Pasar Modal Syariah
Pasar Modal Syariah
modal
(Capital
Market)
merupakan
pasar
untuk
berbagai
keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk utang,
instrumen
ekuitas
Pasar Perdana adalah penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para pemodal
selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit (issuer) sebelum saham tersebut belum
diperdagangkan di pasar sekunder. Biasanya dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 6 hari
kerja. Harga saham di pasar perdana ditetukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go
public berdasarkan analisis fundamental perusahaan yangbersangkutan.
Dalam pasar perdana, perusahaan akan memperoleh dana yang diperlukan. Perusahaan
dapat menggunakan dana hasil emisi untuk mengembangkan dan memperluas barang modal
untuk memproduksi barang dan jasa. Selain itu dapat juga digunakan untuk melunasi hutang
dan memperbaiki struktur pemodalan usaha. Harga saham pasar perdana tetap, pihak yang
berwenang adalah penjamin emisi dan pialang, tidak dikenakan komisi dengan pemesanan yang
dilakukan melalui agen penjualan.
b. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder adalah tempat terjadinya transaksi jual-beli saham diantara investor setelah
melewati masa penawaran saham di pasar perdana, dalam waktu selambat-lambatnya 90 hari
setelah ijin emisi diberikan maka efek tersebut harus dicatatkan dibursa.
Dengan adanya pasar sekunder para investor dapat membeli dan menjual efek setiap saat.
Sedangkan manfaat bagi perusahaan, pasar sekunder berguna sebagai tempat untuk menghimpun
investor lembaga dan perseorangan.
c. Bursa Paralel
Bursa paralel merupakan bursa efek yang ada. Bagi perusahaan yang menerbitkan efek dan akan menjual
efeknya melalui bursa dapat dilakukan melalui bursa paralel. Bursa paralel merupakan
alternatif bagi perusahaan yang go public untuk memperjualbelikan efeknya jika dapat
memenuhi syarat yang ditentukan pada bursa efek.
Umum
...dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba... (QS.2: 275)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu.
dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu
tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.(QS. 2: 278-279)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. (QS. 4 : 29)
Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah
dapat
dilakukan
di
antara
kaum
muslimin,
kecuali
perdamaian
yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
ataumenghalalkan yang haram. (HR Al -Tirmidzi dari Amr bin Auf)
Allah swt berfiman: Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama
salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat,
aku keluar dari mereka. (HR. Abu Daud, dari Abu Hurairah).
Dari Mamar bin Abdullah, Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah melakukan ikhtikar (penim
bunan) kecuali orang yang bersalah (HR. Muslim)
Tidak halal (memberikan) pinjaman dan penjualan, tidak halal (menetapkan) dua
syarat dalam satu jual beli, tidak halal keuntungan sesuatu yang tidak ditanggung resikonya,
dantidak halal (melakukan) penjualan sesuatu yang tidak ada padamu (HR. Al Khomsah
dari Amr bin Syuaib).
Rasulullah s.a.w melarang (untuk) melakukan penawaran palsu (Muttafaq alaih).
Nabi SAW melarang pembelian ganda pada satu transaksi pembelian (HR. Abu Dawud)
Ba'i al ma'dum masuk dalam kategori jual-beli gharar, karena ketiadaan barang
yang dijual akan menimbulkan perselisihan terhadap barang tersebut, jika
didapatkanketidakpuasan dari pembeli.
c. Insider Trading, yaitu menggunakan informasi orang dalam dari perusahaan
emiten untuk memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilakukan.
d. Menimbulkan informasi yang menyesatkan.
e. Margin Trading, melakukan transaksi atas efek syariah dengan fasilitas pinjaman
berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek syariah tersebut.
f. Corner, adalah sejenis manipulasi pasar dalam bentuk menguasai pasokan saham
yang beredar di pasar sehingga pelakunya dapat menentukan harga saham dibursa.
g. Window Dressing, merupakan praktik tertentu dalam laporan keuangan yang
didesain untuk menyajikan kondisi keuangan yang lebih baik daripada keadaan yang
sebenarnya.
Ada dua kriteria yang harus dipenuhi agar efek tersebut dikatakan sesuai dengan syariah:
1. Jenis Usaha dari Emiten sesuai syariah. Jenis Usaha sesuai syariah apabila:
a. Produk dan jasa yang dihasilkannya adalah sesuatu yang halal, bukan diharamkan oleh
syariah atau besar kemudharatannya disbanding manfaat.
b. Pendapatan yang dihasilkannya berasal dari usaha halal dan dilakukan dengan
cara yang halal termasuk adanya saling ridha serta tidak berbuat zalim
c. Keterbukaan, emiten harus menjalankan kegiatan usaha dengan cara yang
baik serta memenuhi prinsip keterbukaan.
d. Manajemen Usaha, emiten harus mempunyai manajemen yang berperilaku Islami
seperti: menghormati hak asasi manusia, menjaga lingkungan hidup, melaksanakan
good corporate governance, serta memegang teguh prinsip kehati-hatian dalam
mengambil resiko termasuk pendanaan yang mempengaruhi modal dan rasio
piutang.
e. Melakukan transparansi dan keadilan dalam berhubungan dengan investor.
2. Kondisi/Rasio Keuangan:
a. Emiten memiliki fundamental usaha yang kuat di mana struktur keuangan
baik dan tidak bergantung pada utang ribawi.
b. Emiten memiliki fundamental keuangan yang kuat di mana emiten memiliki
struktur nisbah utang dan modal lebih kecil dari 82%.
c. Emiten memiliki citra yang baik bagi publik, misalnya: manajemen emiten
diketahui tidak melakukan tindakan yang melanggar prinsip islam.
Dua tahap screening yang dilakukan Reksa dana syariah adalah sebagai berikut:
Proses screening (Penyaringan) dalam Penentuan Daftar Efek Syariah
Screening Pertama (Core Business)
dan
1. Total
permainan
utang
yang
berbasis
bunga
yang
dilarang
2. Menyelenggarakan jasa keuangan yang
menerapkan
konsep
ribawi,
tidak
bunga
dan
halal
lainnya
dengan
total
Ada lima jenis efek syariah yang dapat diperdagangkan dalam Pasar Modal Syariahyaitu :
1. Saham Syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria
berdasarkan fatwa DSN-MUI, dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak
istimewa;
2. Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah
yang di keluarkan Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee
serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo;
3. Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Reksa Dana Syariah adalah satuan
ukuran yang menunjukkan bagian kepentingan setiap pihak dalam portofolio investasi
suatu KIK Reksa Dana Syariah;
4. Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah
adalah
efek
yang
diterbitkan
oleh
kontrak investasi kolektif EBA Syariah yang portofolionya terdiri atas aset keuangan
berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan yang timbul di
kemudian hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan, efek bersifat
investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan investasi/arus kas serta
aset keuangan setara, yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah;
5. Surat Berharga Komersial Syariah adalah surat pengakuan atas suatu pembiayaan dalam
jangka waktu tertentu yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
6. Surat berharga syariah lainnya.
Bab ini hanya akan membahas mengenai 3 jenis efek utama, yaitu: saham syariah,obligasi
syariah dan reksa dana syariah.
F. SAHAM SYARIAH
Dalam melakukan transaksi di pasar modal yang harus diperhatikan adalah niat bertransaksi
(untuk investasi bukan untuk spekulasi/judi), sahamnya sesuai syariah (lihat penjelasan di
atas)
kemudian
transaksi
dilakukan
sesuai
dengan
syariah
penjelasan di atas). Untuk indetifikasi saham sesuai syariah dan sehat dapat
(lihat
menggunakan
atas aset perusahaan sehingga penilaian atas saham seharusnya berdasarkan atas nilai aset
(yang berfungsi sebagai underlying asset-nya).
Sebagai bukti kepemilikan, maka saham yang diperbolehkan secara syariah untuk dibeli
adalah saham untuk perusahaan-perusahaan yang kegiatan usaha, jenis produk atau jasa
serta cara pengelolaannya sejalan dengan prinsip syariah.
Penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun
nonsyariah, melainkan pada saham yang memenuhi kriteria syariah. BEJ bekerja sama dengan
Dewan Pengawas Syariah PT. Dana Rekas Investment Manajemen telah mengembangkan Jakarta
Islamic Index (JII) yang menggambarkan index saham yang memenuhi prinsipprinsip syariah.
Proses penetapan saham emiten yang dapat dikelompokkan dalam JII adalah;
1. Saham-saham yang termasuk dalam index syariah adalah saham-saham dengan emiten yang
kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah sebagaimana persyaratan pada
fatwa DSN-MUI.
2. Setelah itu dinilai berdasarkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu:
a. Memilih saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10
kapitalisasi besar)
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahunberakhir
yang memiliki rasio kewajiban terhadap aset maksimal sebesar 90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rataratakapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan reguler satu tahun terakhir.
JII akan dikaji setiap 6 bulan dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap
tahunnya, sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terusmenerus berdasarkan data-data publik yang tersedia. Indeks harga saham setiap hari dihitung
menggunakan harga saham terakhir yang terjadi dibursa.
Berikut ini, kami sajikan contoh daftar saham yang masuk JII untuk periode Juli-Desember
2007, di mana daftar saham tersebut dikeluarkan setelah melalui proses seperti yang
digambarkan di atas.
Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan
investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagipemodal dalam
menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan
dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia.
JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan
kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah
tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja
(benchmark) dalam memilih portofolio sahamyang halal.
Penetapan Jakarta Islamic Index (JII)
Selain filter syariah, saham yang masuk ke dalam JII harus melalui beberapa proses
penyaringan (filter) terhadap saham yang listing, yaitu:
Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan, kecuali termasuk dalam 10
kapitalisasi besar.
Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun
Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan penentuan komponen indeks
pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha
utama emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia.
Perusahaan yang mengubah lini bisnisnya menjadi tidak konsisten dengan prinsip syariah
akan dikeluarkan dari indeks. Sedangkan saham emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh
saham emiten lain.
Hal yang Harus Diperhatikan dalam Transaksi Saham
Penentuan kriteria dalam pemilihan saham dalam JII melibatkan Dewan Pengawas Syariah
PT DIM. Saham-saham yang akan masuk ke JII harus melalui filter syariah terlebih dahulu.
Berdasarkan arahan Dewan Pengawas Syariah PT DIM, ada 4 syarat yang harus dipenuhi
agar saham-saham tersebut dapat masuk ke JII:
1. emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
2. bukan lembaga keuangan
konvensional
yang
menerapkan
sistem
riba,
G. OBLIGASI SYARIAH
Menurut fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN MUI). Yaitu, fatwa No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi syariah. Dalam fatwa
tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan obligasi syariah adalah suatu surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang obligasi
syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan pada pemegang obligasi syariah
berupa bagi hasil serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Jenis-Jenis Obligasi Syariah
1. Obligasi Syariah MudharabahObligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang
mengunakan akad mudharabah. Akad mudharabah adalah akad kerjasama antara
pemilik
modal
Ikatan atau akad mudharabah pada hakikatnya adalah ikatan penggabungan atau
percampuran berupa hubungan kerjasama antara pemilik usaha dengan pemilik harta,
dimana pemilik harta (shahibul maal) hanya menyediakan dana secara penuh (100%)
dalam suatu kegiatan usaha dan tidak boleh secara aktif dalam pengelolaan usaha.
Sedangkan
pemilik
usaha
(mudharib/emiten)
memberikan jasa, yaitu mengelola harta secara penuh dan mandiri (directionery)
dalam bentuk aset pada kegiatan usaha tersebut. Dalam Fatwa No. 33 / DSN-MUI /
X / 2002 tentang obligasisyariah mudharabah, dinyatakan antara lain bahwa: Obligasi
syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah merupakan bagi hasil,
margin atau fee serta membayar dana obligasi pada saat obligasi jatuh tempo. Obligasi
(pengelola
modal),
sedangkan
pemegangobligasi
mudharabah
bertindak sebagai shahibul maal (pemodal). Jenis usaha emiten tidak boleh
bertentangan dengan prinsip syariah. Nisbah keuntungan dinyatakan dalam akad.
Apabila emiten lalai atau melanggar perjanjian, emiten wajib menjamin pengambilan
dana dan pemodal dapat meminta emiten membuat surat pengakuan
utang.
Kepemilikan
obligasi
syariah
dapat
dipindahtangankan
pemilik harta
memberikan
hak
untuk
memanfaatkan
objek
yang
belah pihak.
Ruang lingkup dan jangka waktu pemakaiannya harus dinyatakan secara spesifik.
Penyewa harus membagi hasil manfaat yang diperolehnya dalam bentuk imbalan
Secara teknis, obligasi ijarah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: Investor dapat bertindak
sebagai penyewa (mustajir). Sedangkan emiten dapat bertindak sebagai wakil investor. Dan
investor, dapat bertindak sebagai orang yang menyewakan (mu jir ). Dengan demikian, ada
dua kali transaksi dalam hal ini: transaksi pertama terjadi antara investor dengan emiten,
dimana investor mewakilkan dirinya kepada emiten dengan akad wakalah, untuk melakukan
transaksi sewa-menyewa dengan properti owner dengan akad ijarah. Selanjutnya, transaksi
terjadi antara emiten (sebagai wakil investor) dengan properti owner (sebagai orang yang
menyewakan) untuk melakukan transaksi sewamenyewa (ijarah). Setelah investor
memperoleh hak sewa, maka investor menyewakan kembali objek sewa tersebut kepada
emiten. Atas dasar transaksi sewa menyewa tersebut,maka diterbitkanlah surat berharga
jangka panjang (obligasi syariah ijarah), dimana atas penerbitan obligasi tersebut, emiten
waib membayar pendapatan kepada investor berupa fee serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.
Sebagai contoh transaksi obligasi ijarah adalah pemegang obligasi memberi dana kepada
suatu perusahaan untuk menyewa sebuah ruangan guna keperluan ekspansi. Yang mempunyai
hak manfaat atas sewa ruangan adalah pemegang obligasi, tetapi iamenyewakan /
mengijarahkan kembali kepada perusahaan itu. Jadi perusahaan harus membayar kepada
pemegang obligasi sejumlah dana obligasi yang dikeluarkan ditambah return sewa yang telah
disepakati. Obligasi ijarah lebih diminati oleh investor, karena pendapatannya bersifat tetap.
Terutama investor yang paradigmanya masih konvensional konservatif dan lebih menyukai
fixed income
3. Obligasi Syariah Musyarakah
Obligasi Syariah Musyarakah merupakan obligasi syariah yang diterbitkan
berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah di mana dua pihak atau lebih bekerja
sama menggabungkan modal untuk pembangunan proyek baru, mengembangkan proyek baru,
mengembangkan proyek yang telah ada atau membiayai kgiatan usaha.
4. Obligasi Syariah Istishna'
Obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna di mana
para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek/barang.
Ketentuan Umum obligasi syariah:
1. Pelaksanaan obligasi syariah mulai dari awal sampai akhir harus terhindar dari
formatdan substansi akad yang berkaitan dengan riba (pembungaan uang) dan gharar.
2. Transaksi obligasi syariah harus berdasarkan konsep muamalah yang sejalan syariah
seperti akad kemitraan (musyarakah dan mudharabah), jual beli barang (murabahah,
salam, dan istishna).
3. Bagi hasil pada akad kemitraan, fee pada akad ijarah, dan harga (modal dan margin)
pada akad jual beli harus ditentukan secara jelas pada awal transaksi (prospectus Atau
sertifikat).
4. Usaha yang dilakukan emiten (originator) berhubungan dengan dana sukuk yang dikelola
harus terhindar dari semua unsur-unsur non halal.
5. Pemberian pendapat dapat dilakuakan secara periodik (sesuai karakteristik masingmasing akad).
6. Tidak semua sertifikat sukuk dapat diperjualkan dan tidak semua pendapat dapat
bersifat mengambang (floating) atau indikatif.
7. Pengawasan terhadap pelaksanaa dilaksanakan oleh Dewan Pengawas Syariah dari aspek
syariah, dan oleh wali amanat atau SPV dari segi operasional lapangan khususnya
terhadap usaha emiten.
8. Apabila emiten melakukan kelalaian atau melanggar syarat perjanjian, dilakukan
pengembalian dana investor dan dibuat surat pengakuan utang.
9. Jasa asuransi syariah dapat digunakan untuk sebagai alat perlindungan resiko
asetsukuk.
3. SBSN musyarakah, yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad musyarakah (akad
kerjasama dalam bentuk penggabungan modal).
4. SBSN istisna, yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad istisna (akad jual beli
untuk pembiayaan suatu proyek dimana cara, jangka waktu penyerahan barang dan harga barang
ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak.
5. SBSN berdasarkan akad lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
6. SBSN yang diterbitkan berdasarkan kombinasi dari dua atau lebih jenis akad.
I. PENGERTIAN REKSA DANA SYARIAH
Reksa dana Syariah pada dasarnya adalah Islamisasi reksadana konvensional. Reksadana Syariah adalah
wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal sebagai pemilik
dana (shabul mal) untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer
Investasi sebagai wakil shahibul mal menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam.
Sebenarnya panduanbagi masyarkat muslim untuk berinvestasi pada produk ini sudah
diberikan melalui fatwa DSN-MUI No.20 tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan
Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. Sayangnya produk investasi syariah yang lebih
menguntungkan dari produk tabungan atau deposito perbankan syariah ini kurang
tersosialisasi. Pemilik dana (investor) yang menginginkan investasi halal akan mengamanahkan
dananya dengan akad wakalah kepada Manajer Investasi.
Reksadana Syariah akan bertindak dalam aqad mudharabah sebagai Mudharib yang mengelola
dana milik bersama dari para investor. Sebagai bukti penyertaan investor akan mendapat Unit
Penyertaan dari Reksadana Syariah. Dana kumpulan Reksadana Syariah akan ditempatkan
kembali ke dalam kegiatan Emiten (perusahaan lain) melalui pembelian Efek Syariah. Dalam
hal
ini
Reksadana
Syariah
berperan
sebagai Mudharib
dan
Emiten
berperan
sebagai Mudharib. Oleh karena itu hubungan seperti ini bias disebut sebagai ikatan
Mudharabah Bertingkat. Pembeda reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah
reksadana syariah memiliki kebijaksanaan investasi yang berbasis instrumen investasi pada
portfolio yang dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika perusahaan yang menerbitkan
instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
Islam. Tidak melakukan riba atau membungakan uang. Saham, obligasi dan sekuritas lainnya
yang dikeluarkan bukan perusahaan yang usahanya berhubungan dengan produksi atau
penjualan minuman keras, produk mengandung babi, bisnis hiburan berbau maksiat,
perjudian, pornografi, dan sebagainya.
Disamping itu, dalam pengelolaan dana reksadana ini tidak mengizinkan penggunaan strategi
investasi yang menjurus ke arah spekulasi. Selanjutnya, hasil keuntungan investasi tersebut
dibagihasilkan diantara para investor dan manajer investasi sesuai dengan proporsi modal
yang dimiliki. Produk investasi ini bisa menjadi alternatif yang baik untuk menggantikan
produk perbankan yang pada saat ini dirasakan memberikan hasil yang relatif kecil.
Reksadana syariah memang sangat sesuai untuk investasi jangka panjang seperti persiapan
menunaikan ibadah haji atau biaya sekolah anak di masa depan. Saat ini pilihannya pun
semakin banyak. Saat ini secara kumulatif terdapat 11 reksadana syariah telah ditawarkan
kepada masyarakat. Jumlah itu meningkat sebesar 233,33 persen jika dibandingkan dengan
tahun 2003 yang hanya terdapat tiga reksadana syariah.
ini
diterbitkan
dalam
nilai
pecahan
Rp.
1.000.000,
tanpa
warkat,
dengan jangka waktu maksimal 12 bulan, dapat digunakan pada Bank Indonesia ketika
memperoleh Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek, dan tidak dapat diperdagangkan di pasar
sekunder.