Anda di halaman 1dari 1

Rahasia Kedokteran

Sejak zaman Hippokrates, kewajiban memegang teguh rahasia pekerjaan


dokter harus senantiasa dipenuhi, untuk menciptakan suasana percaya
mempercayai yang mutlak diperlukan dalam hubungan dokter dengan pasien.
Hippokrates merumuskan sumpah yang harus diucapkan oleh murid-muridnya
tentang rahasia pekerjaan dokter berbunyi: Apapun yang saya dengar atau
lihat, tentang kehidupan seseorang yang tidak patut disebarluaskan, tidak akan
saya ungkapkan, karena saya harus meiahasiakannya". Namun, dalam
perkembangan
iptek
kedokteran
selanjutnya
terdapat
pengecualianpengecualian untuk membuka rahasia jabatan dan pekerjaan dokter, demi
memelihara kepentingan umum dan mencegah hal-hal yang dapat merugikan
orang lain.
Salah satu ayat Lafal Sumpah Dokter Indonesia berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 26 Tahun 1960, berbunyi: "Saya akan merahasiakan segala
sesuatu yang saya ketahui karena pekeraan saya dan karena keilmuan saya
sebagai dokter". Dalam Bab II KODEKI tentang kewajiban dokter terhadap pasien
dicantumkan antara lain: "seorang dokter wajib merahasiakan segala sesuatu
yang diketahuinya tentang pasien karena kepercayaan yang diberikan
kepadanya, bahkanjuga setelah pasien meninggal dunia".
Untuk mernperkokoh kedudukan rahasia jabatan dan pekerjaan dokter,
telah pula dikeluarkan Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1966 tentang wajib
simpan rahasia kedokteran, dinyatakan bahwa Menteri Kesehatan dapat
melakukan tindakan administratif berdasarkan pasal 111 Undang-undang
Tentang Kesehatan jika tidak dapat dipidanakan menurut KUHP.
Rahasia adalah sesuatu yang disembunyikan dan hanya diketahui oleh
satu orang, oleh beberapa orang saja, atau oleh kalangan tertentu. Kewajiban
untuk menyimpan rahasia kedokteran pada pokoknya ialah kewajiban moril yang
telah ada bahkan sebelum zaman Hippokrates, jadi lama sebelum
adanyaundang-undang atau peraturan yang mengatur soal tersebut.
Rahasia labatan ialah rahasia dokter sebagai pejabat struktural,
sedangkan rahasia pekerjaan ialah rahasia dokter pada waktu menjalankan
praktiknya (fungsional). Umumnya harnpir tidak ada perbedaan antara kedua
istilah tersebut.
Hanafiah, MJ. Amir, A. Etika kedokteran & hukum kesehatan. Ed 4. Jakarta: EGC.
2008. h. 79.

Anda mungkin juga menyukai