Anda di halaman 1dari 9

Laporan Kasus

Katarak Senilis Imatur ODS, Retinopati Diabetikum OS


Oleh:
Rosy Remalya Tambunan
11.2014.256

Pembimbing :
dr Saptoyo A M, Sp.M

Fakultas Kedokteran UKRIDA


Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Periode 4 Mei s/d 6 Juni 2015
RS Family Medical Center (FMC), Sentul

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA


(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)
Jl. Terusan Arjuna No.6 Kebon Jeruk Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Ujian/Presentasi Kasus : Mei 2015
SMF ILMU PENYAKIT MATA
Rumah Sakit Family Medical Center-Sentul
Tanda Tangan
Nama

: Rosy Remalya Tambunan

NIM

: 11-2014-256

Dr. Pembimbing

: dr Saptoyo A M , Sp.M

-------------------

STATUS PASIEN
I.

II.

IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Pemeriksaan

: Ny M
: 59 tahun
: Perempuan
: Islam
: Ibu rumah tangga
: Villa Bogor Indah
: 9 Mei 2015

ANAMNESIS
Dilakukan Autoanamnesis pada tanggal 9 Mei 2015
Keluhan Utama:
Pandangan kedua mata kabur sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit
Keluhan Tambahan:
Pusing saat melihat jauh dan membaca

Riwayat Penyakit Sekarang:


Satu bulan sebelum masuk rumah sakit pasien merasa pandangan kedua mata
kabur. Keluhan pandangan kabur terjadi perlahan-lahan seperti ditutupi kabut. Pasien
juga mengeluh pusing saat melihat jauh dan juga saat membaca dekat. Riwayat gatal,
berair dan perih pada mata disangkal oleh pasien.

Tiga tahun yang lalu pasien pernah memakai kacamata yang dibeli sendiri
tanpa konsultasi dengan dokter. Sejak 3 bulan lalu pasien menghentikan penggunaan
kacamata karena kacamata tidak dapat membantu penglihatan lebih jelas. Pasien
sering merasa kesemutan di kedua kaki. Pasien memiliki riwayat diabetes yang
kurang terkontrol. Riwayat hipertensi dan alergi disangkal oleh pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
a. Umum
- Asthma
- Hipertensi
- Diabetes Melitus
- Stroke
- Alergi

: tidak ada
: tidak ada
: ada (sejak lima tahun lalu)
: tidak ada
: tidak ada

b. Mata
- Riwayat sakit mata sebelumnya
- Riwayat penggunaan kaca mata
- Riwayat operasi mata
- Riwayat trauma mata sebelumnya

: tidak ada
: ada (sejak tiga tahun lalu)
: tidak ada
: tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga:


Penyakit mata serupa : tidak ada
Penyakit mata lainnya : tidak ada
Asthma
: tidak ada
Diabetes
: tidak ada
Glaukoma
: tidak ada
Alergi
: tidak ada
Riwayat Kebiasaan:
Suka makan makanan manis
III.

PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS GENERALIS
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah
: 130/90mmHg
Nadi
: 90 x/menit
Respirasi
: 22 x/menit
Suhu
: 36.7oC
Kepala/leher

: Pembesaran KGB tidak ada

Thorax, Jantung

: dalam batas normal

Paru

: dalam batas normal

Abdomen

: dalam batas normal

Ekstremitas

: dalam batas normal

B. STATUS OPTHALMOLOGIS
OD
0,05 ph 0,3
N
Orthoforia
Edema (-), Hiperemis (-)

PEMERIKSAAN
Visus
TIO
Posisi Bola Mata
Palpebra

OS
1/60 ph 0,5
N
Orthoforia
Edema (-), Hiperemis (-) spasme (-)

spasme (-)
Tenang
Jernih
Dalam
Bulat, sentral, refleks

Konjungtiva
Cornea
COA

Tenang
Jernih
Dalam
Bulat, sentral, refleks cahaya

cahaya langsung dan tak

Iris/Pupil

langsung dan tak langsung (+),

langsung (+), RAPD (-)


Keruh sebagian, Shadow
Test(+)
Jernih
RM (+)
Papil bulat batas tegas
CDR 0,4
A/V 2:3

Lensa
Vitreus

Segmen posterior

RAPD (-)
Keruh sebagian, Shadow test (+)
Jernih
RM (-), Makula eksudat (+),
Mikroaneurisme
Papil bulat batas tegas
CDR 0,4
A/V 2:3

Pergerakan Bola Mata


Baik pada ke 4 kuadran
IV.

Konfrontasi Test

Baik pada ke 4 kuadran

PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan gula darah
a. 2 jam PP = 286 mg/dl (diperiksa tanggal 8 Mei 2015)
b. GDP = 128 mg/dl (diperiksa tanggal 8 Mei 2015)

V.

RESUME
Anamnesis
Satu bulan SMRS pasien merasa pandangan kabur perlahan-lahan seperti ditutupi
kabut. Pasien juga mengeluh pusing saat melihat jauh dan saat membaca dekat. Tiga
tahun yang lalu pasien pernah memakai kacamata yang dibeli sendiri tanpa konsultasi
dengan dokter. Sejak 3 bulan lalu pasien menghentikan penggunaan kacamata karena
kacamata tidak dapat membantu penglihatan lebih jelas. Pasien sering merasa
kesemutan di kedua kaki. Pasien memiliki riwayat diabetes yang kurang terkontrol.
Pasien tidak memiliki riwayat hipertensi.

Dari status oftalmologis didapatkan :


OD
0,05 ph 0,3
Keruh sebagian, Shadow
Test(+)
RM (+)
Papil bulat batas tegas
CDR 0,4
A/V 2:3
VI.

VII.

VIII.

IX.

PEMERIKSAAN
Visus
Lensa

Segmen posterior

OS
1/60 ph 0,5
Keruh sebagian, Shadow
test (+)
RM (-), Makula ekudat (+)
Papil bulat batas tegas
CDR 0,4
A/V 2:3

DIAGNOSIS KERJA
- Katarak Senilis Imatur ODS
- Retinopati Diabetikum OS
DIAGNOSIS BANDING
- Katarak Diabetikum ODS
- Retinopati Hipertensi OS
PEMERIKSAAN ANJURAN
-

Darah lengkap

HbA1C

Fungsi ginjal

EKG

Rontgen thoraks

Echokardiografi

Biometri

Angiography Fluorescein

PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa :
-

Rujuk ke dokter spesialis mata dan penyakit dalam

Edukasi:
-

Menganjurkan pasien untuk melakukan operasi apabila katarak sudah

mengganggu aktivitas sehari-hari.


Mambertitahu pasien untuk menjaga agar gula darah terkontrol dan adanya
komplikasi diabetes pada mata.

IX.
1.

2.

PROGNOSIS
OCCULI DEXTRA (OD)
Ad Vitam
:
Ad Fungsionam
:
Ad Sanationam
:

OCCULI SINISTRA (OS)


Bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam

Bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam

OCCULI DEXTRA (OD)


Ad Vitam
:
Ad Fungsionam
:
Ad Sanationam
:

OCCULI SINISTRA (OS)


Bonam
Dubia ad bonam
Dubia ad bonam

Bonam
Dubia ad malam
Dubia ad bonam

Tujuan Persentasi Kasus


Merupakan kasus demonstrasi agar sebagai dokter umum dapat mengenali gejala
gejala klinis dari kasus katarak yang merupakan penyebab kebutaan terbanyak. Dengan
adanya persentasi kasus katarak ini juga diharapkan dapat membantu dokter umum dalam
mendiagnosis dan membantu memberikan solusi kepada pasien dengan merujuk kepada
spesialis mata.

Masalah dalam Penanganan Katarak dan Retinopati Diabetikum


Retinopati diabetikum merupakan komplikasi yang sangat berbahaya dari diabetes
melitus. Katarak merupakan penyebab kebutaan yang tersering. Maka dari itu sebagai dokter
umum diharapkan mampu untuk mendiagnosis katarak serta retinopati diabetikum dan
merujuk ke dokter spesialis mata untuk tata laksana selanjutnya.

Katarak Senilis Imatur


Katarak merupakan abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak lebih sering dijumpai pada
orang tua, dan merupakan penyebab kebutaan nomor 1 di seluruh dunia. Katarak sendiri
sebenarnya merupakan kekeruhan pada lensa akibat hidrasi atau denaturasi protein sehingga

memberikan gambaran area berawan atau putih. Lebih dari 90% kejadian katarak merupakan
katarak senilis. 20-40% orang usia 60 tahun ke atas mengalami penurunan ketajaman
penglihatan akibat kekeruhan lensa. Sedangkan pada usia 80 tahun ketas insidensinya
mencapai 60-80%.
Penyebab tersering dari katarak adalah proses degenerasi, yang menyebabkan lensa
mata menjadi keras dan keruh. Katarak senilis adalah kekeruhan lensa yang terdapat pada
usia lanjut, yaitu usia di atas 50 tahun. Katarak merupakan penyebab kebutaan didunia saat
ini yaitu setengah dari 45 juta kebutaan yang ada. 90% dari penderita katarak berada di
negara berkembang seperti Indonesia, India dan lainnya.Katarak juga merupakan penyebab
utama kebutaan di Indonesia, yaitu 50% dari seluruh kasus yang berhubungan dengan
penglihatan. Penyebab katarak senilis sampai saat ini belum diketahui secara pasti,diduga
multifaktorial, diantaranya antara lain faktor biologi, yaitu karena usia tua dan pengaruh
genetik. Faktor fungsional, yaitu akibat akomodasi yang sangat kuat mempunyai efek buruk
terhadap serabu-serabut lensa. Gangguan yang bersifat lokal pada lensa, seperti gangguan
nutrisi, gangguan permeabilitas kapsul lensa, efek radiasi cahaya matahari. Gangguan
metabolisme umum seperti diabetes melitus.
Katarak senilis imatur merupakan katarak senilis yang belum mengenai seluruh lapis
lensa. Pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat meningkatnya tekanan
osmotik bahan lensa yang degeneratif. Pada keadaan lensa mencembung akan dapat
menimbulkan hambatan pupil, sehingga terjadi glaukoma sekunder.

Retinopati Diabetikum
Retinopati diabetikum adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada
penderita diabetes melitus. Retinopati pada diabetes melitus lama berupa aneurisma,
melebarnya vena, perdarahan dan eksudat lemak. Retinopati diabetikum merupakan penyulit
diabetes yang paling penting, hal ini disebabkan karena insidennya yang cukup tinggi yaitu
mencapai 40-50% penderita dan prognosisnya yang kurang baik terutama bagi penglihatan.
Mikroaneurisma yaitu penonjolan dinding kapiler terutama daerah vena dengan
bentuk

berupa bintik merah kecil. Kadang-kadang pembuluh darah ini demikian kecil

sehingga tidak terlihat dan dapat terlihat dengan bantuan angiografi fluorescein.
Mikroaneurisma merupakan kelainan diabetes melitus dini pada mata. Mikroaneurisma ini

dapat pecah dan menyebabkan kebocoran pembuluh darah ke jaringan retina di sekitarnya.
Perdarahan retina dapat berupa titik, garis, maupun bercak yang biasanya terletak dekat
mikroaneurismata. Kelainan ini dapat digunakan sebagai prognosis penyakit. Perdarahan
yang luas memberikan prognosis yang lebih buruk dibanding yang kecil. Dilatasi pembuluh
darah vena dengan lumen ireguler dan berkelok-kelok. Biasanya pembuluh darah tidak
menyebabkan perdarahan. Hal ini terjadi akibat kelainan sirkulasi dan kadang disertai dengan
kelainan endotel dan eksudasi plasma. Hard exudate merupakan infiltrasi lipid ke dalam
retina. Gambarannya ireguler, kekuning-kuningan. Eksudat ini dapat muncul dan hilang
dalam beberapa minggu. Kelainan ini terutama banyak ditemukan

pada keadaan

hiperlipoproteinemia. Soft exudate yang sering disebut cotton wool patches yang merupkan
iskemia retina. Kelainan ini akan memperlihatkan bercak berwarna kuning dan difus.
Pembuluh darah baru pada retina biasanya terletak di permukaan jaringan. Neovaskularisasi
yang terjadi akibat proliferasi sel endotel akan tumbuh berkelok-kelok dengan bentuk
ireguler. Edema retina dengan tanda hilangnya gambaran retina terutama daerah makula
sehingga sangat mengganggu tajam penglihatan pasien.
Menurut perjalanannya, retinopati diabetikum dibagi menjadi retinopati diabetika type
non proliferatif dan retinopati diabetika type proliferatif.
1. Retinopati diabetikum non proliferatif
Retinopati diabetikum non proliferatif merupakan stadium awal dari keterlibatan
retina akibat diabetes mellitus yang ditandai dengan adanya mikroaneurisma, hemoragi dan
eksudat dalam retina. Dalam stadium ini terjadi kebocoran protein, lipid atau sel-sel darah
merah dari pembuluh-pembuluh kapiler retina ke retina. Bila proses ini sampai terjadi di
makula yaitu bagian yang memiliki konsentrasi tinggi sel-sel penglihatan maka akan
menimbulkan gangguan pada ketajaman penglihatan.
2. Retinopati diabetikum proliferatif
Iskemia retina yang progresif merangsang pembentukan pembuluh darah baru yang rapuh
sehingga dapat mengakibatkan kebocoran serum dan protein dalam jumlah yang banyak.
Biasanya terdapat di permukaan papil optik di tepi posterior daerah non perfusi. Pembuluh
darah baru berproliferasi di permukaan posterior corpus vitreum dan terangkat bila corpus
vitreum bergoyang sehingga terlepas dan mengakibatkan hilangnya daya penglihatan
mendadak.

Departemen Mata FKUI/RSCM mengklasifikasikan retinopati diabetes sebagai


berikut:
Derajat I : terdapat mikroaneurisma dengan atau tanpa eksudat lemak pada fundus okuli.
Derajat II : terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak dengan atau tanpa eksudat
lemak pada fundus okuli.
Derajat II : terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak, neovaskularisasi dan
proliferasi pada fundus okuli.
Semua penderita diabetes mellitus yang sudah ditegakkan diagnosanya segera
dikonsulkan ke dokter spesialis mata untuk diperiksa retinanya. Jika didapatkan gambaran
retinopati diabetika segera lakukan pemeriksaan Angiografi Fluoresein. Pemeriksaan ini
adalah pemeriksaan sirkulasi darah retina serta penyakit-penyakit yang mengenai retina dan
khoroid. Pemeriksaan ini akan menunjukkan aliran darah yang khas dalam pembuluh darah
saat cairan fluoresein yang disuntikkan intra vena mencapai sirkulasi darah di retina dan
khoroid. Angiografi fluoresein akan merekam gambaran rinci yang halus dari fundus pada
bagian yang berukuran lebih kecil dari kemampuan daya pisah (minimum separable)
penglihatan mata masih dapat diperiksa dengan pembesaran rekaman angiografi fluoresein.
Pembahasan Masalah
Pada pasien dengan keluhan pandangan kedua mata kabur sejak 1 bulan sebelum
masuk rumah sakit dipikirkan diagnosis katarak senilis imatur ODS dan retinopati diabetikum
OS karena usia pasien yaitu di atas 50 tahun, gejala penurunan visus, hasil pemeriksaan fisik
yaitu kekeruhan pada sebagian lensa dan shadow test positif yang mendukung diagnosis
katarak senilis imatur ODS. Hasil anamnesis ditemukan pasien memiliki riwayat diabetes
melitus tidak terkontrol, tampak makula eksudat pada pemeriksaan segmen posterior mata
kiri dan hasil pemeriksaan gula darah pasien diatas normal mendukung diagnosis retinopati
diabetikum OS.
Daftar Pustaka
1. Illyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2010.
2. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asburys General Ophthalmology. 17th ed. USA : Mc
Graw-Hill; 2007.
3. Pandelaki K. Retinopati Diabetik. Dalam : Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV.
Jakarta: Penerbit Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia; 2007.

Anda mungkin juga menyukai