I.
-
TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan formulasi yang tepat, membuat dan mengevaluasi sediaan
suspensi rekonstitusi dengan bahan aktif Cefuroxime Axetil.
II.
LATAR BELAKANG
Pada zaman sekarang ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
semakin berkembang dengan pesat, salah satunya di bidang Kefarmasian. Hal ini
dapat dilihat dari sediaan obat yang bermacam-macam yang dibuat oleh tenaga
farmasis, diantaranya yaitu ada sediaan padat (solid), setengah padat (semisolid),
dan cair (liquid).
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang
terdispersi dalam fase cair. Suspensi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu suspensi
yang siap digunakan atau yang dikonstitusikan dengan sejumlah air untuk injeksi
atau pelarut lain yang sesuai sebelum digunakan (Depkes RI, 1995). Dibuat
sediaan suspensi karena suspensi mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya
baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet dan kapsul, terutama
anak-anak, memiliki homogenitas tinggi, lebih mudah diabsorpsi daripada tablet
dan kapsul karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna
meningkat, dapat menutupi rasa tidak enak dan pahit obat, dan mengurangi
penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air (Gennaro, 1990). Sedangkan
penggunaan sediaan yang dibuat yaitu untuk oral. Suspensi oral adalah sediaan
cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan
bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral (Depkes RI,
1995).
Sediaan yang akan dibuat berupa suspensi rekonstitusi dengan bahan aktif
Cefuroxime Axetil dengan dosis untuk dewasa yaitu 2 x 1 sendok takar @5-10
ml. Sedangkan khasiat dari Cefuroxime Axetil untuk mengobati infeksi saluran
napas (bronchitis). Cefuroxime Axetil dikontraindikasikan untuk ibu hamil, ibu
menyusui, pasien dengan gangguan ginjal, pasien dengan penyakit infeksi
saluran empedu dan pasien yang hipersensitif. Efek samping dari Cefuroxime
Axetil yaitu gangguan lambung-usus (diare, mual, muntah), reaksi alergi,
gangguan ringan pada ginjal (Syarif, Amir, dkk, 2012)
Stabiltas zat aktif di dalam pelarut air terbatas dan mudah terhidrolisis air
(Sweetman, S.C. 2009), maka dibuat sediaan suspensi rekonstitusi. Cefuroxime
digunakan untuk pemakaian IM dan IV (Tjay Tan, dkk, 2007) maka dari itu bahan
aktif Cefuroxime diganti menjadi Cefuroxime Axetil. Rasa bahan aktif pahit
sehingga akan menurukan akseptabilitas terhadap pasien, maka dari itu dalam
sediaan ditambahkan pemanis (sweetening agent) yaitu sirupus simplex dan
Saccharin (Rowe, 2009) untuk menambah rasa manis pada sediaan dan
meningkatkan akseptabilitas terhadap pasien. Bahan aktif memiliki pH stabilitas
yaitu 3,5-7,0 (Lawrence, 2007), maka pH sediaan yang akan dibuat yaitu 4,0-7,0.
Bahan aktif harus terlindung dari cahaya (Sweetman, S.C. 2009), maka digunakan
botol kaca berwarna coklat saat penyimpanan.
III.
TINJAUAN PUSTAKA
1. Bahan aktif
Zat Aktif
Cefuroxime Axetil
( British Pharmacopoeia 2009 vol 1 & 2 Hlm 1174)
Struktur
Kimia
Kelarutan
Sedikit larut dalam air, larut dalam aseton, dalam etil asetat
dan metanol, sedikit larut dalam alkohol
(European Pharmacopoeia 5th ed Hlm 1222)
Stabilitas
USP,
european
pharmacopoeia,
Britis
jurnal-jurnal penelitian.
Cahaya : terlidung dari cahaya
(European Pharmacopoeia 5th ed Hlm 1222)
Stabilitas cefuroxime axetil sedikit larut dalam air
(Martindale 36 Hlm 238)
pH : 3,5 7,0
(USP 30 Hlm 1684)
Inkompabilita
Keterangan
lain
Penyimpanan
Kadar
5%
penggunaan
2.
CMC Na
Zat
Karboksimetilselulosa Natrium
(Farmakope Indonesia edisi V hal 620)
Sinonim
Karmellz-ntrium;
sodowa;
Natrii
Karmelosa
sodn
Carmellosum;
sl;
SCMC;
Karmeloza
Sodi-
um
CMC Na
(HOPE 6th Edition page 118)
2270C
(HOPE 6th Edition page 119)
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Carboxymethylcellulose
So
higroskopis.
kelembapan
Pada
dium
stabil
yang
meskipun
tinggi,
Carboxymethylcellulose
Sodium
inkompatibel
dengan
Keterangan
lain
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
3.
PVP
Zat
Povidone
(HOPE 6th ed Hlm 581)
Sinonim
pyrrolidinyl)ethylene];
povidonum;
polyvidone;
Povipharm;
PVP;
polyvinylpyrrolidone;
1vinyl-2-pyrrolidinone
polymer.
(HOPE 6th ed Hlm 581)
Struktur
(C6H9NO)
molekul
Titik lebur
150o
(HOPE 6th ed Hlm 582)
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Povidone
menggelapkan
sampai
batas
tertentu
pada
4.
Aerosil
Zat
Aerosil
(HOPE 6th ed Hlm 185)
Sinonim
silicum
dioxid;
SAS;
silica
colloidalis
Rumus
SiO2
molekul
Titik lebur
1600o C
(BM= 60.08)
Kelarutan
mg
L
pada 258o
(pH=7)
(HOPE 6th ed Hlm 187)
Stabilitas
Kegunaan
Inkompabilita
s
5. Sukrosa
Zat
Sinonim
Beet sugar; cane sugar; a-D-glucopyranosyl-b-Dfructofuranoside; refined sugar; saccharose; saccharum; sugar.
(HOPE 6th Edition page 703)
Struktur
Rumus
molekul
Titik lebur
Pemerian
Kelarutan
Sangat mudah larut dalam air ; lebih mudah larut dalam air
mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dam dalam eter.
(FI. IV halaman 762)
Stabilitas
dilepaskan
pada
pemanasan
90oC
Sukrosa
Keterangan
lain
Kadar
penggunaan
Sweetening agent : 67 %
Tablet binder (dry granulation) : 220 %
Tablet binder (wet granulation) : 5067 %
Tablet coating (syrup) : 5067 %
(HOPE 6th halaman 704)
6.
Sakarin
Zat
Sakarin
(HOPE 6th ed Hlm 605)
Sinonim
1,2-Benzisothiazolin-3-one
1,1-dioxide;
benzoic
acid
sacarina;
2,3-dihydro-3E954;
saccarina;
Garantose;
gluside;
saccharin
insoluble;
10
Struktur
C7H5NO3
S 183.18
molekul
Titik lebur
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Kegunaan
Pemanis
(HOPE 6th ed Hlm 605)
Inkompabilita
Maillard browning
(HOPE 6th ed Hlm 606)
7.
Natrium benzoat
Zat
Natrium benzoat
(FI IV Hlm 584)
Sinonim
Struktur
C7H5NaO2
BM= 144.11
Pemerian
Kelarutan
Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol dan
lebih mudah larut dalam etanol 90%
(FI IV Hlm 584)
Stabilitas
Inkompabilita
Keterangan
lain
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
0.1-0.5%
(HOPE 6th Ed hlm 628)
8.
Etanol
Zat
Sinonim
13
Struktur
C2H6O (BM=46.07)
(HOPE 6th Edition page 17)
-1120 C
(HOPE 6th Edition page 18)
Pemerian
Kelarutan
Stabilitas
Inkompabilita
dengan
wadah
alumunium
dan
dapat
lain
Penyimpanan
Kadar
penggunaan
Desinfektan= 6090%
Extracting solvent in galenical manufacture= sampai 85%
Solvent in film coating= Variable
Pelarut di larutan injeksi= Variable
Pelarut di larutan oral= Variable
Pelarut di produk topikal= 6090%
(HOPE 6th Edition page 17)
IV.
15
1. Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet kapsul, terutama
anak-anak
2. Homogenitas tinggi
3. Lebih mudah diabsorpsi daripada tablet kapsul karena luas permukaan kontak
antara zat aktif dan saluran cerna meningkat
4. Dapat menutupi rasa tidak enak pahit obat (dari larut tidaknya)
5. Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air
Kekurangan:
1. Kestabilan rendah (pertumbuhan Kristal jika jenuh, degradasi, dan lain-lain
2. Jika membentuk caking akan sulit terdispersi kembali sehingga
homogenitasnya turun.
3. Alirannya menyebabkan sukar dituang
4. Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan
5. Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi
(caking, flokulasi, deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi perubahan
temperature
6. Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang
diinginkan
Alasan pembuatan suspensi kering:
Stabilitas zat aktif di dalam pelarut air terbatas, baik stabilitas kimia atau
stabilitas fisik. Umumnya antibiotik mempunyai stabilitas yang terbatas di dalam
pelarut air.
Keuntungan sediaan suspensi rekonstitusi:
Kestabilan zat aktif dapat dipertahankan karena kontak zat padat dengan medium
pendispersi dapat dipersingkat dengan mendispersikan zat padat dalam medium
pendispersi pada saat akan digunakan.
Ada 3 jenis sediaan suspensi rekonstitusi, yaitu:
1. Suspensi rekonstitusi yang berupa campuran serbuk
2. Suspensi rekonstitusi yang digranulasi
3. Suspensi rekonstitusi yang merupakan campuran antara granul dan serbuk
V.
PENDEKATAN FORMULA
16
No
.
1
Nama Bahan
Jumlah
Kegunaan
Cefuroxime Axetil
5% b/v
NaCMC FSH
0,5%b/v
Zat aktif
Suspending agent
PVP
1% b/v
Aerosil
0,8% b/v
Sukrosa
25% b/v
Saccharin
0,5%b/v
Natrium benzoat
0,1%b/v
Etanol
qs
Poncean
0,02% b/v
Spesifikasi
1. Bentuk sediaan: Suspensi Rekontitusi dengan bahan
2.
3.
4.
5.
6.
Perhitungan dosis
Dosis= 2dd 250-500 mg p.c (Obat-Obat Penting edisi 6 hlm 74)
Dosis yang digunakan= 250mg/5ml
- Dosis dewasa
- Dosis dewasa
250mg
/1x
250 mg
x
x=
500mg
/1x
250 mg
5 ml
250 mg x 5 ml
250 mg
500 mg
x
x=
x= 5ml
x= 10ml
1x= 5ml
1x= 10ml
17
250 mg
5 ml
500 mg x 5 ml
250 mg
x
60 ml
250 mg x 60 ml
5 ml
x= 3000mg=3g
Kadar
3g
60 ml x 100%= 5%
Jadi, kadar Cefuroxime axetil yang digunakan adalah 5%
V. PENIMBANGAN
Dibuat sediaan 7 botol (@60 ml) = 420 ml
Tiap botol dilebihkan 3%
= 60 ml + (3% x 60 ml)
= 61,8 ml
Total 7 botol
= 7 x 61,8 ml = 432,6ml
Total 7 botol dilebihkan 10%
= 432,6 ml + ( 10% x 432,6 ml )
= 475,86ml 500 ml
Bahan-bahan yang akan digranulasi
Sukrosa
25 g
100 ml
Sakarin
0,5 g
100 ml
x 500 ml=
2,5 g
Na benzoate
0,1 g
= 100 ml
x 500 ml=
0,5 g
0,02 g
100 ml
x 500 ml=
0,1 g
Poncean Red =
128,1 g
Maka jumlah PVP yang diperlukan= 1 x 128,1 g= 1,281 g
Total massa yang digranulasi
= (128,1+1,281)g= 129,3 g
Maka:
Jumlah botol suspensi yang diperoleh (kadar air 0%)
0,99 x 127,540 g
=
x 7 botol= 6,8 botol
128,1 ml
Jumlah fine yang ditambahkan:
60 ml
- Cefuroxime axetil= 5 ml
Na CMCFSH
0,5 g
100 ml
x 60 ml x 6,8= 2,04 g
Aerosil
0,8 g
100 ml
x 60 ml x 6,8= 3,264 g
(127,540+20,4+ 2,04+3,264) g
6,8 botol
= 22,5 g/botol
x=
x
60 ml
0,1 g x 60 ml
100 ml
19
x= 0,06 g
Dosis sehari= 10 ml
Natrium benzoat yang digunakan tiap 10 ml
0,06 g
60 ml
x=
x
10 ml
0,06 g x 10ml
60 ml
x= 0,01 g
ADI=
x
1 kg
0,01 g x 1 kg
70 kg
x=
x= 0,0001 g= 0,1 mg
Jadi, penggunaan Natrium benzoat tidak melampaui kadar ADI
x
60 ml
20
x=
0,5 g x 60 ml
100 ml
x= 0,3g
Dosis sehari= 10 ml
Saccharin yang digunakan tiap 10 ml
0,3 g
60 ml
x=
x
10 ml
0,3 g x 10 ml
60 ml
x= 0,05 g
ADI=
x=
x
1 kg
0,05 g x 1 kg
70 kg
x= 0,0007 g= 0,7 mg
Jadi, penggunaan Saccharin tidak melampaui kadar ADI
21
1g
100 ml
x=
x
60 ml
1 g x 60 ml
100 ml
x= 0,6g
Dosis sehari= 10 ml
Povidone yang digunakan tiap 10 ml
0,6 g
60 ml
x=
x
10 ml
0,6 g x 10 ml
60 ml
x= 0,1 g
ADI=
x=
x
1 kg
0,1 g x 1 kg
70 kg
x= 0,0014 g= 1,4 mg
Jadi, penggunaan Povidone tidak melampaui kadar ADI
VI.
PROSEDUR PEMBUATAN
Pembuatan Air Bebas CO2
1. Diambil 1L air ke dalam beaker glass 1L
2. Dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 1L, lalu panaskan di tas hotplate
3. Setelah air mendidih, kemudian ditunggu sampai 30 menit atau lebih
4. Setelah mencapai waktu yang ditentukan, erlenmeyer 1L ditutup
menggunakan gumpalan kapas
5. Jika sudah tertutup rapat, matikan api, dinginkan.
1.
2.
3.
4.
timbangan analitik.
Pembuatan Massa Granul
1. Disiapkan mortir
2. Dimasukkan sukrosa yang telah ditimbang ke dalam mortir, gerus halus
3. Dimasukkan sakarin yang telah ditimbang ke dalam mortir, gerus halus
homogen
4. Dimasukkan natrium benzoat yang telah ditimbang ke dalam mortir, gerus
halus homogen
5. Dimasukkan poncean red yang telah ditimbang ke dalam mortir, gerus halus
homogen
6. Dimasukkan PVP yang telah ditimbang ke dalam mortir, diteteskan etanol
dengan pipet tetes dalam mortir sampai terbentuk massa yang mudah di
kepal
7. Diayak dengan mesh 12
8. Dikeringkan sampai kadar air kurang dari 1%.
9. Setelah kering, ditimbang massa granul dengan menggunakan timbangan
analitik, diperoleh massa granul sebanyak 128,221g.
Penimbangan fines
23
Prinsip
evaluasi
Jumla
h
Hasil pengamatan
sampel
FISIKA
Rasa manis,
Evaluasi
1.1
Organoleptik
meliputi uji
bau,rasa dan
3 botol
warna
1.2
Syarat
1 botol
muda, bau
khas zat
aktif
Waktu
Penetapan
Sediaan dalam
waktu
bentuk serbuk
rekonstitusi
rekonstitusi
dimasukan
kedalam botol
30 detik.
bersih dan
kering, lalu
24
9,20 detik
warna merah
masukan air
sampai tanda
batas kalibrasi
botol di kocok,
hingga serbuk
terdispersi air.
Waktu
rekonstitusi
dimuali dari
awal air yang
dimasukan
hingga serbuk
terdispersi
1.3
Pengukuran
semua.
Pengukuran pH
pH
dilakukan
menggunakan
3 botol
6,0
4,0-7,0
indikator.
Tidak ada
Tuang isi
satu wadah
perlahan-lahan
pun
dari dalam
volumenya
wadah ke dalam
1.4
Volume
gelas ukur
terpindahkan
kurang dari
1 botol
61ml
volume yang
dikalibrasi
tertera pada
secara hati-hati
etiket ( FI V
(FI V halaman
halaman
1614)
1.5
95% dari
3 botol
g
ml
1615)
Bobot jenis
Bobot jenis
Gunakan
(FI V hal
piknometer
1553)
adalah hasil
kering, timbang
yang
piknometer
diperoleh
25
1,13
suatu zat
kosong (W1)
lalu isi dengan
air suling dan
timbang (W2).
Buang air
dengan
suling tersebut,
membagi
keringkan
bobot zat
piknometer lalu
dengan
isi dengan
bobot air
cairan yang
dalam
akan diukur BJ
piknometer.
nya dan
(FI V hal
timbang (W3).
1553)
Hitung dengan
rumus :
dt =
w3w1
w2w1
Pengujian
dilakukan
menggunakan
100-200
viskometer
1.6
Viskositas
stormer
(Modul
150 Cps
200 cPs)
pada suhu
Praktikum
25oC
Farmasi Fisika,
2002 hlm 171.7
Homogenitas
18)
Mengamati
(Goeswin
keseragaman
berukuran
Agus,
distribusi dan
seragam dan
teknologi
ukuran partikel
terdistribusi
farmasi dan
di kaca arloji.
secara
1 botol
Homogen
Partikel
liquida hlm
merata
127)
dinyatakan
26
sebagai
homogen.
Tuangkan
sediaan 1 botol
ke dalam gelas
ukur, tutup
dengan kertas
perkamen,
amati
pengendapan
yang terjadi tiap
0, 1 hari, 2
1.8
Volume
sedimentasi
Setiap selang
(Teori dan
waktu sesuai
Praktek
dengan yang
Farmasi
telah
2 hari= = 0,47
Industri
ditentukan,
3 hari= = 0,33
Lachman, 3 ed
lakukan
hlm 492-493)
pengamatan,
0= = 1
1 hari= = 0,41
1 botol
Nilai tidak
lebih dari 1
Ukur volume
sediaan (Ho)
dan volume
sediaan yang
jernih (Hv),
hitung dengan
rumus:
=
1.9
Hv
Ho
Kemampuan
Sediaan
redispersi
disimpan dalam
(Teori dan
botol bening,
Praktek
diamkan selama
1 botol
0= 0 kali
1 hari= 4 kali
2 hari= 3 kali
27
Teredispersi
kembali
0, 1 hari, 2
hari, dan 6 hari.
Setiap selang
waktu sesuai
dengan yang
telah
Farmasi
Industri
Lachman, 3 ed
hlm 492-493)
ditentukan,
amati dan
3 hari= 4 kali
kocok botol
dengan
kemiringan 900
sampai sediaan
teredispersi
kembali. Hitung
berapa kali tiap
mengkocok
botol.
Suspensi
Distribusi
ukuran partikel
1.10
(Martin,
Physical
Pharmacy,
hlm 430-431)
diencerkan dan
Partikel
dibuat sediaan
berukuran
yang cukup di
atas objek glass.
1 botol
Diamati
merata.
mikroskop
KIMIA
Tetapkan kadar
Keseragaman
2.1
sediaan
(FI IV hlm
999)
2.2
Identifikasi
10 satuan satu
per satu seperti
tertera pada
3 botol
Penetapan
kadar dalam
monografi
Dengan
terdistribusi
secara
menggunakan
cahaya
2.
seragam dan
3 botol
28
spectrum
serapan
inframerah zat
yang
sediaan
didispersikan
dengan kalium
bromida P
(FI V hlm
1167)
Dengan cara
2.3
Penetapan
kromatografi
cair kinerja
sediaan
tinggi
3 botol
BIOLOGI
Penetapan
dengan
3.1
Uji potensi
lempeng-
untuk
silinder atau
antibiotik
"lempeng" dan
penetapan
899)
dengan cara
3 botol
"tabung" atau
3.2
Uji efektivitas
turbidimetri.
Menggunakan
pengawet
mikroba uji
bakteri
(FI IV hlm
dalam agar
viabel pada
3 botol
854)
a. Jumlah
hari ke 14
berkurang
hingga tidak
lcbih dari
0,1% dari
jumlah awal.
b. jumlah
kapang dan
29
-khamir
viable
selama 14
hari pertama
adalah tetap
atau kurang
dari jumlah
awal
c. Jumlah
tiap mikroba
uji selama
hari tersisa
dari 28 hari
pengujian
adalah tetap
atau kurang
danbilangan
yang disebut
pada a dan
b.
10,901 g
9,628 g
30
1,13
g
ml
Hv 25 ml
=
=0,41
Ho 60 ml
2 hari =
Hv 28 ml
=
=0,47
Ho 60 ml
3 hari =
Hv 20 ml
=
=0,33
Ho 60 ml
VIII. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini dibuat sediaan suspensi dengan bahan aktif
Cefuroxime Axetil. Formula yang digunakan yaitu Cefuroxime Axetil sebanyak
5% b/v,
NaCMC FSH
sebanyak 0,8%
/v, Aerosil
inaktif, yang setelah resorpsi segera dihidrolisa oleh mukosa usus dan darah
menjadi cefuroxime aktif. Resorpsi berlangsung optimal (k.l. 55%) bila diminum
1
sesudah makan. Plasma t- 2 -nya 1-1,5 jam; ekskresinya untuk 95% melalui
kemih secara utuh (Tjay Tan, 2007). Waktu paruh 1,7 jam dan diberikan tiap 8
jam. Kadar dalam cairan serebrospinal sekitar 10% kadar plasma dalam dan ini
efektif untuk pengobatan meningitis oleh H. influenzae (termasuk yang resisten
meningitis), N. meningitis, dan S. pneumoniae (Syarif, Amir, dkk, 2012).
Stabiltas zat aktif di dalam pelarut air terbatas dan mudah terhidrolisis air
(Sweetman, S.C. 2009), maka dibuat sediaan suspensi rekonstitusi. Cefuroxime
digunakan untuk pemakaian IM dan IV (Tjay Tan, 2007), maka dari itu bahan
aktif Cefuroxime diganti menjadi Cefuroxime Axetil. Untuk memperlambat
pengendapan sediaan dan mencegah penurunan partikel, ditambahkan suspending
agent yaitu Na CMCFSH (Rowe, 2009) untuk memperlambat pengendapan
sediaan dan mencegah penurunan partikel. Untuk menjaga serbuk tetap kering,
mencegah terjadi kelembapan dari campuran serbuk kering sehingga akan
mempermudah aliran serbuk dan mencegah caking, ditambahkan anticaking agent
yaitu aerosol (Rowe, 2009) untuk menjaga serbuk tetap kering, mencegah terjadi
kelembapan dari campuran serbuk kering sehingga akan mempermudah aliran
serbuk dan mencegah caking. Metode dalam praktikum kali ini yaitu pembuatan
suspensi kering dengan metode semi granulasi, maka diperlukan bahan pengikat
yang digunakan yaitu PVP (Rowe, 2009).
Rasa bahan aktif pahit sehingga akan menurukan akseptabilitas terhadap
pasien, maka dari itu dalam sediaan ditambahkan pemanis (sweetening agent)
yaitu sirupus simplex dan Saccharin (Rowe, 2009) untuk menambah rasa manis
pada sediaan dan meningkatkan akseptabilitas terhadap pasien. Sirupus simplex
dibuat dari sukrosa 65g+aquadest ad 100ml yang dipanaskan hingga sukrosa
melarut dengan sempurna. Sediaan disimpan dalam jangka waktu lama sebagai
multiple dose, dan sediaan terkandung sukrosa dan air sebagai nutrisi dan medium
pertumbuhan mikroba, dengan demikian akan rentan terkontaminasi mikroba,
maka sediaan ditambahkan pengawet, yaitu pengawet Natrium Benzoat (Rowe,
2009). Bahan aktif memiliki pH stabilitas yaitu 3,5-7,0 (Lawrence, 2007) maka
32
pH sediaan yang akan dibuat yaitu 4,0-7,0. Digunakan pengawet Natrium Benzoat
karena menyesuaikan dengan pH sediaan yang dibuat yaitu 4,0-7,0 dengan pH
aktivitas antimikroba yaitu 2-5. maka digunakan botol kaca berwarna coklat saat
penyimpanan. Untuk mencapai pH sediaan yang di inginkan, ditambahkan adjust
pH HCl 0,1 N atau NaOH 0,1 N (jika perlu). Bahan aktif harus terlindung dari
cahaya (Sweetman, S.C. 2009), maka digunakan botol kaca berwarna coklat saat
penyimpanan.
Agar warna sirup lebih menarik, ditambahkan flavouring agent Poncean Red
agar warna sirup lebih menarik dan meningkatkan akseptabilitas terhadap pasien.
Pada pembuatan sediaan tiap botol dilebihkan 3% yaitu menjadi 61,8ml, ini
dilakukan untuk menjamin kehilangan volume pada setiap botol sesuai yang
tertera pada label dan etiket dan memenuhi syarat volume terpindahkan. Untuk
volume total juga dilebihkan sebanyak 10% untuk menjamin agar tidak terjadi
kehilangan volume total sediaan.
Eksipien yang digunakan diantaranya:
NaCMC FSH
sebanyak 0,5%b/v,
33
Lalu dilakukan evaluasi organoleptik, yaitu meliputi evaluasi bau, rasa dan
warna. Sediaan yang telah jadi memiliki bau khas zat aktif, rasa manis, dan warna
merah muda.
Evaluasi pengujian pH sediaan. Sediaan diukur pHnya menggunakan pH
indikator dengan cara mencelupkan indikator ke dalam sediaan yang telah
direkonstitusi dan disamakan warnanya dengan pH yang tersedia, pH yang
didapat yaitu 6,0.
Evaluasi volume terpindahkan (Depkes RI, 2014) 1 botol dituangkan ke dalam
gelas ukur 500 ml, ditutup dengan kertas perkamen, dan dibiarkan selama 30
menit. Setelah 30 menit, diukur volume dalam gelas ukur. Diperoleh volume yaitu
61ml. Pada evaluasi volume terpindahkan, syaratnya yaitu tidak ada satu wadah
pun volumenya kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket (Depkes RI,
2014). Hasil volume sediaan yang diperoleh yaitu 61ml (tidak kurang dari 95%).
Sediaan dapat dinyatakan memenuhi syarat evaluasi.
Evaluasi bobot jenis (Depkes RI, 2014). Piknometer yang bersih dan kering
ditimbang di atas timbangan analitik saat kosong sebagai W1, saat diisi aquadest
sebagai W2, dan saat diisi sediaan sebagai W3. Lalu dihitung menggunakan rumus
bobot jenis, diperoleh bobot jenis sediaan yaitu 1,13 g/ml.
Evaluasi viskositas. Pengujian dilakukan menggunakan
viscometer
tidak terdapat endapan pada gelas ukur dan ketika dibiarkan selama 1 hari
endapan terbentuk banyak sehingga bagian yang jernihnya dapat terlihat dengan
jelas dan dapat diukur volumenya. Pengukuran bagian volume yang jernih di
lihat dari bagian yang tidak terdapat partikel melayangnya atau dengan kata lain
sama dengan jernih, bagian tersebut yang dapat dikatakan sebagai Hv sehingga
dapat diukur bagian yang jernihnya. Semakin lama sediaan dibiarkan, endapan
yang terbentuk semakin sedikit dan volume yang jernihnyapun semakin
bertambah sehingga nilai semakin mendekati 1. Namun pada hari 3 endapan
bertambah banyak dan Hv semakin kecil. Pada hari 3 ini sediaan dinyatakan
kurang baik karena nilai nya semakin kecil.
Evaluasi kemampuan teredispersi. Sediaan disimpan dalam botol bening,
diamkan selama 0, 1 hari, 2 hari, dan 3 hari. Setiap selang waktu sesuai dengan
yang telah ditentukan, amati dan kocok botol dengan kemiringan 90 0 sampai
sediaan teredispersi kembali. Hitung berapa kali tiap mengkocok botol. Hasilnya
pada waktu 0 sediaan teredispersi kembali setelah dikocok sebanyak 0 kali. Pada
waktu 1 hari, sediaan teredispersi kembali setelah dikocok sebanyak 4 kali. Pada
waktu 2 hari, sediaan teredispersi kembali setelah dikocok sebanyak 3 kali. Dan
pada waktu 3 hari, sediaan teredispersi kembali setelah dikocok sebanyak 3 kali.
Berdasarkan hasil evaluasi kemampuan redispersi sediaan dapat dinyatakan baik
karena dari hari ke hari pembentukan endapan semakin sedikit sehingga
persebaran partikel sediaan dapat dengan baik dan cepat menyatu kembali.
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan sediaan dinyatakan memenuhi
syarat yang ditentukan walaupun terdapat hasil evaluasi yang tidak memenuhi
persyaratan namun merupakan parameter kritis.
Pada saat flavouring agent poncean red ditambahkan ke dalam mortir, poncean
red yang ditimbang sebanyak 0,1 g. Namun yang ditambahkan ke dalam mortir
hanya setengah dari 0,1g saja dikarenakan warna massa granul sudah cukup
pekat.
Pada saat pembuatan massa granul, setelah sukrosa, sakarin, natrium benzoat,
poncean red, dan PVP dimasukkan ke dalam mortir dan digerus halus ad
homogen, diteteskan etanol menggunakan pipet tetes. Sesuai yang tertera pada
pendekatan formula, etanol yang ditambahkan sejumlah qs sampai terbentuk
35
massa granul yang mudah dikepal, namun jumlah etanol yang digunakan dapat
diukur yaitu sebanyak 20ml. Namun, pada saat diayak dengan pengayak mesh
12, hasil ayakan tidak terbentuk granul-granul tetapi seperti serbuk. Hal ini
dikarenakan penambahan etanol yang kurang banyak.
IX.
KESIMPULAN
Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut.
No
.
1
Nama Bahan
Jumlah
Kegunaan
Cefuroxime Axetil
5% b/v
NaCMC FSH
0,5%b/v
Zat aktif
Suspending agent
PVP
1% b/v
Aerosil
0,8% b/v
Sukrosa
25% b/v
Saccharin
0,5%b/v
Natrium benzoat
0,1%b/v
Etanol
20ml
Poncean
0,02% b/v
36
3 hari= = 0,33
Evaluasi kemampuan redispersi sediaan= 0= 0 kali, 1 hari= 4 kali, 2 hari= 3 kali,
3 hari= 4 kali
X.
DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida. Bandung: Penerbit
ITB.
Anief, M. 1999. Farmasetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Anief, M. 1999. Sistem Dispersi, Formulasi Suspensi dan Emulsi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Anief, M. 2013. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.
BMJ Group. 2009. British National Formulary (BNF). London: BMJ Group and
the Royal Pharmaceutical Society of Great Britain.
Council of Europe. 2001. European Pharmacopoeia, Fifth Edition. Europe:
Directorate for The Quality of Medicines of The Council of Europe (EDQM)
37
Tjay Tan , dan Tahardha Kirana. 2007. Obat-Obat Penting (Khasiat, Cara,
Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya), Edisi Keenam. Jakarta: PT. ELEX
MEDIA KOMPUTINDO
38
XI.
LAMPIRAN
KEMASAN
ETIKET
39
BROSUR
40
Bronxim
Cefuroxime
KOMPOSISI
Tiap 5ml mengandung :
Cefuroxime Axetil....... 250 mg
FARMAKOLOGI
BRONXIM mengandung Cefuroxime yang berkhasiat untuk mengobati infeksi saluran
napas (bronchitis). Cefuroxime termasuk antibiotik golongan Sefalosporin generasi kedua.
Sefalosporn generasi -2 ini (1977) berkhasiat terhadap kuman Gram-positif dan sejumlah
kuman Gram-negatif (H. influenza, Proteus sp. dan Klebsiella). Cefuroxime terutama
digunakan pada infeksi saluran napas bagian sedang sampai agak berat dari saluran napas
bagian atas. Cefuroxime merupakan bentuk-ester inaktif, yang setelah resorpsi segera
dihidrolisa oleh mukosa usus dan darah menjadi cefuroxime aktif. Resorpsi berlangsung
optimal (k.l. 55%) bila diminum sesudah makan. Plasma t-
1
2
ekskresinya untuk 95% melalui kemih secara utuh. Waktu paruh 1,7 jam dan diberikan tiap
8 jam. Kadar dalam cairan serebrospinal sekitar 10% kadar plasma dalam dan ini efektif
untuk pengobatan meningitis oleh H. influenzae (termasuk yang resisten meningitis), N.
meningitis, dan S. pneumoniae.
INDIKASI
Untuk mengobati infeksi saluran napas (bronchitis).
CARA PAKAI
Untuk Dewasa:
Sehari 2 x 1 sendok takar @5-10ml
KONTRAINDIKASI
Kehamilan, ibu menyusui, pasien dengan gangguan ginjal, pasien dengan penyakit infeksi
saluran empedu dan pasien yang hipersensitif.
EFEK SAMPING
Gangguan lambung-usus (diare, mual, muntah), reaksi alergi, gangguan ringan pada ginjal.
SIMPAN DI BAWAH SUHU 250C DALAM BOTOL TERTUTUP RAPAT.
LINDUNGI DARI CAHAYA.
KOCOK
HARUS DENGAN RESEP
41