Anda di halaman 1dari 15

A.

PENGERTIAN PASAR MODAL


Pasar

modal

(Capital

Market)

merupakan

pasar

untuk

berbagai

keuangan jangka panjang yang bisa diperjual-belikan, baik dalam bentuk utang,

instrumen
ekuitas

(saham), instrumen derivatif, maupun instrumen lainnya.


Pengertian pasar modal secara umum adalah suatu sistem keuangan yang terorganisasi,
termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga perantara di bidang
keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam arti sempit, pasar
modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan
saham-saham, obligasi-obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para
perantara pedagang efek (Sunariyah, 2000 : 4).
Dalam menjalankan fungsinya, pasar modal dibagi menjadi 3 macam, yaitu:
a.

Pasar Perdana (Primary Market)

Pasar Perdana adalah penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para pemodal
selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit (issuer) sebelum saham tersebut belum
diperdagangkan di pasar sekunder. Biasanya dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 6 hari
kerja. Harga saham di pasar perdana ditetukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go
public berdasarkan analisis fundamental perusahaan yangbersangkutan.
Dalam pasar perdana, perusahaan akan memperoleh dana yang diperlukan. Perusahaan
dapat menggunakan dana hasil emisi untuk mengembangkan dan memperluas barang modal
untuk memproduksi barang dan jasa. Selain itu dapat juga digunakan untuk melunasi hutang
dan memperbaiki struktur pemodalan usaha. Harga saham pasar perdana tetap, pihak yang
berwenang adalah penjamin emisi dan pialang, tidak dikenakan komisi dengan pemesanan yang
dilakukan melalui agen penjualan.
b. Pasar Sekunder (Secondary Market)
Pasar sekunder adalah tempat terjadinya transaksi jual-beli saham diantara investor setelah
melewati masa penawaran saham di pasar perdana, dalam waktu selambat-lambatnya 90 hari
setelah ijin emisi diberikan maka efek tersebut harus dicatatkan dibursa.

Dengan adanya pasar sekunder para investor dapat membeli dan menjual efek setiap saat.
Sedangkan manfaat bagi perusahaan, pasar sekunder berguna sebagai tempat untuk menghimpun
investor lembaga dan perseorangan.
c. Bursa Paralel
Bursa paralel merupakan bursa efek yang ada. Bagi perusahaan yang menerbitkan efek dan akan menjual
efeknya melalui bursa dapat dilakukan melalui bursa paralel. Bursa paralel merupakan
alternatif bagi perusahaan yang go public untuk memperjualbelikan efeknya jika dapat
memenuhi syarat yang ditentukan pada bursa efek.

B. PASAR MODAL SYARIAH DI INDONESIA


Pasar modal syariah merupakan pasar modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah dalam
kegiatan transaksinya dan terbebas dari hal-hal yang dilarang, seperti riba, perjudian,
spekulasi, dan lain sebagainya. Penerapan prinsip-prinsip syariah melekat pada instrumen
atau surat berharga atau efek yang diperjualbelikan (efek syariah) dan cara bertransaksinya
sebagaimana diatur oleh fatwa DSN MUI, sehingga tidak memerlukan bursa efek yang
terpisah.
Dalam perjalanannya, perkembangan pasar modal syariah di Indonesia telah mengalami
kemajuan, sebagai gambaran setidaknya terdapat beberapa perkembangan dan kemajuan
pasar modal syariah yang patut dicatat diantaranya adalah telah diterbitkan 6(enam) Fatwa
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang berkaitan dengan
industri pasar modal. Adapun ke enam fatwa dimaksud adalah :
1. No.05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Saham;
2. No.20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa
DanaSyariah;
3. No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah;
4. No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah
5. No.40/DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman
PenerapanPrinsip syariah di Bidang Pasar Modal; dan
6. No.41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah.
C. SUMBER HUKUM SYARIAH
1. Al Quran

Umum

...dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba... (QS.2: 275)
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang
belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan
(meninggalkan sisa riba), Maka Ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu.
dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok hartamu; kamu
tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.(QS. 2: 278-279)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara
kamu. (QS. 4 : 29)
Apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan

carilah

karunia Allah (QS. 62: 10)


Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu...(QS. 5: 1)
...dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggung jawabnya (QS
17:34)
2. As Sunnah
Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan orang lain.
(HR Ibnu Majah dari Ubadah bin Shamit)
Janganlah kamu menjual sesuatu yang tidak ada padamu (HR. Al Khomsah dari Hukaim
bin Hizam)
Rasulullah s.a.w melarang jual beli yang mengandung gharar (HR. Muslim dari Abu
Hurairah)
Perdamaian

dapat

dilakukan

di

antara

kaum

muslimin,

kecuali

perdamaian

yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin
terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
ataumenghalalkan yang haram. (HR Al -Tirmidzi dari Amr bin Auf)

Allah swt berfiman: Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersyarikat selama
salah satu pihak tidak mengkhianati pihak yang lain. Jika salah satu pihak telah berkhianat,
aku keluar dari mereka. (HR. Abu Daud, dari Abu Hurairah).
Dari Mamar bin Abdullah, Rasulullah SAW bersabda: Tidaklah melakukan ikhtikar (penim
bunan) kecuali orang yang bersalah (HR. Muslim)
Tidak halal (memberikan) pinjaman dan penjualan, tidak halal (menetapkan) dua
syarat dalam satu jual beli, tidak halal keuntungan sesuatu yang tidak ditanggung resikonya,
dantidak halal (melakukan) penjualan sesuatu yang tidak ada padamu (HR. Al Khomsah
dari Amr bin Syuaib).
Rasulullah s.a.w melarang (untuk) melakukan penawaran palsu (Muttafaq alaih).
Nabi SAW melarang pembelian ganda pada satu transaksi pembelian (HR. Abu Dawud)

D. KRITERIA EFEK SYARIAH (DSN MUI-BAPEPAM)


Pada intinya, produk atau instrumen keuangan yang digunakan harus memenuhi syarat,
antara lain:
1. Jenis usaha, produk barang dan jasa yang diberikan serta cara pengelolaan perusahaan
emiten tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah. Jenis kegiatan yang
bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah, antara lain:
a. Usaha perjudian atau permainan yang tergolong judi atau perdagangan
yangdilarang.
b. Lembaga Keuangan Konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional.
c. Produsen, distributor, serta pedagang makanan dan minuman haram.
d. Produsen, distributor, dan/atau penyedia barang/jasa yang merusak moral
danbersifat mudarat.
e. Melakukan investasi pada emiten (perusahaan) yang pada saat transaksi tingkat
(nisbah) utang perusahaan pada lembaga keuangan ribawi lebih dominan daripada
modalnya.
2. Pelaksanaan transaksi harus dilakukan menurut prinsip kehati-hatian serta
tidak diperbolehkan melakukan spekulasi dan manipulasi yang di dalamnya
mengandung unsure dharar, gharar, riba, maisir, risywah, maksiat dan kezaliman,
seperti:

a. Najsy, yaitu melakukan penawaran palsu.


b. Bai Al Madoum, merupakan bentuk jual-beli yang diperdebatkan kebolehannya
oleh para ulama fiqih. Sebagian ada yang berpendapat bahwa ba'i al ma'dum
merupakan bentuk jual-beli yang haram dengan alasan adanya dalil yang
melarang jual-beli gharar atau jual-beli yang

mengandung unsur penipuan.

Ba'i al ma'dum masuk dalam kategori jual-beli gharar, karena ketiadaan barang
yang dijual akan menimbulkan perselisihan terhadap barang tersebut, jika
didapatkanketidakpuasan dari pembeli.
c. Insider Trading, yaitu menggunakan informasi orang dalam dari perusahaan
emiten untuk memperoleh keuntungan atas transaksi yang dilakukan.
d. Menimbulkan informasi yang menyesatkan.
e. Margin Trading, melakukan transaksi atas efek syariah dengan fasilitas pinjaman
berbasis bunga atas kewajiban penyelesaian pembelian efek syariah tersebut.
f. Corner, adalah sejenis manipulasi pasar dalam bentuk menguasai pasokan saham
yang beredar di pasar sehingga pelakunya dapat menentukan harga saham dibursa.
g. Window Dressing, merupakan praktik tertentu dalam laporan keuangan yang
didesain untuk menyajikan kondisi keuangan yang lebih baik daripada keadaan yang
sebenarnya.
Ada dua kriteria yang harus dipenuhi agar efek tersebut dikatakan sesuai dengan syariah:
1. Jenis Usaha dari Emiten sesuai syariah. Jenis Usaha sesuai syariah apabila:
a. Produk dan jasa yang dihasilkannya adalah sesuatu yang halal, bukan diharamkan oleh
syariah atau besar kemudharatannya disbanding manfaat.
b. Pendapatan yang dihasilkannya berasal dari usaha halal dan dilakukan dengan
cara yang halal termasuk adanya saling ridha serta tidak berbuat zalim
c. Keterbukaan, emiten harus menjalankan kegiatan usaha dengan cara yang
baik serta memenuhi prinsip keterbukaan.
d. Manajemen Usaha, emiten harus mempunyai manajemen yang berperilaku Islami
seperti: menghormati hak asasi manusia, menjaga lingkungan hidup, melaksanakan
good corporate governance, serta memegang teguh prinsip kehati-hatian dalam
mengambil resiko termasuk pendanaan yang mempengaruhi modal dan rasio
piutang.
e. Melakukan transparansi dan keadilan dalam berhubungan dengan investor.
2. Kondisi/Rasio Keuangan:
a. Emiten memiliki fundamental usaha yang kuat di mana struktur keuangan
baik dan tidak bergantung pada utang ribawi.
b. Emiten memiliki fundamental keuangan yang kuat di mana emiten memiliki
struktur nisbah utang dan modal lebih kecil dari 82%.

c. Emiten memiliki citra yang baik bagi publik, misalnya: manajemen emiten
diketahui tidak melakukan tindakan yang melanggar prinsip islam.
Dua tahap screening yang dilakukan Reksa dana syariah adalah sebagai berikut:
Proses screening (Penyaringan) dalam Penentuan Daftar Efek Syariah
Screening Pertama (Core Business)

Screening Kedua (Rasio Keuangan)

Kegiatan usaha tidak bertentangan dengan Rasio Keuangan


prinsip syariah seperti :
1. perjudian

dan

1. Total
permainan

utang

yang

berbasis

bunga

yang

dibandingkan dengan total ekuitas

tergolong judi atau perdagangan yang

tidak lebih dari 82%


2. Utang berbasis bunga dibandingkan

dilarang
2. Menyelenggarakan jasa keuangan yang
menerapkan

konsep

ribawi,

jual beli risiko yang mengandung


gharar dan atau maisir;
3. Memproduksi,
mendistribusikan,
memperdagangkan, atau menyediakan

dengan total ekuitas tidak lebih dari


45% : 55%
3. Total
pendapatan
pendapatan
dibandingkan

tidak

bunga

dan

halal

lainnya

dengan

total

pendapatan tidak lebih dari 10%.

barang dan atau jasayang haram. baik


karena zatnya (haram lidzatihi) atau
bukan karena zatnya (haram lighairihi)
barang atau jasa yang merusak moral dan
bersifat mudharat

E. JENIS EFEK SYARIAH


Objek jual beli atau perdagangan dalam pasar modal dan pasar modal syariah adalah efek
atau surat berharga. Dalam pasar modal syariah, efek yang dapat diperdagangkan harus
merupakan efek syariah, yaitu surat berharga yang dikeluarkan oleh emiten di mana
pengelolaan perusahaannya, dan cara penerbitan (emisi) efeknya memenuhi prinsip-prinsip
syariah.

Ada lima jenis efek syariah yang dapat diperdagangkan dalam Pasar Modal Syariahyaitu :
1. Saham Syariah adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi kriteria
berdasarkan fatwa DSN-MUI, dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak
istimewa;
2. Obligasi Syariah adalah surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah
yang di keluarkan Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten
untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee
serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo;
3. Unit Penyertaan Kontrak Investasi Kolektif (KIK) Reksa Dana Syariah adalah satuan
ukuran yang menunjukkan bagian kepentingan setiap pihak dalam portofolio investasi
suatu KIK Reksa Dana Syariah;
4. Efek Beragun Aset (KIK EBA) Syariah

adalah

efek

yang

diterbitkan

oleh

kontrak investasi kolektif EBA Syariah yang portofolionya terdiri atas aset keuangan
berupa tagihan yang timbul dari surat berharga komersial, tagihan yang timbul di
kemudian hari, jual beli pemilikan aset fisik oleh lembaga keuangan, efek bersifat
investasi yang dijamin oleh pemerintah, sarana peningkatan investasi/arus kas serta
aset keuangan setara, yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah;
5. Surat Berharga Komersial Syariah adalah surat pengakuan atas suatu pembiayaan dalam
jangka waktu tertentu yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah.
6. Surat berharga syariah lainnya.
Bab ini hanya akan membahas mengenai 3 jenis efek utama, yaitu: saham syariah,obligasi
syariah dan reksa dana syariah.
F. SAHAM SYARIAH
Dalam melakukan transaksi di pasar modal yang harus diperhatikan adalah niat bertransaksi
(untuk investasi bukan untuk spekulasi/judi), sahamnya sesuai syariah (lihat penjelasan di
atas)

kemudian

transaksi

dilakukan

sesuai

dengan

syariah

penjelasan di atas). Untuk indetifikasi saham sesuai syariah dan sehat dapat

(lihat

menggunakan

saham yang dilisting dalam Jakarta Islamic Index.


Pengertian Saham Syariah
Sesuai fatwa DSN-MUI, pengertian saham adalah bukti kepemilikan atas suatu perusahaan
dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa. Berdasarkan definisi tersebut
dapat dikatakan bahwa saham merupakan bukti kepemilikan seseorang atau pemegang saham

atas aset perusahaan sehingga penilaian atas saham seharusnya berdasarkan atas nilai aset
(yang berfungsi sebagai underlying asset-nya).
Sebagai bukti kepemilikan, maka saham yang diperbolehkan secara syariah untuk dibeli
adalah saham untuk perusahaan-perusahaan yang kegiatan usaha, jenis produk atau jasa
serta cara pengelolaannya sejalan dengan prinsip syariah.
Penyertaan modal secara syariah tidak diwujudkan dalam bentuk saham syariah maupun
nonsyariah, melainkan pada saham yang memenuhi kriteria syariah. BEJ bekerja sama dengan
Dewan Pengawas Syariah PT. Dana Rekas Investment Manajemen telah mengembangkan Jakarta
Islamic Index (JII) yang menggambarkan index saham yang memenuhi prinsipprinsip syariah.
Proses penetapan saham emiten yang dapat dikelompokkan dalam JII adalah;
1. Saham-saham yang termasuk dalam index syariah adalah saham-saham dengan emiten yang
kegiatan usahanya tidak bertentangan dengan syariah sebagaimana persyaratan pada
fatwa DSN-MUI.
2. Setelah itu dinilai berdasarkan aspek likuiditas dan kondisi keuangan emiten, yaitu:
a. Memilih saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan (kecuali termasuk dalam 10
kapitalisasi besar)
b. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahunberakhir
yang memiliki rasio kewajiban terhadap aset maksimal sebesar 90%.
c. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rataratakapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama satu tahun terakhir.
d. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan reguler satu tahun terakhir.
JII akan dikaji setiap 6 bulan dengan penentuan komponen indeks pada awal bulan Januari dan Juli setiap
tahunnya, sedangkan perubahan pada jenis usaha emiten akan dimonitoring secara terusmenerus berdasarkan data-data publik yang tersedia. Indeks harga saham setiap hari dihitung
menggunakan harga saham terakhir yang terjadi dibursa.
Berikut ini, kami sajikan contoh daftar saham yang masuk JII untuk periode Juli-Desember
2007, di mana daftar saham tersebut dikeluarkan setelah melalui proses seperti yang
digambarkan di atas.

Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan
investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagipemodal dalam
menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan
dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia.
JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan
kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah
tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja
(benchmark) dalam memilih portofolio sahamyang halal.
Penetapan Jakarta Islamic Index (JII)
Selain filter syariah, saham yang masuk ke dalam JII harus melalui beberapa proses
penyaringan (filter) terhadap saham yang listing, yaitu:

Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan, kecuali termasuk dalam 10

kapitalisasi besar.
Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun

berakhiryang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%.


Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata

kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama 1 (satu) tahun terakhir.


Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai
perdagangan reguler selama 1 (satu) tahun terakhir.

Pengkajian ulang akan dilakukan 6 (enam) bulan sekali dengan penentuan komponen indeks
pada awal bulan Januari dan Juli setiap tahunnya. Sedangkan perubahan pada jenis usaha
utama emiten akan dimonitor secara terus menerus berdasarkan data publik yang tersedia.
Perusahaan yang mengubah lini bisnisnya menjadi tidak konsisten dengan prinsip syariah
akan dikeluarkan dari indeks. Sedangkan saham emiten yang dikeluarkan akan diganti oleh
saham emiten lain.
Hal yang Harus Diperhatikan dalam Transaksi Saham
Penentuan kriteria dalam pemilihan saham dalam JII melibatkan Dewan Pengawas Syariah
PT DIM. Saham-saham yang akan masuk ke JII harus melalui filter syariah terlebih dahulu.
Berdasarkan arahan Dewan Pengawas Syariah PT DIM, ada 4 syarat yang harus dipenuhi
agar saham-saham tersebut dapat masuk ke JII:

1. emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
2. bukan lembaga keuangan

konvensional

yang

menerapkan

sistem

riba,

termasuk perbankan dan asuransi konvensional.


3. usaha yang dilakukan bukan memproduksi, mendistribusikan, dan memperdagangkan
makanan/minuman yang haram.
4. tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan menyediakan
barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.

G. OBLIGASI SYARIAH
Menurut fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia
(DSN MUI). Yaitu, fatwa No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi syariah. Dalam fatwa
tersebut dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan obligasi syariah adalah suatu surat berharga
jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang obligasi
syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan pada pemegang obligasi syariah
berupa bagi hasil serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.
Jenis-Jenis Obligasi Syariah
1. Obligasi Syariah MudharabahObligasi syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang
mengunakan akad mudharabah. Akad mudharabah adalah akad kerjasama antara
pemilik

modal

(shahibulmaal/investor) dengan pengelola (mudharib/emiten).

Ikatan atau akad mudharabah pada hakikatnya adalah ikatan penggabungan atau
percampuran berupa hubungan kerjasama antara pemilik usaha dengan pemilik harta,
dimana pemilik harta (shahibul maal) hanya menyediakan dana secara penuh (100%)
dalam suatu kegiatan usaha dan tidak boleh secara aktif dalam pengelolaan usaha.
Sedangkan

pemilik

usaha

(mudharib/emiten)

memberikan jasa, yaitu mengelola harta secara penuh dan mandiri (directionery)
dalam bentuk aset pada kegiatan usaha tersebut. Dalam Fatwa No. 33 / DSN-MUI /
X / 2002 tentang obligasisyariah mudharabah, dinyatakan antara lain bahwa: Obligasi
syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang
dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk
membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah merupakan bagi hasil,
margin atau fee serta membayar dana obligasi pada saat obligasi jatuh tempo. Obligasi

syariah mudharabah adalah obligasi syariah yang berdasarkan akad mudharabah


dengan memperhatikan substansi fatwa DSN-MUI No. 7 / DSN-MUI / IV / 2000
tentang Pembiayaan Mudharabah. Obligasi mudharabah emiten bertindak sebagai
mudharib

(pengelola

modal),

sedangkan

pemegangobligasi

mudharabah

bertindak sebagai shahibul maal (pemodal). Jenis usaha emiten tidak boleh
bertentangan dengan prinsip syariah. Nisbah keuntungan dinyatakan dalam akad.
Apabila emiten lalai atau melanggar perjanjian, emiten wajib menjamin pengambilan
dana dan pemodal dapat meminta emiten membuat surat pengakuan
utang.

Kepemilikan

obligasi

syariah

dapat

dipindahtangankan

selama disepakati dalam akad


2. Obligasi Syariah Ijarah
Obligasi Syariah Ijarah adalah obligasi syariah berdasarkan akad ijarah. Akad
ijarahadalah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian.
Artinya,

pemilik harta

memberikan

hak

untuk

memanfaatkan

objek

yang

ditransaksikan melalui penguasaansementara atau peminjaman objek dengan manfaat


tertentu dengan membayar imbalan kepadapemilik objek. Ijarah mirip dengan leasing,
tetapi tidak sepenuhnya sama. Dalam akad ijarah disertai dengan adanya perpindahan
manfaat tetapi tidak terjadi perpindahan kepemilikan. Ketentuan akad ijarah sebagai
berikut :
Objeknya dapat berupa barang (harta fisik yang bergerak, tak bergerak, harta

perdagangan) maupun berupa jasa.


Manfaat dari objek dan nilai manfaat tersebut diketahui dan disepakati oleh kedua

belah pihak.
Ruang lingkup dan jangka waktu pemakaiannya harus dinyatakan secara spesifik.
Penyewa harus membagi hasil manfaat yang diperolehnya dalam bentuk imbalan

atau sewa / upah.


Pemakai manfaat (penyewa) harus menjaga objek agar manfaat yang diberikan

oleh objek tetap terjaga.


Pembeli sewa haruslah pemilik mutlak.

Secara teknis, obligasi ijarah dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: Investor dapat bertindak
sebagai penyewa (mustajir). Sedangkan emiten dapat bertindak sebagai wakil investor. Dan
investor, dapat bertindak sebagai orang yang menyewakan (mu jir ). Dengan demikian, ada
dua kali transaksi dalam hal ini: transaksi pertama terjadi antara investor dengan emiten,
dimana investor mewakilkan dirinya kepada emiten dengan akad wakalah, untuk melakukan
transaksi sewa-menyewa dengan properti owner dengan akad ijarah. Selanjutnya, transaksi

terjadi antara emiten (sebagai wakil investor) dengan properti owner (sebagai orang yang
menyewakan) untuk melakukan transaksi sewamenyewa (ijarah). Setelah investor
memperoleh hak sewa, maka investor menyewakan kembali objek sewa tersebut kepada
emiten. Atas dasar transaksi sewa menyewa tersebut,maka diterbitkanlah surat berharga
jangka panjang (obligasi syariah ijarah), dimana atas penerbitan obligasi tersebut, emiten
waib membayar pendapatan kepada investor berupa fee serta membayar kembali dana
obligasi pada saat jatuh tempo.
Sebagai contoh transaksi obligasi ijarah adalah pemegang obligasi memberi dana kepada
suatu perusahaan untuk menyewa sebuah ruangan guna keperluan ekspansi. Yang mempunyai
hak manfaat atas sewa ruangan adalah pemegang obligasi, tetapi iamenyewakan /
mengijarahkan kembali kepada perusahaan itu. Jadi perusahaan harus membayar kepada
pemegang obligasi sejumlah dana obligasi yang dikeluarkan ditambah return sewa yang telah
disepakati. Obligasi ijarah lebih diminati oleh investor, karena pendapatannya bersifat tetap.
Terutama investor yang paradigmanya masih konvensional konservatif dan lebih menyukai
fixed income
3. Obligasi Syariah Musyarakah
Obligasi Syariah Musyarakah merupakan obligasi syariah yang diterbitkan
berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah di mana dua pihak atau lebih bekerja
sama menggabungkan modal untuk pembangunan proyek baru, mengembangkan proyek baru,
mengembangkan proyek yang telah ada atau membiayai kgiatan usaha.
4. Obligasi Syariah Istishna'
Obligasi syariah yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad istishna di mana
para pihak menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek/barang.
Ketentuan Umum obligasi syariah:
1. Pelaksanaan obligasi syariah mulai dari awal sampai akhir harus terhindar dari
formatdan substansi akad yang berkaitan dengan riba (pembungaan uang) dan gharar.
2. Transaksi obligasi syariah harus berdasarkan konsep muamalah yang sejalan syariah
seperti akad kemitraan (musyarakah dan mudharabah), jual beli barang (murabahah,
salam, dan istishna).
3. Bagi hasil pada akad kemitraan, fee pada akad ijarah, dan harga (modal dan margin)
pada akad jual beli harus ditentukan secara jelas pada awal transaksi (prospectus Atau
sertifikat).

4. Usaha yang dilakukan emiten (originator) berhubungan dengan dana sukuk yang dikelola
harus terhindar dari semua unsur-unsur non halal.
5. Pemberian pendapat dapat dilakuakan secara periodik (sesuai karakteristik masingmasing akad).
6. Tidak semua sertifikat sukuk dapat diperjualkan dan tidak semua pendapat dapat
bersifat mengambang (floating) atau indikatif.
7. Pengawasan terhadap pelaksanaa dilaksanakan oleh Dewan Pengawas Syariah dari aspek
syariah, dan oleh wali amanat atau SPV dari segi operasional lapangan khususnya
terhadap usaha emiten.
8. Apabila emiten melakukan kelalaian atau melanggar syarat perjanjian, dilakukan
pengembalian dana investor dan dibuat surat pengakuan utang.
9. Jasa asuransi syariah dapat digunakan untuk sebagai alat perlindungan resiko
asetsukuk.

H. SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA (SBSN/SUKUK NEGARA)


Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau dapat juga disebut Sukuk Negara adalah
merupakan surat berharga (obligasi) yang diterbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia
berdasarkan prinsip syariah. Perusahaan yang akan menerbitkan SBSN ini adalah merupakan
perusahaan yang secara khusus dibentuk guna kepentingan penerbitan SBSN ini (special purpose
vehicle-SPV).
SBSN atau sukuk negara ini adalah merupakan suatu instrumen utang piutang tanpa riba
sebagaimana dalamobligasi, di mana sukuk ini diterbitkan berdasarkan suatu aset acuan yang
sesuai dengan prinsip syariah.
Jenis Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
1. SBSN ijarah, yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad ijarah (akad sewamenyewa atas suatu aset).
2. SBSN mudharabah, yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad mudharabah (akad
kerjasama dimana salah satu pihak menyediakan modal (rab al-maal) dan pihak lainnya
menyediakan tenaga dan keahlian (mudharib) dimana kelak keuntungannya akan dibagi
berdasarkan persentase yang disepakati sebelumnya, apabila terjadi kerugian maka
kerugian tersebut adalah menjadi beban dan tanggung jawab pemilik modal).

3. SBSN musyarakah, yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad musyarakah (akad
kerjasama dalam bentuk penggabungan modal).
4. SBSN istisna, yaitu SBSN yang diterbitkan berdasarkan akad istisna (akad jual beli
untuk pembiayaan suatu proyek dimana cara, jangka waktu penyerahan barang dan harga barang
ditentukan berdasarkan kesepakatan para pihak.
5. SBSN berdasarkan akad lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
6. SBSN yang diterbitkan berdasarkan kombinasi dari dua atau lebih jenis akad.
I. PENGERTIAN REKSA DANA SYARIAH
Reksa dana Syariah pada dasarnya adalah Islamisasi reksadana konvensional. Reksadana Syariah adalah
wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal sebagai pemilik
dana (shabul mal) untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer
Investasi sebagai wakil shahibul mal menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam.
Sebenarnya panduanbagi masyarkat muslim untuk berinvestasi pada produk ini sudah
diberikan melalui fatwa DSN-MUI No.20 tahun 2000 tentang Pedoman Pelaksanaan
Investasi Untuk Reksa Dana Syariah. Sayangnya produk investasi syariah yang lebih
menguntungkan dari produk tabungan atau deposito perbankan syariah ini kurang
tersosialisasi. Pemilik dana (investor) yang menginginkan investasi halal akan mengamanahkan
dananya dengan akad wakalah kepada Manajer Investasi.
Reksadana Syariah akan bertindak dalam aqad mudharabah sebagai Mudharib yang mengelola
dana milik bersama dari para investor. Sebagai bukti penyertaan investor akan mendapat Unit
Penyertaan dari Reksadana Syariah. Dana kumpulan Reksadana Syariah akan ditempatkan
kembali ke dalam kegiatan Emiten (perusahaan lain) melalui pembelian Efek Syariah. Dalam
hal

ini

Reksadana

Syariah

berperan

sebagai Mudharib

dan

Emiten

berperan

sebagai Mudharib. Oleh karena itu hubungan seperti ini bias disebut sebagai ikatan
Mudharabah Bertingkat. Pembeda reksadana syariah dan reksadana konvensional adalah
reksadana syariah memiliki kebijaksanaan investasi yang berbasis instrumen investasi pada
portfolio yang dikategorikan halal. Dikatakan halal, jika perusahaan yang menerbitkan
instrumen investasi tersebut tidak melakukan usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip
Islam. Tidak melakukan riba atau membungakan uang. Saham, obligasi dan sekuritas lainnya
yang dikeluarkan bukan perusahaan yang usahanya berhubungan dengan produksi atau
penjualan minuman keras, produk mengandung babi, bisnis hiburan berbau maksiat,
perjudian, pornografi, dan sebagainya.

Disamping itu, dalam pengelolaan dana reksadana ini tidak mengizinkan penggunaan strategi
investasi yang menjurus ke arah spekulasi. Selanjutnya, hasil keuntungan investasi tersebut
dibagihasilkan diantara para investor dan manajer investasi sesuai dengan proporsi modal
yang dimiliki. Produk investasi ini bisa menjadi alternatif yang baik untuk menggantikan
produk perbankan yang pada saat ini dirasakan memberikan hasil yang relatif kecil.
Reksadana syariah memang sangat sesuai untuk investasi jangka panjang seperti persiapan
menunaikan ibadah haji atau biaya sekolah anak di masa depan. Saat ini pilihannya pun
semakin banyak. Saat ini secara kumulatif terdapat 11 reksadana syariah telah ditawarkan
kepada masyarakat. Jumlah itu meningkat sebesar 233,33 persen jika dibandingkan dengan
tahun 2003 yang hanya terdapat tiga reksadana syariah.

J. SERTIFIKAT BANK INDONESIA SYARIAH


SBI adalah sejenis surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia selaku Bank Sentral dan
ditujukan untuk dibeli oleh Bank Umum dengan nilai nominal yang sangat besar. Tujuan
penerbitan SBI bagi Bank Indonesia adalah mengatur peredaran uang di dalam masyarakat,
sedangkan bagi Bank Syariah/UnitUsaha Syariah sebagai salah satu cara untuk mengatur
likuiditas.
Mekanisme SBIS tidak menggunakan mekanisme dari SBI seperti pada bank konvensional
tetapi dengan menggunakan mekanisme Sertifikat Bank Indonesia Syariah sesuai PBI No
10/11/PBI/2008. Mekanisme yang digunakan adalah Akad Jualah (imbalan) sehingga
dipastikan tidak ada riba meskipun return yang diberikan BI terbilang cukup tinggi. SBIS
diterbitkan sebagai pengganti Sertifikat Wadiah Bank Indonesia.
SBIS

ini

diterbitkan

dalam

nilai

pecahan

Rp.

1.000.000,

tanpa

warkat,

dengan jangka waktu maksimal 12 bulan, dapat digunakan pada Bank Indonesia ketika
memperoleh Fasilitas Pinjaman Jangka Pendek, dan tidak dapat diperdagangkan di pasar
sekunder.

Anda mungkin juga menyukai