DISUSUN OLEH:
RIFKI FAJRI
12211060
Rudy Hartono
BIOGRAFI
Rudy Hartono Kurniawan lahir dengan nama Nio Hap Liang adalah salah satu mantan pemain
bulu tangkis Indonesia yang namanya pernah diabadikan dalam Guiness Book of World Records
pada tahun 1982 karena berhasil membawa Indonesia meraih juara All England delapan kali dan
memenangkan Thomas Cup sebanyak empat kali.
Rudy Hartono yang juga pernah dinobatkan sebagai salah satu Asian Heroes kategori Athletes &
Explorers versi Majalah Time ini merupakan anak ketiga dari 9 bersaudara dengan ayah
Zulkarnaen Kurniawan. Dua kakak Rudy, Freddy Harsono dan Diana Veronica juga pemain
macam pakaian olahraga. Selain itu, Rudy pun pernah menjadi pengusaha oli merek Top 1 dan
menjadi pemain dalam film Matinya Seorang Bidadari pada tahun 1971 bersama Poppy
Dharsono. Bahkan, berkat nama besarnya di dunia bulu tangkis, United Nations Development
Programme (UNDP) sempat menunjuk Rudy sebagai duta bangsa untuk Indonesia. UNDP
adalah organisasi PBB yang berperang melawan kemiskinan dan berjuang meningkatkan standar
hidup, dan mendukung para perempuan.
Kini, Rudy tidak lagi mengayunkan raketnya di udara. Faktor usia dan kesehatan membuat ia
tidak bisa melakukannya. Sebab sejak ia menjalani operasi jantung di Australia pada 1988, ia
hanya bisa berolahraga dengan berjalan kaki di seputar kediamannya. Walaupun demikian,
dedikasinya pada bulu tangkis tidak pernah mati.
PENDIDIKAN
KARIR
Atlet Bulutangkis
Pengusaha
PENGHARGAAN
Prestasi:
Juara tunggal putra All England 8 kali (1968, 1969, 1970, 1971, 1972, 1973,
1974, dan 1976)
Juara bersama Tim Indonesia dalam Thomas Cup 4 kali (1970, 1973, 1976
dan 1979)
Penghargaan:
Honorary Diploma 1987 dari the International Committee's Fair Play Award
Taufik Hidayat
KARIR
Atlet bulutangkis
Pengusaha
PENGHARGAAN
2000: Juara Indonesia Open, Juara Malaysia Open, Juara Kejuaraan Asia
2002: Juara Indonesia Open, Juara Taiwan Open, Juara Asian Games
2010: Juara Canada Open, Juara Indonesia GP Gold, Juara French Open SS
BIOGRAFI
Liem Swie King adalah salah satu pemain bulu tangkis legendaris Indonesia asal Kudus. Ia telah
puluhan kali mengharumkan nama Indonesia yang terkenal dengan pukulan jumping smash dan
mendapat julukan sebagai King Smash.
Menurut informasi dari kerabat dekatnya, Liem Swie King sebenarnya bermarga Oei, bukan
marga Liem. Pergantian marga seperti ini pada masa zaman Hindia Belanda biasa terjadi. Pada
masa itu, seorang anak di bawah usia ketika memasuki wilayah Hindia Belanda (Indonesia
sekarang) harus ada orang tua yg menyertainya, bila anak itu tidak beserta orang tua aslinya,
maka oleh orang tuanya akan dititipkan kepada "orang tua" yang lain, "orang tua" ini bisa saja
bermarga sama atau berbeda dengan aslinya.
Sejak kecil, King sudah bermain bulu tangkis atas dorongan orang tuanya di Kudus. Ia juga
masuk ke dalam klub PB Djarum yang telah banyak melahirkan para pemain nasional. King
berhasil meraih berbagai prestasi selama 15 tahun berkiprah di bulu tangkis. Pertama kali, King
meraih Juara I Yunior se-Jawa Tengah (1972). Pada usia 17 tahun (1973), ia menjuarai Pekan
Olahraga Nasional.
Setelah itu, King direkrut masuk pelatnas yang bermarkas di Hall C Senayan. Ia pun meraih
Juara Kejurnas 1974 dan 1975. Sementara itu, di kejuaraan internasional, King meraih Juara II
All England (1976 & 1977), tiga kali menjadi juara All England (1978, 1979, 1981), peraih
medali emas Asian Games di Bangkok 1978, dan tiga medali emas Piala Thomas (1976, 1979,
1984) dari enam kali membela tim Piala Thomas.
Pebulu tangkis asal Kudus ini juga sempat menjadi buah bibir ketika menantang Sang
Legendaris Rudy Hartono di final All England tahun 1976, yang waktu itu usianya masih 20
tahun. Setelah itu, Liem Swie King menjadi penerus kejayaan Rudy.
Setelah pensiun dari dunia bulu tangkis pada tahun 1988, King terjun di dunia hotel dan spa
milik mertuanya di Jalan Melawai Jakarta Selatan. Setelah itu, ia melebarkan sayap dengan
membuka usaha griya pijat kesehatan berkantor di Kompleks Perkantoran Grand Wijaya Centre
Jakarta Selatan. Ia juga membuka usaha griya pijat kesehatan Sari Mustika. Kini, King telah
membuka griya pijatnya di tiga lokasi, Grand Wijaya Centre, Jalan Fatmawati Jakarta Selatan,
dan Kelapa Gading Jakarta Utara.
Pebulu tangkis yang pernah terjun ke dunia film sebagai bintang film Sakura dalam Pelukan ini
kini tinggal bersama isteri dan tiga orang anaknya Alexander King, Stevani King dan Michele
King, dimana yang lucu adalah ternyata anak-anaknya tidak tahu bahwa King merupakan
seorang pahlawan bulu tangkis Indonesia. Karier King di dunia perfilman berlanjut ketika Nia
Zulkarnaen dan Ari Sihasale, pemilik rumah produksi Alenia, menjadikan kehebatan Liem Swie
King dalam dunia bulu tangkis Indonesia sebagai inspirasi untuk membuat film tentang bulu
tangkis.
Film yang diberi judul "King" memang bukan bercerita tentang kisah kehidupan King, akan
tetapi dalam film tersebut King menjadi inspirasi bagi seorang ayah yang kagum pada King, lalu
memotivasi putranya untuk bisa menjadi juara seperti King.
Pada bulan Mei 2004, International Badminton Federation (sekarang Badminton World
Federation) memberikan penghargaan Hall Of Fame kepada Lim Swie King.
PENDIDIKAN
KARIR
Atlet Bulutangkis
PENGHARGAAN
Nasional:
Tunggal Internasional:
1977: Finalis All England Open, Juara Denmark Open, Juara Swedia Open,
Juara SEA Games
1981: Juara All England Open, Semi Finalis World Games St.Clara, Juara SEA
Games
1983: Finalis Kejuaraan Dunia, Juara Indonesia Open, Juara Malaysia Open
1984: Finalis All England Open, Finalis World Badminton Grand Prix
Ganda Internasional:
1985: Juara Piala Dunia, Juara Indonesia Open, Semi Finalis Kejuaraan Dunia ,
Finalis SEA Games (bersama Kartono Hariamanto)
1986: Juara Piala Dunia, Semi Finalis Asian Games Seoul (bersama Bobby
Ertanto); Juara Indonesia Open (bersama Kartono Hariamanto)
1987: Juara Asia (bersama Bobby Ertanto); Juara SEA Games, Juara Japan
Open, Juara Indonesia Open, Juara Taiwan Open, Finalis Thailand Open
(bersama Eddy Hartono)
Beregu Internasional: