Anda di halaman 1dari 13

TUGAS BADMINTON

DISUSUN OLEH:
RIFKI FAJRI

12211060

UNIVERSITAS BANDAR LAMPUNG


FAKULTAS HUKUM
2014/2015

Rudy Hartono

Nama Lengkap : Rudy Hartono


Profesi : Agama : Kristen
Tempat Lahir : Surabaya, Jawa Timur
Tanggal Lahir : Kamis, 18 Agustus 1949
Zodiac : Leo

BIOGRAFI
Rudy Hartono Kurniawan lahir dengan nama Nio Hap Liang adalah salah satu mantan pemain
bulu tangkis Indonesia yang namanya pernah diabadikan dalam Guiness Book of World Records
pada tahun 1982 karena berhasil membawa Indonesia meraih juara All England delapan kali dan
memenangkan Thomas Cup sebanyak empat kali.
Rudy Hartono yang juga pernah dinobatkan sebagai salah satu Asian Heroes kategori Athletes &
Explorers versi Majalah Time ini merupakan anak ketiga dari 9 bersaudara dengan ayah
Zulkarnaen Kurniawan. Dua kakak Rudy, Freddy Harsono dan Diana Veronica juga pemain

olahraga bulu tangkis meskipun baru pada tingkat daerah.


Ketika kecil, Rudy tertarik untuk mengikuti beragam cabang olahraga di sekolahnya. Di SD,
Rudi menyukai berenang, kemudian di SMP, ia suka bermain bola voli, dan di SMA, ia menjadi
pemain sepak bola yang baik. Meski demikian, bulu tangkis menjadi minatnya yang paling besar.
Ayah Rudy yang juga pernah bermain bulu tangkis di kompetisi kelas utama di Surabaya ini
menyadari bakat Rudi ketika usianya menginjak 11 tahun. Rudy pun mulai dilatih secara
sistematik pada Asosiasi Bulu Tangkis Oke yang didirikan oleh Zulkarnain sendiri pada tahun
1951 dengan pola latihan yang telah ditentukan oleh ayahnya.
Program kepelatihan Zulkarnain ditekankan pada empat hal utama, yaitu kecepatan, pengaturan
nafas yang baik, konsistensi permainan dan sifat agresif dalam menjemput target. Sebelum di
Oke, Rudy lebih banyak berlatih dengan turun ke jalan. Ia berlatih di jalan-jalan beraspal yang
seringkali masih kasar dan penuh kerikil, di depan kantor PLN di Surabaya, yang sebelumnya
bernama Jalan Gemblongan.
Setelah beberapa lama bergabung dengan klub ayahnya, akhirnya Rudy memutuskan untuk
pindah ke klub bulu tangkis yang lebih besar yaitu Rajawali Group yang telah banyak
menghasilkan pemain bulu tangkis dunia. Di akhir tahun 1965, Rudy lantas bergabung dengan
Pusat Pelatihan Nasional untuk Thomas Cup.
Setelah bergabung dengan Pusat Pelatihan Nasional untuk Thomas Cup, kemampuannya
meningkat pesat. Ia menjadi bagian dari tim Thomas Cup yang menang pada 1967. Setahun
kemudian, di usia 18 tahun, ia meraih juara yang pertama di Kejuaraan All England mengalahkan
pemain Malaysia Tan Aik Huang dengan skor 15-12 dan 15-9. Ia kemudian menjadi juara di
tahun-tahun berikutnya hingga 1974.
Gerakan Rudy di arena lantai permainan dikenal cepat dan kuat. Ia sangat menguasai permainan
dan tahu kapan harus bermain reli atau cepat. Sekali ia melancarkan serangan, lawannya nyaris
tidak bisa berkutik. Meski sudah mengundurkan diri, banyak orang yang masih percaya bahwa ia
masih bisa menjadi pemenang, sehingga banyak orang menjulukinya sebagai "Wonderboy".
Kunci keberhasilan Rudy diakuinya karena dia selalu memperkuat pikiran dan imannya dengan
berdoa. Rudy memegang teguh prinsip manusia yang berusaha, tapi Tuhan yang memutuskan.
Setelah pensiun, Rudi sempat menjadi Ketua Bidang Pembinaan PB PBSI (1981-1985) di bawah
kepengurusan Ferry Sonneville. Ia memimpin klub yang terdiri dari pemain-pemain yang lebih
muda darinya, seperti Eddy Kurniawan, Hargiono, Hermawan Susanto dan Alan Budikusuma.
Selain itu, Rudy juga mengembangkan bisnis peternakan sapi perah di daerah Sukabumi dan
bisnis alat olahraga dengan menjadi agen merk Mikasa, Ascot, juga Yonex.
Kemudian melalui Havilah Citra Footwear yang didirikan pada 1996, ia mengimpor berbagai

macam pakaian olahraga. Selain itu, Rudy pun pernah menjadi pengusaha oli merek Top 1 dan
menjadi pemain dalam film Matinya Seorang Bidadari pada tahun 1971 bersama Poppy
Dharsono. Bahkan, berkat nama besarnya di dunia bulu tangkis, United Nations Development
Programme (UNDP) sempat menunjuk Rudy sebagai duta bangsa untuk Indonesia. UNDP
adalah organisasi PBB yang berperang melawan kemiskinan dan berjuang meningkatkan standar
hidup, dan mendukung para perempuan.
Kini, Rudy tidak lagi mengayunkan raketnya di udara. Faktor usia dan kesehatan membuat ia
tidak bisa melakukannya. Sebab sejak ia menjalani operasi jantung di Australia pada 1988, ia
hanya bisa berolahraga dengan berjalan kaki di seputar kediamannya. Walaupun demikian,
dedikasinya pada bulu tangkis tidak pernah mati.
PENDIDIKAN

Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti Jakarta

KARIR

Atlet Bulutangkis

Ketua Bidang Pembinaan PB PBSI, 1981-1985

Pengusaha

PENGHARGAAN

Prestasi:

Juara tunggal putra All England 8 kali (1968, 1969, 1970, 1971, 1972, 1973,
1974, dan 1976)

Runner-Up All England 2 kali (1975, 1978)

Juara bersama Tim Indonesia dalam Thomas Cup 4 kali (1970, 1973, 1976
dan 1979)

Juara Dunia World Championship, 1980

Juara Denmark Open 3 kali (1971, 1972, 1974)

Juara Canadian Open 2 kali (1969, 1971)

Juara US Open, 1969

Juara Japan Open, 1981

Penghargaan:

Olahragawan terbaik SIWO/PWI (1969 dan 1974)

IBF Distinguished Service Award 1985

IBF Herbert Scheele Trophy 1986

Honorary Diploma 1987 dari the International Committee's Fair Play Award

Asian Heroes, TIME Magazine, 2006

Tanda Kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Utama

Taufik Hidayat

Nama Lengkap : Taufik Hidayat

Profesi : Agama : Islam


Tempat Lahir : Bandung, Jawa Barat
Tanggal Lahir : Senin, 10 Agustus 1981
Zodiac : Leo
Hobby : Sepakbola,Badminton
Warga Negara : Indonesia
BIOGRAFI
Taufik Hidayat adalah pemain bulu tangkis tunggal putra dari Indonesia yang berasal dari klub
SGS Elektrik Bandung. Pada Olimpiade Athena 2004, putra pasangan Aris Haris dan Enok
Dartilah ini berhasil meraih medali emas dengan mengalahkan Seung Mo Shon dari Korea
Selatan. Selain itu, Taufik juga menyandang gelar juara tunggal putra Asian Games (2002, 2006).
Enam kali menjuarai Indonesia Terbuka, yaitu tahun 1999, 2000, 2002, 2003, 2004 dan 2006.
Ditambah lagi menjuarai Piala Thomas (2000, 2002, 2004 dan 2006) serta Piala Sudirman (1999,
2001, 2003 dan 2005).
Di luar karier bulu tangkis, Taufik juga dikenal sebagai pria playboy yang sering berganti pacar.
Sebut saja artis Nola AB Theere, Deswita Maharani, dan Linda Rahman, yang pernah memiliki
hubungan asmara dengan Taufik. Bahkan seorang perempuan bernama Fanny mengaku telah
melahirkan anak dari hubungannya dengan Taufik saat masih sekolah dahulu. Bayi yang
diperkirakan hubungan mereka berdua itu diberi nama Excel Revian Agachie. Pemain bulu
tangkis asal Bandung ini kemudian menikah dengan Ami Gumelar, putri dari Agum Gumelar dan
Linda Amalia Sari. Mereka telah dikaruniai seorang putri dan seorang putra.
Pada 30 Januari 2009, Taufik mundur dari Pelatnas dan menjadi pemain bulu tangkis profesional.
Ia kemudian menjalin bisnis dengan Yonex dalam pengadaan alat olahraga. Ia juga
menyampaikan rencananya untuk membangun Taufik Hidayat Arena, sebuah kompleks olahraga
di Kelapa Dua, Ciracas, Jakarta Timur, Jakarta Timur, yang ditetapkan untuk dimulai
pembangunannya sampai tiga tahun ke depan.

KARIR

Atlet bulutangkis

Pengusaha

PENGHARGAAN

1998: Juara Brunei Open

1999: Juara Indonesia Open, Juara SEA Games

2000: Juara Indonesia Open, Juara Malaysia Open, Juara Kejuaraan Asia

2001: Juara Singapore Open

2002: Juara Indonesia Open, Juara Taiwan Open, Juara Asian Games

2003: Juara Indonesia Open

2004: Juara Indonesia Open, Juara Kejuaraan Asia, Juara Olimpiade

2005: Juara Singapore Open, Juara Kejuaraan Dunia

2006: Juara Indonesia Open, Juara Asian Games

2007: Juara Kejuaraan Asia, Juara SEA Games

2008: Juara Macau Open

2009: Juara US Open, Juara India Open

2010: Juara Canada Open, Juara Indonesia GP Gold, Juara French Open SS

Liem Swie King

Nama Lengkap : Liem Swie King


Profesi : Agama : Kristen
Tempat Lahir : Kudus, Jawa Tengah
Tanggal Lahir : Selasa, 28 Februari 1956
Zodiac : Pisces
Warga Negara : Indonesia

BIOGRAFI
Liem Swie King adalah salah satu pemain bulu tangkis legendaris Indonesia asal Kudus. Ia telah
puluhan kali mengharumkan nama Indonesia yang terkenal dengan pukulan jumping smash dan
mendapat julukan sebagai King Smash.
Menurut informasi dari kerabat dekatnya, Liem Swie King sebenarnya bermarga Oei, bukan

marga Liem. Pergantian marga seperti ini pada masa zaman Hindia Belanda biasa terjadi. Pada
masa itu, seorang anak di bawah usia ketika memasuki wilayah Hindia Belanda (Indonesia
sekarang) harus ada orang tua yg menyertainya, bila anak itu tidak beserta orang tua aslinya,
maka oleh orang tuanya akan dititipkan kepada "orang tua" yang lain, "orang tua" ini bisa saja
bermarga sama atau berbeda dengan aslinya.
Sejak kecil, King sudah bermain bulu tangkis atas dorongan orang tuanya di Kudus. Ia juga
masuk ke dalam klub PB Djarum yang telah banyak melahirkan para pemain nasional. King
berhasil meraih berbagai prestasi selama 15 tahun berkiprah di bulu tangkis. Pertama kali, King
meraih Juara I Yunior se-Jawa Tengah (1972). Pada usia 17 tahun (1973), ia menjuarai Pekan
Olahraga Nasional.
Setelah itu, King direkrut masuk pelatnas yang bermarkas di Hall C Senayan. Ia pun meraih
Juara Kejurnas 1974 dan 1975. Sementara itu, di kejuaraan internasional, King meraih Juara II
All England (1976 & 1977), tiga kali menjadi juara All England (1978, 1979, 1981), peraih
medali emas Asian Games di Bangkok 1978, dan tiga medali emas Piala Thomas (1976, 1979,
1984) dari enam kali membela tim Piala Thomas.
Pebulu tangkis asal Kudus ini juga sempat menjadi buah bibir ketika menantang Sang
Legendaris Rudy Hartono di final All England tahun 1976, yang waktu itu usianya masih 20
tahun. Setelah itu, Liem Swie King menjadi penerus kejayaan Rudy.
Setelah pensiun dari dunia bulu tangkis pada tahun 1988, King terjun di dunia hotel dan spa
milik mertuanya di Jalan Melawai Jakarta Selatan. Setelah itu, ia melebarkan sayap dengan
membuka usaha griya pijat kesehatan berkantor di Kompleks Perkantoran Grand Wijaya Centre
Jakarta Selatan. Ia juga membuka usaha griya pijat kesehatan Sari Mustika. Kini, King telah
membuka griya pijatnya di tiga lokasi, Grand Wijaya Centre, Jalan Fatmawati Jakarta Selatan,
dan Kelapa Gading Jakarta Utara.
Pebulu tangkis yang pernah terjun ke dunia film sebagai bintang film Sakura dalam Pelukan ini
kini tinggal bersama isteri dan tiga orang anaknya Alexander King, Stevani King dan Michele
King, dimana yang lucu adalah ternyata anak-anaknya tidak tahu bahwa King merupakan
seorang pahlawan bulu tangkis Indonesia. Karier King di dunia perfilman berlanjut ketika Nia
Zulkarnaen dan Ari Sihasale, pemilik rumah produksi Alenia, menjadikan kehebatan Liem Swie
King dalam dunia bulu tangkis Indonesia sebagai inspirasi untuk membuat film tentang bulu
tangkis.
Film yang diberi judul "King" memang bukan bercerita tentang kisah kehidupan King, akan
tetapi dalam film tersebut King menjadi inspirasi bagi seorang ayah yang kagum pada King, lalu
memotivasi putranya untuk bisa menjadi juara seperti King.
Pada bulan Mei 2004, International Badminton Federation (sekarang Badminton World
Federation) memberikan penghargaan Hall Of Fame kepada Lim Swie King.

PENDIDIKAN

SD, Kudus (1968)

SMP, Kudus (1971)

SMA, Kudus (1974)

KARIR

Bintang film Sakura dalam Pelukan

Pengusaha hotel (pekerjaan kini)

Atlet Bulutangkis

PENGHARGAAN
Nasional:

Juara I Yunior se-Jawa Tengah (1972)

Juara II PON 1973

Juara Kejurnas 1974, 1975

Tunggal Internasional:

1974: Semi Finalis Asian Games Tehran

1976: Finalis All England Open, Finalis Kejuaraan Asia

1977: Finalis All England Open, Juara Denmark Open, Juara Swedia Open,
Juara SEA Games

1978: Juara All England Open, Juara Asian Games Bangkok

1979: Juara All England Open

1980: Finalis Kejuaraan Dunia, Finalis All England

1981: Juara All England Open, Semi Finalis World Games St.Clara, Juara SEA
Games

1982: Finalis Asian Games New Dehli, Juara Piala Dunia

1983: Finalis Kejuaraan Dunia, Juara Indonesia Open, Juara Malaysia Open

1984: Finalis All England Open, Finalis World Badminton Grand Prix

1985: Semi Finalis All England Open

Ganda Internasional:

1983: Finalis SEA Games (bersama Hadibowo)

1984: Juara Piala Dunia (bersama Kartono Hariamanto)

1985: Juara Piala Dunia, Juara Indonesia Open, Semi Finalis Kejuaraan Dunia ,
Finalis SEA Games (bersama Kartono Hariamanto)

1986: Juara Piala Dunia, Semi Finalis Asian Games Seoul (bersama Bobby
Ertanto); Juara Indonesia Open (bersama Kartono Hariamanto)

1987: Juara Asia (bersama Bobby Ertanto); Juara SEA Games, Juara Japan
Open, Juara Indonesia Open, Juara Taiwan Open, Finalis Thailand Open
(bersama Eddy Hartono)

Beregu Internasional:

1976: Juara Piala Thomas

1977: Juara SEA Games

1978: Juara Asian Games

1979: Juara Piala Thomas, Juara SEA Games

1981: Finalis SEA Games

1982: Finalis Piala Thomas, Finalis Asian Games

1983: Juara SEA Games

1984: Juara Piala Thomas

1985: Juara SEA Games

1986: Finalis Piala Thomas, Semi Finalis Asian Games

1987: Juara SEA Games

Anda mungkin juga menyukai