ENCEPHALITIS
Oleh :
Paska Trisnawaty Saragih
13.030
DosenPembimbing:
Nagoklansimbolon, SST.,M.Kes
Hotmaria, S.kep.Ns
DIII KEPERAWATAN
STIKes SANTA ELISABETH MEDAN
T.A 2014/2015
KATA PENGANTAR
Pujidan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
rahmatNya saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan tepat waktu.
Saya juga berterima kasih kepada Ibu Hotmarina selaku dosen pembimbing yang
telah membimbing saya dalam menyelesaikan tugas Keperawatan Anak dengan judul
Asuhan Keperawatan Sistem Saraf Pada Anak Dengan Encephalitis
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan para
pembaca. Ada pun kekurangan dari makalah ini, saya harapkan kritik dan saran dari pembaca
untuk perbaikan makalah selanjutnya. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I PENDAHULUAN
1
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1.1 Defenisi
2.1.2 Etiologi
2.1.3 Patofisiologi
2.1.6 Komplikasi
2.1.7 Penatalaksanaan
2.2.1 Pengkajian
12
3.1 Kesimpulan
12
3.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Di indonesia, penyakit ensefalitis merupakan penyakit yang paling sering dialami anak kecil.
Sebagaimana yang kita tahu Encephalitis adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe
dari encephalitis, kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksiinfeksi ini disebabkan oleh virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit
yang menyebabkan peradangan dari otak.
Gejala-gejala dari encephalitis termasuk demam yang tiba-tiba, sakit kepala, muntah, kepekaan
penglihatan pada sinar, leher dan punggung yang kaku, kebingungan, keadaan mengantuk,
kecanggungan, gaya berjalan yang tidak mantap, dan mudah terangsang. Kehilangan kesadaran ,
kemampuan reaksi yang buruk, serangan-serangan, kelemahan otot, demensia berat yang tiba-tiba
dan kehilangan memori dapat juga ditemukan pada pasien-pasien dengan encephalitis.
1.2 TUJUAN
1.2.1
Tujuan umum
Agar mahasiswa/i dapat menggambarkan secara nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anak dengan ensefalitis.
1.2. 2
Tujuan khusus
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Medis
2.1.1 Definisi
Encephalitis adalah adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis,
kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh
virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan
peradangan dari otak.
Encephalitis adalah infeksi jaringan atas oleh berbagai macam mikroorganisme.
Encephalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh virus atau
mikroorganisme lain yang non-purulen (+).
Encephalitis adalah radang jaringan otak yang dapat disebabkan oleh bakteri cacing, protozoa,
jamur, ricketsia atau virus.
2.1.2 Etiologi
Berbagai macam mikroorganisme dapat menimbulkan ensefalitis, misalnya bakteria,
protozoa, cacing, jamur, spirochaeta, dan virus. Bakteri penyebab ensefalitis adalah Staphylococcus
aureus, streptokok, E. Coli, M. Tuberculosa dan T. Pallidum. Encephalitis bakterial akut sering disebut
encephalitis supuratif akut (Mansjoer, 2000). Penyebab lain dari ensefalitis adalah keracunan arsenik
dan reaksi toksin dari thypoid fever, campak dan chicken pox/cacar air. Penyebab encephalitis yang
terpenting dan tersering ialah virus. Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau
reaksi radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:
a.
b.
Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies, Herpes simpleks, Herpes zoster, Limfogranuloma,
Mumps, Lymphocytic choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap disebabkan oleh virus
tetapi belum jelas.
c.
2.1.3 Patofisiolog
Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran cerna.setelah masuk ke
dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh dengan beberapa cara:
a.
Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan atau organ tertentu.
b.
Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah. Kemudian menyebar ke organ dan
berkembang biak di organ tersebut.
c.
Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di Permukaan selaput lendir dan
menyebar melalui sistem saraf.
Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit kepala, pusing, muntah,
nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan pucat. Gejala lain berupa gelisah, iritabel,
perubahan perilaku, gamgguan kesadaran, kejang. Kadang-kadang disertai tanda Neurologis
tokal berupa Afasia, Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.
b.
Sakit kepala.
c.
Muntah-muntah lethargi.
d.
e.
f.
b.
Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat bilateral).Bila terdapat
tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG atau CT scan dapat dilakukan biopal
otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak ada tanda klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada
daerah lobus temporalis yang biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.
2.1.6 Komplikasi
Encephalitis juga dapat terjadi sebagai komplikasi campak, gondongan(mumps) atau cacar.
b.
Susunan saraf pusat dapat mengenai kecerdasan, motoris, psikiatris, epileptik, penglihatan dan
pendengaran
c.
Sistem kardiovaskuler, intraokuler, paru, hati dan sistem lain dapat terlibat secara menetap
d.
e.
Hidrosefalus
Epilepsi
2.1.7 Penatalaksanaan
Penderita baru dengan kemungkinan ensefalitis harus dirawat inap sampai
menghilangnya gejala-gejala neurologik. Tujuan penatalaksanaan adalah mempertahankan fungsi
organ dengan mengusahakan jalan nafas tetap terbuka, pemberian makanan enteral atau parenteral,
menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan koreksi gangguan asam basa darah (Arif, 2000). Tata
laksana yang dikerjakan sebagai berikut :
a.
Mengatasi kejang adalah tindakan vital, karena kejang pada ensefalitis biasanya berat.
Pemberian Fenobarbital 5-8 mg/kgBB/24 jam. Jika kejang sering terjadi, perlu diberikan
Diazepam (0,1-0,2 mg/kgBB) IV, dalam bentuk infus selama 3 menit.
b.
Memperbaiki homeostatis, dengan infus cairan D5 - 1/2 S atau D5 - 1/4 S (tergantung umur) dan
pemberian oksigen.
c.
Mengurangi edema serebri serta mengurangi akibat yang ditimbulkan oleh anoksia serebri
dengan Deksametason 0,15-1,0 mg/kgBB/hari i.v dibagi dalam 3 dosis.
d.
Menurunkan tekanan intrakranial yang meninggi dengan Manitol diberikan intravena dengan
dosis 1,5-2,0 g/kgBB selama 30-60 menit. Pemberian dapat diulang setiap 8-12 jam. Dapat juga
dengan Gliserol, melalui pipa nasogastrik, 0,5-1,0 ml/kgbb diencerkan dengan dua bagian sari jeruk.
Bahan ini tidak toksik dan dapat diulangi setiap 6 jam untuk waktu lama.
2.2.1 Pengkajian
a.
Identitas
Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.
b.
Keluhan utama
Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.
c.
d.
e.
f.
Imunisasi
Kapan terakhir diberi imunisasi DTP
g.
Kebiasaan
Sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur , kebiasaan buang air besar
di WC, lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh)
2)
Status Ekonomi
Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.
3)
4)
Pola Eliminasi
Kebiasaan Defekasi sehari-hari. Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak
dapat melakukan mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi.
5)
6)
Pola Aktivitas
a)
b)
7)
b.
c.
d.
Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.
e.
Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM Terbatas.
f.
Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah.
g.
h.
i.
Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi turun.
j.
Dx 1 : Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun
Tujuan: tidak terjadi infeksi
Kriteria hasil: Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi endogen
Intervensi:
1)
Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau
pengunjung. Pantau dan batasi pengunjung.
R/ : menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol penyebaran Sumber
infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi saluran nafas
atas.
2)
3)
B.
Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala datar dan pantau tanda vital sesuai
indikasi setelah dilakukan pungsi lumbal
R/ : Perubahan tekanan CSS mungkin merupakan potensi adanya resiko herniasi
batang otak yang memerlukan tindakan medis dengan segera.
2)
3)
Pantau tanda vital, seperti tekanan darah. Catat serangan dari/hipertensi sistolik yang
terus-menerus dan tekanan nadi yang melebar
R/ : Normalnya, autoregulasi mampu mempertahankan aliran darah serebral dengan
konstan sebagai dampak adanya fluktuasi pada tekanan darah sistemik.
Kehilangan fungsi autoregulasi mungkin mengikuti kerusakan vaskuler serebral
local atau difus yang menimbulkan peningkatan TIK. Fenomena ini dapat
ditunjukkan oleh peningkatan TD sistemik yang bersamaan dengan tekanan darah
diastolic(tekanan darah yang melebar)
4)
5)
C.
2)
3)
Kolaborasi.
Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb.
R/ : Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.
4)
D.
Dx 4 :
Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.
Berikan lingkungan yang tenang, ruangan agak gelap sesuai dengan indikasi
R/ : Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitifitas pada cahaya dan
meningkatkan istirahat/rileksasi
2)
3)
4)
Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman sperti kepala agak tinggi sedikit pada
meningitis
R/ : Menurunkan iritasi meningeal, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut
5)
Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah leher dan
bahu.
R/ : Dapat membatu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan reduksi nyeri
atau rasa tidak nyaman tersebut.
6)
E.
Dx 5 : Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM terbatas.
Tujuan : mencapai kembali atau mempertahankan posisi fungsional optimal yang ditunjukkan
oleh tidak terdapatnya kontraktur, footdrop. Mempertahankan/meningkatkan kekuatan
dan fungsi umum. Mempertahankan integritas kulit, fungsi kandung kemih dan usus.
Intervensi :
1)
2)
Letakkan pasien pada posisi tertentu untuk menghindari kerusakan karena tekanan.
Ubah posisi pasien secara teratur dan buat sedikit perubahan posisi antara waktu
perubahan posisi tersebut.
R/ : Perubahan posisi yang teratur menyebabkan penyebaran terhadap berat badan dan
meningkatkan sirkulasi pada seluruh bagian tubuh. Jika ada paralysis atau
keterbatasan kognitif, pasien harus diubah posisinya secara teratur dan posisi dari
daerah yang sakit hanya dalam jangka waktu yang sangat terbatas.
3)
4)
F.
Dx6: Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual muntah.
Tujuan : klien akan menunjukkan pemenuhan nutrisi adekuat denganKriteria : BB dalam batas
normal, nafsu makan baik/meningkat, tidak ditemukan defisiensi nutrisi
Intervensi :
1)
2)
3)
4)
Tingkatkan frekuensi makan. Berikan diet halus, rendah serat. Hindari makan
pedas/terlalu asam
R/ : Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi tipe makanan yang dapat ditoleransi klien
5)
6)
G.
H.
I.
Dx 9 : Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi turun.
J.
Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik, terjadi
kekacauan sendi.
R/ : Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau membantu
program perawatan.
2)
3)
4)
5)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Encephalitis adalah adalah suatu peradangan dari otak. Ada banyak tipe-tipe dari encephalitis,
kebanyakan darinya disebabkan oleh infeksi-infeksi. Paling sering infeksi-infeksi ini disebabkan oleh
virus-virus. Encephalitis dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit yang menyebabkan
peradangan dari otak.
Gejala-gejala dari encephalitis termasuk demam yang tiba-tiba, sakit kepala, muntah,
kepekaan penglihatan pada sinar, leher dan punggung yang kaku, kebingungan, keadaan mengantuk,
kecanggungan, gaya berjalan yang tidak mantap, dan mudah terangsang. Kehilangan kesadaran ,
kemampuan reaksi yang buruk, serangan-serangan, kelemahan otot, demensia berat yang tiba-tiba dan
kehilangan memori dapat juga ditemukan pada pasien-pasien dengan encephalitis.
3.2 Saran
Encephalitis ini harus sudah didiagnosis sejak dini dan diharapkan kepada penderita agar
peduli terhadap penyakitnya dengan konsultasikan kepada dokter jika terjadi gejala-gejala yang tibatiba sakit kepala, muntah, kepekaan penglihatan pada sinar. Untuk menghindari resiko akibat penyakit
ecephalitis, perlu adanya menjaga lingkungan agar tetap bersih dan bebas dari virus-virus terutama
virus yang menyebabkan encephalitis.
DAFTAR PUSTAKA