Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah pertama
Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang
memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang tersebut di atas, tetapi dapat mencakup
pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai dengan petunjuk al-Quran
dan Sunnah Nabi. Salah seorang yang oleh kesepakatan banyak ulama dapat diberi gelar
khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani Umayyah ke-8
Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: ) atau Khalifah Ar-Rasyidin adalah
empat orang khalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai
penerus kepemimpinan Nabi Muhammad setelah ia wafat. Empat orang tersebut adalah para
sahabat dekat Muhammad yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran
yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan
berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam.
Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut
terjadi karena para sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan oleh
Nabi Muhammad tentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan berlangsung. Namun
penganut paham Syiah meyakini bahwa Muhammad dengan jelas menunjuk Ali bin Abi Thalib,
khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan keturunannyalah yang akan meneruskan
kepemimpinannya atas umat Islam, mereka merujuk kepada salah satu Hadits Ghadir Khum.
Setelah Usman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai
khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi

berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan
stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat
oleh Usman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran
mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Usman kepada penduduk dengan
menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak
tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Uraian dari Latar Belakang di atas, kami merumuskan Masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib?
2. Bagaimana Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan Isi Rumusan Masalah diatas, maka Tujuan penulisan Makalah kami adalah :
1. Untuk mengetahui Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib
2. Untuk mengetahui Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib

BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Khalifah Ali bin Abi Thalib


Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut
sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599
Masehi atau 600(perkiraan).
Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Nabi
Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun,
ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun.
Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar
yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat
menjadi tokoh pemberani dan disegani di antara kalangan Quraisy Mekkah. Setelah mengetahui
sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar.

1. Kehidupan Awal
Ali dilahirkan dari ibu yang bernama Fatimah binti Asad, dimana Asad merupakan anak
dari Hasyim, sehingga menjadikan Ali, merupakan keturunan Hasyim dari sisi bapak dan ibu.
Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena beliau
tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi
Nabi SAW bersama istri beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat.
Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak
beliau kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad.

Dalam biografi asing (Barat), hubungan Ali kepada Nabi Muhammad SAW dilukiskan
seperti Yohanes Pembaptis (Nabi Yahya) kepada Yesus (Nabi Isa). Dalam riwayat-riwayat
Syi'ah dan sebagian riwayat Sunni, hubungan tersebut dilukiskan seperti Nabi Harun kepada
Nabi Musa.

2. Masa Remaja
Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti bin Ishaq
menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang
percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini Ali berusia sekitar 10 tahun.
Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi SAW
karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan hingga
beliau menjadi menantu Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada
pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani (spirituality dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf
lebih suka menyebut istilah 'Ihsan') atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang
diajarkan Nabi khusus kepada beliau tapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-sahabat yang
lain.
Karena bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah
maupun kemasyarakatan semua yang diterima Nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada
umatnya, sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu dengan
kapasitas masing-masing.
Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir
(exterior) atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang
pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak.

3. Kehidupan di Mekkah sampai Hijrah ke Madinah


Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan
menggagalkan hijrah Nabi. Beliau tidur menampakkan kesan Nabi yang tidur sehingga masuk
waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan
oleh Nabi yang telah meloloskan diri ke Madinah bersama Abu Bakar.

B. Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib


1. Wafatnya Khalifah Usman bin Affan
Pada masa kepeminpinan Kholifah Usman bin Affan , terjadi fitnah yang besar di
kalangan kaum muslimin di beberapa daerah, terutama di Basrah, Mesir dan Kufah. Fitnah-fitnah
tersebut sengaja disebarkan oleh kaum munafik yang dipimpin Abdullah bin Saba. Fitnah
tersebut berhasil menghasut beberapa pihak untuk membrontak dan menuntut mundurnya
Khalifah Usman bin Affan.
Dalam masa krisis tersebut, beliau tetap tidak mau menggunakan pengawalan khusus
yang ditawarkan para sahabatnya. Suatu ketika, para pembrontak berhasil menyerbu rumah
Kholifah Usman bin Affan dan membunuhnya.
Saat kejadian itu, Kholifah Usman bin Affan sedang menjalankan puasa sunah dan
membaca Al-Qur'an. Malam harinya sebelum terbunuh beliau mimpi bertemu Rasulullah saw.
Dalam mimpinya, Rasulullah saw. meminta untuk berpuasa dan besuknya akan berbuka dengan
Rasulullah saw. Mimpi itu akhirnya menjadi kenyataan.
Sepeninggal Kholifah Usman bin Affan dalam kondisi yang masih kacau, kaum muslimin
meminta Ali bin Abi Thalib untuk menjadi Khalifah, akan tetapi ada bebarapa tokoh yang

menolak usulan tersebut diantaranya Muawiyah bin Abi Sufyan. Mereka menolak Ali bin Abi
Thalib pada umumnya adalah para gubernur atau pejabat yang berasal dari keluarga besar
Kholifah Usman bin Affan . Mereka menuntut pembunuh Kholifah Usman bin Affan ditangkap
terlebih dahulu. Setelah itu barulah masalah pergantian pemimpin dibicarakan. Sebaliknya, pihak
Ali bin Abi Tahlib berpendapat bahwa masalah kepemimpinan sebaiknya diselesaikan terlebih
dahulu. Setelah itu, barulah pembunuh Kholifah Usman bin Affan dicari bersama-sama.
Perbedaan pendapat tersebut awal pecahnya persatuan kaum muslimin saat itu. Akhirnya Ali bin
Abi Thalib tetap diangkat sebagai kholifah meskipun ada beberapa kalangan yang tidak tersedia
mengakuinya.
2. Pengangkatan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah
Setelah Khalifah Usman ra. syahid, Ali ra. diangkat menjadi khalifah ke-4. Awalnya
beliau menolak, namun akhirnya beliau menerimanya. Imam Ahmad meriwayatkan dengan
sanad yang shahih dari Muhammad bin Al-Hanafiyah berkata: .....Sementara orang banyak
datang di belakangnya dan menggedor pintu dan segera memasuki rumah itu. Kata mereka:
"Beliau (Usman ra.) telah terbunuh, sementara rakyat harus punya khalifah, dan kami tidak
mengetahui orang yang paling berhak untuk itu kecuali anda (Ali ra.)". Ali ra. berkata kepada
mereka: "Janganlah kalian mengharapkan saya, karena saya lebih senang menjadi wazir
(pembantu) bagi kalian daripada menjadi Amir". Mereka menjawab: "Tidak, demi Allah, kami
tidak mengetahui ada orang yang lebih berhak menjadi khalifah daripada engkau". Ali ra.
menjawab: "Jika kalian tak menerima pendapatku dan tetap ingin membaiatku, maka baiat
tersebut hendaknya tidak bersifat rahasia, tetapi aku akan pergi ke masjid, maka siapa yang
bermaksud membaiatku maka berbaiatlah kepadaku". Pergilah Ali ra. ke masjid dan orangorang berbaiat kepadanya.

Dalam Tarikh Al-Yaqubi dikatakan: Ali bin Abi Thalib ra. menggantikan Usman
sebagai khalifah dan Ali bin Abi Thalib ra. dibaiat oleh Thalhah ra, Zubair ra, Kaum Muhajirin
dan Anshar. Sedangkan orang yang pertama kali membaiat dan menjabat tangannya adalah
Thalhah bin Ubaidillah ra.

3. Strategi Kepemimpinan Khalifah Ali bin Abi Thalib


Diantara strategi Ali Bin Abi Thalib dalam menegakkan kekhalifaan adalah memeranig
Khawarij. Untuk kepentingan agama dan negara, Ali Bin Abi Thalbi juga menggukan potensi
dalam usaha pengembangan Islam, baik perkembangan dalam bidang Sosial, politik, Militer, dan
Ilmu Pengetahuan. Berikut ini akan diuraikan tentang strategi tersebut;

a. Khalifah Ali Bin Abi Thalib Memerangi Khawarij


Semula orang-orang yang kelak dikenal dengan khawarij ini turut membaiat Ali ra., dan
Ali ra. tidak menindak mereka secara langsung mengingat kondisi umat belumlah kembali stabil,
di samping para pembuat makar yang berjumlah ribuan itu pun telah berbaur di Kota Madinah,
hingga dapat mempengaruhi hamba sahaya dan orang-orang Badui. Jika Ali ra. bersegera
mengambil tindakan, maka bisa dipastikan akan terjadi pertumpahan darah dan fitnah yang tidak
kunjung habisnya. Karenanya Ali ra, memilih untuk menunggu waktu yang tepat, setelah kondisi
keamanan kembali stabil, untuk menyelesaikan persoalan yang ada dengan menegakkan qishash.
Kaum khawarij sendiri pada akhirnya menyempal dari Pasukan Ali ra. setelah beliau melakukan
tahkim dengan Muawiyah ra. setelah beberapa saat terjadi perbedaan ijtihad di antara mereka
berdua ra. (Ali ra. dan Muawiyah ra.). Orang-orang khawarij menolak tahkim seraya
mengumandangkan slogan:

Tidak ada hukum kecuali hukum Allah. Tidak boleh menggantikan hukum Allah dengan hukum
manusia. Demi Allah! Allah telah menghukum penzalim dengan jalan diperangi sehingga
kembali ke jalan Allah.Ungkapan mereka: Tiada ada hukum kecuali hukum Allah,
dikomentari oleh Ali: Ungkapan benar, tetapi disalahpahami. Pada akhirnya Ali ra. memerangi
khawarij tsb., dan berhasil menghancurkan mereka di Nahrawan, di mana hampir seluruh dari
orang Khawarij tsb berhasil dibunuh, sedangkan yang terbunuh di pihak Ali ra. hanya 9 orang
saja.

b. Upaya Pengembangan dalam Bidang Pemerintahan


Situasi ummat Islam pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib sudah sangat
jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Ummat Islam pada masa pemerintahan Abu Bakar
dan Umar bin Khattab masih bersatu, mereka memiliki banyak tugas yang harus diselesaikannya,
seperti tugas melakukan perluasan wilayah Islam dan sebagainya.
Selain itu, kehidupan masyarakat Islam masih sangat sederhana karena belum banyak
terpengaruh oleh kemewahan duniawi, kekayaan dan kedudukan.
Namun pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin Affan keadaan mulai berubah.
Perjuangan pun sudah mulai terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Oleh karena itu,
beban yang harus dipikul oleh penguasa berikutnya semakin berat. Usaha-usaha Khalifah Ali bin
Abi Thalib dalam mengatasi persoalan tersebut tetap dilakukannya, meskipun ia mendapat
tantangan yang sangat luar biasa. Semua itu bertujuan agar masyarakat merasa aman, tentram
dan sejahtera. Usaha-usaha yang dilakukannya diantaranya :
c.

Perkembangan di Bidang Politik Militer

Khalifah Ali bin Abi Thalib memiliki kelebihan, seperti kecerdasan, ketelitian, ketegasan
keberanian dan sebagainya. Karenanya ketika ia terpilih sebagai Khalifah, jiwa dan semangat itu
masih membara didalam dirinya. Banyak usaha yang dilakukan, termasuk bagaimana
merumuskan sebuah kebijakan untuk kepentingan negara, agama dan umat Islam kemasa depan
yang lebih cemerlang. Selain itu, dia juga terkenal sebagai pahlawan yang gagah berani,
penasihat yang bijaksana, penasihat hukum yang ulung, dan pemegang teguh tradisi, seorang
sahabat sejati, dan seorang kawan yang dermawan.
Khalifah Ali bin Abi Thalib sejak masa mudanya amat terkenal dengan sikap dan sifat
keberaniannya, baik dalam keadaan damai mupun saat kritis. Beliau amat tahu medan dan tipu
daya musuh, ini kelihatan sekali pada saat perang Shiffin. Dalam perang itu Khalifah Ali bin Abi
Thalib mengetahui benar bahwa siasat yang dibuat Muawiyah bin Abi Sufyan hanya untuk
memperdaya kekuatan Khalifah Ali bin Abi Thalib menolak ajakan damai, karena dia sangat
mengetahui bahwa Muawiyah adalah orang yang sangat licik. Namun para sahabatnya mendesak
agar menerima tawaran perdamaian itu. Peristiwa ini kemudian dikenal dengan istilah "Tahkim"
di Daumatul Jandal pada tahun 34 Hijriyah. Peristiwa itu sebenarnya merupakan bukti
kelemahan dalam system pertahanan pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Usaha Khalifah terus mendapat tantangan dan selalu dikalahkan oleh kelompok orang yang tidak
senang terhadap kepemimpinannya.
Karena peristiwa "Tahkim" itu, timbullah tiga golongan dikalangan umat Islam, yaitu
Kelompok Khawarij, Kelompok Murjiah dan Kelompok Syi'ah (pengikut Ali). Ketiga kelompok
itu yang pada masa berikutnya merupakan golongan yang sangat kuat dan yang mewarnai
perkembangan pemikiran dalam Islam.
d. Perkembangan di Bidang Ilmu Bahasa

Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, wilayah kekuasaan Islam telah sampai Sungai
Efrat, Tigris, dan Amu Dariyah, bahkan sampai ke Indus. Akibat luasnya wilayah kekuasaan
Islam dan banyaknya masyarakat yang bukan berasal dari kalangan Arab, banyak ditemukan
kesalahan dalam membaca teks Al-Qur'an atau Hadits sebagai sumber hukum Islam.
Khalifah Ali bin Abi Thalib menganggap bahwa kesalahan itu sangat fatal, terutama bagi
orang-orang yang akan mempelajari ajaran islam dari sumber aslinya yang berbahasa Arab.
Kemudian Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Al-Aswad Al-Duali untuk
mengarang pokok-pokok Ilmu Nahwu ( Qawaid Nahwiyah ).
Dengan adanya Ilmu Nahwu yang dijadikan sebagai pedoman dasar dalam mempelajari
bahasa Al-Qur'an, maka orang-orang yang bukan berasal dari masyarakat Arab akan mendaptkan
kemudahan dalam membaca dan memahami sumber ajaran Islam.
e.

Perkembangan di Bidang Pembangunan


Pada masa Khalifah Ali bin Abi Thalib, terdapat usaha positif yang dilaksanakannya,

terutama dalam masalah tata kota. Salah satu kota yang dibangun adalah kota Kuffah.
Semula pembangunan kota Kuffah ini bertujuao politis untuk dijadikan sebagai basis
pertahanan kekuatan Khalifah Ali bin Abi Thalib dari berbagai rongrongan para pembangkang,
misalnya Muawiyah bin Abi Sufyan. Akan tetapi, lama kelamaan kota tersebut berkembang
menjadi sebuah kota yang sangat ramai dikunjungi bahkan kemudian menjadi pusat
pengembangan ilmu pengetahuan keagamaan, seperti perkembangan Ilmu Nahwu, Tafsir, Hadits
dan sebagainya.
Pembangunan kota Kuffah ini dimaksudkan sebagai salah satu cara Khalifah Ali bin Abi
Thalib mengontrol kekuatan Muawiyah yang sejak semula tidak mau tunduk terhadap

10

perintahnya. Karena letaknya yang tidak begitu jauh dengan pusat pergerakan Muawiya bin Abi
Sufyan, maka boleh dibilang kota ini sangat strategis bagi pertahanan Khalifah.

11

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demikialah makalah ini dibuat, sebagai cacatan penutup. Pemakalah dapat menarik suatu
kesimpulan, antara lain:
1.

Ali ra. bekerja keras pada masa kekhilafahannya guna mengembalikan stabilitas dalam tubuh
umat Islam.

2. Diantara strategi Khalifah Ali bin Abu Tholib, yang berhasil dikembangkan adalah:
a.

Perkembangan di bidang pembangunan

b. Perkembangan di bidang bahasa


c.

Perkembangan di bidang militer

d. Perkembangan di bidang pemerintahan


e.

Memerangi khawarij

B. Saran
Dalam makalah ini tentunya masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat diperlukan untuk penyempurnaan makalah ini.

12

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Abi_Thalib
http://komed45.blogspot.com/2012/10/4-masa-kholifah-ali-bin-abi-thalib.html
http://alkamilok.wordpress.com/2008/09/16/ringkasan-keutamaan-ali-bin-abi-thalib/
http://majlas.yn.lt/ Perkembangan Islam Masa Khalifah Ali bin Abu Tholib.
http://dkm-alfurqon.blogspot.com/2008/07/ali-bin-abi-tholib.html
http://fileburhan.wordpress.com/2012/07/05/makalah-kepemimpinan-ali-bin-abu- thalib-byburhannudin-fekon-uniska-bjm/
http://sdityasirukebonjeruk.blogspot.com/2012/10/sejarah-kepemimpinan-khalifah-alibin.htm

13

Anda mungkin juga menyukai