Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN TEORITIS DHF

1. Pengertian

Demam Dengue adalah penyakit yang terutama terdapat pada anak dan remaja
dan orang dewasa dengan tanda-tanda klinis berupa demam, nyeri otot/sendi,
leukpasia dengan atau tanpa ruam dan limpa denopati, demam bifasik, nyeri
kepala yang hebat, nyeri pada pergerakan bola mata, gangguan rasa mengecap,
trombositopenia dan ptkie spontan. (Kapita Selecta Kedokteran, 1999).

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit yang disebabkano leh virus
dengue (arborinase) yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk
Aides Agypti (Suriadi, 2001).

II. Etiologi
DHF disebabkan oleh virus dengue, termasuk group B arthpoid borne
viruses (ARBOVIRUS) yang ditularkan oleh nyamuk Aedes agypti dan Aedes
Albapitus.
Perbedaan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albapictus.

Aedes Aegypti
o Paling sering ditemukan
o Bayak didaerah tropis, hidup dan berkembang biak di dalam rumah, tmpat
penampungan air, jernih/disekitar rumah.
o Bentuk berkirik bintik-bintik putih
o Menggigit disiang hari terutama pagi dan sore hari.
o Jarak terbang 100 m

Aedes Albapiatus
o Habitat : air jernih, disekitar rumah ditempat yang tertampung air jernih.
o Menggigit siang hari
o Jarak terbang 50 meter

III. Patofisiologi
Virus masuk ke dalam tubuh penderita sehingga terjadi virumsia yang
menyebabkan penderita demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal
diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit hypersumi
tenggorokkan dan bisa terjadi pembesaran kalenjer getah bening, hepatomegali
dan spenomegalie.
Fenomena patologis DHV meningkatnya permiabilitas dinding kapiler
yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstraseluler.
Peningkatan permiabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume
plasma terjadi hipotensi, homokonsentrasi dan hipo proteinemia efusi dan
renjatan.
Renjatan lama/hipovolemik lama terjadi aneksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian.
Hasil autopsi penderita DHF, perdarahan di seluruh tubuh (kulit, paru,
gasto intestinal dan jaringan adrenal). Hepatomegali dengan perlemakan dan
koagulasi nekrosis sentral /para sentral lobalus hati.
IV. Manifestasi Klinis
A. Menurut Suriadi, 2001
1.

Demam tinggi selama 5- 7 hari

2.

Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit : pteki, ekimosis


danhematoma

3.

Epitaksis, hematemesis, melena hematuri

4.

Mual, muntah, nafsu makan tidak ada, diare, konstipasi.

5.

Nhyeri otot, tulang, sendi, abdomen dan ulu hati.

6.

Sakit kepala

7.

Pembengkakan sekitar mata

8.

Pembesaran hati, limpa dan kelenjer getah bening.

9.

Tanda-tanda renjatan : sianosis, kulit lembab dan dingin

B. Gambaran klinis kemungkinan akan terjadi renjatan (Hari 3-7).

1.

Perubahan sensorik dan nyeri perut

2.

Perdarahan nyata selain perdesakan kulit.

3.

Terdapat efusi plensa dan acites.

4.

Peningkatan hematokrit > 20 %

5.

Trombosit < 50.000 /mm3

6.

Hiponatrumia dengan Na.Urine < 10 mmol/l

7.

Hipotensi

V. Diagnosis & Klasifikasi


Diagnosis berdasarkan standar WHO 1975
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari
2. Manifestasi perdarahan : uji target (+), pteki, ekimosis
3. Hepatomegali
Klasifikasi DHF menurut WHO, 1986
A. Derajat I : Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji
turniget (+), trombositopeni dan hemakonsentrasi.
B. Derajat II : Derajat I disertai perdarahan spontan dikulit/perdarahan yang
lain.
C. Derajat III : Kegagalan sirkulasi : nadi apat dan lemah, hipotensi, kulit
dingin, lembab dan gelisah.
D. Derajat IV : Renjatan berat, denyut nadi dan TD tidak dapat diukur.
VI. Diagnosis Banding
1. Adanya demam pada awal penyakit dapat dibandingkan dengan bakteri
maupun klinis seperti : bronkopneumoni, kolesitosis.
2.

Adanya demam yang akut seperti pada morbili perlu dibedakan dengan
DBD.

3.

Adanya pembesaran hati perlu dibedakan dengan hepatitis.

4.

Pada meningitis meningkat dan sepsis terdapat perdarahan pada kulit.

5.

Penyakit-penyakit darah seperti idophatre trombositopeni, purpurae,


leukemia pada stadium lanjut dan anemia aplastik.

6.

Renjatan endotoksik.

VII. Prognosis
Kematian karena demam dengue hampir tidak ada, pada DBD/DSS
mortalitasnya cukup tinggi.
VIII. Pemeriksaan diagnostik
1. Darah lengkap

Leukpenia pada hari ke 2-3

Trombositopenia dan hemokonsentrasi

Masa pembekuan normal.

Masa perdarahan memanjang

Penurunan faktor II, V, VII, IX dan XII.

2.

3.

Kimia darah

Hipoproteinemia, hiponatriam, hipodorumia

SGOT/SGPT meningkat

Umum meningkat

pH darah meningkat
Urinalisis

Mungkin ditemukan albuminuria ringan.


4.

Uji sum-sum tulang


Pada awal sakit biasanya hipaseluler kemudian menjadi hiperselular.

IX. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan demam dengue/DBD tanpa penyulit adalah :
1. Tirah baring
2.

Makanan lunak dan bila belum ada nafsu makan

3.

Minum banyak 1,5 2 liter dalam 24 jam (susu, air + gula, sirup) atau air
tawar tambah garam.

4.

Medika mentosa yang bersifat simtomatis.


Untuk hiperpireksia; kompres, antiperotik golongan asitominofen, eukinin
atau dipirosa, jangan diberikan aseto sel karena bahaya perdarahan.

5.

Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infaksi sekunder.

Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan :


1. Pemasangan infus dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah renjatan
diatasi.
2.

Observasi keadaan umum, nadi, TD, suhu dan pernafasan tiap jam.
Hb dan Ht tiap 4 6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam.

Pada klien DSS diberi cairan IV dengan diguyur seperti NaCl, RL yang
dipertahankan selama 12-48 jam.

Bila tidak tampak perbaikan dapat diberikan plasma/plasma ekspander/dextran


15-28 ml/kgBB selama 12-48 jam.

Bl Hb & Ht menurun maka diberi transfusi darah.

Web of Causation
Virus Dengue
Tubuh nyamuk Aedes Agypti/Aedes albapiktusi
Hipertermia

Tubuh manusia

Pe suhu tubuh

Infeksi V. Dengue virumia

Depresi sum-sum tulang

Aktifitas komplemen

Anorexia

trombositopeni

Anti histamin dilepaskan


Mual-mual
Perubahan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh

Penurunan fungsi tormbosit


dan faktor koagulasi

Permeabilitas membran

Perdarahan bawah kulit dan


salur cerna

Kebocoran plasma
Perpindahan cairan
intrasel ke ekstrasel
Efusi pleura

edema

Kekurangan volume cairan


tubuh kecemasan

Hiporulemia
Ht

Renjatan

Hipovolemia
Hipovolemia

Dispnue

Darah kental

Hipotensi

Kerusakan
pertahanan gas

Aliran darah lambat

Asidosis metabolik

Sirkulasi O2
keperifer dan otak

pe kesadaran

Sianosis
Daerah aksial dingin
Perubahan perfusi
jaringan

Asuhan Keperawatan
I. Pengkajian
1. Identitas diri klien

meninggal

2. Keluhan utama

suhu tubuh meningkat dan menggigil

Anorexia

Sakit kepala

Nyeri otot dan sendi

Perdarahan hidung dan gusi

Hematomesis dan melena

Mulut kering

Ekimosis, pteki

Konstipasi

Sianosis perifer

Kulit lembab dan ekstremitas dingin.

Nyeri tekan epigastrik

3. Riwayat kesehatan Yang lalu

Adanya riwayat penyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini


sebelumnya.

4. Riwayat kesehatan keluarga


Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama (penularan).
5. Pemeriksaan fisik

Oedem palpebra, nyeri saat disentuh, lakrimasi, fotofobin.

Hiperumia tenggorokan.

Nyeri epigastrik

Hepatomegali

Splenomegali

Tekanan darah menurun

Uji torniqet (+).

6. Pemeriksaan Serologis
Titer antibodi dengan cara haemoglutination inhibition test (HI test) atau uji
pengikatan komplemen (complement fixation/ CFT)
7. Pemeriksaan Laboratorium

Ig.G dengue (+)

Trombositopenia ( 20%)

Leukpania (kadang-kadangleukositosis ringan)

BT (blood time) memanjang (> 2 9,5)

CT (Ctole time) memanjang (> 11 16)

SGOT meningkat/ normal (> 5 40 /ml)

GGPT meningkat / normal (> 5 35 /ml)

Unsum meningkat/normal

pH darah meningkat/normal

Asidosis metabolik PCO2 < 35 40 mmHg, HCO3 menurun.

Hipoproteinemia

Hiponatrumia

Hipokloremia

Albuminuria ringan

Pada hari 2-3 terjadi :

Leukopenia

Metropenia

Euosinfilia

Peningkatan limfosit, monosit, barofil

Kemungkinan Diagnosa Keperawatan :


1. Kekurangan volume cairan b.d peningkatan permiabilitas kapiler, perdarahan,
muntah dan demam.
2. Perubahan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,
muntah, anorexia.
4. Gangguanr asa nyaman : peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses
infeksi virus (virumia).
5. Perubahan passes keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan/
kondisi.
Referensi :
1. Doenges, M.E (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, EGC, Jakarta.
2. Hudack & Gallo (1997). Keperawatan Kritisi Pendekatan Holistik. EGC,
Jakarta.
3. Kapita Selekta (1999), Media Ausculapius, FKUI. Jakarta.
4. Suriadi (2001), Askep Pada Anak, EGC. Jakarta.
5. Sylvia. A.P (1995). Patofisiologis, EGC. Jakarta.

Nursing Care Plan


No.
DX

Diagnosa Keperawatan
Perubahan

perfusi

jaringan

perifer b.d perdarahan.

Tujuan & Kriteria hasil


Tujuan :

1.

Menunjukka

Kemungkinan ditandai dengan :

n perfusi jaringan yang

adekuat

Palpasi,

Intervensi

Kulit pucat

Kriteria Hasil :

Membran

TTV stabil

Membran

mukosa : kering, kuku, dan


rabut rapuh.

mukosa
Ekstremitas

dingin.
-

Mual, muntah

Distensi

TTV
kapiler lambat
Tidak mampu
berkonsentrasi

jaringan

menentukan

dan

kebutuhan

intervensi.
-

Nilai kemungkinan terjadinya

Kebutuhan

rasa

hangat

vasodilatasi (penurunan perfusi organ).


-

Vasokontriksi (ke organ

seperti dingin, nyeri, pembengkakan

vital)

kaki.

Kenyamanan/kebutuhan rasa hangat harus


Tinggikan kepala tempat tidur

sesuai toleransi.
5.

Mental
stabil

Pengisian

4.
Pengeluaran

perfusi

klien harus seimbang dengan kebutuhan

kematian jaringan pada ekstermitas

Pengisian

urin adekuat
Perubahan

membantu

3.

muda

abdomen
-

TD, capillary nuffil).


Kaji dan catat sirkulasi pada

derajat

informasi

menghindari panas berlebihan pencetus

merah

kapiler baik

Memberikan
tentang

warna).

berwarna

(kualitas dan frekuensi denyut nadi,

ekstremitas (suhu, kelemahan dan

Kaji dan catat tanda-tanda vital

2.

angina

Rasional

Awasi

upaya

auskultasi, bunyi nafas.

menurunkan

perifer.

seimbang.
-

pernafasan

sirkulasi

Meningkatkan

ekspansi

paru dan memaksimalkan organisasi.


-

Dispnue
menunjukkan

gejala

gemericik
karena

regangan

jantung lama/ peningkatan curah jantung

6.

Kaji untuk respon melambat,

Dapat
fungsi

mengindikasikan

mudah terangsang, agitasi, gangguan

gangguan

serebral

memori, bingung.

hipoksia/defisiensi vitamin B.12.

karena

No.
DX

Diagnosa Keperawatan

Tujuan & Kriteria hasil

Intervensi

Rasional

7.

Awasi pemeriksaan labor seperti

8.

Hb,Ht.
Berikan SDM darah lengkap,

produk darah sesuai indikasi.

Mengindikasikan
defisiensi dan kebutuhan pengobatan
Meningkatkan

sel

pembawa oksigen dan menurunkan resiko


perdarahan.

9.

Berikan O2 tambahan sesuai


indikasi

Memaksimalkan transpor
O2 ke jaringan.

Anda mungkin juga menyukai