Anda di halaman 1dari 7

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENJELASKAN

PETUNJUK SUATU ALAT MELALUI ALAT PERAGA PADA


SISWA KELAS IV SDN I BOBANEHENA KECAMATAN
JAILOLO KABUPATEN HALMAHERA BARAT
Sulamin Hardjun
Wandi Bakar
SDN I Bobanehena Kec Jailolo Kab Halmahera Barat
SDN Saria Kec Jailolo Kab Halmahera Barat
Abstrak: Dalam menerapkan materi pembelajaran menjelaskan petunjuk
penggunaan suatu alat kepada siswa sebaiknya guru menyiapkan dan
menggunakan alat peraga sebagai media konkrit untuk merangsang proses
berpikir siswa dalam mengamati alat peraga yang diberikan. Metode diskusi
sangat tepat untuk meningkatkan keaktifan siswa,sehingga penguasaan siswa
terhadap materi yang diajarkan menjadi lebih baik. Penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang terdiri dari
empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.
Penggunaan suatu alat melalui media/alat peraga yang dibaca dalam
pembelajaran menjelaskan petunjuk suatu alat dapat dibuktikan dengan
pencapaian nilai serta keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang
mengalami kemajuan. Dari analisis data yang diperoleh aktivitas dan
ketekunan siswa dalam berdiskusi mengalami peningkatan. Selain itu
pencapaian nilai rata-rata siswa pada siklus II mengalami perubahan.
Kata Kunci: Keterampilan berbicara,petunjuk penggunaan,alat peraga,
diskusi.
Pendidikan
merupakan
suatu
proses
perubahan perilaku yang bertujuan untuk
memanusiakan manusia. Namun pada
dasarnya pengembangan pendidikan di
seluruh pelosok negeri ini terlihat lamban.
Dalam hal ini penerapan pembelajaran
bahasa Indonesia pada jenjang Sekolah
Dasar yang dinilai kurang efektif dan efisien,
sehingga berdampak pada anak didik dalam
memahami empat aspek keterampilan berbahasa, yakni: keterampilan menyimak,
membaca, berbicara, dan menulis.
Keterampilan berbicara bukanlah hal
yang mudah bagi siswa Sekolah Dasar.
Dalam hal ini,pada siswa SD Kelas IV. Oleh
karena itu, penggunaan alat peraga dalam
proses pembelajaran di kelas sangat
menunjang bagi siswa dan memudahkan
guru dalam menerapkan materi pembelajaran.

Menurut Kridalaksana (1992: 12),


berbicara adalah perbuatan menghasilkan
bahasa untuk berkomunikasi sebagai salah
satu keterampilan dasar dalam berbahasa.
Berbicara merupakan keterampilan
berbahasa bersifat produktif
lisan. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, berbicara
adalah berkata; bercakap;berbahasa atau
melahirkan pendapat (dengan perkataan,tulisan,dan sebagainya) atau berunding.
Berbicara adalah kemampuan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulsi atas kata-kata untuk
mengekspresikan,
menyatakan,
serta
menyampaikan pikiran,gagasan dan perasaan
(Tarigan,1993:15).
Keterampilan berbicara merupakan
salah satu materi yang perlu dikuasai dan
dipahami siswa dengan baik dan benar.
Pelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran
yang sangat penting, namun sulit bagi siswa

74

Sulaiman Hardjum dan Wandi Bakar, Peningkatan Pembelajaran Menjelaskan Petunjuk Suatu Alat, 75

di Indonesia bagian timur utamanya di


daerah pedesaan dengan beragamnya kondisi
sosial, adat istiadat, budaya, bahasa yang
cenderung dan didominasi oleh kedaerahan,
sehingga dampaknya begitu besar kepada
anak-anak sebagai penerus masa depan
bangsa. Keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran menjelaskan petunjuk penggunaan suatu alat tergantung pada bagaimana
siswa mengamati dan mencermati secara
teliti keterangan petunjuk pengunaan yang
tertera pada suatu alat. Oleh karena itu, guru
seharusnya bijak mengarahkan siswa untuk
berani berbicara dan menjelaskan petunjuk
tersebut dengan menggunakan bahasa
Indonesia yang tepat, serta memperhatikan
pilihan kata yang sesuai dengan petunjuk
penggunaan yang dibaca.
Bahasa Indonesia sebagai salah satu
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah
dinilai cukup memegang peranan penting
dalam membentuk siswa yang berkualitas.
Hal ini dikarenakan bahasa Indonesia
merupakan suatu sarana berpikir untuk
mengaji sesuatu secara logis dan sistematis
serta berperan penting dalam berbagai
disiplin ilmu. Oleh karena itu, perlu
ditingkatkan mutu pendidikan baik guru
sebagai tenaga pendidik maupun siswa
sebagai peserta didik dalam mempelajari
bahasa Indonesia. Tujuan utama penelitian
ini adalah peningkatan pemahaman siswa
terhadap pembelajaran bahasa Indonesia
sekolah dasar pada konsep ketrampilan
berbicara petunjuk penggunaan suatu alat.
Ada dua kriteria untuk mengetahui
peningkatan pembelajarannya yaitu: peningkatan partisipasi aktif siswa dalam
pembelajaran dan hasil belajar bahasa
Indonesia siswa.
Dalam
membelajarkan
bahasa
Indonesia di Sekolah Dasar Negeri I
Bobanehena Kecamatan Jailolo masih
banyak kendala baik guru maupun siswa.
Penguasaan siswa terhadap materi pelajaran
bahasa Indonesia masih tergolong rendah jika
dibandingkan dengan mata pelajaran yang
lain. Pembelajaran bahasa Indonesia selama
ini, guru di sekolah tersebut kurang banyak

mengikuti berbagai perkembangan pengetahuan dan perubahan atau bahkan berinovasi


dalam bidang pendidikan sehingga dalam
mengajar masih menggunakan gaya mengajar
yang cenderung ceramah. Siswa kurang
dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran.
Dari kebiasaan tersebut, maka peneliti
mengajar hanya terpaku pada buku ajar paket
atau buku-buku pelajaran yang sumbernya
tidak bervariasi. Hal itu berdampak pada
kemampuan setiap siswa tidak terorganisir
secara baik sehingga perkembangan kemampuan mereka kurang diikuti oleh guru.
Akibatnya jumlah siswa yang berprestasi
pada pelajaran bahasa Indonesia cenderung
tetap dan sama. Bimbingan terhadap siswa
yang lamban serta pengayaan bagi siswa
yang pintar kurang diperhatikan, karena
alokasi waktu dalam kurikulum terbatas dan
guru selalu mengejar target bukan
pencapaian kompetensi siswa.
Berdasarkan apa yang diamati
peneliti ternyata banyak siswa yang kurang
berpartisipasi atau terlibat aktif dalam
pembelajaran serta kurang berminat untuk
belajar bahasa Indonesia dengan baik
sehingga menjadi malas, kurang kreatif
kurang mandiri, serta pasrah terhadap apa
saja yang disampaikan oleh guru tanpa
koreksi. Akibat dari perilakau tersebut di atas
maka hasil belajar bahasa Indonesia siswa
sangat rendah. Hal ini dibutkikan dengan
data-data yang dikumpulkan beberapa tahun
terakhir, tahun ajaran 2009/2010 pada
semester I, hanya 23% siswa yang memperoleh nilai 6,0 ke atas dan 77 % mendapat
nilai kurang dari 6,0 dari 23 siswa secara
keseluruhan. Sedangkan pada semester II,
siswa yang memperoleh nilai 6,0 ke atas ada
27% sedangkan 73% mendapat nilai kurang
dari 6,0. Tahun ajaran 2009/2010 pada
semester I, terdapat 30% siswa yang
memperoleh nilai 6,0 ke atas dan 70%
mendapat nilai kurang dari 6,0 dari 23 siswa
secara keseluruhan. Sedangkan pada
semester II, siswa yang memperoleh nilai 6,0
ke atas ada 28% sedangkan 72% mendapat
nilai kurang dari 6,0. Hasil perolehan nilai
semesteran siswa menggambarkan kualitas

76, J-TEQIP, Tahun II, Nomor 1, November 2011

siswa dalam menguasai materi bahasa


Indonesia yang rendah berdampak buruk
pada hasil belajar Ujian Nasional. Hal
tersebut dapat dilihat darai persentase
kelulusan bahasa Indonesia dalam Ujian
Nasional untuk satu tahun terakhir ini
kelulusan berkisar 75% siswa memperoleh
nilai dibawah 5,75 dan 25% siswa yang
mendapat nilai 5,75 ke atas.
Beberapa data tersebut di atas,
mambuktikan bahwa mata pelajaran bahasa
Indonesia merupakan salah satu, mata
pelajaran yang masih sulit dan rawan untuk
lulus dalam ujian nasional. Salah satu materi
yang masih kurang dikuasai oleh siswa
adalah pada kompetensi dasar menjelaskan
petunjuk penggunaan suatu alat dengan
bahasa yang baik dan benar pada proses
pembelajaran keterampilan berbicara. Dalam
pembelajaran kompetensi dasar tersebut
siswa kurang aktif, banyak siswa yang belum
bisa menjelasakan petunjuk penggunaan
suatu alat dengan bahasa yang baik dan benar
dan belum mampu menyelesaikan hasil
kerja pada model pembelajaran bahasa
Indonesia secara terampil, sehingga tidak
dapat memahami secara baik dan benar. Hal
itu perlu adanya perubahan strategi dalam
mengajar bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran pun perlu digunakan media untuk
memudahkan anak dalam belajar. Salah satu
keterampilan yang kurang dikuasai siswa
dalam mata pelajaran bahasa Indonesia
adalah berbicara.
Berdasarkan gejala tersebut berbagai
upaya dilakukan guru agar siswa senang
dalam belajar bahasa Indonesia dengan
harapan akan dapat meningkatkan minat,
partisipasi, motivasi serta hasil belajar bahasa
Indonesia. Hal ini perlu ada upaya guru
untuk membenahi diri dengan menggunakan
strategi pembelajaran yang menarik dan
menyenangkan dalam proses pembelajaran.
Oleh karena itu dalam membelajarkan
konsep petunjuk penggunaan suatu alat,
peneliti menggunakan bantuan alat peraga/
media untuk memudahkan siswa dalam
memahami materi pembelajaran tersebut.

Metode
Penelitian ini dilaksanakan di SDN I
Bobanehena Jailolo kelas IV Tahun Pelajaran
2010/2011. Sekolah ini merupakan tempat
peneliti mengajar. Peneliti mengajar mata
pelajaran bahasa Indonesia di kelas IV.
Lokasi sekolah tersebut berada di desa
Bobanehena kecamatan Jailolo kabupaten
Halmahera Barat. Penelitian ini dilaksanakan
di dalam kelas. Subyek penelitian ini adalah
siswa kelas IV SDN I Bobanehena yang
berjumlah 23 orang, terdiri dari 12 orang
perempuan dan 11 orang laki-laki. Penelitian
ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011
saat pelaksanaan on going kedua program
TEQIP 2011 pada semester I. Pelaksanaanya
dikondisikan dengan masalah yang dibahas
dalam penelitian ini disesuaikan dengan
standar isi yang ditetapkan dalam kurikulum.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas (classroom action research), yang
berfokus pada pemebelajaran petunjuk
penggunaan suatu alat dengan menggunakan
media pembelajaran alat praga. Oleh karena
itu, desain penelitian ini mengacu pada
model Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri
dari empat tahapan, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, observasi dan refleksi. Keberhasilan penelitian ini bergantung dari
tercapainya kriteria ketuntasan minimal yang
sesuai dengan kurikulum tingkat satuan
pendidikan( KTSP).
Pada tahap perencanaan, yang
dilakukan peneliti adalah menyiapkan segala
perangkat pembelajaran yang menunjang
pelaksanaan penelitian tindakan kelas yaitu
membuat RPP tentang petunjuk penggunaan
suatu alat, menyediakan berbagai alat praga
seperti air gelas sikat gigi dan pepsodent, dan
gambar pepsodent serta petunjuk penggunaannya dalam kertas manila, LKS, soalsoal latihan, lembar observasi terhadap
kegiatan guru dan siswa. Pelaksanaan
tindakan di kelas didasarkan pada rencana
tindakan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Oleh
karena itu pelaksanaan tindakan diupayakan
tidak menyimpang dari rencana tindakan.

Sulaiman Hardjum dan Wandi Bakar, Peningkatan Pembelajaran Menjelaskan Petunjuk Suatu Alat, 77

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran


meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup serta pelaksanaannya
mengikuti alur satuan acara pembelajaran
kurikulum KTSP yang sedang berlaku di
sekolah dasar sekarang. Kegiatan observasi
dilakukan oleh observer pada saat pelaksanaan tindakan yang mengacu pada lembar
pengamatan yang telah disiapkan peneliti.
Refleksi dilakukan dengan maksud untuk
mengevaluasi
sejauhmana
keberhasilan
tindakan dalam penelitian tersebut untuk
setiap siklusnya. Hal ini dimaksudkan agar
peneliti dapat memperbaiki atau merencanakan tindakan pada siklus berikutnya
sampai indikator keberhasilan tercapai.
Data dari penelitian diperoleh dari
tes yang dilaksanakan sebelum dan setelah
melaksanakan tindakan per siklus nya. Tes
ada dua yaitu pre tes dan post tes. Pre tes
dilaksanakan sebelum melaksanakan tindakan kelas. Tes diberikan berupa unjuk
kerja dengan rubrik penilaian hasil kerja.
Sedangkan post tes dilaksanakan setelah
melaksanakan tindakan kelas.
Lembar observasi adalah lembar
pengamatan untuk mengamati kegiatan
proses belajar berlangsung. Lembar observasi
yang digunakan dalam penelitian ini adalah
lembar observasi hasil kerja siswa dalam
pembelajaran dan kegiatan guru mengajar
sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
yang telah dirancang oleh peneliti. Pada
lembar observasi ini termuat sejumlah
kegiatan yang dilakukan siswa dan guru
dalam proses pembelajaran.Teknik ini
digunakan untuk mengungkapkan data-data
tertulis yang meliputi: a) data hasil observasi
yang dilakukan observer dan peneliti, b)
daftar nilai tugas harian/hasil belajar sebelum
melaksanakan penelitian. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi dari
subyek terkait. Kesan pembelajaran yang
menggunakan media pembelajaran alat praga
pada materi petunjuk penggunaan suatu alat.
Hasil belajar siswa dianalisis secara
deskriptif dengan kriteria ketuntasan belajar
dan penilaian akhir mengacu pada belajar
tuntas yang ditetapkan direktur Jendral

Pendidikan Dasar dan Menengah Republik


Indonesia (1994: 37). Siswa telah belajar
tuntas jika mencapai skor 65 dan kelas telah
belajar tuntas jika terdapat 85% siswa telah
belajar tuntas.
Data tentang situasi belajar-mengajar
pada saat dilaksanakannya tindakan diambil
dengan menggunakan lembar observasi.
Sementara indikator keberhasilan penelitian
adalah sebagai berikut: keberhasilan dari
penelitian ini dilihat dari adanya peningkatan
rata-rata skor siswa pada tindakan dari setiap
siklus. Keberhasilan dilihat dari adanya
peningkatan keterlibatan siswa dalam
pembelajaran dan minimum berkategori
aktif. Untuk keabsahan data peneliti
bekerjasama dengan observer yang sekompotensi dengan peneliti yaitu guru mata
pelajaran bahasa Indonesia di SDN I
Bobanehena untuk mendapat masukan dan
saran untuk merumuskan indikator-indikator
pengamatan yang disesuaikan dengan
langkah-langkah pembelajaran yang disusun
penulis. Disamping itu, untuk menentukan
validitas instrumen maka dikonsultasikan
dengan kepala sekolah, untuk menentukan
data benar-benar akurat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dua siklus
karena pada siklus satu siswa masih kurang
bisa memahami dan nilainya rendah. Hal ini
dilakukan bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan siswa kelas IV Sekolah Dasar
dalam menjelaskan petunjuk penggunaan
suatu alat berdasarkan media pembelajaran
alat peraga yaitu menggunakan pasta gigi.
Masing-masing siklus dilakukan dalam dua
kali pertemuan.
Pelaksanan tindakan siklus I
Pelaksanaan tindakan
siklus I
didasarkan pada skenario pembelajaran yang
dibuat berdasarkan standar isi kurikulum
yang sesuai dengan masalah yang dibahas.
Kompetensi Dasar materi adalah menjelaskan
petunjuk penggunaan suatu alat berdasarkan
gambar.

78, J-TEQIP, Tahun II, Nomor 1, November 2011

Pada kegiatan awal pembelajaran


peneliti melakukan apersepsi dengan
menggali
pengalaman
siswa
tentang
pengalaman sehari-hari yang berkaitan
dengan menjelaskan petunjuk penggunaan
suatu alat. Misalnya menanyakan bagaimana
cara siswa membaca petunjuk suatu
alat/kemasan untuk digunakan. Contohnya:
membaca petunjuk pada kemasan makanan
ringan (taro). Apakah makanan tersebut layak
untuk dikonsumsi atau tidak? berapa kali
dalam sehari mengonsumsinya? bahan apa
saja yang terdapat dalam makanan tersebut?.
Pada kegiatan inti, guru menjelaskan
secara umum tentang petunjuk penggunaan
suatu alat disertai menampilkan contoh
secara bertahap dengan kemasan makanan
ringan anak-anak. Guru membagi siswa
dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok
beranggotakan 6 orang dan 1 kelompok
hanya 5 orang. Kemudian siswa diberikan
kesempatan
untuk
mengamati
dan
mencermati kemasan yang diberikan oleh
guru. Setelah itu perwakilan kelompok
menyampaikan petunjuk penggunaan yang
tertera pada kemasan makanan ringan sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Selanjutnya guru meberikan tugas dengan
membagikan paket pasta gigi dan LKS
kedalam kelompok untuk dikerjakan secara
berkelompok. Guru membimbing kelompok
dalam diskusinya dan membantu jika
mengalami kesulitan terkait hal tekhnis. Bila
selesai, siswa diminta untuk mempresentsikan hasil kerja kelompok di depan
kelas dan kelompok lain diminta untuk
menanggapi. Guru selanjutnya memberikan
apresiasi dan penguatan terhadap siswa/
kelompok tentang materi yang telah
diajarkan.
Pada kegiatan penutup, guru
bersama-sama dengan siswa membuat
rangkuman terhadap materi yang telah
dipelajari dan menyepakati hasil kerja yang
sesuai dengan petunjuk. Selanjutnya, siswa
secara individu diberikan tugas untuk
mencari petunjuk penggunaan pada kemasan
makanan ringan yang lain untuk dikerjakan
dirumah sebagai tugas PR yang ditindak-

lanjuti pada pertemuan berikutnya. Adapun


aspek-aspek yang diamati pada kegiatan
diskusi siswa, meliputi: aspek tanggung
jawab, kekompakan, kerjasama, partisipasi,
keruntutan dalam menjelaskan petunjuk
penggunaan suatu alat secara baik dan benar.
Berdasarkan
hasil
pengamatan
setelah dianalisis oleh peneliti diperoleh
bahwa
pada
pelaksanaan
kegiatan
pembelajaran dengan Kompetensi Dasar
yang telah ditetapkan hasilnya menunjukkan
belum ada peningkatan. Adapun yang
berubah hanya cara siswa dapat mengenal
media namun
belum mampu menjelaskannya secara terperinci. Pada kegiatan inti
guru masih mendominasi menyampaikan
materi tanpa melibatkan siswa secara aktif.
Sehingga pada bagian ini pencapaian hasil
masih pada kategori sangat rendah.
Berdasarkan hasil pengamatan observer setelah dianalisis terhadap penampilan
siswa dilihat dari aspek aktivitas dan hasil
dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan diperoleh data bahwa pada kegiatan
awal pembelajaran siswa kelihatan sangat
kaku dan tegang, siswa hanya duduk diam
tanpa konsentrasi terhadap pertanyaan yang
dilontarkan oleh guru berkaitan materi yang
akan dipelajari. Dari hasil evaluasi pada akhir
siklus I terdapat 19 siswa atau 79,16% dari
23 siswa yang belum mampu menjelaskan
petunjuk penggunaan suatu alat sesuai
dengan petunjuk yang tertera pada paket
pasta gigi. Oleh karena itu perlu diadakan
perubahan strategi pada tindakan siklus II
sebagai upaya untuk meningkatkan partisipasi dan kerjasama yang aktif dalam diskusi
kelompok guna menambah pemahaman
siswa dalam mengamati dan mencermati
petunjuk penggunaan suatu alat yang tertera
pada kemasan paket pasta gigi.
Pelaksanan Tindakan Siklus II
Pada tindakan pelaksanaan siklus II
ini, persiapan pembelajaran masih berdasarkan pada pelaksanaan tindakan siklus I.
Namun ada sedikit perubahan pada langkahlangkah pembelajaran. Pada kegiatan awal,
guru menjelaskan secara detail bagaimana

Sulaiman Hardjum dan Wandi Bakar, Peningkatan Pembelajaran Menjelaskan Petunjuk Suatu Alat, 79

cara mengamati dan mencermati petunjuk


penggunaan suatu alat yang tertera pada
suatu kemasan. Pada kegiatan siklus II ini,
kemasan yang akan diberikan pada setiap
kelompok pun tidak berbeda. Setiap
kelompok mendapat 3 buah kemasan, 2
orang siswa dalam kelompok mencermati
satu kemasan. Sehingga siswa tidak merasa
bahwa kemasan milik kelompok mereka
lebih bagus dari kemasan milik kelompok
lain. Oleh karena itu tidak ada lagi saling
tanya antara kelompok satu dengan
kelompok lain ketika guru menjelaskan
materi yang akan dipelajari. Siswa pun
merasa bertanggung jawab menyampaikan
temuannya kepada ketua kelompok untuk
dipresentasikan di depan kelas. Dalam
pembagian kelompok pun guru membagi
kelompok secara bergiliran. Misalnya guru
menentukan nama-nama siswa kemudian
dibacakan di depan kelas. Siswa yang
namanya dibacakan segera mengatur
kelompoknya sehingga suasana di dalam
kelas tidak gaduh. Pada kegiatan inti, guru
menjelaskan secara detail serta menunjukkan
cara mencari dan mengamati petunjuk
penggunaan suatu alat yang tertera pada
kemasan yang telah dibagikan dalam
kelompok. Kemudian siswa dalam kelompok
menyampaikan petunjuk yang diamati pada
kemasan tersebut. Dalam kegiatan diskusi,
guru berkeliling pada tiap kelompok untuk
membimbing dan mengarahkan siswa agar
mencermati petunjuk secara teliti sehingga
siswa pun memahami apa yang akan mereka
cari untuk disampaikan oleh perwakilan
kelompoknya di depan kelas.
Pada proses pembelajaran siklus II
ada perubahan yang terlihat dari seluruh
siswa. Siswa mengamati dan mencermati alat
peraga yang dibagikan guru dan mendiskusikan dengan kelompoknya. Dari 23 orang
siswa yang mengikuti pembelajaran ada 6
orang siswa yang kurang aktif dalam
berdiskusi,dua diantaranya siswa perempuan.
Setelah guru melakukan pendekatan kepada
beberapa siswa tersebut ternyata keenam
siswa tersebut belum lancar membaca.
Dengan demikian terdapat 18 orang siswa

yang aktif, setelah diberikan tugas ternyata


mereka
bisa
menjelaskan
petunjuk
penggunaan yang tertera pada kemasan pasta
gigi dengan baik dan benar. Dengan
demikian terdapat 18 siswa atau 75% siswa
mampu menjelaskan petunjuk penggunaan
suatu alat dengan nilai sesuai KKM yang
ditentukan. Dari pencapaian di atas tidak ada
lagi tindakan siklus berikutnya.
Pada tindakan siklus I, kemampauan
siswa dalam memahami dan mencermati
penjelasan guru sangat rendah. Hal ini
dikarenakan guru hanya menjelaskan tanpa
memberikan petunjuk serta mengarahkan
siswa untuk mencermati secara teliti dan
detail petunjuk penggunaan suatu alat. Guru
kurang memantau situasi belajar kelompok
siswa ketika proses belajar kelompok itu
dimulai. Dalam pembentukan kelompok,
guru menyampaikan kepada siswa secara
menyeluruh sehingga suasana kelas menjadi
kacau hal ini
berdampak pada proses
pembelajaran. Alat peraga yang digunakan
juga dari kemasan yang berbeda- beda
sehingga timbul suatu kecemburuan antar
kelompok yang berujung pada terganggunya
konsenterasi belajar kelompok.
Tindakan siklus II dilaksanakan
berdasarkan refleksi pada siklus I,
pembinaan serta bimbingan secara ketat dan
tepat dalam mengarahkan kelompok untuk
secara teliti dan cermat mencari petunjuk
penggunaan yang dibaca pada kemasan pasta
gigi. Selain itu, pembentukan kelompok
secara bergiliran dapat meringankan guru
untuk meredam kegaduhan yang timbul di
dalam kelas.
Dari dasar penelitian yang telah
dilakukan, diketahui bahwa penggunaan
media/alat peraga dalam pembelajaran serta
bimbingan dan pembinaan yang bervariasi
oleh guru berdampak positif bagi siswa
dalam menjelaskan petunjuk penggunaan
suatu alat melalui media/alat peraga yang
dibaca. Hal ini dapat dibuktikan dengan
pencapaian nilai serta keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran yang mengalami
kemajuan. Dari analisis data yang diperoleh,
aktivitas
dan ketekunan siswa dalam

80, J-TEQIP, Tahun II, Nomor 1, November 2011

berdiskusi mengalami peningkatan. Selain kelas IV membawa dampak positif dan


itu, pencapaian nilai rata- rata siswa pada mempermudah pemahaman siswa dalam
siklus II mengalami perubahan.
mempelajari petunjuk pemakaian pasta gigi
(pepsodent) secara baik dan benar.
Hal ini dibuktikan dengan adanya
SIMPULAN
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang peningkatan hasil belajar siswa dalam setiap
dilakukan secara bertahap dalam dua siklus siklus yaitu pada siklus I, 20,83% menjadi
serta dari analisis dan pembahasan yang 75% pada siklus II atau mengalami
ditemui dalam proses pembelajaran selama penurunan pada jumlah siswa yang kurang
dua siklus dapat disimpulkan bahwa aktif serta nilai rendah pada siklus I yaitu dari
penggunaan media/alat peraga pasta gigi 79,16% turun menjadi 25% pada siklus II.
dalam proses pembelajaran pada siswa SD
DAFTAR RUJUKAN
Badudu, J.S. 1995. Bahasa Indonesia: Kemmis & McTaggart. 1990. Action
Pengajaran Bahasa Indonesia di
Research
Planner.
Deakin
Sekolah Dasar dan Kurikulum 1994.
University.
Jakarta
Santoso,
Puji.
2009.
Materi
dan
Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 Mata
Pembelajaran Bahasa Indonesia.
pelajaran Bahasa dan Sastra
Jakarta: Universitas Terbuka.
indonesia untuk Sekolah Dasar.
Jakarta: Pusat Kurikulum.
Setyosari, Punaji dan Sihkabuden. 2005.
Media
Pembelajaran.
Jakarta:Kencana
.
.

Anda mungkin juga menyukai