mereka yang akan cenderung berubah dari waktu kewaktu oleh berbagai
mekanisme (misalnya, creaming, flokulasi, dan peleburan) .
2. Fungsi emulsi
Fungsi emulsi yaitu untuk membuat bahan olahan pangan seperti mentega,
santan kelapa, mayonnaise, french dressing, cheese cream, kuning telur, serta susu.
Emulsi juga digunakan untuk membuat kue atau roti stabil dalam oven, mengurangi
12
waktu pengadukan, dan membuat roti lebih halus. Selain itu, emulsi juga berguna
untuk membersihkan minyak dari alat-alat rumah tangga dan pakaian.
3. Jenis emulsi
Berdasarkan fase terdispersinya, dikenal dua jenis emulsi yaitu:
a. Emulsi tipe (o/w) : emulsi minyak dalam air, yaitu
bila
fase
butiran-butiran yang halus, serta dapat menyatu dengan zat terdispersi. Susu bubuk
selain sebagai pelengkap gizi, dapat pula berperan sebagai emulsifier dalam proses emulsi
suatu bahan pangan yang sangat bagus. Susu bubuk merupakan emulsifier yang baik dari
segi tekstur, kemantapan emulsi, ukuran dispersi, maupun rasa. Hal ini dikarenakan
susu bubuk merupakan emulsifier yang lebih terikat pada air atau lebih larut dalam air
(polar) sehingga dapat lebih membantu terjadinya dispersi minyak dalam air dan
menyebabkanterjadinya emulsi minyak dalam air.
Di samping Emulsifier alami telah dibuat Emulsifier buatan yang terdiri dari
monogliserida, misalnya gliseril monostearat. Radikal asam stearate merupakan
gugus nonpolar, sedangkan bagian sisa dari molekul, terutama dua gugus hidroksil
dan gliserol, merupakan gugus yang polar. Sabun juga merupakan emulsifier yang
terdiri dari garam natrium dengan asam lemak. Sabun dapat menurunkan tegangan
permukaan air dan meningkatkan daya pembersih air dengan jalan mengemulsi
mengemulsi lemak yang ada. Contoh lain emulsifier buatan yaitu ester dari asam
lemak sorbitan yang dikenal sebagai SPANS yang dapat membentuk emulsi air dalam
minyak, dan ester dari polioksietilena sorbitan dengaan asam lemak yang di kenal
sebagai TWEEN yang dapat membentuk emulsi minyak dari air.
Pada kue-kue, penggunaan SPANS membentuk serta memperbaiki teksturdan
volume, sedang TWEEN membantu mengurangi atau mencegah kekeringan,
sehingga kue tetap lunak. Jenis emulsifier lain seperti gliseril laktopalmitat, merupakan
emulsifier yang banyak di gunakan dalam pembuatan cakes mixes. CMC (carboxyl methyl
cellulose) banyak digunakan sebagai stabilizer dalam pembuatan salad dressing
French Dressing merupakan salah satu jenis salad Dressing yang berbentuk
bahan pangan cair yang di buat dari minyak nabati tidak kurang dari 35% berat, cuka
atau lemon juice, lada dan mustard, dengan garam dan gula secukupnya. Sebelum di tuang
pada sayuran-sayuran mentah, French Dressing perlu dikocok terlebih dahulu agar
minyak dan cuka bercampur dengan baik. Lada dan mustard bertindak sebagai
emulsifier. Keuntungan menggunakan emulsifier adalah lebih ekonomis bahan telur
bisa dikurangi adonan tetap stabil meski lama belum bisa dimasukkan ke dalam oven.
Pengocokan bisa dilakukan dalam waktu singkat namun cepat mengembang.
Membuat cake lebih halus.
15
bahan hidrofobik, dibuat agar afinitas terhadap air besar, tidak ada lapisan gel yang
tidak permiabel terhadap air, mempunyai proses pembasahan yang baik (segera turun
atau tenggelam tanpa menggumpal), dan mudah terdispersi ke dalam air (tidak
mengendap). Keunggulan produk instan adalah mempermudah penyimpanan dan
transportasi peningkatan mutu karena hilangnya air, dan praktis disantap karena
mudah penanganannya.
Terdapat beberapa jenis Proses Instanisasi, yaitu proses mekanis, dengan cara
memberikan perlakuan mekanis khusus pada permukaannya pelembaban, pengadukan, dan
pemanasan. Dan cara Aditif memberikan zat aditif (lesitin) yang berfungsi sebagai
pembasah, pendispersi dan anti endap. Sifat keunggulan lesitin adalah pengaruh
pembasahannya besar, sifat pendispersi yang baik, sifat anti endap baik,
aggromeratnya
tidak
terlalu
besar/kecil,
mudah
melepas
partikel
17
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang sangat penting dalam
kehidupan manusia. Pengolahan dan pengawetan bahan makanan memiliki interelasi
terhadap pemenuhan gizi masyarakat, maka tidak mengherankan jika semua negara
baik negara maju maupun berkembang selalu berusaha untuk menyediakan suplai
pangan yang cukup, aman dan bergizi. Salah satunya dengan melakukan berbagai
cara pengolahan dan pengawetan pangan yang dapat memberikan perlindungan
terhadap bahan pangan yang akan dikonsumsi. Pengolahan atau pengawetan pangan
dapat dilakukan dengan cara enkapsulasi, irradiasi, emulsi dan instan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Afrianti, Leni Herlani.2008.Teknologi Pengawetan Pangan.Alfabeta:Bandung
Tersedia
pada:
https://www.scribd.com/doc/208545767/Teknologi-Pengolahan-
pada:
https://zaifbio.wordpress.com/2009/02/02/pengolahan-dan-
pada:
http://sehatceriaavail.blogspot.com/2012/01/pengawetan-dengan-
19