Disusun oleh:
`
: 135040200111062
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hama merupakan hewan atau organisme yang aktivitasnya dapat menurunkan
sekaligus merusak kualitas juga kuantitas produk pertanian. Hama berdasarkan tempat
penyerangannya dibagi menjadi dua jenis yaitu hama lapang dan hama gudang/hama
pasca panen. Hama lapang adalah hama yang menyerang produk pertanian pada saat
masih di lapang. Hama gudang adalah hama yang merusak produk pertanian saat
berada di gudang atau pada masa penyimpanan. Hama pasca panen merupakan salah
satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan produksi. Hasil panen
yang disimpan khususnya biji-bijian setiap saat dapat diserang oleh berbagai hama
gudang yang dapat merugikan. Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas,
yakni hidup dalam bahan-bahan simpanan di gudang. Umumnya hama gudang yang
sering dijumpai adalah dari ordo Coleoptera (bangsa kumbang), seperti Tribolium sp.,
Sitophilus oryzae, Callocobruchus chinensis, Sitophilus zaemays, Necrobia rufipes dan
lain-lain.
Penyakit pada benih (Seed Pathology) merupakan penyakit penting pada berbagai
komoditas pertanian. Penyakit benih ini dapat menyebabkan kerusakan dalam bentuk
perubahan warna, bentuk, nekrose, penurunan daya kecambah, dan mengurangi nilai
biji (benih). Kehilangan hasil yang disebabkan penyakit benih mencapai lebih dari 5%,
dan infeksinya dapat mencapai 50%. Penyebab utama kerusakan pada benih adalah
jamur, bakteri, dan virus (patogen). Benih dapat diserang patogen sebelum biji (benih)
berkecambah atau disebut pre emergence damping off, sedangkan apabila menyerang
setelah muncul kecambah disebut post emergence damping off. Bentuk kerusakan
karena serangan patogen sangat bervariasi, tergantung macam patogen, benih dan
faktor lingkungan.
1.2 Tujuan
-
Untuk mengetahui varietas benih kacang hijau mana yang lebih disukai imago
Callosobruchus chinensis
1.3 Manfaat
Dari beberapa tujuan yang telah diuraikan di atas, diharapkan agar praktikan lebih
mengerti tentang hama dan penyakit yang memungkinkan untuk menyerang benih pada
hasil produksi pasca panen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Penyakit
a. Seed pathology involves the study and management of diseases affecting seed
production and utilization, as well as disease management practices applied to
seeds(Munkvold GP, 2009).
Terjemahan:
Patologi Benih melibatkan studi dan pengelolaan penyakit yang mempengaruhi
produksi benih dan pemanfaatan, serta praktek-praktek manajemen penyakit
diterapkan untuk benih.
b. Seed pathology may be defined as the study of seedborne disease and
pathogens. It includes studies on the mechanisms of infection, seed
transmission, the role of seedborne inocula in disease development, techniques
for the detection of seedborne pathogens and nonpathogens, seed certification
standards, deterioration due to storage fungi, mycotoxins, and mycotoxicoses,
and control of seedborne inocula (S.T. NAMETH, 1998).
Terjemahan:
Patologi Benih dapat didefinisikan sebagai studi penyakit dan patogen
seedborne. Ini mencakup studi pada mekanisme infeksi, transmisi benih, peran
inokulum seedborne dalam perkembangan penyakit, teknik untuk mendeteksi
patogen seedborne dan nonpathogens, standar sertifikasi benih, kerusakan
karena jamur penyimpanan, mikotoksin, dan mycotoxicoses, dan pengendalian
inokulum seedborne.
c. The area of science that studies the relationship between pathogens and seeds
is Seed Pathology. It does not only identify the pathogens, it also includes the
role of the seed as source of inoculum, the survival of the pathogen and the
actions taken to control the pathogens associated to it. It uses the knowledge of
General Pathology, Microbiology and Seed Analysis (Nome, 2014).
Terjemahan:
Bidang ilmu yang mempelajari hubungan antara patogen dan biji adalah
Patologi Benih. Bidang iikmu ini tidak hanya mengidentifikasi patogen, tetapi
juga termasuk peran benih sebagai sumber inokulum, kelangsungan hidup
patogen dan tindakan yang dilakukan untuk mengontrol patogen terkait untuk
itu. Ia menggunakan Pengetahuan Umum Patologi, Mikrobiologi dan Analisis
Benih.
2.2 Macam-Macam Penyakit Benih
a. Damping-Off
Damping-Off adalah suatu penyakit yang
menyerang benih, kecambah, dan semaian. Secara
tradisional, ada dua tipe jenis damping-off : preemergence damping-off, menyerang benih dan
kecambah sebelum mereka muncul, dan postemergence damping-off, menyerang semaian bibit
muda sampai batang mereka menjadi berkayu.
Bentuk kedua penyakit terjadi di dalam tempat
penyimpanan benih dan disebabkan oleh kelompok fungi yang sama. Inang dari
penyakit ini adalah semua jenis semaian dan benih dapat terkena. Penyebab
cendawan Phytium sp., Rhizoctonia sp., Fusarium sp. Gejala penyakit ini
bermacam-macam tergantung dari umur dan stadia perkembangan semai. Biji
menjadi busuk sebelum berkecambah atau sebelum muncul dipermukaan tanah.
Biji yang terinfeksi ini menyebabkan kualitas biji buruk (daya kecambah rendah).
Busuk pangkal batang pada perkembangan semai biji terutama pada bagian yang
dekat dengan tanah. Contohnya Damping off
pada cabai (Kalshoven. 1981)
b. Antraknosa
Penyakit patek atau antraknosa menyerang
berbagai jenis tanaman. Penyakit ini sangat sulit
dikendalikan, terutama jika kelembaban areal
pertanaman sangat tinggi. Bagian tanaman yang terserang penyakit patek atau
antraknosa pada umumnya adalah buah atau daun.Penyakit antraknosa sukar
dikendalikan karena infeksi patogennya bersifat laten dan sistemik, penyebaran
inokulum dilakukan melalui benih (seed borne) atau angin serta dapat bertahan
pada sisa-sisa tanaman sakit dalam tanah.Contohnya antraknosa pada cabai
(Cendawan Colletrotricum capsici) dapat menyerang inang pada segala fase
pertumbuhan. Serangan patogen antraknosa pada fase pembungaan menyebabkan
persentase benih terinfeksi tinggi walaupun benih tampak sehat (Kalshoven, 1981).
2.3 Definisi Hama Gudang
a. Post-harvest pests are destructive pests of agricultural products while in storage
or during storage (Champ and Highley, 1985).
Terjemahan :
Hama pasca panen adalah hama yang merusak produk pertanian saat berada di
gudang atau pada masa penyimpanan.
b. Stored product pests include several beetles, moths, and a mite that can infest
whole grains or processed foods (Munro, 1966).
Terjemahan :
Hama gudang meliputi beberapa kumbang, ngengat, dan tungau yang dapat
mengerumuni biji-bijian atau makanan olahan.
c. Stored product pests are pest that reduces grain weight, nutritional value, and
germination of stored grain. Infestations also cause contamination, odor, mold,
and heat-damage problems that reduce the quality of the grain and may make it
unfit for processing into food for humans or animals (Cotton, 1963).
Terjemahan :
Hama gudang adalah hama yang mengurangi bobot biji, nilai gizi, dan
perkecambahan biji-bijian yang disimpan. Pengerumunan tersebut juga dapat
menyebabkan masalah kontaminasi, bau, jamur, dan kerusakan-suhu yang
mengurangi kualitas gabah dan dapat membuatnya tidak layak untuk diproses
menjadi makanan bagi manusia atau hewan.
: Animalia
Phylum
: Arthropoda
Class
: Insekta
Ordo
: Coleoptera
Family
: Bruchidae
Genus
: Callosobruchus
Species
: Callosobruchus chinensis L.
berwarna
keputih-putihan. Jumlah
telur yang diletakkan
seekor kumbang betina
berkisar antara 50-150
butir. Telur berbentuk jorong dengan panjang rata-rata 0,57 mm, berbentuk cembung
pada bagian dorsal serta rata pada bagian yang melekat dengan biji. Telur menetas
antara 4-8 hari. Telur dapat dilihat
pada gambar. (Sudarmo, 1991)
b. Larva
Larva yang baru menetas
akan terus menggerek dengan cara
memakan kulit telur yang menempel pada biji dan kulit biji dan masuk ke dalam
kotiledon. Larva hidup dengan cara memakan dan menggerek kulit biji. Larva
berkembang sepenuhnya di dalam satu butir biji, membentuk satu lubang keluar persis
di bawah kulit biji, berupa semacam jendela bulat yang terlihat dari luar, tetap tinggal
di dalam biji sampai menjadi imago. Stadia larva berlangsung selama 10-13 hari. Larva
dapat dilihat pada gambar (Bato dan Sanches, 1998).
c. Pupa
Larva instar keempat telah
memakan isi biji dekat di bawah kulit
biji, maka akhirnya larva menjadi
pupa dan tetap berada pada tempat
tersebut sampai menjadi dewasa. Pupa
berwarna putih kekuningan. Stadia
pupa berkisar antara 4-6 hari. Pupa dapat dilihat pada gambar (Mangoendihardjo,
1997).
d. Imago
C. chinensis yang baru dewasa, beberapa hari tetap
berada dalam biji kacang hijau, 2-3 hari keluar dari biji dengan
cara mendorong kulit biji yang digores dengan mandibelnya
sehingga terlepas dan terbentuklah lubang. Imago berukuran 5
mm panjangnya dan berbentuk bulat telur, cembung pada
bagian dorsal. Panjang tubuh kumbang jantan antara 2,40 -3
mm, sedangkan betina 2,76-3,48 mm. Antena kumbang jantan bertipe sisir (pectinate)
dan betina bertipe gergaji (serrate). Stadia imago antara 25-34 hari. Imago dapat dilihat
pada gambar. (Greaves et al, 1998).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Teknologi Produksi Benih materi hama gudang dan penyakit benih
berlangsung di laboratorium Pemuliaan Tanaman lantai 2 Gedung Budidaya Pertanian.
Praktikum tersebut berlangsung pada tanggal 21 April 2015 pukul 12.30 -14.00 WIB
3.2 Alat dan Bahan
Alat
Timbangan analitik
Gelas Plastik
Pinset
: Memindahkan jagung
Api bunsen
Cawan petri
Kamera
: Mendokumentasikan hasil
Bahan
Benih kacang hijau var. komersil/konsumsi, vima, dan murai : Bahan perlakuan
Benih jagung
: Bahan perlakuan
: Bahan perlakuan
Kain
Cholorx
Aquades
Kertas Tissue
Media PDA
Plastik
Amati seminggu sekali selama 4 minggu dengan variabel pengamatan jumlah imago
dan berat benih
Sterilkan benih jagung ke chlorox, alkohol dan aquades secara berurutan 1 menit
Buka wrap pada media PDA dan panaskan bibir cawan pada api bunsen
Sterilkan pinset dengan alkohol dan bakar dengan api bunsen, dan letakkan benih
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1
Tabel
Hama
Pengamatan Jumlah Hama
Varietas
Kacang Hijau
Awal
7 Hari
14 Hari
21 Hari
28 Hari
Konsumsi/Pasar
10 imago
10
23
Murai
10 imago
11
15
Vima
10 imago
17
26
Varietas
Kacang Hijau
Awal
7 Hari
14 Hari
21 Hari
28 Hari
Konsumsi/Pasar
10 gr
9,14 gr
8,91 gr
7,63 gr
6,80 gr
Murai
10 gr
9,21 gr
9,07 gr
8,51 gr
7,73 gr
Vima
10 gr
9,04 gr
8,83 gr
7,35 gr
6,54 gr
Penyakit
No
Perlakuan
Pathogen yang
ditemukan
Dokumentasi
Keterangan
Tidak ditemukan
1.
Benih Jagung
Tidak ada
patogen dalam
benih jagung.
4.1.2
Grafik
Grafik Hasil Pengamatan Jumlah Imago Callosobruchus chinensis
18
16
14
12
Kc. Ijo Konsumsi/Pasar
10
8
4
2
0
Awal
7 Hari
14 Hari
21 Hari
4
2
0
Awal
7 Hari
14 Hari
21 Hari
Penyakit
Pada praktikum ini, untuk mengetahui patogen dalam penyimpanan benih
menggunakan benih jagung sebagai bahan perlakuan yang disimpan dalam media
PDA (Potato Dextrose Agar), bisa dilihat dari tabel bahwa setelah seminggu
penyimpanan tidak ditemukan adanya patogen, sehingga tidak adanya pembahasan
pada bagian ini. Hal ini bisa disebabkan oleh bahan dan media yang telah
disterilkan dan benih yang digunakan dalam kondisi sehat sebelumnya sehingga
tidak memungkinkan adanya patogen.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa setelah 4
minggu pengamatan, jumlah populasi hama pada ketiga varietas itu berbeda, beda,
pada varietas konsumsi/pasar, murai, dan vima berturut-turut jumlah hamanya
sebanyak 23, 15, dan 26 ekor. Kemudian pada bobot benih kacang hijau masingmasing varietasnya juga mengalami penurunan bobot, dari semula 10 gram pada
varietas konsumsi/pasar, murai, dan vima, secara berturut-turut bobotnya menjadi
6,80 gr, 7,73 gr, dan 6,54 gr. Dari data hasil pengamatan tadi bisa dikatakan bahwa
meningkatnya jumlah populasi hama Callosobruchus maculatus diikuti dengan
semakin menurunnya bobot benih kacang hijau tiap varietasnya. Selanjutnya, pada
bagian penyakit benih, tidak ditemukannya adanya patogen pada benih jagung.
5.2 Saran (Asisten dan Praktikum)
Untuk asisten semoga bisa lebih baik lagi dan untuk praktikum kedepannya
semoga bisa lebih kondusif lagi dan sebaiknya pengumpulan laporan tidak
menumpuk di minggu terakhir praktikum sehingga tidak memberatkan praktikan,
terima kasih
DAFTAR PUSTAKA
Bato, S. M., and F. F. Sanches, 1998. The Biology and Chemical Control of
Callosobruchus Chinensis L., Phillipina.
Champ, B.R. and Z. Highley. 1985. Pesticides and humid tropical grain stroge
system. Proceedings of an International Seminar in Manila, Philipines, 27-30
Maros, 1985. Aciar Proceedings No. 41.
Cotton, R.T. 1963. Pest Of Storet Grain And Grain Product. Burgerss Publishing Co.
Minneapolis 15, Minn
Greaves, J. H. P. Dobie and J. Bridge, 1998. Strocage in Pest Control in Tropical Grain
Legumes. College House, Wrights Lane, London.
Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest Of Crops Indonesian, Revised and translated by
P.A. Vander loau with the assistance of. G.H.L. Roth Shild. Univ. of Amsterdam.
P.T. Ikhtiar Baru, Van Hoeve, Jakarta Indonesia
Kalshoven, L. G. E., 1987. Pest of Crops In Indonesia. PT. Ichtiar Baru. Van Hoeve,
Jakarta.
Mangoendihardjo, S., 1997. Hama-Hama Tanaman Pertanian di Indonesia. Yayasan
Pembinaan Fakultas Pertanian. Universitas Gadja Mada, Yogyakarta
Munro, J.W. 1966. Pests Of Storage Product. Hutehinsou of London
Munkvold GP. 2009. Seed pathology progress in academia and industry. Department
of Plant Pathology, Iowa State University, Ames, Iowa 50011, USA.. 47:285311. doi: 10.1146/annurev-phyto-080508-081916. munkvold@iastate.edu
Nome S. F, Dora Barreto, Delia M. Docampo. 2014. Seedborne Pathogens. Seeds:
Trade, Production and Technology. Instituto de Fitopatologa y Fisiologa
Vegetal, INTA, Camino 60 Cuadras km %1/2 (5119), Crdoba, Argentina.
sfnome@reidel.com.ar
Robiin. 2007. Perbedaan Bahan Kemasan dan Periode Simpan dan Pengaruhnya
terhadap Kadar Air Benih Jagung dalam Ruang Simpan Terbuka. Buletin
Teknik Pertanian. 12 (1) : 79.